serbuk ampas jahe gajah kering disokletasi dengan 150 mL pelarut etanol 96 selama 5 jam. Setelah itu, dilakukan perulangan soklet selama 3 jam kembali dengan 125 mL
etanol 96. Ekstrak yang diperoleh kemudian dipekatkan dengan alat rotarievaporator sampai diperoleh ekstrak etanol ampas jahe gajah kering dan
ditimbang.
3.3.3. Skrining Fitokimia
Dilakukan skrining fitokimia untuk ekstrak etanol ampas jahe gajah kering :
golongan alkaloid
- Pereaksi wagner
- Pereaksi maeyer
- Pereaksi bouchardat
- Pereaksi dragendorf
golongan flavonoid
- Pereaksi FeCl
3
1 -
Pereaksi NaOH 10 -
Pereaksi H
2
SO
4
golongan steroidterpenoid
- Pereaksi Lieberman-bouchard
- Pereaksi CeSO
4
1 dalam H
2
SO
4
10 -
Pereaksi Salkowsky
3.3.4. Uji Sifat Antioksidan Minyak Atsiri Jahe Gajah Segar dan Ekstrak Etanol Ampas Jahe Gajah Kering dengan Metode DPPH Radikal Bebas
3.3.4.1. Pembuatan Larutan DPPH
Larutan DPPH 0.3 mM dibuat dengan melarutkan 11,85 mg serbuk DPPH dalam etanol p.a. pada labu takar 100 mL, kemudian dihomogenkan.
3.3.4.2. Pembuatan Variasi Minyak Atsiri Jahe Gajah Segar dan Ekstrak Etanol Jahe Gajah Kering yang akan Diuji
Minyak atsiri jahe gajah segar dibuat larutan induk 1000ppm : dengan melarutkan 0.025 g dengan pelarut etanol dalam labu takar 25 mL. Kemudian dari
larutan induk dibuat lagi variasi konsentrasi larutan 25, 50, 125, 250 ppm untuk diuji aktivitas antioksidannya. Dilakukan perlakuan yang sama untuk membuat variasi dari
ekstrak etanol ampas jahe gajah kering.
Universitas Sumatera Utara
3.3.4.3. Uji Aktivitas Antioksidan Ramawasmy, 2011 a.Uji Larutan Blanko
Sebanyak 1 mL larutan DPPH 0.3 mM ditambahkan 2,5 mL etanol, dihomogenkan dalam tabung reaksi dan dibiarkan selama 30 menit pada ruang gelap.
Setelah itu, diukur absorbansi dengan panjang gelombang maksimum = 518 nm.
b. Uji Aktivitas Antioksidan Sampel
Sebanyak 1 mL larutan DPPH 0.3 mM ditambahkan 2,5 mL sampel, dihomogenkan dalam tabung reaksi dan dibiarkan selama 30 menit pada ruang gelap.
Setelah itu, diukur absorbansi dengan panjang gelombang maksimum = 518 nm. [ sampel yang dipakai : minyak atsiri jahe gajah segar serta ekstrak etanol ampas
rimpang jahe gajah kering dengan variasi konsentrasi 25, 50, 125, 250 ppm]
3.3.5. Aplikasi Sifat Antioksidan Minyak Atsiri Jahe Gajah Segar, Ekstrak Etanol Ampas Jahe Gajah Kering terhadap Lipida pada Daging Ikan
Nila Oreochromis Niloticus
3.3.5.1. Penyiapan Sampel Daging Ikan Nila Tabel 3.1.Formulasi Sampel
Keterangan :
a
= kondisi segar
b
= penyimpanan selama 5 hari pada suhu 4
o
C Disiapkan kebutuhan untuk penyiapan sampel daging ikan nila sesuai formulasi
sampel diatas. Setelah itu pencampuran untuk S
a
, S
b
, S
1 b
dan S
2 b
diblender agar campuran daging merata.
Sampel Jenis Ekstrak
Daging ikan nila g
Volume ekstrak mL
S
a
- 100
S
b
- 100
- S
1 b
Minyak atsiri jahe gajah segar 5
100 1
S
2 b
Ekstrak etanol ampas jahe gajah kering 5
100 1
Universitas Sumatera Utara
3.3.5.2. Ekstraksi Lipida dari Sampel Daging Ikan Nila Hara, 1978
Sebanyak 100 g sampel daging ikan nila yang telah dipreparasi “S
a
” ditambah 400 ml heksana : isopropanol 3:2. Campuran diblender selama 2 menit. Kemudian
suspensi disaring dengan penyaring Buchner hingga residu menjadi kering. Residu kembali diblender dengan 180 ml heksana : isopropanol 3:2 selama 1 menit, disaring
dan residu yang diperoleh dicuci lagi dengan 150 ml heksana : isopropanol 3:2, disaring.
Filtrat hasil ekstraksi dikumpulkan pada corong pisah. Kemudian dicampurkan dengan penambahan 80 ml larutan Na
2
SO
4
6,67 dan dihomogenkan selama 1 menit, didiamkan dan dipisahkan. Lapisan atas ditambah dengan 5 gram Na
2
SO
4
anhidrous, disaringdan dipekatkan dengan menggunakan alat rotari evaporator. Ditimbang lipida
yang diperoleh. Dengan prosedur yang sama seperti diatas dilakukan untuk sampel S
b
, S
1 b
dan S
2 b
. [larutan Na
2
SO
4
6,67 yang dipakai adalah dengan melarutkan 1 g Na
2
SO
4
anhidrous ke dalam 15 ml air suling] Lipida yang diperoleh
dari hasil ekstraksi sampel “S
a
” dilakukan uji GC sedangkan yang diperoleh dari hasil ekstraksi sampel “S
b
, S
1 b
dan S
2 b
. ” dianalisa
dengan spektrofotometer FT-IR.
3.3.5.3. PenentuanBilangan Peroksida
Sebanyak 0.5 g minyak dari “S
b
” dimasukkan ke dalam erlenmeyer 250 ml. Kemudian ditambahkan 30 ml campuran larutan asam asetat glasial-kloroform dengan
perbandingan 3:2. Setelah itu, ditambahkan 0.5 ml larutan KI jenuh, ditutup dan dikocok selama + 2 menit. Kemudian ditambahkan 30 ml air suling dan dilakukan
titrasi dengan larutan Na
2
S
2
O
3
0.0036N hingga larutan kuning pucat, ditambahkan 1 ml indikator amilum 1 yang kemudian dititrasi kembali dengan Na
2
S
2
O
3
0.0036N sampai warna yang terbentuk hilang, dihitung dan dicatat volume Na
2
S
2
O
3
0.0036N. Dengan prosedur yang sama seperti diatas dilakukan untuk sampel S
1 b
dan S
2 b
.
Universitas Sumatera Utara
3.4. Bagan Penelitian 3.4.1. Ekstraksi Jahe Gajah
3.4.1.1. Ekstraksi Minyak Atsiri Jahe Gajah Segar
Jahe gajah segar dicuci bersih
dirajang kecil-kecil ditimbang 600 gram
600 gram jahe gajah segar dimasukkan ke dalam labu Stahl 2L
ditambah air suling + ¾ isi labu dipasang alat destilasi Stahl
dipanaskan selama 4-5 jam minyak atsiri dan
sedikit air residu ampas jahe gajah
dipindahkan dalam botol vial
ditambahkan Na
2
SO
4
anhidrous
ditutup rapat dan disimpan dalam lemari pendingin
minyak atsiri dikering-anginkan selama
7 hari pada ruang terbuka ampas jahe gajah kering
diblender serbuk ampas jahe gajah
GC-MS Uji aktivitas
antioksidan Aplikasi pada
daging ikan nila didekantasi
ditimbang
Universitas Sumatera Utara
3.4.1.2.Ekstraksi Ampas Jahe Gajah Kering dengan Etanol
25 g serbuk ampas jahe gajah kering disokletasi dengan 150 mL etanol 96
selama 5 jam filtrat I
residu I disokletasi kembali dengan 125 mL
etanol 96 selama 3 jam
filtrat II residu II
ekstrak etanol ampas jahe gajah diuapkan dengan rotarievaporator
ekstrak etanol jahe gajah kering ditimbang
Uji Skrining fitokimia
Uji Aktivitas Antioksidan
Aplikasi pada daging ikan nila
dimasukkan ke dalam labu rotarievaporator
Universitas Sumatera Utara
3.4.2. Skrining Fitokimia Ekstrak Etanol Ampas Jahe Gajah Kering
3.4.3. Uji Sifat Antioksidan Minyak Atsiri Jahe Gajah Segar dan Ekstrak Etanol Ampas Jahe Gajah Kering dengan Metode DPPH Radikal Bebas
3.4.3.1. Pembuatan Larutan DPPH
ekstrak etanol ampas jahe gajah kering dimasukkan ke dalam tabung reaksi secukupnya
diskrining fitokimia dengan penambahan pereaksi untuk masing-masing golongan
golongan alkaloid golongan flavonoid
golongan steroidterpenoid dengan pereaksi
wagner dengan pereaksi
maeyer dengan pereaksi
bouchardart dengan pereaksi
dragendorf dengan pereaksi
FeCl
3
1 dengan pereaksi
NaOH 10 dengan pereksi
H
2
SO
4
dengan pereaksi Lieberman-bouchard
dengan pereaksiCeSO
4
1 dalam H
2
SO
4
10 dengan pereaksi
salkowsky
Hasil Hasil
Hasil
11,85 mg serbuk DPPH dimasukkan ke dalam labu takar 100mL
ditambahkan etanol p.a. hingga garis batas dihomogenkan
larutan DPPH 0.3mM
Universitas Sumatera Utara
3.4.3.2. Pembuatan Variasi Minyak Atsiri Jahe Gajah Segar dan Ekstrak Etanol Ampas JaheGajah Kering
0.025 gram sampel dimasukkan ke dalam labu takar 25 mL
dihomogenkan ditambahkan dengan pelarut yang sesuai dengan sampel
hingga garis tanda
25 mL larutan induk 1000 ppm dimasukkan ke dalam labu takar 100mL
ditambahkan dengan pelarut yang sesuai dengan sampel hingga garis tanda
dihomogenkan 100 mL larutan 250 ppm
dibuat variasi 125 ppm dan 50 ppm
dipipet 12,5 mL dengan pipet ukur
dimasukkan ke dalam labu takar 25 mL
dihomogenkan ditambahkan dengan pelarut
yang sesuai dengan sampel hingga garis tanda
dipipet 5 mL dengan pipet volum
dimasukkan ke dalam labu takar 25 mL
dihomogenkan ditambahkan dengan pelarut
yang sesuai dengan sampel hingga garis tanda
25 mL larutan 125 ppm
25 mL larutan 50 ppm
dipipet 5 mL dengan pipet volum
dimasukkan ke dalam labu takar 25 mL
dihomogenkan ditambahkan dengan pelarut
yang sesuai dengan sampel hingga garis tanda
25 mL larutan 25 ppm
Universitas Sumatera Utara
3.4.3.3. Uji Aktivitas Antioksidan Ramawasmy, 2011 a. Uji Blanko
b. Uji Sampel
1 mL larutan DPPH 0.3 mM dimasukkan ke dalam tabung reaksi
ditambahkan 2,5 mL etanol p.a dihomogenkan
dibiarkan selama 30 menit pada ruang gelap diukur absorbansi pada panjang gelombang
maksimum = 518 nm Hasil
1 mL larutan DPPH 0.3 mM dimasukkan ke dalam tabung reaksi
ditambahkan 2,5 mL sampel dihomogenkan
dibiarkan selama 30 menit pada ruang gelap diukur absorbansi pada panjang gelombang
maksimum = 518 nm Hasil
Universitas Sumatera Utara
3.4.4.Aplikasi Antioksidan Minyak Atsiri Jahe Gajah Segar dan Ekstrak Etanol dari Jahe Gajah Kering terhadap Lipida pada Daging Ikan Nila
3.4.4.1.Penyiapan Sampel Daging Ikan
400 g daging ikan nila dibersihkan
dipotong kecil-kecil dipisah menjadi 4 bagian sampel
100 g daging ikan disimpan selama
5 hari pada suhu 4
o
C 100 g daging ikan
100 g daging ikan 100 g daging ikan
sampel S
a
diaduk disimpan selama
5 hari pada suhu 4
o
C diaduk
disimpan selama 5 hari pada suhu
4
o
C ditambah 1mL
minyak atsiri jahe gajah
segar 5 ditambah 1mL
ekstrak etanol ampas jahe
gajah kering 5
sampel S
b
sampel S
1 b
sampel S
2 b
diblender
Universitas Sumatera Utara
3.4.4.2.Ekstraksi Lipida Sampel Daging Ikan Nila
sampel S
a
ditambahkan 400 mL n-heksana : isopropanol 3:2 diblender selama 2 menit
larutan suspensi disaring dengan corong buchner
residu I filtrat I
ditambahkan 180 mL n-heksana : isopropanol
3:2 selama 1 menit
disaring dengan corong buchner
residu II filtrat II
dicuci dengan 150 mL n-heksana : isopropanol
3:2 selama 1 menit
disaring dengan corong buchner residu III
filtrat III
filtrat bening kekuningan
Universitas Sumatera Utara
Dengan prosedur yang sama dilakukan untuk sampel “S
b
”, “S
1 b
”dan” S
2 b
” Lipida hasil ekstraksi dari sampel “S
a
” hanya dilakukan analisa GC Lipida hasil ekstraksi dari sampel “S
b
”, “S
1 b
”,” S
2 b
” dilakukan penentuan bilangan peroksida dengan titrasi iodometri dan spektrofotometer FT-IR
dimasukkan ke dalam corong pisah ditambahkan dengan 80 mL larutan Na
2
SO
4
6,67 dihomogenkan selama 1 menit
didiamkan dipisahkan
lapisan atas bening kekuningan
lapisan bawah bening
dipekatkan dengan alat rotarievaporator
lipida ikan ditimbang
dipindahkan dalam erlenmeyer ditambahkan 5 gram Na
2
SO
4
anhidrous disaring
residu lapisan tengah
bening keruh filtrat bening kekuningan
filtrat bening kekuningan
Universitas Sumatera Utara
3.4.4.3. Penentuan Bilangan Peroksida
Dengan prosedur yang sama dilakukan untuk sampel “S
1 b
” dan ” S
2 b
”
0,5 g minyak sampel S
b
dimasukkan ke dalam erlenmeyer ditambahkan 30 ml asam asetat glasial :
kloroform 3 :2 ditambahkan 0,5 KI jenuh
ditutup dikocok selama + 2 menit
ditambahkan 30 ml aquadest dititrasi dengan Na
2
S
2
O
3
0,0036N larutan kuning pucat
ditambahkan 1 ml indikator amilum 1 dititrasi kembali dengan Na
2
S
2
O
3
0,0036N larutan bening
dicatat volume Na
2
S
2
O
3
0,0036N yang terpakai dihitung bilangan peroksida
Hasil
Universitas Sumatera Utara
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil Penelitian 4.1.1.Ekstraksi Jahe Gajah
4.1.1.1. Hasil Isolasi Minyak Atsiri Jahe Gajah Segar
Minyak atsiri jahe gajah segar diperoleh dengan metode hidrodestilasi menggunakan alat stahl. Proses ini dilakukan secara triplo. Hasilnya seperti yang
ditunjukkan pada Tabel 4.1.
Tabel 4.1 . Minyak Atsiri Jahe Gajah Segar yang Diperoleh dengan Metode
Hidrodestilasi Hidrodestilasi
Rata-rata 1
2 3
Berat minyakg Kadar minyak
0,64 0,107
0,58 0,097
0,60 0,1
0,61 0,101
Keterangan : berat sampel jahe gajah segar sebesar 600 g Kemudian minyak atsiri yang diperoleh dianalisis komponen senyawa
kimianya dengan GC-MS seperti yang ditunjukkan pada Gambar 4.1.
Gambar 4.1. Kromatogram Komponen Kimia Minyak Atsiri Jahe Gajah Segar
Waktu retensi Inte
nsit as re
latif
Universitas Sumatera Utara
Pada kromatogram tersebut ada terdapat 34 komponen senyawa kimia pada minyak atsiri jahe gajah segar dimana senyawa-senyawa tersebut diinterpretasi secara
fragmentasi massa yang disesuaikan dengan Library Wiley 229. Hasil interpretasi tersebut menunjukkan komponen-komponen kimia senyawa
atsiri yang dominan pada jahe gajah segar Tabel 4.2 dan komponen-komponen senyawa lain yang persentasenya dibawah 5 Tabel 4.2.1.
Tabel 4.2. Komponen Senyawa Kimia Minyak Atsiri Jahe Gajah Segar yang dominan
Peak Waktu retensi
Kandungan Senyawa yang mungkin
17 13,238
13,97 Geranial
8 9,800
12,60 1,8-Sineole
15 12,705
10,94 Neral
4 6,558
8,63 Kamfen
24 16,718
6,17 Zingiberen
Tabel 4.2.1. Komponen Senyawa Kimia Minyak Atsiri Jahe Gajah Segar lain yang
persentasenya di bawah 5 Peak
Waktu retensi Kandungan
Senyawa yang mungkin 27
17,138 4,30
β-seskuifelandren 3
6,154 3,65
α-pinen 26
16,899 3,40
isokariofilen 28
17,537 3,30
Elemol 11
11,343 3,30
Borneol
4.1.1.2. Hasil Ekstraksi Ampas Jahe Gajah Kering dengan Metode Sokletasi
Ekstraksi ampas jahe gajah yang telah kering dilakukan secara triplo dengan alat soklet menggunakan pelarut etanol 96 sebanyak 150 mL sehingga diperoleh ekstrak
yang berwarna cokelat dan persentasenya seperti pada Tabel 4.3
Tabel 4.3. Hasil Ekstraksi Ampas Jahe Gajah Kering
Keterangan: berat sampel serbuk ampas jahe gajah kering sebesar 25 g Sokletasi
Rata-rata 1
2 3
Berat ekstrak g Kadar ekstrak
3,4 13,6
3,12 12,48
2,78 11,12
3,1 12,4
Universitas Sumatera Utara
Ekstrak etanol dari ampas jahe gajah kering yang diperoleh diuji dengan skrining fitokimia untuk mengetahui adanya komponen senyawa alkaloida,
flavonoida, terpenoidasteroida, yang ditunjukkan pada Tabel 4.4.
Tabel 4.4. Hasil Skrining Fitokimia Ekstrak Etanol Ampas Jahe Gajah Kering
Golongan Pereaksi
Ekstrak etanol ampas jahe gajah
Alkaloida Dragendorf
- Bouchardart
- Maeyer
- Wagner
- Terpenoida
Steroida Salkowsky
- Liebermann-Bouchard
- CeSO
4
1 dalam H
2
SO
4
10 -
Flavonoida NaOH 10
- FeCl
3
1 +
H
2
SO
4
p -
Keterangan : - : tidak terjadi perubahan warna
+ : terjadi perubahan warna Perubahan warna yang terjadi menunjukkan adanya kandungan komponen senyawa
alkaloida, flavonoida, terpenoidasteroida sesuai dengan pereaksi yang ditambahkan.
4.1.2. Hasil Uji Aktivitas Antioksidan Minyak Atsiri Jahe Gajah Segar dan Ekstrak Etanol Ampas Jahe Gajah Kering
Minyak atsiri dari jahe gajah segar dan ekstrak pekat etanol ampas jahe gajah dilakukan uji aktivitas antioksidan dengan metode DPPH radikal bebas untuk
diperoleh nilai IC
50
dengan dilakukan pengamatan secara spekstrofometri UV-Visible Absorbansi yang diukur terlampir pada Lampiran 3.2 pada panjang gelombang
maksimum 518 nm Ramawasmy, 2011. IC
50
dari minyak atsiri jahe gajah segar = 1.218,70 µgml IC
50
dari ekstrak etanol ampas jahe gajah kering = 1.107,70 µgml
Universitas Sumatera Utara
4.1.3. Hasil Aplikasi Minyak Atsiri Jahe Gajah Segar dan Ekstrak Etanol Ampas Jahe Gajah Kering pada Daging Ikan Nila
Ekstraksi lipida dari daging ikan nila dilakukan dengan metode Hara yang dimodifikasi Hara, 1978. Dimana pada 100 g daging ikan nila diberi perlakuan yaitu
penambahan minyak atsiri jahe gajah segar 5 sebanyak 1 ml dan ekstrak etanol ampas jahe gajah kering 5 sebanyak 1 ml dengan penyimpanan selama 5 hari pada
suhu 4
o
C. Ekstraksi yang dilakukan memakai pelarut n-heksana : isopropanol 3:2. Hasilnya seperti yang ditunjukkan pada Tabel 4.5.
Tabel 4.5. Hasil Ekstraksi Lipida dari Sampel Daging Ikan Nila
Sampel Daging S
a
S
b
S
1 b
S
2 b
Berat Lipida g Kadar Lipida
3.674 0,037
3.848 0,038
3.755 0,038
3.741 0,037
Keterangan : S
a
= Daging Ikan Nila Segar S
b
=Daging ikan nila penyimpanan 5 hari S
1 b
=Daging ikan nila + 1 ml minyak atsiri jahe gajah 5 penyimpanan 5 hari
S
2 b
= Daging ikan nila + 1 ml ekstrak etanol ampas jahe gajah 5 penyimpanan 5
hari
Untuk mengetahui pengaruh antioksidan terhadap oksidasi lipida maka dilakukan uji GC terhadap lipida dari daging ikan segar “S
a
” agar mengetahui kadar asam lemak tidak jenuh yang menjadi sumber dari oksidasi lipida. Hasilnya seperti
yang terdapat pada Lampiran 8. Sedangkan, lipida yang diperoleh dari ekstraksi sampel daging ikan nila yang
ditambahkan minyak atsiri jahe gajah segar 5 dan ekstrak etanol ampas jahe gajah kering
5 maupun tanpa penambahan antioksidan “S
b
, S
1 b
, S
2 b
” diuji bilangan peroksida dengan metode titrasi iodometri Tabel 4.6 dan FT-IR Lampiran 5 - 7
Tabel 4.6. Hasil Penentuan Bilangan Peroksida pada Minyak dari Daging Ikan
Nila dengan Metode Iodometri Sampel Lipida dari Daging Ikan Nila
S
b
S
1 b
S
2 b
Bilangan peroksida meqkg 16,992
13,824 13,104
Berdasarkan analisis FT- IR pada sampel minyak dari “S
b
, S
1 b
, S
2 b
” diperoleh puncak-puncak serapan yang sekaligus menunjukkan Transmitansi pada masing-
Universitas Sumatera Utara
masing puncak. Adapun Transmitansi untuk puncak gugus hidroperoksida dari hasil ekstraksi lipida dilihat pada Tabel 4.7.
Tabel 4.7. Hasil Analisis FT-IR untuk Transmitansi Hidroperoksida
dari Hasil Ekstraksi Sampel Lipida “S
b
, S
1 b
, S
2 b
” S
b
S
1 b
S
2 b
Transmitansi -OOH
16,125 20,7
32,521
Universitas Sumatera Utara
4.2. Pembahasan 4.2.1.Ekstraksi Jahe Gajah
4.2.1.1. Isolasi Minyak Atsiri Jahe Gajah Segar
Isolasi minyak atsiri jahe gajah segar dilakukan secara hidrodestilasi menggunakan stahl. Berat minyak atsiri diperoleh sebanyak 0,61 g 0,101.
Minyak atsiri jahe gajah segar yang diperoleh dari hasil penelitian dianalisa dengan GC-MS yang disesuaikan dengan library wiley 229, maka diperoleh
kandungan utama dari minyak atsiri jahe gajah segar yaitu sitral 13,97, 1,8 sineol 12,06, neral 10,94, kamfen 8,63, dan zingiberen 6,17 dimana senyawa
yang paling dominan adalah sitral sedangkan zingiberen hanya 6,47. Hasil yang diperoleh berbeda dengan hasil sebelumnya, yaitu minyak atsiri
jahe segar dari Zingiber Officinale dan variasinya yang diperoleh secara hidrodestilasi yang dianalisis dengan kombinasi GC kapiler dan GC-MS. Komponen-komponen
utama yang ditemukan antara lain : Z.Officinale common ginger yaitu zingiberen 16,70, [E,E]-
α-farnesen 13,10, geranial 7,6; Z.officinale var. Rubrum jahe merah yaitu kamfen 15,76, geranial 12,66 dan ar-kurkumen 9,71;
Z.Officinale var. Rubrum Theilade halia bara yaitu geranial 28,43, neral 14,20 dan geranil asetat 8,77; Z.Officinale var. Rubrum Theilade halia padi
yaitu geranial 28,43, neral 15,58 dan β-seskuifelandren 6,44 Zachariah, 2008.
Hal ini disebabkan karena faktor-faktor seperti asal, sampling, prosedur pengolahan, suhu, kondisi iklim dan metodologi analitis secara keseluruhan dapat
berkontribusi pada variasi yang ditemukan dalam komposisi minyak atsiri Zachariah, 2008; Padalia, 2011.
Berikut ini adalah pola fragmentasi yang mungkin dari beberapa senyawa McLafferty, 1988 antara lain:
1. Spektrum massa dari Geranial
Berdasarkan hasil analisis dengan GC-MS yang telah di sesuaikan dengan Library Wiley 229, maka spektrum geranial ditunjukkan pada Gambar 4.2.
Keterangan : A = Data spektrum massa hasil analisa GC-MS ; B = Library Wiley 229 yang merupakan data pembanding
Universitas Sumatera Utara
Gambar 4.2.
Spektrum Massa Geranial Adapun pola fragmentasi yang mungkin dari senyawa geranial ditunjukkan Gambar
4.3.
Gambar 4.3. Pola Fragmentasi yang mungkin dari Spektrum Senyawa Geranial
A
B
O
geranial + e
-
O
-2e
-
me = 152
O
HC CH
C H
3
C H
2
C O
CH
2
CH C
me = 152 _
83
CH
2
CH C
H
2
C
me = 69
CH
2
H
2
C
28 _
O
me = 152 _
CH
3
15
C O
C CH
CH O
C HC
C CH
CH O
C HC
me = 137
CH
2
CH
2
28 _
HC C
C H
CH O
C
C CH
H
3
C
_ 40
C HC
CH O
C C
C O
H H
me = 109
me = 69
C O
_ 28
H C
me = 41
Universitas Sumatera Utara
2. Spektrum massa dari 1,8-sineol Berdasarkan hasil analisis dengan GC-MS yang telah di sesuaikan dengan Library
Wiley 229, maka spektrum 1,8-sineol ditunjukkan pada Gambar 4.4.
Gambar 4.4. Spektrum massa dari 1,8-sineol
Adapun pola fragmentasi yang mungkin dari 1,8-sineol ditunjukkan pada gambar 4.5.
Gambar 4.5. Pola Fragmentasi yang mungkin dari Spektrum Senyawa 1,8-Sineol
B A
O
1,8 - sineol +e
-
- 2e
-
O
me = 154 me = 15
O
H
2
C HC
H
2
C CH
2
C CH
2
CH
3
C O
_ me = 139
96
me = 43 me = 139
H
3
C C
CH
3
O HC
HC
O
_ 15
58 me = 81
40 _
me = 41
O
O O
O H
H
2
C
C H
HC
CH
3
CH
3
_
_
Universitas Sumatera Utara
3. Spektrum massa dari neral Berdasarkan hasil analisis dengan GC-MS yang telah di sesuaikan dengan Library
Wiley 229, maka spektrum neral ditunjukkan pada Gambar 4.6.
Gambar 4.6. Spektrum Massa dari Neral
Adapun pola fragmentasi yang mungkin dari neral ditunjukkan pada gambar 4.7.
Gambar 4.7. Pola Fragmentasi yang mungkin dari Spektrum Senyawa Neral
B A
O
neral + e
-
O
-2e
-
me = 152
_
O
me = 152
HC CH
C CH
3
H
2
C O
CH
2
H C
C
CH
2
H C
C H
2
C
83 _
me = 69
CH
2
H
2
C
_ 28
C
me = 41
O
CH C
O
CH
3
_ me = 152
15
CH C
O
me = 137
CH C
CH H
C C
O
CH C
C H
H C
CH O
H
CH CH
3
H
3
C C
CH C
O HC
43 me = 94
H H
Universitas Sumatera Utara
4. Spektrum massa dari kamfen Berdasarkan hasil analisis dengan GC-MS yang telah di sesuaikan dengan Library
Wiley 229, maka spektrum kamfen ditunjukkan pada Gambar 4.8.
Gambar 4.8. Spektrum Massa dari Senyawa Kamfen
Adapun pola fragmentasi yang mungkin dari kamfen ditunjukkan Gambar 4.9.
Gambar 4.9. Pola Fragmentasi yang mungkin dari Spektrum Senyawa Kamfen
A
B
kamfen + e
-
-2e
-
CH
2
me = 136 15
me = 121 _
H
2
C CH
2
28
C
me = 93 _
HC CH
C
me = 67 26
CH
2
C CH
2
CH
2
H C
H C
CH
2
C H
CH CH
2
CH
3
me = 136 _
H
C C
H CH
Universitas Sumatera Utara
5. Spektrum massa dari zingiberen Berdasarkan hasil analisis dengan GC-MS yang telah di sesuaikan dengan Library
Wiley 229, maka spektrum zingiberen ditunjukkan pada Gambar 4.10.
Gambar 4.10.
Spektrum Massa dari Senyawa Zingiberen Adapun pola fragmentasi yang mungkin dari zingiberen ditunjukkan Gambar 4.11.
Gambar 4.11.
Pola Fragmentasi yang mungkin dari Spektrum Senyawa Zingiberen B
A
Zingiberen +e
-
- 2e
-
me = 204
CH
me = 204
HC CH
3
CH
3
_ 43
CH
2
CH
me =161 42
_
CH CH
CH CH
_ me =119
26 me =93
H C
C H
2
C
CH
2
H
2
C C
H
2
H
H C
CH HC
H H
2
C CH
CH
Universitas Sumatera Utara
4.2.1.2. Ekstrak Ampas Jahe Gajah Kering dengan Metode Sokletasi
Ekstraksi dengan metode sokletasi dilakukan terhadap ampas jahe gajah kering dengan pelarut etanol 96 sehingga diperoleh ekstrak pekat 3,1 g 14,12.
Berdasarkan uji skrining fitokimia, ekstrak etanol ampas jahe gajah kering hanya menunjukkan adanya senyawa golongan flavonoid dimana dengan pereaksi
FeCl
3
1 terjadi perubahan warna cokelat menjadi warna hitam.Perubahan warna yang terjadi dan juga pereaksi yang dipergunakan pada skrining fitokimia sesuai
dengan literatur metode fitokimia Harbone, 1987.
4.2.2. Aktivitas AntioksidanMinyak Atsiri Jahe Gajah Segar dan Ekstrak Etanol Ampas Jahe Gajah Kering
Minyak atsiri dari jahe gajah segar dan ekstrak pekat etanol ampas jahe gajah kering dilakukan uji aktivitas antioksidan dengan metode DPPH radikal bebas untuk
diperoleh nilai IC
50
dengan dilakukan pengamatan secara spekstrofometri UV-Visible pada panjang gelombang maksimum 518 nm Ramawasmy, 2011.
Adapun mekanisme utama peredaman radikal DPPH adalah sebagai berikut: DPPH· +
AH DPPH-H
+ A·
Pada uji DPPH, peredaman radikal DPPH diikuti dengan pemantauan penurunan absorbansi pada panjang gelombang maksimum yang terjadi karena pengurangan oleh
antioksidan AH atau reaksi dengan spesiradikal R ·. Data yang sering dilaporkan sebagai IC
50
, merupakan konsentrasi antioksidan yang dibutuhkan untuk 50 peredaman radikal DPPH pada periode waktu tertentu 15-30 menit Pokorny, 2001.
DPPH sering dipakai karena menunjukkan suatu radikal yang stabil seperti pada Gambar 4.12 Ionita, 2005.
Gambar 4.12 . Kestabilan radikal bebas DPPH
N N NO
2
O
2
N O
2
N
H
+ _
N N NO
2
O
2
N O
2
N N N
O
2
N
O
2
N NO
2
Universitas Sumatera Utara
Dari hasil analisis dengan UV-Visble diperoleh absorbansi dari masing-masing, dimana dengan persamaan Least square akan diperoleh nilai IC
50
Lampiran 3. Untuk minyak atsiri jahe gajah segar diperoleh IC
50
sebesar 1.218,70 µgmL dan untuk ekstrak etanol ampas jahe gajah kering diperoleh sebesar 1.107,70 µgmL.
Bila dibandingkan dengan hasil penelitian sebelumnya yaitu dengan bahan jahe kering menunjukkan bahwa IC
50
minyak atsiri sebesar 65,5 µgmL El-baroty, dkk, 2010 dan ekstrak etanol memiliki peredaman terhadap radikal bebas DPPH sebesar
95,1 µgmL Morakinyo, dkk, 2011. Hal ini menunjukkan bahwa hasil penelitian minyak atsiri yang diperoleh,
memberikan hasil peredaman radikal bebas DPPH sebesar 50 lebih kecil dibanding penelitian sebelumnya, yang disebabkan karena proses hidrodestilasi yang dilakukan
akan membuat komponen minyak seperti ester sensitif terhadap hidrolisis sementara yang lain-lain seperti hidrokarbon asiklik monoterpen dan aldehida rentan terhadap
polimerisasi karena pH air sering berkurang selama destilasi. Komponen teroksigenasi seperti fenol memiliki kecenderungan untuk larut dalam air
Handa,2008. Ketika minyak atsiri di pisahkan oleh destilasi uap. Aktivitas antioksidannya, bagaimanapun, sebagian hilang bahkan sebagai minyak atsiri
memiliki beberapa aktivitas antioksidan biasanya tidak terlalu tinggi Pokorny, 2001. Maka dari itu aktivitas antioksidan minyak atsiri yang diperoleh sangat lemah.
Untuk aktivitas antioksidan dari ekstrak ampas jahe gajah kering yang diperoleh lebih kecil dari pada hasil penelitian terhadap jahe segar yang dikeringkan.
Hal ini dikarenakan bahan ampas yang dipakai merupakan sisa hasil destilasi air stahl telah berkurang komponen senyawa fenolik yang bersifat sebagai antioksidan
pada saat destilasi stahl sedang berlangsung, yang mungkin terjadinya kontak langsung antara sampel dengan air panas. Dimana Purnomo, 2010 menunjukkan
bahwa ekstrak air panas jahe gajah segar dengan pemanasan 100 + 1
o
C selama 6 menit menunjukkan aktivitas antioksidan metode DPPH sebesar 84,21 + 0,18 ,
dan juga karena pemisahan minyak atsiri secara destilasi air karena tidak hanya resin non-volatil dari rempah-rempah, tetapi juga minyak atsiri dari berbeda jenis rempah
adalah aktif sebagai antioksidan. Setelah pemisahan minyak atsiri dari rempah tersebut, maka sisa fraksi non-volatil akan memiliki aktivitas antioksidan yang lebih
rendah daripada bahan aslinya Zeuthen, 2003. Oleh karena itu, aktivitas antioksidan untuk ekstrak etanol ampas jahe gajah kering yang diperoleh sangat lemah.
Universitas Sumatera Utara
4.2.3. Aplikasi Sifat Antioksidan terhadap Daging Ikan Nila