11
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan pada bagian sebelumnya, maka dapat dirumuskan permasalahan pada penelitian ini sebagai
berikut : 1.
Apakah perbedaan permanen book tax differences berpengaruh terhadap perubahan laba?
2. Apakah perbedaan temporer book tax differences berpengaruh terhadap
perubahan laba? 3.
Apakah perbedaan permanen dan perbedaan temporer book tax differences berpengaruh secara simultan terhadap perubahan laba?
4. Apakah arus kas operasi mempengaruhi hubungan antara perbedaan
permanen book tax differences terhadap perubahan laba? 5.
Apakah arus kas operasi mempengaruhi hubungan antara perbedaan temporer book tax differences terhadap perubahan laba?
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1 Tujuan Penelitian
Sesuai dengan latar belakang dan perumusan masalah yang telah dikemukakan sebelumnya , maka penelitian ini memilki tujuan untuk :
1. Memperoleh data dan bukti empiris bahwa terdapat pengaruh dari
perbedaan permanen book tax differences berpengaruh terhadap perubahan laba
Universitas Sumatera Utara
12 2.
Memperoleh data dan bukti empiris bahwa terdapat pengaruh dari perbedaan temporer book tax differences berpengaruh terhadap
perubahan laba 3.
Memperoleh data dan bukti empiris bahwa terdapat pengaruh dari perbedaan permanen dan perbedaan temporer book tax differences
berpengaruh secara simultan terhadap perubahan laba. 4.
Memperoleh data dan bukti empiris bahwa arus kas operasi mempengaruhi hubungan antara perbedaan permanen book tax
differences terhadap perubahan laba.
5. Memperoleh data dan bukti empiris bahwa arus kas operasi
mempengaruhi hubungan antara perbedaan temporer book tax differences
terhadap perubahan laba.
1.3.2 Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini yaitu : 1.
Bagi peneliti Dapat menjadi bahan referensi bagi peneliti lain dan sarana berpikir
secara ilmiah untuk penelitian yang selanjutnya. 2.
Bagi kalangan akademik Dapat menjadi referensi dan sumbangan konseptual sebagai bahan
pembelajaran dan menambah wawasan pengetahuan di bidang akuntansi dan perpajakan.
3. Bagi pemakai informasi akuntansi
Universitas Sumatera Utara
13 Dapat memahami nilai informatif dari book tax differences dalam
memprediksi kinerja perusahaan pada masa depan serta mengetahui akibat-akibat
yang mungkin
ditimbulkan sehingga
dapat mengambil keputusan yang tepat dalam menggunakan informasi
keuangan yang disajikan. 4.
Bagi manajemen perusahaan Dapat memberikan sumbangan pemikiran sebagai bahan masukan
untuk kemajuan perusahaan terutama dalam penelitian dan analisa laporan keuangan.
Universitas Sumatera Utara
14
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Perbedaan Laporan Keuangan Komersial dengan Laporan
Keuangan Fiskal Book Tax Differences
Pada umumnya perusahaan bisnis menyelenggarakan pembukuan berdasarkan standar akuntansi keuangan yang disusun oleh Ikatan Akuntan
Indonesia, dan menyusun laporan keuangan fiskal yang berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan melalui proses
rekonsiliasi. Perbedaan laporan keuangan akuntansi komersial dengan laporan
keuangan fiskal adalah laporan keuangan komersial ditujukkan untuk menilai kinerja ekonomi dan keadaan finansial dari sektor bisnis,
sedangkan laporan keuangan fiskal lebih ditujukan untuk menghitung pajak. Penyebab perbedaan laporan keuangan komersial dan fiskal adalah
karena terdapat perbedaan prinsip akuntansi, perbedaan metode dan prosedur akuntansi, perbedaan pengakuan penghasilan dan biaya, serta
perbedaan perlakuan penghasilan dan biaya Resmi, 2011: 370.
Peraturan pajak yang berlaku di Indonesia mengharuskan laporan laba rugi fiskal dihitung berdasarkan metode akuntansi yang digunakan
perusahaan dalam menghitung laba akuntansi, sehingga perusahaan tidak perlu melakukan pembukuan ganda untuk dua tujuan pelaporan laba
tersebut. Untuk menentukan besarnya laba rugi fiskal, perusahaan
Universitas Sumatera Utara
15 melakukan rekonsiliasi fiskal. Rekonsiliasi fiskal merupakan penyesuaian
antara laporan keuangan komersial dengan laporan keuangan fiskal melalui perbedaan permanen dan perbedaan temporer atau koreksi fiskal
positif dan koreksi fiskal negatif Zain, 2008: 221. Perbedaan utama antara laporan keuangan komersial dengan
laporan keuangan fiskal disebabkan oleh perbedaan tujuan serta dasar hukumnya, tahun pajak atau tahun buku, metode akuntansi yang
digunakan dan konsep yang menjadi acuannya, walaupun dalam beberapa hal terdapat kesamaan antara akuntansi pajak yang mengacu pada
ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan dan akuntansi keuangan yang mengacu kepada standar akuntansi keuangan. Perbedaan
kedua dasar penyusunan laporan keuangan tersebut mengakibatkan perbedaan penghitungan laba rugi suatu entitas yang pada akhirnya akan
menimbulkan jumlah laba yang berbeda antara laba akuntansi dengan laba fiskal atau yang dikenal dengan istilah book tax differences Zain, 2008:
118. Terdapat hal-hal yang membedakan antara laporan keuangan
komersial dan laporan keuangan fiskal. Perbedaan tersebut dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Universitas Sumatera Utara
16
Tabel 2.1 Perbedaan Laporan Keuangan Komersial dan Laporan Keuangan Fiskal
Komersial Fiskal
Berdasar pada
Standar Akuntansi
Keuangan yang dirumuskan IAI Berdasar pada peraturan perpajakan
yang ditetapkan oleh badan legislatif dan eksekutif
Tujuan akuntansi komersial adalah untuk menyediakan informasi yang berguna
bagi para pemakai dalam pengambilan keputusan
Tujuan pembukuan adalah agar wajib pajak dapat menghitung besarnya pajak
yang terutang
Laporan laba rugi komersial merupakan penandingan pendapatan dengan biaya
Laporan laba
rugi merupakan
penandingan objek
pajak dengan
pengurang penghasilan bruto Menganut prinsip konsistensi. Apabila
terjadi perubahan harus melaporkan akibat
perubahan dalam
laporan keuangan
Menganut prinsip taat asas konsisten. Apabila
terjadi perubahan
harus mendapat
persetujuan Direktorat
Jenderal Pajak dan melaporkan akibat perubahan tersebut
Menggunakan stelsel akrual Menggunakan
stelsel akrual
atau stelsel kas dengan memperhatikan
ketentuan pasal 28 UU KUP Menganut prinsip konservatif dalam
bentuk cadangan penyisihan misal, penyisihan
piutang tidak
tertagih, penyisihan utang garansi, penyisihan
harga pasar, dsb Tidak menganut prinsip konservatif,
kecuali dalam hal penyisihan cadangan piutang tak tertagih pada usaha bank
dan sewa guna usaha, hak opsi, cadangan
untuk usaha
asuransi, cadangan biaya reklamasi untuk usaha
pertambangan pasal 9 ayat 1 huruf c UU No.36 tahun 2008
Menganut biaya historis Menganut
biaya historis
dengan memperhatikan harga pertukaran yang
objektif Subtansi mengalahkan bentuk formal
Substansi mengalahkan bentuk formal, tetapi dalam beberapa kasus, bentuk
formal mengalahkan substansi Jika terdapat pelanggaran tidak ada
sanksi tetapi
mempengaruhi opini
akuntan publik Jika
terdapat pelanggaran
dapt dikenakan
sanksi berupa
sanksi administrasi maupun sanksi pidana
Sumber : Poernomo, 2008, Modul Akuntansi Pajak, diolah.
Universitas Sumatera Utara
17
2.1.2 Perbedaan Permanen dan Perbedaan Temporer
Perbedaan permanen antara laba akuntansi dan penghasilan kena pajak yang disebabkan oleh ketentuan perpajakan dan tidak akan
menimbulkan permasalahan akuntansi serta tidak memberikan pengaruh terhadap kewajiban perpajakan di masa mendatang. Hal ini timbul akibat
adanya perbedaan pengakuan beban dan pendapatan antara pelaporan komersial dan fiskal. Hubungan antara penghasilan sebelum pajak menurut
pembukuan pretax income dengan penghasilan kena pajak taxable income
dapat digambarkan sebagai berikut:
Tabel 2.2 Hubungan antara penghasilan sebelum pajak menurut pembukuan pretax
income dengan penghasilan kena pajak taxable income
PERBEDAAN PERMANEN KOREKSI FISKAL POSITIF
NEGATIF PERBEDAAN TEMPORER
KOREKSI FISKAL POSITIF NEGATIF
Undang-undang, umumnya bersumber dari :
Pasal 4 ayat 3 Pasal 9 ayat 1 dan 2
Pasal 18 Peraturan Pemerintah
Keputusan Menteri Keuangan Keputusan Surat EdaranDirektur
Jenderal Pajak Undang-undang, umumnya
bersumber dari: Pasal 6 ayat 1 huruf h
Pasal 10 ayat 6 Pasal 11 dan 11A
Peraturan Pemerintah Keputusan Menteri Keuangan
Keputusan Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak
Sumber: Zain, Manajemen Perpajakan, 2008.
Universitas Sumatera Utara
18
2.1.2.1 Perbedaan Permanen
Perbedaan permanen disebabkan oleh pengaturan yang berbeda terkait dengan pengakuan penghasilan dan biaya antara Standar akuntansi
Keuangan dengan Ketentuan Peraturan Perundang-undangan Perpajakan. Jadi dapat dikatakan bahwa berdasarkan ketentuan peraturan perundang-
undangan perpajakan, ada beberapa penghasilan yang bukan merupakan objek pajak, sedangkan secara komersial penghasilan tersebut diakui
sebagai penghasilan. Begitu juga sebaliknya, ada beberapa biaya sesuai ketentuan perundang-undangan perpajakan termasuk biaya fiskal yang
tidak boleh dikurangkan, sedangkan menurut komersial biaya tersebut diperhitungkan sebagai biaya. Pada umumnya perbedaan permanen yang
terjadi akibat perbedaan pengakuan penghasilan dan biaya terdapat pada: a
Pasal 4 ayat 3 UU No. 36 Tahun 2008 Perbedaan yang tercantum dalam pasal 4 ayat 3 Undang-Undang
Pajak Penghasilan berkenaan dengan penghasilan yang bukan merupakan objek pajak. Jadi, setiap penghasilan yang termasuk
dalam pasal ini harus dikeluarkan dari laporan laba rugi komersial untuk memperoleh laba fiskal. Berikut ini beberapa contoh
penghasilan yang bukan merupakan objek pajak: 1.
Bantuan, sumbangan, termasuk zakat yang diterima badan amil zakat yang dibentuk secara sah;
2. Warisan;
Universitas Sumatera Utara
19 3.
Penggantian atau imbalan sehubungan dengan pekerjaan atau jasa yang diterima atau diperoleh dalam bentuk natura dan atau
kenikmatan dari wajib pajak atau pemerintah; 4.
Pembayaran dari perusahaan asuransi kepada orang pribadi sehubungan dengan asuransi kesehatan, asuransi kecelakaan,
asuransi jiwa, asuransi dwiguna dan asuransi beasiswa; 5.
Iuran yang diterima atau diperoleh dana pensiun, yang pendiriannya telah disahkan oleh Menteri Keuangan.
6. Bagian laba yang diterima atau diperoleh anggota dari perseroan
komanditer yang modalnya tidak terbagi atas saham, persekutuan, firma dan kongsi.
b Pasal 9 ayat 1 dan 2 UU No. 36 Tahun 2008 Perbedaan yang tercantum dalam pasal 9 ayat 1 dan ayat 2
Undang-undang Pajak Penghasilan berkenaan dengan pengeluaran yang tidak boleh dibebankan sebagai biaya. Seperti halnya dengan
perlakuan terhadap penghasilan yang bukan merupakan objek pajak, jika terdapat pengeluaran yang tidak boleh dikurangkan dalam sebagai
biaya dalam laporan laba rugi komersial maka harus dikeluarkan untuk memperoleh laba fiskal. Berikut beberapa contoh pengeluaran
yang tidak boleh dibebankan sebagai biaya: 1.
Pembagian laba dengan nama dan dalam bentuk apapun seperti dividen, termasuk dividen yang dibayarkan oleh perusahaan asuransi
kepada pemegang polis, dan pembagian sisa hasil usaha koperasi;
Universitas Sumatera Utara
20 2.
Biaya yang dibebankan atau dikeluarkan untuk kepentingan pribadi pemegang saham, sekutu, atau anggota;
3. Pembentukan atau pemupukan dana cadangan, kecuali cadangan
piutang tak tertagih untuk usaha bank dan badan usaha lain yang menyalurkan kredit, sewa guna usaha dengan hak opsi, perusahaan
pembiayaan konsumen, dan perusahaan anjak piutang; 4.
Penggantian atau imbalan sehubungan dengan pekerjaan atau jasa yang diberikan dalam bentuk natura dan kenikmatan;
5. Jumlah yang melebihi kewajaran yang dibayarkan kepada pemegang
saham atau kepada pihak yang mempunyai hubungan istimewa; 6.
Pajak penghasilan; 7.
Pengeluaran untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan yang mempunyai masa manfaat lebih dari 1 satu tahun
tidak dibolehkan untuk dibebankan sekaligus, melainkan dibebankan melalui penyusutan atau amortisasi.
c Pasal 18 Perbedaan yang tercantum dalam pasal 18 Undang-Undang Pajak
Penghasilan berkenaan dengan kewenangan Menteri Keuangan Direktur Jenderal Pajak untuk mengatur keperluan penghitungan
pajak. Beberapa contoh kewenangan tersebut adalah sebagai berikut: 1.
Kewenangan untuk mengeluarkan keputusan mengenai besarnya perbandingan antara utang dan modal perusahaan untuk keperluan
penghitungan pajak;
Universitas Sumatera Utara
21 2.
Kewenangan untuk menetapkan saat diperolehnya dividen oleh wajib pajak luar negeri, atas penyertaan modal pada badan usaha di
luar negeri; 3.
Kewenangan untuk menentukan kembali besarnya penghasilan dan pengurangan serta menentukan utang sebagai modal untuk
menghitung besarnya penghasilan kena pajak bagi wajib pajak yang mempunyai hubungan istimewa dengan wajib pajak lainnya.
Perbedaan permanen dapat memengaruhi salah satu dari laporan keuangan tersebut, baik laporan keuangan yang disusun berdasarkan
akuntansi keuangan, maupun laporan keuangan untuk kepentingan perpajakan, tetapi tidak kedua-duanya Zain, 2008: 231
Perbedaan permanen terjadi jika perbedaan laba fiskal dan laba komersial tahunan tidak akan terpulihkan dikemudian hari sehingga juga
terjadi perbedaan laba fiskal dan laba komrsial total. Perbedaan permanen dapat positif apabila laba komersial lebih besar dari laba
fiskal atau negatif apabila laba komersial lebih kecil dari laba fiskal. Karena dilihat dari sisi akuntansi maka peristilahan positifnegatif
merupakan kebalikan dari istilah koreksi positifnegatif untuk tujuan pajak. Untuk penghitungan penghasilan kena pajak beda pengaturan yang
menyebabkan laba fiskal menjadi lebih besar dari laba komersial secara administrasi pajak disebut koreksi positif, sebaliknya beda pengaturan
yang menyebabkan laba fiskal lebih kecil dari laba komersial disebut
Universitas Sumatera Utara
22 koreksi negatif Gunandi, 2013: 140. Beberapa contoh Perbedaan
permanen sebagai berikut: 1.
Menurut akuntansi komersial merupakan penghasilan sedangkan menurut ketentuan PPh bukan penghasilan. Misalnya deviden berasal
dari cadangan laba ditahan yang diterima oleh Perseroan Terbatas sebagai wajib pajak dalam negeri dari penyertaan modal sebesar 25
atau lebih pada badan usaha yang didirikan dan berkedudukan di Indonesia.
2. Menurut akuntansi komersial merupakan bagian dari total penghasilan
sedangkan menurut ketentuan PPh karena telah dikenakan PPh yang brsifat final maka dipisahkan tidak perlu digabung dari penghasilan
lainnya dalam menghitung PPh yang terutang. Misalnya penghasilan bunga deposito atau tabungan lainnya yang telah dipotong PPh Final
20 oleh bank. 3.
Menurut akuntansi komersial merupakan beban biaya sedangkan menurut Pasal 9 1 UUPPh tidak terdapat dibebankan, misalnya:
Biaya-biaya yang digunakan untuk memperoleh penghasilan yang bukan objek pajak atau dikenakan pajak final.
Penggantianimbalan sehubungan dengan pekerjaan atau jasa yang diberikan dalam bentuk natura atau kenikmatan.
Sanksi perpajakan berupa bunga, denda, dan kenaikan. Biaya-biaya yang menurut ketentuan PPh tidak dapat dibebankan
karena tidak memenuhi syarat-syarat tertentu, misalnya biaya
Universitas Sumatera Utara
23 enterta iment
, penghapusan piutang dan biaya promosi yang tanpa daftar
nominatif, serta
sumbangan bencana
alamlitbanginfrastruktur sosialfasilitas pendidikanpembinaan olah raga yang melebihi 5 dari laba fiskal tahun lalu atau
menyababkan rugi fiskal tahun berjalan. 4.
Kerugian penjualan aset yang tidak digunakan untuk mndapatkan , menagih dan memelihara penghasilan kena pajak, rugi selisih kurs
dari kegiatan yang bersifat spekulatif. 5.
Deviden saham, deviden terselubung dan deviden antar perusahaan dengan pemilikan saham dibawah 25.
6. Pemberian fasilitas pajak, misalnya investment allowance, kredit
investasi, dan pembebasan pajak atau pajak DPT, apabila WP menghitung PPh teoretis atas laba komersial.
7. Biaya
–biaya yang melebihi harga pasar wajar antar pihak yang mempunyai hubungan istimewa, dan koreksi-koreksi karena transaksi
antar wajib pajak yang mempunyai hubungan istimewa. 8.
Segala sumbangan selain diatas, bantuan dan hibah kepada pihak- pihak yang mempunyai hubungan istimewa.
9. Pembentukan
dan pemupukan
dana cadangan
yang tidak
diperbolehkan, antisipasi kerugianpenurunan nilai aset asset impa irmen
, dan penyisihan lainnya. 10.
Penilaian aset tetap menurut metode revaluasian tiap akhir tahun untuk akuntansi komersial untuk fiskal dipakai metode biaya, tanpa
Universitas Sumatera Utara
24 diakuinya penurunan nilai revaluasian untuk perpajakan walaupun
mengenakan PPh atas sisa nilai lebih revaluasi. 11.
Laba-rugi selisih kurs valas yang berasal dari kegiatan usaha atau yang berkaitan langsung dengan kegiatan usaha yang dikenakan pajak
final atau bukan merupakan objek pajak. 12.
Biaya-biaya untuk keperluan pemegang saham, dsb.
2.1.2.2 Perbedaan Temporer
Perbedaan temporer disebabkan karena adanya perbedaan waktu pengakuan penghasilan dan biaya untuk penghitungan laba. Perbedaan
ini terjadi karena berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan terdapat penghasilan atau biaya yang boleh dikurangkan pada
periode akuntansi terdahulu atau periode akuntansi berikutnya dari periode akuntansi sekarang. Sementara itu, komersial mengakuinya
sebagai penghasilan atau biaya pada periode yang bersangkutan. Zain 2008: 213. Pasal-pasal dalam Undang-Undang Pajak Penghasilan UU
Pajak No. 36 Tahun 2008 yang terkait dengan perbedaan temporer adalah sebagai berikut:
1. Pasal 6 ayat 1 huruf h Ketentuan perundang-undangan perpajakan yang berkaitan
dengan penghapusan piutang tidak tertagih fiskal. Secara lengkap pasal tersebut berbunyi sebagai berikut:
Universitas Sumatera Utara
25 Besarnya penghasilan kena pajak bagi wajib pajak dalam negeri dan
bentuk usaha tetap, ditentukan berdasarkan penghasilan bruto dikurangi piutang yang nyata-nyata tidak dapat ditagih, dengan syarat:
1. Telah dibebankan sebagai biaya dalam laporan laba rugi
komersial; 2.
Telah diserahkan perkara penagihannya kepada Pengadilan Negeri atau instansi pemerintah yang menangani piutang negara;
atau adanya
perjanjian tertulis
mengenai penghapusan
piutangpembebasan utang antara kreditur dan debitur yang bersangkutan;
3. Telah dipublikasikan dalam penerbitan umum atau khusus; dan
4. Wajib pajak harus menyerahkan daftar piutang yang tidak dapat
ditagih kepada Direktorat Jenderal Pajak. Yang pelaksanaannya diatur lebih lanjut dengan Keputusan Direktur Jenderal Pajak.
2. Pasal 10 ayat 6 Ketentuan perundang-undangan perpajakan yang mengatur
tentang metode penilaian persediaan. Secara lengkap, pasal tersebut berbunyi sebagai berikut:
“Persediaan dan pemakaian persediaan untuk penghitungan harga pokok dinilai berdasarkan harga perolehan yang dilakukan
secara rata-rata atau dengan cara mendahulukan persediaan yang diperoleh pertama”.
Universitas Sumatera Utara
26 3. Pasal 11 dan pasal 11 A
Ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan yang mengatur tentang metode penyusutan dan amortisasi. Beberapa hal
yang berkaitan dengan kedua pasal tersebut misalnya mengenai penetapan masa manfaat dan tarif penyusutan harta berwujud serta
penetapan masa manfaat dan amortisasi harta tak berwujud. Lebih lanjut penyebab perbedaan temporer dapat dijelaskan sebagai
berikut: a.
Metode Penyusutan dan Amortisasi Penyusutan untuk kepentingan perpajakan secara substansial
berbeda dengan penyusutan untuk kepentingan akuntansi. Metode penyusutan menurut akuntansi didisain untuk mempersandingkan
antara pengeluaran suatu aset atau penurunan manfaat aset bersamaan dengan manfaat ekonomis yang didapatkan dari penggunaan aset
tersebut. Periode penyusutan atau masa manfaat yang digunakan untuk kepentingan perpajakan didasarkan pada ketentuan perundang-
undangan perpajakan dan sama sekali tidak terkait dengan masa manfaat aset yang bersangkutan atau dengan kata lain tidak ada usaha
untuk mempersandingkan antara penghasilan dengan pengeluaran Zain, 2008: 241. Perbedaan metode penyusutan atau amortisasi
antara standar akuntansi keuangan dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Universitas Sumatera Utara
27
Tabel 2.3 Perbedaan Ketentuan Penyusutan atau Amortisasi menurut Perpajakan dan
menurut Akuntansi Ketentuan Peraturan Perundang-
undangan Perpajakan Standar Akuntansi keuangan
Terdapat pengelompokan aset yang terdiri dari kelompok harta berwujud
dan kelompok harta tidak berwujud. Kelompok harta berwujud terdiri dari:
I. Bukan bangunan a. Kelompok 1
b. Kelompok 2 c. Kelompok 3
d. Kelompok 4 II. Bangunan
a. Permanen b. Tidak Permanen
Kelompok harta tak berwujud terdiri dari Kelompok 1, kelompok 2,
kelompok 3, dan kelompok 4. Tidak terdapat pengelompokan aset yang
didasarkan pada
penyusutan atau
amortisasinya. Pengelompokan
aset didasarkan menurut kelancarannya dan
ketetapannya, yang terdiri dari aset berwujud, aset tetap, aset tidak berwujud,
investasi jangka panjang dan saet lain- lain.
Masa manfaat ditetapkan berdasarkan pengelompokan aset.
Tidak ada penetapan masa manfaat. Tarif per kelompok ditetapkan.
Tarif tidak diatur.
Hanya tiga pilihan metode penyusutan, yaitu metode garis lurus, metode saldo
menurun ganda, dan metode satuan produksi
Banyak pilihan metode penyusutan, di antaranya yaitu metode garis lurus,
metode saldo menurun, metode saldo menurun ganda, metode jumlah angka
tahun, dan metode satuan produksi.
Sumber: Zain, Manajemen Perpajakan, 2008, diolah.
b. Metode Penilaian persediaan
Dalam akuntansi, banyak metode yang dapat digunakan untuk menentukan persediaan dan harga pokok penjualan, seperti metode
identifikasi spesifik spesific identification, mendahulukan persediaan yang diperoleh pertama FIFO, mendahulukan persediaan yang
diperoleh terakhir LIFO, serta harga perolehan yang diperoleh secara rata-rata weighted average. Dalam perpajakan, metode penilaian
persediaan yang diperkenankan digunakan untuk kepentingan
Universitas Sumatera Utara
28 perhitungan
pajak terutang
terbatas kepada
metode yang
mendahulukan persediaan yang diperoleh pertama FIFO dan harga perolehan yang dilakukan secara rata-rata weighted average seperti
yang tercantum dalam UU Pajak Penghasilan pasal 10 ayat 6. Jika terdapat penerapan pendekatan yang berbeda antara laporan keuangan
komersial dengan laporan keuangan fiskal maka akan menimbulkan perbedaan temporer dan alokasi harga pokok penjualan menjadi
berbeda untuk setiap tahun sehingga menghasilkan laba kotor yang berbeda. Namun, perbedaan tersebut tidak bersifat tetap karena akan
dikompensasikan pada periode berikutnya. c.
Penghapusan piutang Dalam akuntansi, piutang dinyatakan sebesar jumlah kotor
tagihan dikurangi dengan taksiran jumlah yang tidak dapat ditagih. Jumlah kotor piutang harus tetap disajikan pada neraca diikuti dengan
penyisihan untuk piutang yang diragukan atau taksiran jumlah yang tidak dapat ditagih. Dalam akuntansi dikenal dua metode penghapusan
piutang, yaitu: 1.
Metode langsung Dalam metode ini, kerugian piutang baru diakui pada waktu
diketahui ada piutang yang benar-benar tidak dapat ditagih sesuai dengan kebijakan perusahaan atau pernyataan debitur. Dengan
demikian pengakuan kerugian piutang sebagai pengurangan baru dilakukan pada tahun terjadinya penghapusan piutang tersebut.
Universitas Sumatera Utara
29 2.
Metode cadangan Dalam metode cadangan, pada setiap akhir periode dibentuk
cadangan kerugian untuk menaksir jumlah yang sekiranya tidak dapat ditagih pada periode berikutnya. Pada saat pembentukan cadangan ini
perusahaan mengakui adanya kerugian piutang, sedangkan pada saat benar-benar tidak dapat ditagih piutang harus dihapus maka tidak
lagi mengakui adanya kerugian piutang dan membebankannya ke rekening cadangan kerugian piutang yang telah dibentuk sebelumnya.
Dalam ketentuan perundang-undangan perpajakan, salah satu komponen yang tidak diperbolehkan sebagai pengurang penghasilan
dalam menentukan Penghasilan Kena Pajak adalah pembentukan atau pemupukan dana cadangan kecuali cadangan piutang tak tertagih
usaha tertentu, seperti usaha bank dan sewa guna usaha Pasal 9 ayat 1 huruf c. Piutang akan dihapus dan diakui sebagai kerugian
piutang pada saat atau periode dimana piutang tersebut nyata-nyata tidak dapat ditagih dengan syarat-syarat tertentu yang diatur dalam
UU Pajak Penghasilan Pasal 6 ayat 1 huruf h. Hal ini berarti metode yang dianut adalah penghapusan piutang langsung. Perbedaan
pengurangan kerugian piutang dari pendapatan dalam laporan laba rugi hanya dalam waktu, dan akan saling menutup pada periode yang
lain.
Universitas Sumatera Utara
30 Perbedaan temporer timing differencces terjadi apabila
perbedaan antara jumlah laba fiskal dan laba komersial tahunan dikemudian hari dapat dipulihkan kembali reverse, recovery,
recouping sehingga jumlah total laba fiskal dan laba komersial sama.
Perbedaan temporer dapat positif apabila laba komersial lebih besar sari laba fiskal, dan negatif apabila laba komersial lebih kecil dari laba
fiskal. Untuk tujuan penghitungan pajak terutang, suatu koreksi yang membuat laba fiskal ‘baru’ menjadi lebih besar dari laba fiskal
menurut SPT dari administrasi pajak disebut koreksi positif, sebaliknya sesuatu yang membuat laba fiskal ‘baru’ lebih rendah dari
laba fiskal menurut SPT disebut koreksi negatif Gunandi, 2013: 141. Perbedaan waktu merupakan perbedaan metode yang digunakan
antara akuntansi komersial dengan ketentuan fiskal. Beberapa contoh perbedaan temporer sebagai berikut:
1. Metode penyusutan, misalnya atas bangunan secara komersial
wajib pajak menggunakan metode saldo menurun, atau memakai masa manfaat yang berbeda dari masa manfaat fiskal, memulai
depresiasi pada saat aset digunakan sedang untuk depresiasi fiskal dimulai pada saat perolehan;
2. Metode penilaian persediaan, misalnya secara komersial untuk
keseragaman grup perusahaan wajib pajak mengikuti penilaian berdasarkan FIFO, sdang secara fiskal memanfaatkan rata-rata;
Universitas Sumatera Utara
31 3.
Penyisihan piutang tak tertagih, sesuai ketentuan fiskal atas pembayaran kembali piutang yang telah dihapus wajib pajak
mencatat sebagai penghasilan kena pajak, sedangkan untuk akuntansi komersial wajib pajak mengurangkan dari dana
pemupukan penyisihan sehingga laba komersial lbih kecil dari laba fiskal namun disisi lain dengan lebih rendahnya beban pemupukan
dana penyisihan komersial dari fiskal menyebabkan laba komersial lebih besar dari laba fiskal;
4. Rugi-laba selisih kurs, misalnya perbedaan kurs sebagai dasar
untuk pemotongan PPh Pasal 22 dengan kurs yang sebenarnya. Karena UU No 36 tahun 2008 memperkenal kan informasi
pembukuan selisih nilai tukar valas mengikuti praktik pembukuan komersial maka pada umumnya tidak terjadi perbedaan antar laba
komersial dan laba fiskal; 5.
Pajak masukan yang karena beberapa hal seperti diatur pasal 98 UU PPN tidak boleh dikreditkan namun dapat dibiayakan atau
dikapitalisir dan
kemudian mengurangkannya
melalui penyusutan, ternyata wajib pajak penghasilan kena pajak memilih
mengkapitalisasinya; 6.
Pembukuan laba-rugi pelepasan aset yang diasuransikan dari risiko kerugian untuk tujuan komersial pada saat aset ditarik dari
penggunaan, sedang untuk fiskal pada saat diketahuinya santunan asuransi.
Universitas Sumatera Utara
32
2.1.3 Perubahan Laba
Tujuan utama suatu perusahaan adalah memaksimalkan laba. Perubahan laba merupakan peningkatan dan penurunan laba yang
diperoleh perusahaan dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Kinerja manajer suatu perusahaan dapat diukur dan dievaluasi berdasarkan laba
yang diperoleh. Kebijakan manajemen baik jangka panjang maupun jangka pendek akan tercermin dalam laba. Laba merupakan signal
kebijakan manajemen baik yang berdampak negatif maupun positif Suwardjono, 2005: 42.
Kenaikan laba yang dilaporkan oleh manajemen disebabkan oleh pilihan metode akuntansi dalam proses akrual akan menyebabkan adanya
perbedaan besar antara laba akuntansi dan laba fiskal. Jika book tax differences
besar yang merupakan bukti kenaikan penurunan laba karena pilihan akrual, maka komponen akrual tersebut akan
menunjukkan pembalikan yang besar secara rata –rata di masa depan
Wijayanti, 2006: 12. Manajer memanfaatkan keleluasaan peraturan genera lly accepted a ccounting principles GAAP
atau di Indonesia dikenal dengan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan PSAK untuk
meningkatkan laba akuntansi tanpa menyebabkan peningkatan pada laba fiskal.
Universitas Sumatera Utara
33
2.2 Penelitian Terdahulu Tabel 2.4
Penelitian Terdahulu
No. Nama
Peneliti Judul Penelitian
Variabel Penelitian
Hasil Penelitian 1.
Hanlon 2005
Peranan book tax differences
dalam mengindikasikan
persistensi laba,
akrual, dan arus kas untuk laba
satu tahun
ke depan
Ea rning persistence,
a ccrua l, ca sh flow, deffered
ta x Perusahaan
dengan book ta x differences
dalam jumlah besar serta bernilai positif
dan
negatif large
positive book
ta x differences
dan large nega tive
book ta x
differences mempunyai laba yang
kurang persisten
dibandingkan perusahaan
yang mempunyai book tax
differences dalam
jumlah kecil small book ta x differences
2. Sonya Erna
Ginting 2009
Pengaruh Perbedaan Antara
Laba Akuntansi
Dan Laba Fiskal Terhadap
Persistensi Laba Pada Perusahaan
Manufaktur Yang Terdaftar
Di Bursa
Efek Indonesia
Laba akuntansi
sebelum pajak saat ini,
Laba akuntansi
sebelum pajak dimasa
yang
akan datang,
Perbedaan antara
laba akuntansi dan
laba fiskal Perbedaan antara laba
akuntansi dan laba fiskal secara negatif
berpengaruh signifikan
terhadap persistensi laba
3. Nugroho
Adi Saputro 2011
Pengaruh Book-
Ta x Differences
Terhadap Pertumbuhan
Laba Studi
Empiris Pada
Perusahaan Book
ta x differences,
perbedaan permanen,
perbedaan temporer,
pertumbuhan Perbedaan
temporer dan
total book-ta x
differences mampu
memprediksi pertumbuhan
laba perusahaan
satu periode
kedepan.
Universitas Sumatera Utara
34 Manufaktur yang
Terdaftar di Bursa Efek
Indonesia tahun 2008-2010
laba Sedangkan perbedaan
permanen tidak
berpengaruh terhadap pertumbuhan
laba perusahaan
satu periode kedepan
4. Nur Aini
Rosanti 2013
Pengaruh Book
Ta x Differences Terhadap
Perubahan Laba Studi
Empiris Pada Perusahaan
Manufaktur Yang Terdaftar
Di Bursa
Efek Indonesia
Tahun 2008
– 2010
Perbedaan permanen,
perbedaan temporer,
akrual, perubahan
laba Perbedaan permanen
dan perbedaan
temporer tidak
berpengaruh terhadap perubahan laba .
Sumber : Data diolah Peneliti 2.3
Kerangka Konseptual Variabel Independen
Variabel Dependen
Variabel Moderating
Perbedaan Permanen X
1
Perubahan Laba Y
Perbedaan Temporer X
2
Arus Kas Operasi Z
Universitas Sumatera Utara
35 Kerangka konseptual penelitian ini menunjukkan pengaruh variabel
independen perbedaan permanen dan perbedaan temporer terhadap variabel dependen perubahan laba. Perubahan laba dapat digunakan untuk menilai
kinerja suatu perusahaan. Tujuan utama perusahaan adalah memaksimalkan laba. Laba sangat diperlukan untuk kelangsungan hidup suatu perusahaan. Pemakai
laporan keuangan mengukur kinerja manajemen melalui informasi yang terkandung dalam laba. Oleh karena itu, laba dapat dijadikan sebagai dasar untuk
pengambilan keputusan investasi dan prediksi untuk meramalkan perubahan laba yang akan datang. Perubahan laba merupakan kenaikan atau penurunan laba per
tahun. Book ta x differences
diprediksi dapat mempengaruhi kinerja perusahaan karena adanya perbedaan mekanis dalam perhitungan laba. Perbedaan laba
akuntansi dan laba fiskal juga dipengaruhi oleh pilihan metoda akuntansi dalam proses akrual. perbedaan permanen dan perbedaan temporer menyebabkan adanya
koreksi fiskal positif dan koreksi fiskal negatif. Koreksi fiskal positif menyebabkan laba fiskal bertambah. Sebaliknya, koreksi fiskal negatif
menyebabkan laba fiskal berkurang. Dalam mencari hubungan antara book-tax differences dengan perubahan
laba digunakan arus kas operasi sebagai variabel modrating karena arus kas operasi menunjukkan besarnya aliran masuk yang berasal dari aktivitas operasi
dan aliran keluar yang digunakan untuk aktivitas operasi sehingga diperkirakan arus kas operasi akan berhubungan positif dengan laba masa depan.
Universitas Sumatera Utara
36
2.4 Hipotesis Penelitian 2.4.1 Pengaruh Audit Perbedaan Permanen terhadap Perubahan Laba