Uji Normalitas Uji Multikolinearitas

54

3.7 Teknik Analisis Data

Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan analisis regresi linier berganda. Pengujian ini dilakukan dengan menggunakan software SPSS versi 16. Berikut ini dijelaskan tahapan-tahapan pengujian dalam penelitian ini:

3.7.1 Analisis Statistik Deskriptif

Statistik deskriptif descriptive statistic memberikan gambaran atau deskripsi suatu data yang dilihat dari nilai rata-rata mean, standar deviasi, varian, maksimum, minimum, sum, range, kurtosis dan skewness Ghozali, 2006: 29. Statistik deskriptif dimaksudkan untuk memberikan gambaran mengenai distribusi dan perilaku data sampel tersebut.

3.7.2 Uji Asumsi Klasik

Untuk mengetahui apakah model regresi yang diperoleh dapat menghasilkan estimator linier yang BLUE Best Linear Unbiased Estimator perlu dilakukan uji asumsi klasik. Dalam uji asumsi klasik ini model analisis yang digunakan akan menghasilkan estimator yang tidak bias apabila memenuhi beberapa asumsi klasik sebagai berikut:

1.7.2.1 Uji Normalitas

Menurut Ghozali, 2006: 110 Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal. Seperti diketahui bahwa Universitas Sumatera Utara 55 uji T dan F mengasumsikan baha nilai residual mengikuti distribusi normal. Kalau asumsi ini dilanggar maka uji statistik menjadi tidak valid untuk jumlah sampel kecil. Untuk menguji normalitas peneliti menggunakan pendekatan grafik berupa histogram dan P-Plot serta uji Kolmogorov Smirnov . Kriteria pengujian yang digunakan adalah nilai p-value, apabila nilai p-value0,05, maka dapat dinyatakan bahwa data berdistribusi normal, dan apabila jika p-value0,05 maka dapat dinyatakan bahwa data tidak berdistribusi normal.

1.7.2.2 Uji Multikolinearitas

Menurut Ghozali, 2006: 91 uji multikolonieritas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas independen. Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi di antara variabel independen. Jika variabel independen saling berkorelasi, maka variabel-variabel ini tidak ortogonal. Variabel ortogonal adalah variabel independen yang nilai korelasi antar sesame variabel independen sama dengan nol. Untuk mendeteksi ada atau tidaknya multikolinearitas di dalam model regresi adalah sebagai berikut: a. Nilai R 2 yang dihasilkan oleh suatu estimasi model regresi empiris sangat tinggi, tetapi secara individual variabel- variabel independen banyak yang tidak signifikan mempengaruhi variabel dependen. Universitas Sumatera Utara 56 b. Menganalisis matrik korelasi varariabel-variabel independen. Jika antar variabel independen ada korelasi yang cukup tinggi umumnya di atas 90, maka hal ini merupakan indikasi adanya multikolinearitas. Tidak adanya korelasi yang tinggi antar variabel independen tidak berarti bebas dari multikolinearitas. Multikolinearitas dapat disebabkan karena adanya efek kombinasi dua atau lebih variabel independen. c. Multikolinearitas dapat juga dilihat dari 1 nilai tolerance dan lawannya 2 variance inflation factor VIF. Kedua ukuran ini menunjukkan setiap variabel independen mankah yang dijelaskan oleh variabel independen lainnya. Dalam pengertian sederhana setiap variabel independen menjadi variabel dependen dan diregress terhadap variabel independen lainnya. Tolerance mengukur variabilitas variabel independen yang terpilih yang tidak dijelaskan oleh variabel independen lainnya. Jadi nilai tolerance yang rendah sama dengan nilai VIF tinggi karena VIF = 1Tolerance. Nilai cut off yang umum dipaki untuk menunjukkjan adanya multikolinearitas adalah nilai Tolera nce 0,10 atau sama dengan nilai VIF10. Universitas Sumatera Utara 57

3.7.2.3 Uji Heteroskedastisitas

Dokumen yang terkait

Pengaruh Perbedaan Laba Akuntansi Dan Laba Fiskal Terhadap Persistensi Laba Dengan Komponen Akrual Sebagai Variabel Moderasi Pada Perusahaan Perbankan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

0 15 93

PENGARUH BOOK-TAX DIFFERENCES TERHADAP PERSISTENSI LABA PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR Pengaruh Book-Tax Differences Terhadap Persistensi Laba Pada Perusahaan Manufaktur Di Bursa Efek Indonesia.

0 2 14

PENGARUH BOOK-TAX DIFFERENCES TERHADAP PERSISTENSI LABA PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR Pengaruh Book-Tax Differences Terhadap Persistensi Laba Pada Perusahaan Manufaktur Di Bursa Efek Indonesia.

0 3 14

ANALISIS PENGARUH PERSISTENSI LABA, ARUS KAS DAN AKRUAL TERHADAP LABA YANG AKAN DATANG DENGAN BOOK-TAX DIFFERENCES SEBAGAI VARIABEL MODERASI (Studi Pada Perusahaan Manufaktur di BEI Tahun 2006-2009).

0 0 2

Pengaruh Perbedaan Laba Akuntansi Dan Laba Fiskal Terhadap Persistensi Laba Dengan Komponen Akrual Sebagai Variabel Moderasi Pada Perusahaan Perbankan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

0 0 12

Pengaruh Perbedaan Laba Akuntansi Dan Laba Fiskal Terhadap Persistensi Laba Dengan Komponen Akrual Sebagai Variabel Moderasi Pada Perusahaan Perbankan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

0 0 2

Pengaruh Perbedaan Laba Akuntansi Dan Laba Fiskal Terhadap Persistensi Laba Dengan Komponen Akrual Sebagai Variabel Moderasi Pada Perusahaan Perbankan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

0 0 9

Pengaruh Perbedaan Laba Akuntansi Dan Laba Fiskal Terhadap Persistensi Laba Dengan Komponen Akrual Sebagai Variabel Moderasi Pada Perusahaan Perbankan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

0 0 28

Pengaruh Perbedaan Laba Akuntansi Dan Laba Fiskal Terhadap Persistensi Laba Dengan Komponen Akrual Sebagai Variabel Moderasi Pada Perusahaan Perbankan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

0 0 3

ANALISIS BOOK TAX DIFFERENCES TERHADAP PERSISTENSI LABA DAN LABA AKRUAL SEBAGAI VARIABEL MODERATING PADA PERUSAHAAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA | Pramitasari | Jurnal Akuntansi dan Investasi 2011 5474 1 PB

0 0 11