Pasal 299 KUHP: Kitab Undang-undang Hukum Pidana

kandungansecara radikal, artinya larangan pengguguran kandungan dicoret begitu saja dari hukum pidana. Masyarakat memang memiliki penilaian tertentu dalam persoalan ini. Dalam banyak hal melarang pengguguran kandungan secara mutlak memang tidak memecahkan masalah, karena pada dasarnya masyarakat membutuhkan pengguguran kandungan. Menolak pengguguran kandungan adalah suatu yang sangat dilematis. Di Negara-negara yang sekarang sudah melegalisasi tindakan pengguguran kandungan, dulu juga demikian. Barang yang dibutuhkan tidak tersedia secara resmi akan mengakibatkan pasar gelap. 33

1. Pasal 299 KUHP:

Di Indonesia tindakan pengguguran kandungan diatur dalam beberapa peraturan perUndang-undangan yang terpisah, misalnya Kitab Undang-undang Hukum Pidana yang menjelaskan bahwa segala macam tindakan pengguguran kandungan itu dilarang, dengan tanpa pengecualian, sebagaimana diatur dalam pasal-pasal sebagai berikut : 1 Barang siapa yang dengan sengaja mengobati seorang wanita atau menyuruh seorang wanita supaya diobati dengan memberitahu atau menerbitkan pengharapan bahwa oleh karena pengobatan itu dapat gugur kandungannya, dipidana dengan pidana penjara selama-lamanya empat tahun atau denda sebanyak-banyaknya empat puluh lima ribu rupiah. 2 Kalau yang bersalah berbuat karena mencari keuntungan atau melakukan kejahatan itu sebagai mata pencaharian atau kebiasaan atau kalau ia seorang dokter, bidan atau juru obat, pidana dapat ditambah sepertiganya. 33 Mien Rukmini,Aspek Hukum Pidana dan Kriminologi,Bandung:PT.Alumni,2006 hal 24 Universitas Sumatera Utara 3 Kalau yang bersalah melakukan kejahatan itu dalam pekerjaannya, maka dapat dicabut haknya melakukan pekerjaan itu. Tindak pidana yang dimaksudkan dalam ketentuan pidana yang diatur dalam Pasal 299 ayat1 Kitab Undang-undang Hukum Pidana terdiri atas unsur- unsur sebagai berikut: c Unsur subjektif : dengan sengaja d Unsur-unsur objektif : 1. barang siapa 2.merawat 3.menyarankan untuk mendapat suatu perawatan 4.memberitahukan atau memberikan harapan bahwa dengan perawatan tersebut,suatu kehamilan dapat terganggu. 5.seorang wanita Sesuai yang dijelaskan didalam Memorie van Toelichting, yakni apabila didalam perumusan ketentuan pidana tersebut terdapat kata-kata dengan sengaja ,maka kata-kata tersebut meliputi semua unsur tindak pidana yang terdapat dibelakangnya ,unsur-unsur subjektif dengan sengaja dengan rumusan ketentuan pidan yang diatur dalam pasal 299 ayat 10 Kitab Undang-undang Hukum Pidana meliputi unsur-unsur objektif kedua samapai yang kelima. Untuk menyatakan seorang terdakwa terbukti telah memenuhi unsur subjektif dengan sengaja tersebut,disidang dipengadilan yang memeriksa dan mengadili perkara terdakwa yng didakwa melanggar larangan yang diatur dalam Pasal 299 ayat1 Kitab Undang-undang Hukum Pidana,baik penuntut umun Universitas Sumatera Utara maupun hakim harus dapat membuktikan tentang adanya kehendak,maksud atau niat terdakwa untuk: a Merawat b Menyarankan untuk mendapat suatu perawatan c Memberitahukan atau memberikan harapan bahwa dengan perawatan tersebut suatu kehamilan dapat terganggu. Jika salah satu kehendak terdakwa maupun pengetahuan terdakwa ternyata tidak dapat dibuktikan,dengan sendirinya tidak ada alasan baik bagi penuntut umum maupun bagi hakim untuk menyatakan terdakwa terbukti telah memenuhi unsur dengan sengaja didalam rumusan ketentuan pidana yang diatur pada Pasal 299 ayat 1 Kitab Undang-undang Hukum Pidana, dan hakim harus memberikan putusan bebas bagi terdakwa. Untuk dapat menyatakan terdakwa terbukti telah memenuhi unsur dengan sngaja yang terdapat dalam rumusan ketentuan pidana yang diataur Pasal 299 Kitab Undang-undang Hukum Pidana,dengan sendirinya hakim tidak perlu menggantungkan diri pada adanya pengakuan dari terdakwa,melainkan ia dapat menyimpulkannya dari kenyataan yang terungkap disidang pengadilan yang memeriksa dan mengadili perkara terdakwa,baik yang diperoleh dari keterangan para saksi maupun yang diperoleh dari keterangan terdakwa sendiri. Unsur objektif pertama dari tindak pidana yang diatur Pasal 299 ayat 1 Kitab Undang-undang Hukum Pidana ialah unsur barang siapa.Kata barang siapa menunjukkan pada orang yang apabila orang tersebut terbukti memenuhi semua unsur yang terdapat didalam rumusan ketentuan pidana yng diatur Pasal 299 ayat Universitas Sumatera Utara 1 Kitab Undang-undang Hukum Pidana,maka ia dapat disebut pelaku dari tindak pidana yang dimaksudkan kedalam ketentaun pidana tersebut. Unsur objektif kedua dari tindak pidana yang dimaksudkan didalam ketentuan pidana yang diatu Pasal 299 ayat 1 Kitab Undang-undang Hukum pidana ialah unsur merawat. Kata-kata merawat menmpunyai arti yang sangat luas, sehingga dapat dimaksudkan kedalam pengertian tindakan-tindakan seperti melakukan segala tindakan yang sifatnya operasioanal,perawatan dengan cara- cara yang sifatnya intern, bahwa perawatan yang dilakukan dengan cara mwemberikan saran-saran atau nasihat-nasihat. Unsur objektif ketiga dari tindak pidana yang dimaksudkan di dalam ketentuan pidana yang diatur pasal 299 ayat 1 KUHP ialah unsur een behandeling doen ondergaan atau menyarankan untuk mendapat suatu perawatan.Menurut Prof.Simons 34 yakni sesuai dengan yang dijelaskan di dalam Memorie van Toelichting,perbuatan menyarankan untuk mendapat suatu perawatan menyangkut perbuatan dari seorang aborteur,yang tidak merawat sendiri seorang wanita,melainkan yang telah membuat orang lain merawat wanita tersebut. Unsur objektif keempat dari tindak pidana yang dimaksudkan di dalam ketentuan pidana yang diatur Pasal 299 ayat 1 Kitab Undang-undang Hukum Pidana ialah unsur memberitahukan atau memberikan harapan bahwa dengan perawatan tersebut,suatu kehamilan dapat menjadi terganggu. 33 Lamintang Theo Lamintang,Delik-delik Khusus Kejahatan Melanggar Norma Kesusilaan Norma Kepatutan,Jakarta:Sinar Grafika,hal 225 Universitas Sumatera Utara Unsur objektif kelima dari tindak pidana yang dimaksudkan di dalam ketentuan pidana yang diatur Pasal 299 ayat 1 Kitab Undang-undang Hukum Pidana ialah unsur seorang wanita. Perlu diketahui bahwa undang-undang hanya mensyaratkan bahwa wanita tersebut harus merupakan seorang wanita yang hamil.Bahkan di dalam memori penjelasannya,Menteri telah menegaskan bahwa tidaklah perlu suatu kehamilan itu harus menjadi terganggu karena perawatan yang bersangkutan,bahkan juga tidak disyaratkan bahwa kehamilan itu harus benar-benar ada.

2. Pasal 346 KUHP :