11
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan  latar  belakang  yang  telah  dikemukakan  pada  bagian sebelumnya,  maka  dapat  dirumuskan  permasalahan  pada  penelitian  ini  sebagai
berikut : 1.
Apakah perbedaan permanen  book tax differences berpengaruh terhadap perubahan laba?
2. Apakah perbedaan temporer  book tax differences berpengaruh terhadap
perubahan laba? 3.
Apakah perbedaan permanen dan perbedaan temporer book tax differences berpengaruh secara simultan terhadap perubahan laba?
4. Apakah arus kas operasi mempengaruhi hubungan antara perbedaan
permanen book tax differences terhadap  perubahan laba? 5.
Apakah arus kas operasi mempengaruhi hubungan antara perbedaan temporer book tax differences terhadap perubahan laba?
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1 Tujuan Penelitian
Sesuai  dengan  latar  belakang  dan  perumusan  masalah  yang  telah dikemukakan sebelumnya , maka penelitian ini memilki tujuan untuk :
1. Memperoleh data dan bukti empiris bahwa terdapat  pengaruh dari
perbedaan  permanen    book  tax  differences  berpengaruh  terhadap perubahan laba
Universitas Sumatera Utara
12 2.
Memperoleh data dan bukti empiris bahwa terdapat  pengaruh dari perbedaan  temporer    book  tax  differences  berpengaruh  terhadap
perubahan laba 3.
Memperoleh data dan bukti empiris bahwa terdapat   pengaruh dari perbedaan  permanen  dan perbedaan temporer  book  tax  differences
berpengaruh secara simultan terhadap perubahan laba. 4.
Memperoleh  data  dan  bukti  empiris  bahwa  arus  kas  operasi mempengaruhi  hubungan  antara  perbedaan  permanen    book  tax
differences terhadap  perubahan laba.
5. Memperoleh  data  dan  bukti  empiris  bahwa  arus  kas  operasi
mempengaruhi  hubungan  antara  perbedaan  temporer    book  tax differences
terhadap  perubahan laba.
1.3.2  Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini yaitu : 1.
Bagi peneliti Dapat menjadi bahan referensi bagi peneliti lain dan sarana berpikir
secara ilmiah untuk penelitian yang selanjutnya. 2.
Bagi kalangan akademik Dapat menjadi referensi dan sumbangan konseptual sebagai  bahan
pembelajaran  dan  menambah  wawasan  pengetahuan  di  bidang akuntansi dan perpajakan.
3. Bagi pemakai informasi akuntansi
Universitas Sumatera Utara
13 Dapat  memahami  nilai  informatif  dari  book  tax  differences  dalam
memprediksi kinerja perusahaan pada masa depan serta mengetahui akibat-akibat
yang mungkin
ditimbulkan sehingga
dapat mengambil  keputusan  yang  tepat  dalam  menggunakan  informasi
keuangan yang disajikan. 4.
Bagi manajemen perusahaan Dapat  memberikan  sumbangan  pemikiran  sebagai  bahan  masukan
untuk  kemajuan  perusahaan  terutama  dalam  penelitian  dan  analisa laporan keuangan.
Universitas Sumatera Utara
14
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1   Tinjauan Pustaka 2.1.1   Perbedaan Laporan Keuangan Komersial dengan Laporan
Keuangan Fiskal Book Tax Differences
Pada  umumnya  perusahaan  bisnis  menyelenggarakan  pembukuan berdasarkan standar akuntansi keuangan yang disusun oleh Ikatan Akuntan
Indonesia,  dan  menyusun  laporan  keuangan  fiskal  yang  berdasarkan ketentuan  peraturan  perundang-undangan  perpajakan  melalui  proses
rekonsiliasi. Perbedaan laporan keuangan akuntansi komersial dengan laporan
keuangan  fiskal  adalah  laporan  keuangan  komersial  ditujukkan  untuk menilai  kinerja  ekonomi  dan  keadaan  finansial  dari  sektor  bisnis,
sedangkan  laporan  keuangan  fiskal  lebih  ditujukan  untuk  menghitung pajak. Penyebab  perbedaan laporan keuangan komersial  dan  fiskal adalah
karena  terdapat  perbedaan  prinsip  akuntansi,  perbedaan  metode  dan prosedur  akuntansi,  perbedaan  pengakuan  penghasilan  dan  biaya,  serta
perbedaan perlakuan penghasilan dan biaya Resmi, 2011: 370.
Peraturan  pajak  yang  berlaku  di  Indonesia  mengharuskan  laporan laba  rugi  fiskal  dihitung  berdasarkan  metode  akuntansi  yang  digunakan
perusahaan  dalam  menghitung  laba  akuntansi,  sehingga  perusahaan  tidak perlu  melakukan  pembukuan  ganda  untuk  dua  tujuan  pelaporan  laba
tersebut.  Untuk  menentukan  besarnya  laba  rugi  fiskal,  perusahaan
Universitas Sumatera Utara
15 melakukan rekonsiliasi  fiskal.  Rekonsiliasi  fiskal  merupakan  penyesuaian
antara  laporan  keuangan  komersial  dengan  laporan  keuangan  fiskal melalui  perbedaan  permanen  dan  perbedaan  temporer  atau  koreksi  fiskal
positif dan koreksi fiskal negatif Zain, 2008: 221. Perbedaan  utama  antara  laporan  keuangan  komersial  dengan
laporan  keuangan  fiskal  disebabkan  oleh  perbedaan  tujuan  serta  dasar hukumnya,  tahun  pajak  atau  tahun  buku,  metode  akuntansi  yang
digunakan dan konsep yang menjadi acuannya, walaupun dalam beberapa hal  terdapat  kesamaan  antara  akuntansi  pajak  yang  mengacu  pada
ketentuan  peraturan  perundang-undangan  perpajakan  dan  akuntansi keuangan  yang  mengacu  kepada  standar  akuntansi  keuangan.  Perbedaan
kedua  dasar  penyusunan  laporan  keuangan  tersebut  mengakibatkan perbedaan penghitungan laba rugi suatu entitas yang pada akhirnya akan
menimbulkan jumlah laba yang berbeda antara laba akuntansi dengan laba fiskal  atau  yang  dikenal  dengan  istilah  book  tax  differences  Zain,  2008:
118. Terdapat  hal-hal  yang  membedakan  antara  laporan  keuangan
komersial  dan  laporan  keuangan  fiskal.  Perbedaan  tersebut  dapat  dilihat pada tabel di bawah ini.
Universitas Sumatera Utara
16
Tabel 2.1 Perbedaan Laporan Keuangan Komersial dan Laporan Keuangan Fiskal
Komersial Fiskal
Berdasar pada
Standar Akuntansi
Keuangan yang dirumuskan IAI Berdasar  pada  peraturan  perpajakan
yang  ditetapkan  oleh  badan  legislatif dan eksekutif
Tujuan akuntansi komersial adalah  untuk menyediakan  informasi  yang  berguna
bagi  para  pemakai  dalam  pengambilan keputusan
Tujuan  pembukuan  adalah  agar  wajib pajak dapat menghitung besarnya pajak
yang terutang
Laporan  laba  rugi  komersial  merupakan penandingan pendapatan dengan biaya
Laporan laba
rugi merupakan
penandingan objek
pajak dengan
pengurang penghasilan bruto Menganut  prinsip  konsistensi.  Apabila
terjadi  perubahan  harus  melaporkan akibat
perubahan dalam
laporan keuangan
Menganut prinsip taat asas konsisten. Apabila
terjadi perubahan
harus mendapat
persetujuan Direktorat
Jenderal  Pajak  dan  melaporkan  akibat perubahan tersebut
Menggunakan stelsel akrual Menggunakan
stelsel akrual
atau stelsel  kas  dengan  memperhatikan
ketentuan pasal 28 UU KUP Menganut  prinsip  konservatif  dalam
bentuk  cadangan  penyisihan  misal, penyisihan
piutang tidak
tertagih, penyisihan  utang  garansi,  penyisihan
harga pasar, dsb Tidak  menganut  prinsip  konservatif,
kecuali dalam  hal penyisihan cadangan piutang  tak  tertagih  pada  usaha  bank
dan  sewa  guna  usaha,  hak  opsi, cadangan
untuk usaha
asuransi, cadangan  biaya  reklamasi  untuk  usaha
pertambangan pasal 9 ayat 1 huruf c UU No.36 tahun 2008
Menganut biaya historis Menganut
biaya historis
dengan memperhatikan  harga  pertukaran  yang
objektif Subtansi mengalahkan bentuk formal
Substansi  mengalahkan  bentuk  formal, tetapi  dalam  beberapa  kasus,  bentuk
formal mengalahkan substansi Jika  terdapat  pelanggaran  tidak  ada
sanksi tetapi
mempengaruhi opini
akuntan publik Jika
terdapat pelanggaran
dapt dikenakan
sanksi berupa
sanksi administrasi maupun sanksi pidana
Sumber : Poernomo, 2008, Modul Akuntansi Pajak, diolah.
Universitas Sumatera Utara
17
2.1.2    Perbedaan Permanen dan Perbedaan Temporer
Perbedaan  permanen  antara  laba  akuntansi  dan  penghasilan  kena pajak  yang  disebabkan  oleh  ketentuan  perpajakan  dan  tidak  akan
menimbulkan  permasalahan  akuntansi  serta  tidak  memberikan  pengaruh terhadap  kewajiban  perpajakan  di  masa  mendatang.  Hal  ini  timbul  akibat
adanya  perbedaan  pengakuan  beban  dan  pendapatan  antara  pelaporan komersial dan fiskal. Hubungan antara penghasilan sebelum pajak menurut
pembukuan  pretax  income  dengan  penghasilan  kena  pajak  taxable income
dapat digambarkan sebagai berikut:
Tabel 2.2 Hubungan antara penghasilan sebelum pajak menurut pembukuan pretax
income dengan penghasilan kena pajak taxable income
PERBEDAAN PERMANEN KOREKSI FISKAL POSITIF
NEGATIF PERBEDAAN TEMPORER
KOREKSI FISKAL POSITIF NEGATIF
Undang-undang, umumnya bersumber dari :
Pasal 4 ayat 3 Pasal 9 ayat 1 dan 2
Pasal 18 Peraturan Pemerintah
Keputusan Menteri Keuangan Keputusan Surat EdaranDirektur
Jenderal Pajak Undang-undang, umumnya
bersumber dari: Pasal 6 ayat 1 huruf h
Pasal 10 ayat 6 Pasal 11 dan 11A
Peraturan Pemerintah Keputusan Menteri Keuangan
Keputusan Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak
Sumber: Zain, Manajemen Perpajakan, 2008.
Universitas Sumatera Utara
18
2.1.2.1 Perbedaan Permanen
Perbedaan  permanen  disebabkan  oleh  pengaturan  yang  berbeda terkait dengan pengakuan penghasilan dan biaya antara Standar akuntansi
Keuangan dengan Ketentuan Peraturan Perundang-undangan Perpajakan. Jadi dapat dikatakan bahwa berdasarkan ketentuan peraturan perundang-
undangan  perpajakan, ada beberapa  penghasilan  yang  bukan  merupakan objek  pajak,  sedangkan  secara  komersial  penghasilan  tersebut  diakui
sebagai  penghasilan.  Begitu  juga  sebaliknya,  ada  beberapa  biaya  sesuai ketentuan  perundang-undangan  perpajakan  termasuk  biaya  fiskal  yang
tidak  boleh  dikurangkan,  sedangkan  menurut  komersial  biaya  tersebut diperhitungkan sebagai biaya. Pada umumnya perbedaan permanen yang
terjadi akibat perbedaan pengakuan penghasilan dan biaya terdapat pada: a
Pasal 4 ayat 3 UU No. 36 Tahun 2008 Perbedaan  yang  tercantum  dalam  pasal  4  ayat  3  Undang-Undang
Pajak    Penghasilan  berkenaan  dengan  penghasilan  yang  bukan merupakan  objek  pajak.  Jadi,  setiap  penghasilan  yang  termasuk
dalam  pasal  ini  harus  dikeluarkan  dari  laporan  laba  rugi  komersial untuk  memperoleh  laba  fiskal.  Berikut  ini  beberapa  contoh
penghasilan yang bukan merupakan objek pajak: 1.
Bantuan, sumbangan, termasuk zakat yang diterima badan amil zakat yang dibentuk secara sah;
2. Warisan;
Universitas Sumatera Utara
19 3.
Penggantian  atau  imbalan  sehubungan  dengan  pekerjaan  atau  jasa yang  diterima  atau  diperoleh  dalam  bentuk  natura  dan  atau
kenikmatan dari wajib pajak atau pemerintah; 4.
Pembayaran  dari  perusahaan  asuransi  kepada  orang  pribadi sehubungan  dengan  asuransi  kesehatan,  asuransi  kecelakaan,
asuransi jiwa, asuransi dwiguna dan asuransi beasiswa; 5.
Iuran yang diterima atau diperoleh dana pensiun, yang pendiriannya telah disahkan oleh Menteri Keuangan.
6. Bagian  laba  yang  diterima  atau  diperoleh  anggota  dari  perseroan
komanditer  yang  modalnya  tidak  terbagi  atas  saham,  persekutuan, firma dan kongsi.
b  Pasal 9 ayat 1 dan 2 UU No. 36 Tahun 2008 Perbedaan  yang  tercantum  dalam  pasal  9  ayat  1  dan  ayat  2
Undang-undang  Pajak  Penghasilan  berkenaan  dengan  pengeluaran yang  tidak  boleh  dibebankan  sebagai  biaya.  Seperti  halnya  dengan
perlakuan  terhadap  penghasilan  yang  bukan  merupakan  objek  pajak, jika terdapat pengeluaran yang tidak boleh dikurangkan dalam sebagai
biaya  dalam  laporan  laba  rugi  komersial  maka  harus  dikeluarkan untuk  memperoleh  laba  fiskal.  Berikut  beberapa  contoh  pengeluaran
yang tidak boleh dibebankan sebagai biaya: 1.
Pembagian  laba  dengan  nama  dan  dalam  bentuk  apapun  seperti dividen, termasuk dividen yang dibayarkan oleh perusahaan asuransi
kepada pemegang polis, dan pembagian sisa hasil usaha koperasi;
Universitas Sumatera Utara
20 2.
Biaya  yang  dibebankan  atau  dikeluarkan  untuk  kepentingan  pribadi pemegang saham, sekutu, atau anggota;
3. Pembentukan  atau  pemupukan  dana  cadangan,  kecuali  cadangan
piutang  tak  tertagih  untuk  usaha  bank  dan  badan  usaha  lain  yang menyalurkan  kredit,  sewa  guna  usaha  dengan  hak  opsi,  perusahaan
pembiayaan konsumen, dan perusahaan anjak piutang; 4.
Penggantian  atau  imbalan  sehubungan  dengan  pekerjaan  atau  jasa yang diberikan dalam bentuk natura dan kenikmatan;
5. Jumlah yang melebihi kewajaran yang dibayarkan kepada pemegang
saham atau kepada pihak yang mempunyai hubungan istimewa; 6.
Pajak penghasilan; 7.
Pengeluaran  untuk  mendapatkan,  menagih,  dan  memelihara penghasilan yang mempunyai masa manfaat lebih dari 1 satu tahun
tidak dibolehkan untuk dibebankan sekaligus, melainkan dibebankan melalui penyusutan atau amortisasi.
c Pasal 18 Perbedaan  yang  tercantum  dalam  pasal  18  Undang-Undang  Pajak
Penghasilan  berkenaan  dengan  kewenangan  Menteri  Keuangan Direktur  Jenderal  Pajak  untuk  mengatur  keperluan  penghitungan
pajak. Beberapa contoh kewenangan tersebut adalah sebagai berikut: 1.
Kewenangan  untuk  mengeluarkan  keputusan  mengenai  besarnya perbandingan  antara  utang  dan  modal  perusahaan  untuk  keperluan
penghitungan pajak;
Universitas Sumatera Utara
21 2.
Kewenangan  untuk  menetapkan  saat  diperolehnya  dividen  oleh wajib  pajak luar negeri, atas  penyertaan modal pada badan usaha  di
luar negeri; 3.
Kewenangan  untuk  menentukan  kembali  besarnya  penghasilan  dan pengurangan  serta  menentukan  utang  sebagai  modal  untuk
menghitung besarnya penghasilan kena pajak bagi  wajib pajak yang mempunyai hubungan istimewa dengan wajib pajak lainnya.
Perbedaan  permanen  dapat  memengaruhi  salah  satu  dari  laporan keuangan  tersebut,  baik  laporan  keuangan  yang  disusun  berdasarkan
akuntansi  keuangan,  maupun  laporan  keuangan  untuk  kepentingan perpajakan, tetapi tidak kedua-duanya Zain, 2008: 231
Perbedaan  permanen  terjadi  jika  perbedaan  laba  fiskal  dan  laba komersial tahunan tidak akan terpulihkan dikemudian hari sehingga juga
terjadi  perbedaan  laba  fiskal  dan  laba  komrsial  total.  Perbedaan permanen  dapat  positif  apabila  laba  komersial  lebih  besar  dari  laba
fiskal  atau  negatif  apabila  laba  komersial  lebih  kecil  dari  laba  fiskal. Karena  dilihat  dari  sisi  akuntansi  maka  peristilahan  positifnegatif
merupakan  kebalikan  dari  istilah  koreksi  positifnegatif    untuk  tujuan pajak. Untuk penghitungan penghasilan kena pajak beda pengaturan yang
menyebabkan laba  fiskal  menjadi lebih  besar dari laba komersial  secara administrasi  pajak  disebut  koreksi  positif,  sebaliknya  beda  pengaturan
yang  menyebabkan  laba  fiskal  lebih  kecil  dari  laba  komersial  disebut
Universitas Sumatera Utara
22 koreksi  negatif  Gunandi,  2013:  140.  Beberapa  contoh  Perbedaan
permanen sebagai berikut: 1.
Menurut  akuntansi  komersial  merupakan  penghasilan  sedangkan menurut ketentuan PPh bukan penghasilan. Misalnya deviden berasal
dari  cadangan  laba  ditahan  yang  diterima  oleh  Perseroan  Terbatas sebagai wajib pajak dalam negeri dari penyertaan modal sebesar  25
atau  lebih  pada  badan  usaha  yang  didirikan  dan  berkedudukan  di Indonesia.
2. Menurut akuntansi komersial merupakan bagian dari total penghasilan
sedangkan  menurut  ketentuan  PPh  karena  telah  dikenakan  PPh  yang brsifat  final  maka dipisahkan tidak perlu  digabung dari penghasilan
lainnya  dalam  menghitung  PPh  yang  terutang.  Misalnya  penghasilan bunga  deposito  atau  tabungan  lainnya  yang  telah  dipotong  PPh  Final
20 oleh bank. 3.
Menurut  akuntansi  komersial  merupakan  beban  biaya  sedangkan menurut Pasal 9 1 UUPPh tidak terdapat dibebankan, misalnya:
  Biaya-biaya yang digunakan untuk memperoleh penghasilan yang bukan objek pajak atau  dikenakan pajak final.
  Penggantianimbalan  sehubungan  dengan  pekerjaan  atau  jasa yang diberikan dalam bentuk natura atau kenikmatan.
  Sanksi perpajakan berupa bunga, denda, dan kenaikan.   Biaya-biaya yang menurut ketentuan PPh tidak dapat dibebankan
karena  tidak  memenuhi  syarat-syarat  tertentu,  misalnya  biaya
Universitas Sumatera Utara
23 enterta iment
, penghapusan piutang dan biaya promosi yang tanpa daftar
nominatif, serta
sumbangan bencana
alamlitbanginfrastruktur  sosialfasilitas  pendidikanpembinaan olah  raga  yang  melebihi  5  dari  laba  fiskal  tahun  lalu  atau
menyababkan rugi fiskal tahun berjalan. 4.
Kerugian  penjualan  aset  yang  tidak  digunakan  untuk  mndapatkan  , menagih  dan  memelihara  penghasilan  kena  pajak,  rugi  selisih  kurs
dari kegiatan yang bersifat spekulatif. 5.
Deviden  saham,  deviden  terselubung  dan  deviden  antar  perusahaan dengan pemilikan saham dibawah 25.
6. Pemberian  fasilitas  pajak,  misalnya  investment  allowance,  kredit
investasi,  dan  pembebasan  pajak  atau  pajak  DPT,  apabila  WP menghitung PPh teoretis atas laba komersial.
7. Biaya
–biaya  yang  melebihi  harga  pasar  wajar  antar  pihak  yang mempunyai  hubungan istimewa, dan koreksi-koreksi karena transaksi
antar wajib pajak yang mempunyai hubungan istimewa. 8.
Segala  sumbangan  selain  diatas,  bantuan  dan  hibah  kepada  pihak- pihak yang mempunyai hubungan istimewa.
9. Pembentukan
dan pemupukan
dana cadangan
yang tidak
diperbolehkan,  antisipasi  kerugianpenurunan  nilai  aset  asset impa irmen
, dan penyisihan lainnya. 10.
Penilaian  aset  tetap  menurut  metode  revaluasian  tiap  akhir  tahun untuk akuntansi komersial untuk fiskal dipakai  metode  biaya, tanpa
Universitas Sumatera Utara
24 diakuinya  penurunan  nilai  revaluasian  untuk  perpajakan  walaupun
mengenakan PPh atas sisa nilai lebih revaluasi. 11.
Laba-rugi  selisih  kurs  valas  yang  berasal  dari  kegiatan  usaha  atau yang berkaitan langsung dengan kegiatan usaha yang dikenakan pajak
final atau bukan merupakan objek pajak. 12.
Biaya-biaya untuk keperluan pemegang saham, dsb.
2.1.2.2 Perbedaan Temporer
Perbedaan  temporer  disebabkan  karena  adanya  perbedaan  waktu pengakuan  penghasilan  dan  biaya  untuk  penghitungan  laba.  Perbedaan
ini  terjadi  karena  berdasarkan  ketentuan  peraturan  perundang-undangan perpajakan terdapat penghasilan atau biaya yang boleh dikurangkan pada
periode  akuntansi  terdahulu  atau  periode  akuntansi  berikutnya  dari periode  akuntansi  sekarang.  Sementara  itu,  komersial  mengakuinya
sebagai  penghasilan  atau  biaya  pada  periode  yang  bersangkutan.  Zain 2008:  213.  Pasal-pasal  dalam  Undang-Undang  Pajak  Penghasilan  UU
Pajak  No.  36  Tahun  2008  yang  terkait  dengan  perbedaan  temporer adalah sebagai berikut:
1. Pasal 6 ayat 1 huruf h Ketentuan  perundang-undangan  perpajakan  yang  berkaitan
dengan  penghapusan  piutang  tidak  tertagih  fiskal.  Secara  lengkap pasal tersebut berbunyi sebagai berikut:
Universitas Sumatera Utara
25 Besarnya  penghasilan  kena  pajak  bagi  wajib  pajak  dalam  negeri  dan
bentuk  usaha  tetap,  ditentukan  berdasarkan  penghasilan  bruto dikurangi piutang yang nyata-nyata tidak dapat ditagih, dengan syarat:
1. Telah  dibebankan  sebagai  biaya  dalam  laporan  laba  rugi
komersial; 2.
Telah  diserahkan  perkara  penagihannya  kepada  Pengadilan Negeri atau instansi pemerintah  yang  menangani  piutang  negara;
atau adanya
perjanjian tertulis
mengenai penghapusan
piutangpembebasan  utang  antara  kreditur  dan  debitur  yang bersangkutan;
3. Telah dipublikasikan dalam penerbitan umum atau khusus; dan
4. Wajib  pajak  harus  menyerahkan  daftar  piutang  yang  tidak  dapat
ditagih  kepada  Direktorat  Jenderal  Pajak.  Yang  pelaksanaannya diatur lebih lanjut dengan Keputusan Direktur Jenderal Pajak.
2. Pasal 10 ayat 6 Ketentuan  perundang-undangan  perpajakan  yang  mengatur
tentang  metode  penilaian  persediaan.  Secara  lengkap,  pasal  tersebut berbunyi sebagai berikut:
“Persediaan  dan  pemakaian  persediaan  untuk  penghitungan harga  pokok  dinilai  berdasarkan  harga  perolehan  yang  dilakukan
secara  rata-rata  atau  dengan  cara  mendahulukan  persediaan  yang diperoleh pertama”.
Universitas Sumatera Utara
26 3. Pasal 11 dan pasal 11 A
Ketentuan  peraturan  perundang-undangan  perpajakan  yang mengatur  tentang  metode  penyusutan  dan  amortisasi.  Beberapa  hal
yang  berkaitan  dengan  kedua  pasal  tersebut  misalnya  mengenai penetapan  masa  manfaat  dan  tarif  penyusutan  harta  berwujud  serta
penetapan masa manfaat dan amortisasi harta tak berwujud. Lebih  lanjut  penyebab  perbedaan  temporer  dapat  dijelaskan  sebagai
berikut: a.
Metode Penyusutan dan Amortisasi Penyusutan  untuk  kepentingan  perpajakan  secara  substansial
berbeda  dengan  penyusutan  untuk  kepentingan  akuntansi.  Metode penyusutan  menurut  akuntansi  didisain  untuk  mempersandingkan
antara pengeluaran suatu aset atau penurunan manfaat aset bersamaan dengan  manfaat  ekonomis  yang  didapatkan  dari  penggunaan  aset
tersebut.  Periode  penyusutan  atau  masa  manfaat  yang  digunakan untuk  kepentingan  perpajakan  didasarkan  pada  ketentuan  perundang-
undangan  perpajakan  dan  sama  sekali  tidak  terkait  dengan  masa manfaat aset yang bersangkutan atau dengan kata lain tidak ada usaha
untuk  mempersandingkan  antara  penghasilan  dengan  pengeluaran Zain,  2008:  241.  Perbedaan  metode  penyusutan  atau  amortisasi
antara  standar  akuntansi  keuangan  dengan  ketentuan  peraturan perundang-undangan perpajakan dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Universitas Sumatera Utara
27
Tabel 2.3 Perbedaan Ketentuan Penyusutan atau Amortisasi menurut Perpajakan dan
menurut Akuntansi Ketentuan  Peraturan  Perundang-
undangan Perpajakan Standar Akuntansi keuangan
Terdapat  pengelompokan  aset  yang terdiri  dari  kelompok  harta  berwujud
dan  kelompok  harta  tidak  berwujud. Kelompok harta berwujud terdiri dari:
I. Bukan bangunan a. Kelompok 1
b. Kelompok 2 c. Kelompok 3
d. Kelompok 4 II. Bangunan
a. Permanen b. Tidak Permanen
Kelompok  harta  tak  berwujud  terdiri dari  Kelompok  1,  kelompok  2,
kelompok 3, dan kelompok 4. Tidak terdapat  pengelompokan aset yang
didasarkan pada
penyusutan atau
amortisasinya. Pengelompokan
aset didasarkan  menurut  kelancarannya  dan
ketetapannya,  yang  terdiri  dari  aset berwujud, aset tetap, aset tidak berwujud,
investasi  jangka  panjang  dan  saet  lain- lain.
Masa  manfaat  ditetapkan  berdasarkan pengelompokan aset.
Tidak ada penetapan masa manfaat. Tarif per kelompok ditetapkan.
Tarif tidak diatur.
Hanya tiga pilihan metode penyusutan, yaitu metode garis lurus, metode saldo
menurun  ganda,  dan  metode  satuan produksi
Banyak  pilihan  metode  penyusutan,  di antaranya  yaitu  metode  garis  lurus,
metode  saldo  menurun,  metode  saldo menurun  ganda,  metode  jumlah  angka
tahun, dan metode satuan produksi.
Sumber: Zain, Manajemen Perpajakan, 2008, diolah.
b. Metode Penilaian persediaan
Dalam  akuntansi,  banyak  metode  yang  dapat  digunakan  untuk menentukan  persediaan  dan  harga  pokok  penjualan,  seperti  metode
identifikasi spesifik spesific identification, mendahulukan persediaan yang  diperoleh  pertama  FIFO,  mendahulukan  persediaan  yang
diperoleh terakhir LIFO, serta harga perolehan yang diperoleh secara rata-rata  weighted  average.  Dalam  perpajakan,  metode  penilaian
persediaan  yang  diperkenankan  digunakan  untuk  kepentingan
Universitas Sumatera Utara
28 perhitungan
pajak terutang
terbatas kepada
metode yang
mendahulukan  persediaan  yang  diperoleh  pertama  FIFO  dan  harga perolehan  yang  dilakukan  secara  rata-rata  weighted  average  seperti
yang  tercantum  dalam  UU  Pajak  Penghasilan  pasal  10  ayat  6.  Jika terdapat penerapan pendekatan yang berbeda antara laporan keuangan
komersial  dengan  laporan  keuangan  fiskal  maka  akan  menimbulkan perbedaan  temporer  dan  alokasi  harga  pokok  penjualan  menjadi
berbeda  untuk  setiap  tahun  sehingga  menghasilkan  laba  kotor  yang berbeda.  Namun,  perbedaan  tersebut  tidak  bersifat  tetap  karena  akan
dikompensasikan pada periode berikutnya. c.
Penghapusan piutang Dalam  akuntansi,  piutang  dinyatakan  sebesar  jumlah  kotor
tagihan  dikurangi  dengan  taksiran  jumlah  yang  tidak  dapat  ditagih. Jumlah kotor piutang harus tetap disajikan pada neraca diikuti dengan
penyisihan  untuk  piutang  yang  diragukan  atau  taksiran  jumlah  yang tidak dapat ditagih. Dalam akuntansi dikenal dua metode penghapusan
piutang, yaitu: 1.
Metode langsung Dalam  metode  ini,  kerugian  piutang  baru  diakui  pada  waktu
diketahui  ada  piutang  yang  benar-benar  tidak  dapat  ditagih  sesuai dengan  kebijakan  perusahaan  atau  pernyataan  debitur.  Dengan
demikian  pengakuan  kerugian  piutang  sebagai  pengurangan  baru dilakukan pada tahun terjadinya penghapusan piutang tersebut.
Universitas Sumatera Utara
29 2.
Metode cadangan Dalam  metode  cadangan,  pada  setiap  akhir  periode  dibentuk
cadangan kerugian untuk menaksir jumlah yang sekiranya tidak dapat ditagih pada periode berikutnya. Pada saat pembentukan cadangan ini
perusahaan  mengakui  adanya  kerugian  piutang,  sedangkan  pada  saat benar-benar  tidak  dapat  ditagih  piutang  harus  dihapus  maka  tidak
lagi  mengakui  adanya  kerugian  piutang  dan  membebankannya  ke rekening cadangan kerugian piutang yang telah dibentuk sebelumnya.
Dalam  ketentuan  perundang-undangan  perpajakan,  salah  satu komponen  yang  tidak  diperbolehkan  sebagai  pengurang  penghasilan
dalam menentukan Penghasilan Kena Pajak adalah pembentukan atau pemupukan  dana  cadangan  kecuali  cadangan  piutang  tak  tertagih
usaha tertentu,  seperti usaha bank dan  sewa guna usaha Pasal 9 ayat 1  huruf  c.  Piutang  akan  dihapus  dan    diakui  sebagai  kerugian
piutang  pada  saat  atau  periode  dimana  piutang  tersebut  nyata-nyata tidak  dapat  ditagih  dengan  syarat-syarat  tertentu  yang  diatur  dalam
UU  Pajak  Penghasilan  Pasal  6  ayat  1  huruf  h.  Hal  ini  berarti metode yang dianut adalah penghapusan piutang langsung. Perbedaan
pengurangan  kerugian  piutang  dari  pendapatan  dalam  laporan  laba rugi hanya dalam waktu, dan akan saling  menutup  pada periode  yang
lain.
Universitas Sumatera Utara
30 Perbedaan  temporer  timing  differencces  terjadi  apabila
perbedaan  antara  jumlah  laba  fiskal  dan  laba  komersial  tahunan dikemudian  hari  dapat  dipulihkan  kembali  reverse,  recovery,
recouping sehingga jumlah total laba fiskal dan laba komersial sama.
Perbedaan  temporer  dapat  positif  apabila  laba  komersial  lebih  besar sari laba fiskal, dan negatif apabila laba komersial lebih kecil dari laba
fiskal.  Untuk tujuan  penghitungan  pajak terutang,  suatu koreksi  yang membuat  laba  fiskal  ‘baru’  menjadi  lebih  besar  dari  laba  fiskal
menurut  SPT  dari  administrasi  pajak  disebut  koreksi  positif, sebaliknya sesuatu yang membuat laba fiskal ‘baru’ lebih rendah dari
laba fiskal menurut SPT disebut koreksi negatif Gunandi, 2013: 141. Perbedaan waktu merupakan perbedaan metode yang digunakan
antara akuntansi komersial dengan ketentuan  fiskal. Beberapa  contoh perbedaan temporer sebagai berikut:
1. Metode  penyusutan,  misalnya  atas  bangunan  secara  komersial
wajib  pajak  menggunakan  metode  saldo  menurun,  atau  memakai masa  manfaat  yang  berbeda  dari  masa  manfaat  fiskal,  memulai
depresiasi pada  saat aset  digunakan  sedang untuk depresiasi  fiskal dimulai pada saat perolehan;
2. Metode  penilaian  persediaan,  misalnya  secara  komersial  untuk
keseragaman  grup  perusahaan  wajib  pajak  mengikuti  penilaian berdasarkan FIFO, sdang secara fiskal memanfaatkan rata-rata;
Universitas Sumatera Utara
31 3.
Penyisihan  piutang  tak  tertagih,  sesuai  ketentuan  fiskal  atas pembayaran  kembali  piutang  yang  telah  dihapus  wajib  pajak
mencatat  sebagai  penghasilan  kena  pajak,  sedangkan  untuk akuntansi  komersial  wajib  pajak  mengurangkan  dari  dana
pemupukan penyisihan sehingga laba komersial lbih kecil dari laba fiskal namun disisi lain dengan lebih rendahnya beban pemupukan
dana penyisihan komersial dari fiskal menyebabkan laba komersial lebih besar dari laba fiskal;
4. Rugi-laba  selisih  kurs,  misalnya  perbedaan  kurs  sebagai  dasar
untuk  pemotongan  PPh  Pasal  22  dengan  kurs  yang  sebenarnya. Karena  UU  No  36  tahun  2008  memperkenal  kan  informasi
pembukuan  selisih  nilai  tukar  valas  mengikuti  praktik  pembukuan komersial  maka  pada  umumnya  tidak  terjadi  perbedaan  antar  laba
komersial dan laba fiskal; 5.
Pajak masukan  yang karena  beberapa  hal seperti  diatur pasal 98 UU  PPN  tidak  boleh  dikreditkan  namun  dapat  dibiayakan  atau
dikapitalisir dan
kemudian mengurangkannya
melalui penyusutan, ternyata  wajib pajak penghasilan kena pajak memilih
mengkapitalisasinya; 6.
Pembukuan laba-rugi pelepasan aset yang diasuransikan dari risiko kerugian  untuk  tujuan  komersial  pada  saat  aset  ditarik  dari
penggunaan,  sedang  untuk  fiskal  pada  saat  diketahuinya  santunan asuransi.
Universitas Sumatera Utara
32
2.1.3  Perubahan Laba
Tujuan  utama  suatu  perusahaan  adalah  memaksimalkan  laba. Perubahan  laba  merupakan  peningkatan  dan  penurunan  laba  yang
diperoleh  perusahaan  dibandingkan  dengan  tahun  sebelumnya.  Kinerja manajer  suatu  perusahaan  dapat  diukur  dan  dievaluasi  berdasarkan  laba
yang  diperoleh.  Kebijakan  manajemen  baik  jangka  panjang  maupun jangka  pendek  akan  tercermin  dalam  laba.  Laba  merupakan  signal
kebijakan  manajemen  baik  yang  berdampak  negatif  maupun  positif Suwardjono, 2005: 42.
Kenaikan  laba  yang  dilaporkan  oleh  manajemen  disebabkan  oleh pilihan metode akuntansi dalam proses akrual akan menyebabkan adanya
perbedaan  besar  antara  laba  akuntansi  dan  laba  fiskal.  Jika  book  tax differences
besar  yang  merupakan  bukti  kenaikan  penurunan  laba karena  pilihan  akrual,  maka  komponen  akrual  tersebut  akan
menunjukkan  pembalikan  yang  besar  secara  rata –rata  di  masa  depan
Wijayanti,  2006:  12.  Manajer  memanfaatkan  keleluasaan  peraturan genera lly  accepted  a ccounting  principles  GAAP
atau  di  Indonesia dikenal  dengan  Pernyataan  Standar  Akuntansi  Keuangan  PSAK  untuk
meningkatkan laba akuntansi tanpa menyebabkan peningkatan pada laba fiskal.
Universitas Sumatera Utara
33
2.2 Penelitian Terdahulu Tabel 2.4
Penelitian Terdahulu
No. Nama
Peneliti Judul Penelitian
Variabel Penelitian
Hasil Penelitian 1.
Hanlon 2005
Peranan  book  tax differences
dalam mengindikasikan
persistensi laba,
akrual,  dan  arus kas  untuk  laba
satu tahun
ke depan
Ea rning persistence,
a ccrua l, ca sh flow,  deffered
ta x Perusahaan
dengan book  ta x  differences
dalam  jumlah  besar serta  bernilai  positif
dan
negatif large
positive book
ta x differences
dan  large nega tive
book ta x
differences mempunyai  laba  yang
kurang persisten
dibandingkan perusahaan
yang mempunyai  book  tax
differences dalam
jumlah  kecil  small book ta x differences
2. Sonya Erna
Ginting 2009
Pengaruh Perbedaan  Antara
Laba Akuntansi
Dan  Laba  Fiskal Terhadap
Persistensi  Laba Pada  Perusahaan
Manufaktur  Yang Terdaftar
Di Bursa
Efek Indonesia
Laba akuntansi
sebelum pajak saat ini,
Laba akuntansi
sebelum pajak  dimasa
yang
akan datang,
Perbedaan antara
laba akuntansi dan
laba fiskal Perbedaan  antara  laba
akuntansi  dan  laba fiskal  secara  negatif
berpengaruh signifikan
terhadap persistensi laba
3. Nugroho
Adi  Saputro 2011
Pengaruh Book-
Ta x Differences
Terhadap Pertumbuhan
Laba Studi
Empiris Pada
Perusahaan Book
ta x differences,
perbedaan permanen,
perbedaan temporer,
pertumbuhan Perbedaan
temporer dan
total book-ta x
differences mampu
memprediksi pertumbuhan
laba perusahaan
satu periode
kedepan.
Universitas Sumatera Utara
34 Manufaktur  yang
Terdaftar di Bursa Efek
Indonesia tahun 2008-2010
laba Sedangkan  perbedaan
permanen tidak
berpengaruh  terhadap pertumbuhan
laba perusahaan
satu periode kedepan
4. Nur Aini
Rosanti 2013
Pengaruh Book
Ta x Differences Terhadap
Perubahan Laba Studi
Empiris Pada Perusahaan
Manufaktur  Yang Terdaftar
Di Bursa
Efek Indonesia
Tahun 2008
– 2010
Perbedaan permanen,
perbedaan temporer,
akrual, perubahan
laba Perbedaan  permanen
dan perbedaan
temporer tidak
berpengaruh  terhadap perubahan laba .
Sumber : Data diolah Peneliti 2.3
Kerangka Konseptual Variabel Independen
Variabel Dependen
Variabel Moderating
Perbedaan Permanen X
1
Perubahan Laba Y
Perbedaan Temporer X
2
Arus Kas Operasi Z
Universitas Sumatera Utara
35 Kerangka  konseptual  penelitian  ini  menunjukkan  pengaruh  variabel
independen  perbedaan  permanen  dan  perbedaan  temporer  terhadap  variabel dependen  perubahan  laba.  Perubahan  laba  dapat  digunakan  untuk  menilai
kinerja suatu perusahaan. Tujuan utama perusahaan adalah  memaksimalkan laba. Laba  sangat  diperlukan  untuk  kelangsungan  hidup  suatu  perusahaan.  Pemakai
laporan  keuangan  mengukur  kinerja  manajemen  melalui  informasi  yang terkandung dalam laba. Oleh karena itu, laba dapat dijadikan sebagai dasar untuk
pengambilan keputusan  investasi  dan  prediksi untuk meramalkan  perubahan laba yang akan  datang.  Perubahan laba  merupakan kenaikan atau penurunan laba per
tahun. Book  ta x  differences
diprediksi  dapat  mempengaruhi  kinerja  perusahaan karena  adanya  perbedaan  mekanis  dalam  perhitungan  laba.  Perbedaan  laba
akuntansi  dan  laba  fiskal  juga  dipengaruhi  oleh  pilihan  metoda  akuntansi  dalam proses akrual. perbedaan permanen dan perbedaan temporer menyebabkan adanya
koreksi  fiskal  positif  dan  koreksi  fiskal  negatif.  Koreksi  fiskal  positif menyebabkan  laba  fiskal  bertambah.  Sebaliknya,  koreksi  fiskal  negatif
menyebabkan laba fiskal berkurang. Dalam  mencari  hubungan  antara  book-tax  differences  dengan  perubahan
laba  digunakan  arus  kas  operasi  sebagai  variabel  modrating  karena  arus  kas operasi  menunjukkan  besarnya  aliran  masuk  yang  berasal  dari  aktivitas  operasi
dan  aliran  keluar  yang  digunakan  untuk  aktivitas  operasi  sehingga  diperkirakan arus kas operasi akan berhubungan positif dengan laba masa depan.
Universitas Sumatera Utara
36
2.4  Hipotesis Penelitian 2.4.1   Pengaruh Audit Perbedaan Permanen terhadap Perubahan Laba