Peran Dan Penggunaan Musik Dalam Pertunjukan Teater ‘O’ Yang Berjudul Rahwana

(1)

PERAN DAN PENGGUNAAN MUSIK DALAM PERTUNJUKAN TEATER ‘O’ YANG BERJUDUL RAHWANA

SKRIPSI SARJANA DIKERJAKAN O

L E H

NAMA : ZAINI ELHUDAYA NIM : 050707011

DEPARTEMEN ETNOMUSIKOLOGI FAKULTAS ILMU BUDAYA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(2)

PERAN DAN PENGGUNAAN MUSIK DALAM PERTUNJUKAN TEATER ‘O’ YANG BERJUDUL RAHWANA

SKRIPSI SARJANA DIKERJAKAN O

L E H

NAMA : ZAINI ELHUDAYA NIM : 050707011

PEMBIMBING I PEMBIMBING II

Drs. Kumalo Tarigan, M.A Arifni Netrirosa, SST., M.A NIP.195812131986011002 NIP.196502191994032002

Skripsi ini diajukan kepada Panitia Ujian Fakultas Ilmu Budaya USU Medan untuk melengkapi salah satu syarat Ujian Sarjasa Seni bidang Etnomusikologi

DEPARTEMEN ETNOMUSIKOLOGI FAKULTAS ILMU BUDAYA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(3)

Disetujui Oleh:

Fakultas Ilmu Budaya

Universitas Sumatera Utara

Medan

Program Studi Etnomusikologi

Ketua Program Studi,

Drs. Muhammad Takari, M.Hum., Ph.D.

NIP. 196512211991031001


(4)

PENGESAHAN

Di terima Oleh

Panitia Ujian Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara Untuk Melengkapi Salah Satu Syarat Ujian Sarjana Seni Dalam Bidang Etnomusikologi Pada Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara Medan

Tanggal : Hari :

Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara Dekan,

DRs.

Panitia Ujian

No Nama Tanda Tangan

1. ………. (………..)

2. ………. (………..)

3. ………. (………)

4. ………. (………)


(5)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis haturkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan rahmatnya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini. Penulisan skripsi ini berjudul “Peran dan Penggunaan Musik dalam Pementasan Teater ‘O’ yang Berjudul Rahwana”, yang merupakan salah satu syarat untuk menyelesaikan Program Sarjana Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini sangat sederhana dan masih jauh dari sempurna, baik dari isi maupun uraiannya. Hal ini disebabkan karena keterbatasan akan pengetahuan dan pengalaman yang penulis miliki. Untuk itu penulis sangat mengharapkan masukan-masukan berupa saran dan kritik yang membangun dari pembaca bagi usaha-usaha perbaikan dimasa yang akan datang.

Pada kesempatan inilah, penulis ingin mengucapkan terima kasih, penghargaan dan penghormatan kepada :

1. Bapak Dr. Syahron Lubis, M.A, selaku Dekan Fakultas Ilmu Budaya Universitas

Sumatera Utara yang telah memberi kesempatan bagi kami untuk mengikuti perkuliahan pada program Ekstensi-S1 Departemen Sastra Jepang Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Drs. Muhammad Takari, M.Hum., Ph.D, sebagai Ketua Departemen


(6)

3. Bapak Drs. Kumalo Tarigan, M.A, selaku Pembimbing I, yang telah sedemikian besar memberikan waktu dan tenaga untuk membimbing penulis dan pengarahan dalam penyusunan skripsi ini hingga selesai.

4. Ibu Arifni Netrirosa, SST., M.A, selaku pembimbing II, yang dengan tulus ikhlas telah membimbing, memeriksa dan memberikan saran-saran dalam rangka perbaikan dan penyempurnaan skripsi ini.

5. Kepada Keluargaku tercinta, khususnya kepada kedua orang tuaku, Ayahanda dan

Ibunda, buat adik – adik perempuanku Layla dan Melina, yang telah membantu memberikan dukungan baik moril maupun materil dan selalu mendoakan sampai penulis dapat menyelesaikan studinya dan dapat menyelesaikan skripsi ini.

6. Buat si Injola, terima kasih karena selalu menyemangati dan Murdep yang

menuangkan ilmunya, Ivan yang suka mengingatkan, dan Panjol yang suka menyediakan logistik.

7. Serta semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu disini, yang telah memberikan bantuan sehingga skripsi ini dapat tersusun seperti apa adanya.

Akhir kata, penulis mengucapkan Puji Syukur kepada Allah SWT, semoga kita senantiasa mendapat berkat-Nya. Harapan penulis, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis sendiri dan mereka yang membacanya.

Medan,

Penulis


(7)

DAFTAR ISI

Hal

KATA PENGANTAR ...i

DAFTAR ISI ...iii

BAB I PENDAHULUAN ...1

1.1 Latar Belakang Masalah ...1

1.2 Alasan Pemilihan Judul ...3

1.3 Pokok Permasalahan ...5

1.3.1 Konsep ...5

1.3.2 Pendekatan Ilmiah dan Teori...6

1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian ...9

1.4.1 Tujuan Penelitian ...9

1.4.2 Manfaat Penelitian ...9

1.5 Metode Penelitian...10

1.5.1 Studi Kepustakaan ...10

1.5.2 Studi Lapangan ...10

1.5.2.1 Wawancara ...11

1.5.2.2 Lokasi Penelitian ...12

1.5.3 Keja Laboratorium ...13

BAB II SENI PERTUNJUKAN TEATER SECARA UMUM ...14


(8)

2.1.1 Struktur Organisasi Teater ...16

2.1.2 Naskah dan Skenario ...17

2.1.3 Struktur dalam Pertunjukan Teater ...17

2.1.3.1 Pembukaan ...17

2.1.3.2 Pembentukan ...18

2.1.3.3 Konflik ...18

2.1.3.4 Krisis ...18

2.1.3.5 Klimaks...18

2.1.3.6 Penyelesaian ...19

2.1.4 Aktor dan Akting ...19

2.1.5 Sutradara ...20

2.1.6 Dekorasi dan Panggung ...21

2.1.6.1 Dekorasi ...21

2.1.6.2 Panggung ...22

2.1.7 Property ...22

2.1.8 Penonton...23

2.2 Jenis Teater ...23

2.2.1 Teater Tradisional ...23

2.2.2 Teater Modern ...24

2.3 Aliran teater ...24


(9)

BAB III PEMENTASAN TEATER YANG BERJUDUL

“RAHWANA” OLEH TEATER ‘O’ ...28

3.1 Naskah Rahwana ...28

3.2 Manajemen Pementasan Teater ‘O’ ...30

3.2.1 Susunan Kepanitiaan Teatert ‘O’ dalam Pementasan Rahwana ...32

3.2.2 Struktur Kepengurusan Teater ‘O’ Periode Tahun 2011-2013 ...34

3.3 Pembagian Musik dalam Pertunjukan Rahwana...37

3.3.1 Musik Pembuka ...38

3.3.2 Musik Pengiring ...38

3.3.3 Musik Suasana ...38

3.3.4 Musik Penutup ...39

BAB IV PENGGARAPAN MUSIK TEATER YANG BERJUDUL RAHWANA ...40

4.1 Penggarapan Musik dalam Teater ...40

4.1.1 Pengertian Musik Pembuka...40

4.1.2 Pengertian Musik Pengiring ...41

4.1.3 Pengertian Musik Suasana ...41

4.1.4 Pengertian Musik Penutup ...41

4.2 Sarat Arranger Musik/Pemusik Teater ...41


(10)

4.4 Tata Sound dalm Pementasan Teater ...43

4.5 Penggarapan Musik Rahwana ...43

4.5.1 Musik Pembuka ...44

4.5.2 Musik Pengiring ...44

4.5.3 Musik Suasana ...45

4.5.4 Musik Penutup ...45

4.6 Transkripsi dan Analisa ...46

4.6.1 Musik Pembuka ...46

4.6.2 Musik Pengiring Babak Pertama ...47

4.6.3 Musik Pengiring Babak kedua ...52

4.6.4 Musik Suasana ...57

4.6.5 Musik Penutup ...60

BAB V PENUTUP ...61

5.1 Kesimpulan ...61

5.2 Saran ...62

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN DAFTAR FOTO ...63

NASKAH ...72


(11)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang Masalah

Ada berbagai macam cabang karya seni. Diantaranya karya seni sastra, seni musik, seni tari, seni drama, dan seni pahat/ukir. Seni sebagai sebuah karya yang diciptakan manusia yang dapat menghasilkan rasa indah bagi penikmatnya. Seni dapat berubah bentuk serta dapat saling berkaitan antara yang satu dengan yang lainnya.

Menurut Murgianto (1995), kajian-kajian keilmuan mengenai seni terbagi kedalam rumpun-rumpun seni, diantaranya : (a). Seni pertunjukan, yang di dalamnya terdiri lagi dari percabangan seni musik, tarian, dan teater. (b). Seni visual atau seni tampak, yang terdiri dari seni murmi, seni patung, kerajinan atau kriya, seni lukis, desain grafis, desain interior dan eksterior, reklame, dan lain-lain. (c). Seni media rekam, yang terdiri dari televisi, radio, komputer, internet, dan lain-lain.1

Sebagai sebuah seni pertunjukan teater merupakan kegiatan kesenian yang dipentaskan bebas dan tidak terikat dengan adanya naskah atau tidak adanya naskah. Teater tidak sama dengan drama karena drama yang mengangkat naskah secara utuh. (Sepintas Drama dan Pementasannya oleh A.R.Qamar).22

1

Lihat Murgianto, Kajian Keilmuan Seni, Jakarta 1995

2


(12)

Kata teater berasal dari bahsa Yunani purba yaitu Theatron yang artinya Gelanggang. Gelanggang dimana diadakan pertunjukan. Teater tumbuh dan berkembang hingga sekarang sejak ribuan tahun silam, dan dengan sendirinya berbeda pula pada setiap zaman dan demikian pula aliran terater tersebut.

Seni pertunjukan teater merupakan seni yang bersifat kolektif, kompleks, dan rumit. Dalam teater terdapat berbagai macam unsur seni, seperti seni sastra, seni tari, seni musik, seni lukis, seni peran (keaktoran), tata cahaya, tata busana. Karena itu lah mengapa teater dianggap sebagai seni yang bersifat kompleks dan rumit.

Dalam pertunjukan teater, musik (tata musik) merupakan salah satu unsur yang menjadikan teater itu sebagai karya seni yang kompleks dan kolektif atau fine art. Musik merupakan bagian pendukung dari teater yang melengkapi dan sangat bermanfaat. Tanpa adanya musik, sebuah pementasan teater tetap akan berjalan tetapi tidak maksimal. Musik berperan sebagai pendukung suasana dan menegaskan lakon. Musik bertujuan menciptakan efek suara yang melengkapi sebuah adegan dalam naskah, seperti suara burung, suara hujan, halilintar, irama lucu, irama sedih, irama riang, dll.

Dalam pementasan teater O, penggarapan musik selalu menggunakan peralatan musik yang seadanya seperti gitar, keyboard, simbal, senar drum, djimbe, dan alat perkusi lain yang mudah di dapat.

Penggarapan musik teater O juga sangat sederhana dan selalu dikemas dengan konsep yang disesuaikan dengan naskah yang telah diterima pemain musik. Jumlah personil dalam penggarapan musik tetaer O terdiri dari satu orang pimpinan


(13)

musik dan lima orang personil atau lebih, tergantung berapa banyak alat musik yang digunakan.

Setiap pemain musik yang terlibat dalam penggarapan musik teater O selalu bebas untuk menumpahkan idenya dalam penggarapan, dan menerima saran dan arahan dari sutradara.

1.2Alasan Pemilihan Judul

Penulis tertarik untuk melakukan penelitian dan pengamatan tentang musik teater karena; Pertama, kurangnya referensi ilmiah tentang musik teater sehingga penulis ingin melakukan kajian ilmiah sebagai referensi agar dapat digunakan untuk kebutuhan pendidikan seni di Indonesia khusunya seni pertunjukan teater. Kedua, penulis tertarik untuk melihat apa peran musik dan bagaimana penggunaan musik dalam sebuah pementasan teater. Ketiga, sebagai persyaratan untuk mencapai strata satu (sarjana).

Oleh karena itu penulis berniat menyusun skripsi dengan judul “PERAN DAN PENGGUNAAN MUSIK DALAM PERTUNJUKAN TEATER ‘O’ YANG BERJUDUL RAHWANA

Karya ilmiah ini akan menjelaskan apa peran musik dalam pertunjukan teater dan bagaimana penggunaan musik tersebut dalam pertunjukan teater dengan Teater ‘O’ Universitas Sumatera Utara sebagai sampel dalam melakukan penelitian.

Penulis memilih judul Rahwana karena naskah Rahwana adalah naskah yang dipentaskan teater O dalam festival teater yang diadakan oleh Dewan Kesnian Medan dan teater O menjadi juara pertama dalam festival ini.


(14)

Rahwana dalam pementasan ini tidak sama dengan rahwana dalam cerita Ramayana dimana Rahwana digambarkan sebagai dewa dengan sepuluh kepala, menunjukkan bahwa ia memiliki pengetahuan dalam Weda dan sastra. Karena punya sepuluh kepala ia diberi nama "Dasamukha" (bermuka sepuluh), "Dasagriva" (berleher sepuluh) dan "Dasakanta" ( berkerongkongan sepuluh). Ia juga memiliki dua puluh tangan, menunjukkan kesombongan dan kemauan yang tak terbatas. Ia juga dikatakan sebagai ksatria besar.

Tokoh Rahwana dalam pementasan ini merupakan sosok manusia yang tampan, baik hati, romantis, dan mencintai Shinta meski Rahwana tahu kalau takdir tidak akan menyatukan cinta Rahwan dan Shinta. Karena shinta sudah ditakdirkan menjadi milik Rama.

Dalam cerita Rahwana oleh teater ‘O’ ini, Shinta tidak benar-benar di culik oleh Rahwana, melainkan Shinta yang meminta agar Rahwana membawa Shinta lari dan menjadikannya permai suri.

Menurut Yusrianto Nasution selaku sutradara naskah Rahwana yang dipentaskan teater ‘O’ berbeda dengan cerita Rahwana dalam kisah ramayana karena cerita ramayana adalah dongeng yang tidak diketahui benar atau tisaknya kejadian tersebut.3

Penulis juga memilih beberapa informan kunci yang menjadi nara sumber yaitu Yusrianto Nasution sebagai Sutradara, Kent Sihombing sebagai pimpinan penggarapan musik. Rudolf Sitorus Bembeng Sunset yang sering menggarap musik

3

Wawancara dengan Yusrianto Nasution, Selaku Sutradara Pertunjukan Rahwana, Taggal 27 Juni 2011 di Kantin Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara.


(15)

dalam pementasan Teater O dan aktor-aktor yang terlibat dalam pementasan Rahwana ini.

Penulis mengangkat teater ‘O’ karena teater ‘O’ merupakan salah satu teater kampus yang masih eksis sejak berdirinya tahun 1991 hingga sekarang. Teater ‘O’ juga sudah menerbitkan buku yang berjudul ‘Raja Tebalek’ yang berisi lebih dari tiga puluh kumpulan naskah yang sudah di pentaskan oleh teater ‘O’.

1.3Pokok Permasalahan

Penulis berpendapat bahwa musik sebagai hasil ciptaan sangat erat kaitannya dengan kehidupan manusia sebagai makhluk sosial yang memiliki kebudayaan. Musik juga memiliki peranan dan kedudukan serta fungsi dalam kebudayaan maupun aspek lainnya termasuk teater.

Penulis juga membatasi kajian yang menjadi pokok permasalahan dalam tulisan ini. Pertama, bagaimana kedudukan musik dalam sebuah pertunjukan teater. Kedua, bagaimana musik digunakan dalam sebuah pertunjukan teater, khusunya pertunnjukan oleh teater ‘O’.

1.3.1 Konsep

Berdasarkan judul tulisan ini, penulis mendefenisikan peran musik dan penggunaan musik sebagai acuan dan konsep dasar dalam melakukan penelitian dan pengamatan dalam pertunjukan teater.

Istilah peran dalam “Kamus Besar Bahasa Indonesia” mempunyai arti pemain sandiwara (film), tukang lawak pada permainan makyong, perangkat tingkah yang diharapkan dimiliki oleh orang yang berkedudukan di masyarakat.


(16)

Jadi istilah peran musik berarti musik memiliki kedudukan yang jelas ketika musik tersebut di aplikasikan.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, penggunaan berarti proses, cara, perbuatan menggunakan sesuatu, pemakaian. Jika dikaitkan dengan musik, penggunaan musik berarti bagaimana menggunakan musik dalam sebuah konteks.

Jadi peran dan penggunaan musik dalam dalam pertunjukan teater berarti bagaimana kedudukan musik dalam pertunjukan teater dan bagaimana pula musik tersebut digunakan.

Berdasarkan defenisi diatas, penulis melakukan penelitian untuk mengetahui bagaimana kedudukan musik dalam pertunjukan teater dan bagaimana musik tersebut digunakan dalam pertunjukan teater.

Penulis melakukan penelitian dengan meneliti dokumentasi hasil pementasan teater O yang berjudul Rahwana berupa video pementasan, naskah dan mewawancarai sutradara, penggarap musik dan aktor-aktor dalam pementasan tersebut.

1.3.2 Pendekatan Ilmiah dan Teori

Ilmu pengetahuan adalah satu disiplin ilmu yang mempunyai tahap-tahap dan prosedur tertentu yang sering disebut denganpendekatan ilmiah, diantaranya :4 a. Rasionalisme

4

Lihat Skripsi Sarjana Nanda Sukma, Makna dan Simbol Tatoo Pada Komunitas Punk Di Yogyakarta, Universitas Negri Yogyakarta, 2009


(17)

b. Empirisme c. Determinisme

d. Hipotesis dan Pembuktian e. Asumsi atau pendapat f. Pengamatan

g. Penelitian

Teori memiliki peran penting dalam pendekatan ilmiah. Ilmuan dibekali teori sebagai acuan dasar bagaimana mencari dan mengolah data sehingga didapati hasil yang absah dan akurat. Menurut March Mark ada 7 pengertian teori :5

a. Teori adalah sebuah rancangan dan sistimpikiran b. Prinsip atau penerapan ilmu pengetahuan

c. Abstrak dan gambaran umum

d. Rangkaian hipotesis untukmenangani berbagai fenomena

e. Hipotesis yang mengarahkan seseorang

f. Dalam matematika adalah theorem yang menghasilkanpandangan sistematik

dari berbagai subjek

g. Ilmu pengetahuan tentang komposisi musik

Teori yang penulis gunakan dalam mengkaji seni pertunjukan adalah pendekatan semiotika dalam usaha untuk memahami bagaimana makna diciptakan

5


(18)

dan dikomunikasikan melalui sistim symbol yang membangun sebuah peristiwa seni.

Pendekatan ini biasanya digunakan dalam mengkaji teater, musik dan pertunjukan seni rupa, diambil dari berbagai disiplin dan dikembangkan sendiri. Bahasa dilihat sebagai system yang membuat lambing bahasa itu terdiri dari imaji bunyi atau sound image, yang berhubungan dengahn konsep, dan setiap bahasa mempunyai lambing bunyi tersendiri. Tokoh-tokoh dalam pendekatan ini adala Ferdinand Sawsure dan Charles Sondus Pierce sebagai bapak semiotika.

Dalam bukunya The Antropologi of Musik (1964 :45-48) Alan P Merriam menegaskan tentang enam objek studi Etnomusikologi, yaitu: (1) instrumen, (2) teks dan lagu, (3) asal-usul dan klasifikasi musik, (4) peranan dan kedudukan pemain musik, (5) fungsi musik terhadap aspek lainnya, (6) musik sebagai hasil dari ciptaan.6

Menurut Qureshi (1988:135-136) menyatakan bahwa analisis proses pertunjukan yang mana dalam proses pertunjukan aspek yang mendasar terdiri dari ketegasan perilaku dari semua partisipan, musisi, dan penonton, yang semua bersama-sama berinteraksi dalam pertunjukan.

Dari ke enam objek diatas, penulis hanya menggunakan 4 onjek studi didalam penelitian ini yaitu kajian tentang instrumen, peran dan kedudukan pemain musik, fungsi musik terhadap aspek lainnya, dan musik sebagai hasil ciptaan.

7

6

LIhat Alan P. Merriam, The Antropology Of Musiks (1964 : 45-48) 7


(19)

Teori menurut Hilton Siger (dalam MSPI, 1996:164-165) juga menjelaskan bahwa pertunjukan selalu memiliki: (1) waktu pertunjukan yang terbatas, (2) awal dan akhir, (3) acara kegiatan yang terorganisir, (4) sekelompok pemain, (5) sekelompok penonton, (6) tempat pertunjukan dan, (7) kesempatan untuk

mempertunjukannya.8

1.4Tujuan dan Manfaat Penelitian

1.4.1 Tujuan Penelitian

Yang menjadi tujuan penulis adalah :

1. Melihat bagaimana musik digunakan dalam pertunjukan teater.

2. Melihat sejauh mana musik berperan dalam pertunjukan teater dan

bagaimana pertunjukan teater tanpa ada iringan musik. 3. Untuk menganalisa musik dalam pertunjukan teater.

1.4.2 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat tulisan ini adalah :

1. Untuk mengetahui apa fungsi musik dalam sebuah pementasan teater

sehingga sehingga menjadi sebuah seni pertunjukan yang kolektif dan kompleks.

2. Untuk mengetahui peran musik dalam sebuah pementasan teater.

8


(20)

1.5Metode Penelitian

Dalam melakukan penelitian penulis mengacu pada pendapat Nettl (1964:62) yang mengatakan ada dua hal yang esensial untuk melakukan aktivitas penelitian dalam disiplin etnomusikologi, yaitu kerja lapangan (field work) dan kerja laboratorium (desk work). Penulis juga melakukan penelitian dokumentasi berupa video dan naskah serta hasil dokumentasi pementasan Rahwana.9

1.5.1 Studi Kepustakaan

Untuk mencari informasi yang berhubungan dan mendukung dalam tulisan ini serta dapat dijadikan sebagai landasan dalam penelitian, penulis melakukan studi kepustakaan. Ini dilakukan untuk menemukan literatur atau sumber bacaan yang berguna untuk melengkapi hal-hal yang dibutuhkan dalam melakukan penelitian lapangan. Sumber bacaan dapat berupa hasil penelitian yang sudah pernah dilakukan oleh orang lain, misalnya majalah, koran, buku, skripsi sarjana, dan lain-lain.

1.5.2 Kerja Lapangan

Dalam kerja lapangan penulis menggunakan metode penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif, yaitu sebuah metodologi penelitian yang mencakup pandangan-pandangan falsafi mengenai displin inquiry dan mengenai realitas obyek studi dalam ilmu-ilmu sosial dan tingkah laku (Sanapiah, 1990:1).

10

9

Lihat Bruno Netl, Theory and Method in Etnomusikology. New York, The Free Press, 1964

10

Lihat Sanapiah, Ilmu Manajemen, Diktat Mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara Medan 2004


(21)

Penggunaan metode kualitatif di dalam penelitian kasus dan lapangan sangat tepat untuk menganalisa permasalahan dalam penelitian ini. Karena lokasi penelitian adalah lokasi latihan dalam mempersiapkan pertunjukan teater, sehingga penulis dapat melihat secara langsung penciptaan sebuah pertunjukan teater sebagai karya seni yang kompleks.

Penelitian kualitatif yaitu rangkaian kegiatan atau proses menjaring data/informan yang bersifat sewajarnya mengenai suatu masalah dalam kondisi aspek/bidang kehidupan tertentu pada objeknya. Penelitian ini tidak mempersoalkan sampel dan populasi sebagaimana dalam penelitian kuantitatif (Hadari dan Mimi Martini 1994:176).11

Penulis melakukan penelitian dan pengamatan langsung di tempat latihan. Dimulai dari latihan rutin hingga pertunjukan selesai dipentaskan. Mengumpulkan data, baik dari hasil wawancara dengan seniman-seniman teater yang pernah menggarap musik teater di kota medan. Khususnya penggarap musik dalam setiap pementasan teater ‘O’.

1.5.2.1Wawancara

Wawancara adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara mengajukan pertanyaan secara langsung oleh pewawancara atau peneliti kepada narasumber, jawaban responden atau nara sumber akan

11


(22)

dicatat atau direkam dengan alat perekam (tape recorder) (Soehartono, 1995:67).12

Ada dua metode wawancara yang digunakan penulis yaitu : Pertama wawancara terfokus yang artinya wawancara yang difokuskan hanya kepada penggarap atau piñata musik dalam pertunjukan teater dan sutradara sebagai nara sumber inti.

Kedua, wawancara bebas yang artinya wawancara yang dilakukan bebas dengan setiap seniman teater baik itu sutradara, pimpinan produksi, aktor dan aktris dan setiap orang yang berkecimpung di dunia teater.

Penulis terlebih dahulu menetapkan informan kunci yang dapat memberikan informasi yang mendukung tulisan, sebelum melakukan wawancara. Penulis tidak terfokus pada satu informan saja tetapi juga mencari informan lain yang berkecimpung di dunia teater.

1.5.2.2Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian yang ditetapkan penulis adalah Jl. Universitas No 19 gedung pagelaran Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara. Pemilihan lokasi penelitian ini ditentukan karena beberapa faktor seperti :

1. Gedung Pagelaran Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara

merupakan sekretariat Teater ‘O’.

2. Fakultas Ilmu budaya Universitas Sumatera Utara adalah lokasi latihan teater ‘O’ dalam mempersiapkan pertunjukan teater.

12


(23)

3. Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara adalah tempat berkumpulnya anggota dan keluarga besar Teater ‘O’, karena hampir keseluruhan anggota teater ‘O’ adalah mahasiswa Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara

1.5.3 Kerja Laboratorium

Pada tahap akhir penulis melakukan kerja laboratorium, yaitu tahap pengolahan data yang telah dikumpulkan dari hasil wawancara, buku, majalah maupun internet dan dirangkum untuk menjawab pokok permasalahan dalam tulisan ini.

Dalam kerja laboratorium penulis melakukan penelitian dengan mengamati video, naskah, dan hasil wawancara dari informan kunci dan informan pangkal.


(24)

BAB II

SENI PERTUNJUKAN TEATER SECARA UMUM

2.1Teater Sebagai Seni Pertunjukan

Seni pertunjukan adalah karya seni yang melibatkan aksi individu atau kelompok di tempat dan waktu tertentu biasanya melibatkan empat unsur: waktu, ruang, tubuh si seniman dan hubungan seniman dengan penonton. Seni pertunjukan biasanya identik dengan kegiatan kegiatan seni seperti; teater, musik, tari, dan sirkus.

Seni pertunjukan teater merupakan seni yang bersifat kolektif, kompleks, dan rumit. Dalam teater terdapat berbagai macam unsur seni, seperti seni sastra, seni tari, seni musik, seni lukis, seni peran (keaktoran), tata cahaya, tata busana. Itu lah mengapa teater dianggap sebagai seni yang bersifat kompleks dan rumit, karena teater melibatkan banyak individu dan kelompok. Seni Pertunjukan teater juga melibatkan banyak unsur seni didalamnya.

Proses dalam pertunjukan Teater merupakan sebuah proses organisasi (bentuk kerja kolektif; dimana segala macam orang dengan segala macam fungsinya tergabung dalam suatu koordinasi yang rapih,dan juga mencakup juga pengertian sampai batas-batas yang sentimentil), seperti hal nya diri manusia itu sendiri, atau layaknya seperti sebuah negara. Keberhasilan suatu pertunjukan Teater dapat juga sebagai keberhasilan suatu seni organisasi; baik organisasi penyelenggaraannya (Panitia Produksi) maupun segi seni-seninya (Penyutradaraan, Penataan set, Permainan, Musik dan unsur-unsur lain).


(25)

Berikut ini contoh Elemen dari sebuah Group Teater dalam mengadakan sebuah Produksi.

- Pimpinan Produksi - Sekretaris Produksi

- Keungan Produksi / Bendahara - Urusan Dokumentasi

- Urusan Publikasi - Urusan Pendanaan

- Urusan Ticketing atau karcis - Urusan Kesejahteraan - Urusan Perlengkapan - Sutradara

- Art Director / Pimpinan Artistik - Stage Manager

- Property Master - Penata Cahaya - Penata Kostum - Penata setting - Perias / Make Uper - Penata Cahaya - Penata Musik

Setiap Elemen memiliki tugas sendiri-sendiri dan sudah seharusnya untuk bertanggung jawab penuh atas tugas itu (secara profesional). Sebagai Contoh seorang


(26)

urusan pendanaan, ia harus memikirkan seberapa besar dana yang dibutuhkan? Dari mana dana itu didapatkan. Begitupula seorang Sutradara yang bertanggung jawab atas pola permainan panggung; (akting pemain, cahaya, bunyi-bunyian, set, property dan lain-lain).

2.1.1 Stuktur Organisasi Teater O

Teater ‘O’ adalah sebuah organisasi teater yang hampir keseluruhan anggotanya adalah mahsiswa Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara. Teater ‘O’ memiliki struktur kepengurusan organisasi untuk menjalankan agenda berkesenian organisasi secara berkelanjutan. Kepengurusan dipilih melalui musyawarah besar oleh seluruh anggota dan keluarga besar teater ‘O’ untuk satu priode selama dua tahun, dan hanya mahasiswa aktif yang dapat menawarkan diri ataupun dipilih untuk masuk kedalam struktur keperngurusan organisasi Teater ‘O’. Struktur keperngurusan inti teater ‘O’ terdiri dari :13

1. Ketua Umum, adalah pimpinan dalam menjalankan agenda-agenda kegiatan

organisasi sehari-hari selama satu priode dan tidak dapat dipilih lagi dalam priode berikutnya.

2. Sekretaris, adalah orang yang membantu ketua umum dalam menjalankan

tugas khusunya bagian administrasi atau surat menyurat.

3. Bendahara, adalah orang yang dipercaya untuk menyimpan dan mengeluarkan

anggaran untuk keperluan organisasi.

4. Divisi-divisi yang diangkat oleh pengurus inti untuk menjalankan visi dan misi organisasi dalam satu priode.

13


(27)

2.1.2 Naskah dan Skenario

Naskah adalah catatan yang berisi kisah dengan nama tokoh dan dialog yang diucapkan actor dalam lakon. Naskah drama yang isinya lengkap menjelaskan keadaan, properti atau perlengkapan, nama tokoh serta karakter tokoh tersebut, petunjuk akting dan lainya yang merupakan petunjuk disebut skenario.

Naskah dan skenario merupakan sebuah petunjuk bagi sutradara agar penyajian lakon lebih realistis. Bagi aktor, naskah merupakan panduan dalam untuk memahami tokoh dan karakter dalam lakon yang diperankannya.

2.1.3 Struktur Dalam Pertunjukan Teater

Struktur dalam pertunjukan teater atau bagaimana membangun sebuah pertunjukan teater dari awal hingga selesai. Ada beberapa tahap dan tingkatan-tingkatan yang harus dibangun. Yaitu, pembukaan, pembentukan, konflik, krisis, klimaks, dan penyelesaian.

2.1.3.1Pembukaan

Sebuah pertunjukan teater tentu dimulai dengan pembukaan. Meski sebuah pembukaan, apa yang terjadi pada pembukaan baru dapat dinilai pada akhir cerita dan akan terasa kembali mengapa pembukaan itu demikian, yang pada mulanya tidak disadari arti pembukaan tersebut.

Pada pembukaan juga dirasakan kembali bagian-bagian lainnya yang juga mengambil sedikit dari pembukaan. Tokoh serta perwatakan masih belum jelas, tetapi sudah dirasakan ada sesuatu yang menimbulkan permasalahan.


(28)

2.1.3.2 Pembentukan

Yang dimaksud dengan pembentukan adalah telah terjadi pembentukan perwatakan yang lebih jelas dari peranan atau tokoh-tokohnya. Demikian juga dengan permasalahannya, muncul lebih jelas akibat perbedaan perwatakan dalam menghadapi permasalahan tersebut. Tentu dengan sendirinya berkembang menuju kearah akan terjadinya konflik.

2.1.3.3Konflik

Tanpa konflik sebuah pertunjukan teater tidak akan menarik. Pengertian konflik punya pengertian luas. Bukan hanya bentuk pisik saja. Tetapi yang lebih menarik konflik batin. Konflik ini terus berkembang dan meninggkat menuju kea rah krisis.

2.1.3.4Krisis

Krisis menimbulkan ketegangan yang mengakibatkan ada yang menang dan yang kalah. Bisa saja kalah tetapi perjuangan dan cita-citanya memperoleh kemenangan. Ini dalam memperjuangkan kejujuran dan kebenaran serta keadilan dalam melawan kebatilan, keserakahan dan sebagainya.

Pada krisis ini akan member gambaran bagaimana klimaks yang akan terjadi dan inilah yang ditunggu oleh penonton.

2.1.3.5Klimaks

Klimaks merupakan puncak tertinggi dari struktur pertunjukan teater. Keputusan terakhir dari krisis yang sangat menentukan dan menegangkan. Jangan sampai klimaks bisa diduga dari semula. Walaupun telah diduga


(29)

antagonis akan kalah dengan protagonist, tetapi bagaimana bentuk kekalahannya tidak bisa diduga.

2.1.3.6Penyelesaian

Bahagimana terjadinya penyelesaian sebaiknya tidak terduga. Jika telah diketahui sebelum penyelesaian itu terjadi, tidak aka nada kesan bagi penonton untuk dibawa pulang.

Adapun struktur dan tahapan-tahapan diatas berfungsi untuk menjaga alur cerita tetap teratur dan jelas sehingga penonton dapat mengetahui tujuan dan makna yang ingin disampaikan dalam pertunjukan tersebut.

2.1.4 Aktor dan Akting

Pemain adalah orang yang memerankan tokoh tertentu dalam teater, film, maupun sinetron yang biasa disebut aktor. Ada macam-macam peran yang dilakoni aktor dalam teater,film maupun sinetron:

a. Peran utama yaitu, peran yang menjadi pusat perhatian penonton. b. Peran pembamtu yaitu, peran yang tidak menjadi pusat perhatian.

c. Peran tambahan atau figuran yaitu, peran yang diciptakan untuk memperkuat

suasana.

Pemain/pelaku pada pementasan drama membawakan peranannya dengan berakting (acting). Pemain inilah yang dilihat oleh penonton dalam pementasan drama. Seluruh perhatian ditujukan kepada pemain. Dekor, lampu dan pendukung lainnya pada pementasan teater hanya diperhatikan beberapa menit saja, setelah itu seluruh perhatian kepada pemain untuk mengikuti aktingnya dan jalan ceritanya.


(30)

Apakah akting sesuai dengan dengan peranan dan perwatakan pada naskah teater, atau akting tidak sesuai dengan peranan dan perwatakannya. Artinya akting yang diperlihatkan tidak lebih dari dirinya sendiri.

Tantangan bagi pemain adalah bagaimana kemampuannya melepaskan dirinya menjadi peranan dan perwatakan yang terdapat pada naskah. Pemain juga mempunyai kode etik, meski tidak tertulis :

a. Jika telah menerima naskah, bersedia jadi pemain dan apapun yang terjadi tetap bermain.

b. Bersedia menerima petunjuk dan arahan sutradara. c. Tetap menjaga kesehatan.

d. Menjaga naskah drama yang diberikan. e. Disiplin dalam latihan

f. Menghormati penonton

g. Siap menerima kritikan

2.1.5 Sutradara

Keberhasilan sebuah naskah teater dan diangkat menjadi pertunjukan teater tidak terlepas dari sejauh mana kemampuan sutradara. Sutradara harus memiliki pengetahuan yang luas mengenai acting dan sebagainya untuk mempelajari naskah drama tersebut dan sekalian mementaskannya.

Sutradara adalah orang yang mengatur keseluruhan teknik pembuatan dalam sebuah teater, drama dan film. Sutradara merupakan orang yang menentukan aktor yang akan mengisi lakon.


(31)

Untuk menjadi sutradara sedikit banyaknya harus memiliki beberapa syarat:

a. Pengetahuan dasar mengenati teater yang berhubungan dengan naskah,

penyutradaraan, akting, tata pentas, hokum pentas dan sebagainya.

b. Pengetahuan umum seperti sosiologi, antropologi, pendidikan psikologi, dan

sebagainya.

c. Pengetahuan kesenian seperti sastra, seni rupa, seni suara, dan sebagainya.

d. Kemampuan atau bakat membimbing dan mengarahkan.

e. Berwibawa, artinya sudah pantas menjadi sutradara.

f. Disiplin tepat waktu, tegas pendirian dan tidak mudah terpengaruh.

2.1.6 Dekorasi dan Panggung

2.1.6.1Dekorasi

Pementasan drama tentu tidak terlepas adanya dekorsi. Secara terbatas pengertian dekorasi adalah latar belakang atau set pada pentas.secara luas pengertian dekorasi adalah seluruh perlengkapan atau benda yang ada dipentas. Ada beberapa syarat untuk dekorasi :

a. Ada ruang yang cukup untuk pemain bergerak.

b. Menggambarkan suasana dan perwatakan peranan pemain.

c. Mudah dimengerti oleh penonton. d. Enak dipandang dan menarik.

e. Dirancang dengan sederhana dan mudah dibuat.


(32)

g. Mempunyai hubungan satu sama lain dengan bagian atau perlengkapan dekorasi lainnya.

h. Mudah disimpan dan dapat digunakan lagi bila diperlukan.

2.1.6.2Panggung

Panggung sama artinya dengan pentas dimana diadakan pertunjukan atau pementasan teater. Bisa juga diartikan panggung adalah daerah atau tempat pemain. Ada tiga macam bentuk panggung :

a. Bentuk panggung dimana pemain dan penonton saling berhadapan.

b. Bentuk tapak/ladam kuda, dimana penonton berada di depan, kiri dan

kanan pentas.

c. Bentuk arena, dimana penonton berada disekeliling pentas.

2.1.7 Property

Property merupakan perlengkapan yang dibutuhkan dalam pementasan teater, daram maupun film. Seperti kursi, hiasan ruang, dekorasi, make up, peralatan musik dan segala sesuatu yang di butuhkan dalam pementasan.

Semua property ditata oleh pekerja-pekerja yang mendukung pementasan seperti Tata busana dalam mengatur kostum, make up para aktor sesuai dengan karakternya.. Tata panggung dalam mengatur setting dang dekorasi panggung sesuai lokasi dan tempat dalam naskah.. Tata lampu dalam pengaturan pencahayaan. Tata musik dalam menciptakan suara-suara yang mendukung dan menegaskan lakon.


(33)

2.1.8 Penonton

Penonton adalah unsure yang penting dalam sebuah pementasan teater, penonton adalah saksi dan evaluator yang mengapresiasi dan menilai hasil karya seni yang dipentaskan oleh para seniman-seniman teater.

Sebuah karya seni akan sia-sia jika tidak memiliki penikmat, setiap karya seni seperti pertunjukan teater sebaiknya memiliki penonton yang menikmati pertunjukan. Karena penonton menonton pertunjukan untuk untuk menghibur hatinya dan menjadi evaluator karya seniman yang menggarap pertunjukan tersebut.

2.2Jenis Teater

Indonesia kaya akan seni. berkembang sejajar perkembangan manusia sebagai pencipta dan penikmat karya seni. Karya seni dapat dilihat dari berbagai macam bentuk seperti musik, tari, pakaian dan rias, jenis makanan dan hidangan, jenis-jenis pertunjukan, berbagai upacara adat dan prosesinya, dan lain-lain, Salah satunya adalah seni pertunjukan yaitu teater . Seni Pertunjukan Teater adalah seni yang bersifat kompleks, artinya dapat bekerjasama dengan cabang seni lainnya. Di Indonesia mempunyai dua teater yaitu teater tradisional dan teater modern.

2.2.1 Teater Tradisional

setempat karena terkondisi dengan adat istiadat, sosial masyarakat dan struktur geografis masing-masing daerah, seperti ketoprak di Yogyakarta, Opera Batak di


(34)

kebudayaan Batak toba, Ludruk dari Surabaya, Wayang orang dari Jawa Tengah, Mak yong dan mendu dari riau, Randai dari Sumatera Barat, dan masih banyak lagi teater tradisional di Indonesia.

Ciri-ciri teater tradisional adalan ; (a).Pementasan di panggung terbuka, lapangan maupun halaman rumah. (b). Pementasannya sederhana dan apa adanya. (c). Ceritanya berdasarkan dongeng dan sudah turun temurun.

2.2.2 Teater Modern

Teater modern adalah teater yang biasanya mengangkat bahan cerita dari kehidupan sehari-hari untuk dipentaskan. Teater modern juga mengangkat cerita dari karya sastra berupa naskah-naskah lama maupun baru untuk dipentaskan. teater modern biasanya ditampilkan dalam nentuk ; Drama, Teater, Film, dan Sinetron.

Ciri-ciri teater modern adalah ; (a). Panggung tertata rapi, (b). Ada pengaturan alur cerita, (c). Bentuk kerja kolektif dan terkordinasi secara professional. (d). Biasanya menggunakan panggung tertutup.

2.3Aliran teater

Ada banyak genre teater yang berkembang sekarang ini untuk memenehi kebutuhan penimat teater:

a. Pantomim, yaitu suatu bentuk drama musikal dimana musik dan tari menjadi

dikombinasikan untuk menjadi produksi teater yang bersifat menghibur. Biasanya di rancang untuk anak-anak.

b. Komedi, berasal dari kata komos yunani yang berarti perayaan, bersenang-senang ataupun membuat meriah, ini tidak berarti selalu lucu, tetapi lebih terfokus pada


(35)

suatu maslah yang menyebabkan beberapa bentuk bencana yang pada akhirnya memiliki akhir yang bahagia dan menyenangkan.

c. Romantik komedi atau komedi romantic yang artinya sebuah situasi atau peristiwa yang menakjubkan yang semuanya berkontribusi pada kepahlawanan, keinginan kepahlawanan, dengan terfokus pada cinta.

d. Komedi situasi, yaitu sebuah komedi yang tumbuh dan berkembang dari karakter

untuk memecahkan masalah yang diciptakan oleh situasi. Upaya penyelesaian sering tak berhasil, namun tetap memiliki akhir yang bahagia.

e. Komedi tata, yaitu komedi yang dramatis yang sering menggambarkan satire dan

aksi masyarakat kontemporer. Komedi jenis ini selalu terkait dengan kodisi social dan karakter-karakter didalamnya dibandingkan dengan standart social saat ini. f. Komedi dell’arte,yaitu komedi yang secara fisik keseluruhan berimprofisasi. Jenis

komedi ini pertama kali dilakukan di italia.

g. Komedi Musik yaitu komedi yang dimainkan dan disajikan dengan musik,

menyanyi, dan menari.

h. Melodrama, yaitu sebuah drama sentimental yang diiringi dengan musik. Biasanya dengan plot yang menyangkut penderitaan ditangan penjahat, tetapi berakhir gembira dengan kemenangan yang baik. Menampilkan karakter seperti pahlawan, pahlawan yang sudah lamamenderita, dan penjahat berdarah dingin.

i. Tragedi, yaitu sebuah drama yang disajikan dengan gaya serius dan bermartabat yang sedih dan mengerikan. Peristiwa ini biasanya disebabkan oleh kepahlawanan individual.


(36)

j. Tragedi Komedi, yaitu sebuah drama yang mengandung unsure tragedy dan komedi.

2.3.1 Komedi Teater O

Berawal dari hati nurani akan kiprah kesusastraan, maka pada 1 Oktober 1991 lahirlah Teater O di bumi sastra Universitas Sumatera Utara. Dengan niat dan tulus dan sederhana mahasiswa-mahasiswa Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara menyatukan persepsi untuk menguatkan perteaterannya dalam wadah Teater O sebagai teater kampus, teater yang tinggal di kampus.

Manusia adalah satu-satunya makhluk yang nisa tertawa, karena itu tertawa menjadi penting dang mungkin sangat penting, bahkan sehat. Orang yang sehat lahir batin sering membutuhkan lelucon penggeli hati. Kebudayaan pun memenuhi kubutuhan tertawa ini dengan menampilkan actor (pelawan) dalam sebuah pertunjukan atau teater.

Mungkin, pendapat diatas tersebutlah yang melatarbelakangi munculnya komedi pada hampir semua naskah dan garapan teater O. Teater O menunjukkan konsistensinya dengan sikap mengutamakan naskah karya sendiri daripada naskah karya orang lain. Sejak tahun 1991 teater O telah menghasilkan 30 lebih naskah (naskah teater, monolog, parody) dan tetap setia dengan lakon komedinya. Teater O hadir dan ada bukan sekedar datang dan bernafas. Terbukti lebih dari 18 tahun teater O masih setia dengan lakon komedi.

Komedi tradisional seperti ketoprak, ludruk, reog, calung, lenong, dan makyong, bukan merupakan hal yang tabu untuk dikolaborasikan dengan komedi


(37)

ala teater O. Keusilan dan kejahilan Benyamin hingga teknik karikatural ala donal bebek pun diangkat dan diadopsi oleh teater O secara transparan.

Teater O juga pernah mengusung naskah-naskha serius dan absurd seperti Malam Terakhir karya Yukio Mishiwa, Silhuet dan Rimba Cermin-cermin karya Z. Pangaduan Lubis. Diatas panggung, naskah-naskah serius dan absurd itu tetap saja digarap secara komedi.

Teater O juga pernah terpilih untuk menggarap naskah Rahwana karya Abdul Mukhid yang sangat serius dan cenderung text book. Hasilnya, naskah Rahwana digarap oleh Yusrianto selaku sutradara menjadi sebuah pertunjukan yang membuat penonton tertawa-tertawa. Naskah Rahwana yang sejadinya sulit untuk dimasukkan unsure komedi, namun dengan model garapan teater O menjadi lebih rileks, ringan, santai dan mengasikkan.


(38)

BAB III

PEMENTASAN TEATER YANG BERJUDUL “RAHWANA”

OLEH TEATER ‘O’

3.1Naskah Rahwana

Kisah Ramayana mempunyai banyak versi, dengan berbagai penyimpangan isi cerita. Dalam mitologi Hindu, Rahwana (kadang kala dialihaksarakan sebagai Raavana dan Ravan atau Revana) adalah tokoh utama yang bertentangan terhadap Rama. dalam Sastra Hindu disebut dalam kisah Ramayana. Dalam kisah ini, ia merupakan Raja Alengka, yang bertubuh raksasa atau iblis ribuan tahun yang lalu.

Rahwana dapat dilukiskan dengan sepuluh kepala, ini menunjukkan bahwa ia memiliki pengetahuan dalam Weda dan sastra. Karena mempunyai sepuluh kepala, maka ia diberi nama "Dasamukha" (bermuka sepuluh), "Dasagriva" (berleher sepuluh) dan "Dasakanta" (berkerongkongan sepuluh). Ia juga memiliki dua puluh tangan, yang menunjukkan kesombongan dan kemauan yang tak terbatas. Namun Ia juga dikatakan sebagai ksatria besar.

Di india cerita Ramayana diambil dari ceritera yang benar-benar terjadi di daratan India dan Srilangka. Saat itu daratan India dikalahkan oleh India Lautan yang juga disebut tanah Srilangka atau Langka, yang dalam pewayangan disebut Alengka. Tokoh Rama adalah pahlawan negeri India daratan, yang kemudian berhasil menghimpun kekuatan rakyat yang dilukiskan sebagai pasukan kera pimpinan Prabu Sugriwa. Sedang tanah yang direbut penguasa Alengka dilukiskan sebagai Dewi Sinta


(39)

(dalam bahasa Sanskerta berarti tanah). Dalam penjajahan oleh negeri lain, umumnya segala peraturan negara dan budaya suatu bangsa akan mudah berganti dan berubah tatanan, yang digambarkan berupa kesucian Sinta yang diragukan.

Maka setelah Shinta dibebaskan, ia lantas pati obong, yang artinya keadaan negeri India mulai dibenahi, dengan merubah peraturan dan melenyapkan kebudayaan si bekas penjajah yang sempat berkembang di India.

Di indonesia, cerita Ramayana ini awalnya ditulis dalam bahasa kuno yang diduga ditulis oleh seorang pujangga yogiswara pada masa pemerintahan Diyah Balitung dikerajaan Mataram kuno yang diperkirakan terjadi pada masa 820-832 tahun saka atau sekitar 870 Masehi. Dalam ajaran agama Hindu cerita Ramayana ini disebut juga dengan Kakawin.

Tentang penenulis kakawin ramayana masih menjadi pertentangan dikalangan sastrawan Hindu dan Budha. Prof. Dr. R.M.Ng Purbatjaraka, tidak meyakini bahwa penulis Ramayana adalah Yogiswara. Menurutnya kalimat Yogiswara memang tertera dibaris akhir kakawin Ramayana versi jawa, namun bukan merupakan jati diri atau penulis dari cerita Ramayana ini

Berbeda dengan Naskah yang diangkat oleh teater O. naskah yang dipentaskan teater o ini ditulis oleh Abdul Mukhid. Ia adalah salah satu pemenang lomba penulisan naskah yang diadakan oleh Dewan Kesenian Medan 2005. Tokoh Rahwana yang di ceritakannya mempunyai karakter seorang yang penyabar, sopan, tampan, baik hati dan romantis. Rahwana merupakan pangeran dari kerajaan alengka yang mencintai Shinta yang sudah menjadi permaisuri Rama. Rahwana tahu bahwa takdir berkata bahwa Shinta memang harus menikah dengan Rama. Tetapi Rahwana


(40)

dan Shinta saling mencintai. Rahwana menyanggupi permintaan Shinta untuk di bawa kabur oleh rahwana. Meskipun Rahwana tahu bahwa Rama akan membunuhnya, dan menghancurkan kerajaan Alengka jika dia tetap membawa Shinta untuk dijadikan permaisuri.

Pementasan Teater O yang berjudul Rahwana ini dibagi menjadi 2 (dua) babak. Babak pertama terdiri 5 (lima) adegan dan babak ke 2 (dua) terdiri dari empat 4 (empat) adegan.

3.2Manajemen Pementasan Teater ‘O’

Teater ‘O’ adalah sebuah organisasi teater yang hampir keseluruhan anggotanya adalah mahasiswa Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara. Teater ‘O’ memiliki struktur kepengurusan organisasi untuk menjalankan agenda berkesenian organisasi secara berkelanjutan. Kepengurusan dipilih melalui musyawarah besar oleh seluruh anggota dan keluarga besar teater ‘O’ untuk satu priode selama dua tahun, dan hanya mahasiswa aktif yang dapat menawarkan diri ataupun dipilih untuk masuk kedalam struktur keperngurusan organisasi Teater ‘O’. Struktur keperngurusan inti teater ‘O’ terdiri dari :14

1. Ketua Umum, adalah pimpinan dalam menjalankan agenda-agenda kegiatan

organisasi sehari-hari selama satu priode dan tidak dapat dipilih lagi dalam priode berikutnya.

2. Sekretaris, adalah orang yang membantu ketua umum dalam menjalankan tugas

khusunya bagian administrasi atau surat menyurat. 14


(41)

3. Bendahara, adalah orang yang dipercaya untuk menyimpan dan mengeluarkan anggaran untuk keperluan organisasi.

4. Divisi-divisi yang diangkat oleh pengurus inti untuk menjalankan visi dan misi organisasi dalam satu priode.

Dalam setiap pementasan. Ketika naskahnya sudah ada, maka teater ‘O’ memilih seorang Pimpinan Produksi. Bisa melalui poting, penunjukan langsung dari Ketua Umum Teater ‘O’ dan dipilih melalui musyawarah anggota.

Selanjutnya pimpinan produksilah yang mengatur manajemen pementasan setelah memilih sutradara terlebih dahulu. Ini membuat penggarapan sebuah pementasan teater ‘O’ terbagi menjadi dua bagian Art dan Non Art. Sutradaralah yang mengurusi art, kelompok pemain atau artis atau kelompok depan layar, mengaudisi para pemain (casting) , memilih para aktor dan aktris juga menyiapkan scedule latihan.

Sedangkan non art dipegang sepenhnya oleh Pimpinan Produksi. Yang mengurusi atau menyiapkan segala keperluan atau kebutuhan dari pementasan teater ‘O’ sendiri. seperti mencari biaya produksi contoh : pembuatan proposal dan penyebarannya, ticketing dan lainnya. pempublikasian pementasan contoh : membuat spanduk, baliho, brosur, Koran dan radio, mengundang komunitas teater.

Persiapan pementasan naskah rahwana membutuhkan waktu sekitar 3 bulan. Dibulan pertama latihan dilaksanakan 3 kali seminggu sore hari. Dibulan kedua latihan , 2 minggu pertama tetap latihan 3 kali seminggu. Di 2 minggu berikutnya sampai dengan bulan ketiga, latihan diadakan setiap harinya. Di 2 minggu terakhir dibulan ke 3, latihan ditingkatkan hingga malam hari sampai dengan GR. Teater


(42)

tidak bisa dilakukan sendiri, harus bekerja sama dengan orang lain, karya seni yang harus dilakukan secara kolektif, saling mendukung satu sama lain, sehingga hasil yang dicapai dalam pertunjukan teater utuh dan total.

3.2.1 Susunan Kepanitiaan Teater ‘O’ Dalam Pementasan Rahwana

Susunan organisasi dalam pementasan teater O yang berjudul rahwana dibagi menjadi tiga yaitu, staff produksi, aktor dan aktris, dan naskah dan sutradara. Adapun susunan Organisasi tersebut adalah :

a. Staff Produksi

Pimpinan Produksi : Yahdi Sukron

Sekretaris : Yuzika Hizani

Bendahara : Martina

Penata Lampu : Irvan Sugito

Penata Artistik : Yahdi Sukron

Penata Musik : Kent Sihombing - dkk

Kru :- Jhon irwansyah

- Brakah

- Emil Muttaqin

- Andiano

- Niken

- Aripin

- Fitri

- Rudolf Sitorus


(43)

- Mahesa kumbara

- Yeyen

- Rei

- Nita

- Firmmansyahputra

- Putra Setiawan

b. Aktor dan Aktris

Agus Mulia sebagai Rahwana

Mukhlis Win Aryoga sebagai Dalang Awaluddin Samosir sebagai Rama Zulkarnain Murdep sebagai Hanuman Yuzika sebagai Shinta

Ansari sebagai Wibisana

Indra sakti harahap sebagai laksmana Fitri sebagai Dayang (1)

Dian sebagai Dayang (2) Tina sebagai Dayang (3)

Hidayat Baday Sastro sebagai Menteri (1) Darul sebagai Menteri (2)

Yahdi Sukron sebagai Prajurit

c. Naskah dan Sutradara

Naskah : Abdul Muhid


(44)

3.2.2 Struktur Kepengurusan Teater ‘O’ Periode Tahun 2011 – 2013

Teater ‘O’ adalah organisasi ekstra kampus yang berada dibawah naungan Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara. Berikut adalah susunan kepengurusan teater ‘O’ periode tahun 2011 – 2013 adalah :15

Berikut lampiran kepengurusan teater ‘O’ USU periode tahun 2011/2013: Pelindung : Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu, DTM&H, M.Sc. (Rektor USU)

: Prof. Dr. Eddy Marlianto, M.Sc (Pembantu Rektor III USU) : Drs. Syahron Lubis, M.A. (Dekan Fakultas Ilmu Budaya USU)

: Drs. Yuddi Adrian Muliadi, M.A. (Pembantu Dekan III Fak. Ilmu Budaya USU)

Penasehat : Sunyoto, S.H.

Drs. Syamsul Tarigan

Drs. Boyke Turangan, M.Sp. H.M. Affan S.S

Drs. Yose Rizal, M.Sp. Azrai, S.S, M.Sp. Drs. Yusrianto Nasution Mukhlis Win Ariyoga, S.S. Agus Mulia, S.S.

Anharuddin Hutasuhut, S.S. Juraidi Tanjung, S.S.

15


(45)

Yulhasni, S.S

Robby Effendi Hutagalung, Amd.

Ketua umum : Joko Saputra (080701037)/Sastra Indonesia

Sekretaris : Shofia Masthura (090710005)/ Sastra Cina

Bendahara : Nur Alfi Syahri (090705019)/ Sastra Inggris

Div. Musik dan tari

Koordinator : Agustina Fernandez (100707071)/Etnomusikologi

Anggota : Syahrizki F.A Sinaga (080704003)/Sastra Arab

Samsuri (080701008)/ Sastra Indonesia Tami D. Tina F. (080705026)/ Sastra Inggris Syarifah Nasution (102202035)/Sastra Joshua Purba (090703001)/Sastra Daerah Indira Ginanti (100701051)/Sastra Indonesia

Div. Pelatihan

Koordinator : Muhammad Ikhsan (092407017)/Matematika

Anggota : Zainul Ma’rif (080701006)/ Sastra Indonesia

Tika Anggreini (080902033)/Ilmu Komunikasi Riri Zulia Sari (090503104)/ Akuntansi

Agus Tiadda (100701063)/Sastra Indonesia Fani Gumanti (100705009)/ Sastra Inggris


(46)

Div. Dokumentasi

Koordinator : Nikson Sihombing (090702007)/ Sastra Daerah

Anggota : Isnamuli Oktavia B. (080902005)/ ilmu politik Dewi Mayasari (090705025)/ Sastra Inggris

Dewi Kusumah Nasution (090702004)/Sastra Daerah Winda Ayuanda (103302047)/Sastra Inggris

Emilia Pranata (100705079)/ Sastra Inggris Mella Devina Pullungan (090907130)/Komunikasi

Div. Penelitian dan pengembangan

Koordinator : Tri Utami Ismayuni (090710029) / Sastra cina

Anggota : Arie Azhari NST (080701018)/ Sastra Indonesia

Syahraini (080502023)/ Ekonomi Riri Sofira LUBIS (080101089)/Hukum Silent (091000118)/ Kesehatan Masyarakat

Reyza Fathur Rahmi (090701008)/Sastra Indonesia

Div. Peralatan dan perlengkapan

Koordinator :Sulaiman Rambe (092202037)/ Bahasa Inggris

Anggota :Maryadi (082202046)/ Bahasa Inggris

Ika Damayanti NST (080708011)/ Sastra Jepang Niat Syukur T.(080701039)/ Sastra Indonesia Usman Ritonga (092202006)/ Bahasa Inggris


(47)

Nur Aynun (092202056)/Bahasa Inggris Cherly Fika (100702008)/Sastra Daerah Div. Humas

Koordinator : Robby S. Surbakti (090705053)/Sastra Inggris

Anggota : Rahmad Agustiadi Laoli (082202056)/ Sastra Inggris

Yurisa Ismi Rangkuti(090710004)/Sastra Cina Herlina (080701005)/Sastra Indonesia

Frisna Panjaitan (090502136) Kedokteran

Div. Acara

Koordinator : Rendy Novrizal(080702018)/Sastra Daerah

Anggota : Robby Sam (090701001)/ Sastra Indonesia

Hari Syahputra Munthe (080905023)/ Ilmu Sosial Sefin Tiara (090904125)/ Kesehatan Masyarakat Evi Marlina Harahap (100701030)/Sastra Indonesia Sri Purwanti (100701043)/Sastra Indonesia

3.3Pembagian Musik Dalam Pertunjukan Rahwana

Musik merupakan faktor pendukung pementasan dalam pertunjukan teater baik yang bersifat intrumen maupun lagu. Musik dapat juga menghidupkan suasana di dalam adegan dan babak dalam suatu pertunjukan tater. Dalam pertunjukan teater yang berjudul rahwana ini penulis membagi musik dalam empat bagian.


(48)

Menurut Kent Sihombing sebagai pimpinan musik dalam pementasan Rahwana, Penggarapan Musik dilakukan dengan mengolaborasikan musik india, musik jawa, dangdut dan musik pada lagu Iwan Fals untuk dimainkan dalam mengiringi pertunjukan Rahwana. Ide ini ada karena asal-usul cerita Rahwana yang berasal dari India, dan Perwayangan Jawa kuno. Pemusik juga mendapatkan saran dan arahan dari sutradara selaku pimpinan dalam pertunjukan. (wawancara lewat telepon tanggal 5 July 2011).

3.3.1 Musik Pembuka

Bagi penonton musik pembuka dalam pementasan ini merupakan musik yang menandakan akan dimulainya pertunjukan. Bagi para aktor dan aktris yang tampil pada babak pertama musik pembuka bisa juga menjadi kode bahwa mereka akan segera masuk ke panggung untuk memerankan lakonnya masing-masing.

3.3.2 Musik Pengiring

Musik pengiring adalah musik yang berperan untuk mengiringi adegan dan lakon dalam pertunjukan teater. Musik pengiring biasanya hanya menggunakan 1-2 instrumen musik, karena musik pengiring sebaiknya tidak lebih dominan dari adegan yang diiringinya.

3.3.3 Musik Suasana

Dalam pertunjukan teater musik dapat menegaskan suasana dalam lakon dan disebut musik suasana. Musik suasana mampu menghidupkan irama permainan serta suasana dalam pertunjukan teater baik senang maupun gembira,


(49)

sedih, tragis yang berfungsi untuk memberikan penegasan lakon yang menarik, indah, dan terlihat jelas antara klimaks dan anti klimaksnya.

3.2.4 Musik Penutup

Musik penutup dalam pementasan teater befungsi untuk menandakan pertunjukan telah berakhir. Musik penutup dimainkan diakhir adegan sampai adegan selesai dan panggung ditutup.


(50)

BAB IV

PENGGARAPAN MUSIK TEATER YANG BERJUDUL “RAHWANA”

4.1Penggarapan Musik dalam Teater

Musik merupakan faktor pendukung pementasan dalam pertunjukan teater baik yang bersifat intrumen maupun lagu. Musik dapat juga menghidupkan suasana di dalam adegan dan babak dalam suatu pertunjukan tater.

Musik teater secara umum terdiri dari :

1. Musik pembuka

2. Musik pengiring 3. Musik susana 4. Musik penutup

4.1.1 Pengertian Musik Pembuka

Merupakan musik di awal pertunjukan teater yang berfungsi untuk

merangsang imajinasi penonton dalam memberikan sedikit gambaran tentang pertunjukan teater yang akan disajikan, atau bisa juga untuk pengkondisian penonton.


(51)

4.1.2 Pengertian Musik Pengiring

Merupakan musik yang digunakan unruk mengiringi pertunjukan di beberapa adegan pertunjukan teater atau perpindahan adegan/ seting yang berfungsi untuk memberikan sentuhan indah dan manis agar ritme permainan seimbang dengan porsi permainan per adegan ( tidak semua adengan di beri musik hanya poin-poin adengan tertentu yang dirasa perlu karena dapat merusak keseimbangan pertunjukan), seperti susana , lampu , seting , kostum, mimik ekspresi, properti.

4.1.3 Pengertian Musik Suasana

Musik yang menghidupkan irama permainana serta suasana dalam pertunjukan teater baik senang maupun gembira, sedih, tragis yang berfungsi untuk memberikan penegasan lakon yang menarik, indah, dan terlihat jelas antara klimaks dan anti klimaksnya.

4.1.4 Pengartian Musik Penutup

Musik penutup dalam pementasan teater yang befungsi untuk memeberikan kesan dan pesan dari pertunjukan teater yang disajikan baik yang bersifat baik , buruk, gembira, ataupun sedih, sebagai pelajaran dan cermin moral penikmat seni teater.

4.2 Sarat Arranger Musik / Pemusik teater


(52)

1. Minimal menguasai 1 atau 2 alat musik

2. Memiliki wawasan luas mengenai musik

3. Menguasai bebarapa aliran musik

4. Rajin dan tekun mendengarkan refrensi musik

5. Terus mencoba melakukan experimen musik baik dalam bentuk intrumen,

lagu ataupun kolaborasi.

6. Mengusai teknis dalam penggunaan alat musik yang berhubungan langsung

dengan sound sistem.

4.3Tahapan Pemusik Teater Dalam Proses Teater

Tahapan pemusik teater dalam proses teater adalah sebagai berikut:

1. Mempelajari naskah yang akan disajikan kemudian setelah mengetahui plot dan alur ceritanya kemudian membuat arasemen musik / lagu ( di usahakan tidak hanya satu karya,karna untuk cadangan).

2. Konsultasi ./ komunikasi dengan sutradara jangan sampai terputus intensitas dijaga dengan sutradara.

3. Presentasi musik pembuka,pengiring, suasana, dan penutup dengan sutradara sesuai dengan keinginan sutradara.

4. Inten mengikuti latihan dengan tujuan agar dapat meraba irama permainan yang akan menghasilkan nada dan ide di adengan tertentu dengan ritme permainan yang seimbang dan penekanan nada yang kuat sesuai porsi adegan.


(53)

5. Komonikasi antar aktor/aktris dan semua yang terlibat didalam pementasan, supaya nada yang di tuangkan d permainan sesuai dengan rasa penokohan yang di lakoninya.

6. Melakukan latih gabungan agar tercipta keseimbangan rasa antar semua crew baik tim seting ,tim lighting, aktor/aktris dan tim musik jadi kesatuan

panggung.

4.4Tata Sound Dalam Pementasan Teater

Penempatan tata sound dalam pertunjukkan teater sangat penting karena faktor pendukung yang memberikan efek bunyi dan suara. Pengaturan sound yang tepat an seimbang sesuai dengan besar kecilnya ruangan akan mempengaruhi kenayamanana audien untuk menikmati pertunjukan dan dukungan kualitas sound yang standart ( di atas rata-rata baik in-door maupun out-door.

4.5Penggarapan Musik Rahwana

Dalam pertunjukan teater yang berjudul rahwana, musik di garap dan di aransemen oleh pemain musik yang dipimpin oleh Kent Sihombing. Dalam pengerjaannya pemusik mendapat arahan dari sutradara untuk memainkan musik. Tetapi ada kalanya pemusik diminta untuk berimajinasi dalam mengaransemen musik dan disesuaikan dengan lakon dan adegan-adegan dalam pertunjukan itu. Karnanya pemusik teater juga harus memahami alur cerita dalam pertunjukan secara keseluruhan.

Agar lebuh mudah untuk memahami peran musik dalam teater, penulis membagi penggarapan musik menjadi empat bagian. (1) Musik pembuka, (2) Musik


(54)

pengiring, (3) Musik Suasana, (4) Musik Penutup. Setiap bagain musik memiliki peran dan fungsi yang berbeda satu sama lain.

4.5.1 Musik Pembuka

Dalam pertunjukan teater yang berjudul rahwana, musik pembuka pada babak pertama berdurasi 2.30 Menit, instrument yang digunakan adalah gitar, bass, simbal, senar drum, djimbe, botol yang berisi air, maracas, dan didjeredoo.

Musik juga dimainkan pada awal babak ke dua, namun musik pembuka dalam babak kedua bisa juga disebut sebagai musik suasana karena musik dimainkan untuk mengiringi pertempuran yang sedang berlangsung antara pasukan rahwana dan pasukan rama. Musik pembuka ini dimainkan dengan menggunakan instrument berupa botol, besi, simbal dan dimainkan dengan pola free meter dengan durasi 1 menit.

4.5.2 Musik Pengiring

Ada banyak musik pengiring yang dapat dilihat dan didengar langsung dalam pertunjukan rahwana. Permainan melodi gitar yang lembut pada adegan dimana rama dan sinta sedang bebincang di halaman kerajaan (babak 1 adegan 1). Melodi yang dimainkan berperan untuk mengiringi adegan 1, melodi dimainkan dengan volume lebih kecil dari dialog rama dan sinta agar musik yang dimainkan tidak menutup dialog yang diperankan. Melodi gitar yang dimainkan dalam adegan ini berdurasi 2.30 menit.


(55)

Musik pengiring juga dapat dilihat dengan jelas pada Babak pertama adegan empat dimana sinta keluar untuk beristirahat atas perintah rahwana dan babak 1 adegan 5 dimana rahwana bersemedi sambil bernyanyi.

4.5.3 Musik Suasana

Musik suasana berperan untuk menegaskan suasana dalam adegan-adegan. Dalam pertunjukan teater rahwana, kita dapat melihat langsung dimana musik berperan untuk menegaskan suasan. Pada babak 1 adegan 2 musik dimainkan untuk mengiringi adegan ketika sinta kesurupan oleh guru Rahwana dengan durasi 1 menit. Musik juga dimainkan saat proses sinta sadar dari kesurupannya dengan durasi 37 detik.

Diakhir adegan ke 3 babak pertama musik juga dimainkan untuk mengiringi suasana sedih ketika hanuman pergi meninggalkan shinta atas perintah rahwana. Musik yang dimainkan berupa melogi gitar dengan volume rendah dan dengan durasi 1 menit.

4.5.4 Musik Penutup

Musik penutup merupakan musik yang dimainkan untuk mengiringi akhir dari cerita sampai cerita selesai. Musik penutup juga dimainkan hingga panggung ditutup dan para aktor dan aktris keluar dari panggung. Musik penutup juga berfungsi untuk menandakan bahwa pertunjukan selesai.


(56)

4.6 Transkripsi dan Analisa


(57)

(58)

(59)

(60)

(61)

(62)

(63)

(64)

(65)

(66)

(67)

(68)

(69)

(70)

(71)

BAB V

PENUTUP

Bagian ini merupakan tahap akhir dari tulisan ini. Pada bagian ini, penulis akan mengambil kesimpulan dari setiap bab secara garis besar. Selain kesimpulan, penulis akan menyertakan saran-saran yang dapat menjadi masukan dan juga saran terhadap apa saja yang belum dikerjakan untuk kepentingan penelitian-penelitian selanjutnya.

5.1Kesimpulan

Seni pertunjukan teater adalah karya seni yang mencakup banyak unsur seni didalamnya. Seperti, seni sastra, seni tari, seni musik, seni lukis, seni peran (keaktoran), tata cahaya, tata busana. Karena itulah seni pertunjukan teater dianggap sebagai seni yang bersifat kompleks dan rumit.

Dalam pertunjukan teater, semua unsur seni memiliki kedudukan masing-masing. Seperti musik yang mampu menegaskan suasana dalam adegan teater, seni sastra yang mampu merangkai kata menjadi sebuah naskah teater, dan seni dekorasi yang mampu menjadikan panging menjadi seperti lokasi yang sebenarnya.

Dalam pertunjukan teater, musik memiliki peran yang penting karena itu musik selalu digunakan dalam setiap pertunjukan teater. Musik mampu menciptakan suasana sedih menjadi lebih sedih, atau mengiringi adegan dalam pertunjukan.


(72)

Jadi, penulis mengambil kesimpulan bahwa teater tidak akan menjadi pertunjukan yang utuh tanpa ada unsur seni lain yang menjadi pendukungnya, khusunya musik. Oleh karena itu, semua unsur seni yang terkandung dalam seni pertunjukan teater memiliki kedudukan yang sama.

5.2 Saran

Melihat kondisi perkembangan teater saat ini, penulis berharap agar para penggiat teater tidak mengutamakan naskah dan seni peran (keaktoran) dalam mempersiapkan sebuah pertunjukan teater, karena ada unsur seni pendukung yang lain yang memiliki kedudukan yang sama dalam pertunjukan teater.

Penulis sadar bahwa apa yang dipapakarkan dalam tulisan ini belum cukup untuk menjelaskan semua hal dan permasalahan yang ada dalam seni pertunjukan teater. Penulis berharap adanya peneliti-peneliti selanjutnya yang dapat meneliti berbagai aspek dalam pertunjukan teater.

Selain itu, penulis juga mengharapkan kritikan dan saran pembaca yang bersifat membangun yang dapat penulis jadikan bahan perbaikan tulisan ini dan untuk penelitian-penelitian selanjutnya.


(73)

DAFTAR PUSTAKA

Arini, Sri Hermawati Dwi dkk,

2008, Seni Budaya Jilid 2 untuk SMK, Jakarta : Pusat Perbukuan

Departemen Pendidikan Nasional, h. 236 – 239.

A.r. Qomar

2004 Sepintas Drama dan Pementasannya

Handari dan Mimi Martini

1994 Penelitian Terapan. Yogyakarta, Gajah Mada University Press

Koentjaraningrat

1990 Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta, PT Rineka Cipta.

1982 Manusia dan Kebudayaan di Indonesia. Jakarta, Djambatan

Malm, William P

1977 Music Cultures of The Pacific Music The Near East and Asia. New Jersey, Prentice Hall Inc.


(74)

Marco De Marinis,

1990 From Ritual to Theatre.

Mauricio Kagel,

1982 On the Artist's self-understanding and tasks, New Music

Articles 1, NMA Publications.

Merriam, Alan P.

1964 The Anthropology of Music. Chicago, Northwestern University Press

Murgiato

1995 Kajian Keilmuan Seni, jakarta

Nettl, Bruno

1964 Theory and Method in Etnomusicology. New York, The Free Press

Qureshi, Regina B.

1986 Sufi, Music of Indian and Pakistan. England, Cambridge University Press

Richard Vella,

1990 Music and Representation, New Music Articles 8 NMA

Publications. Reginald Smith Brindle,


(75)

1975 The New Music, Oxford University Press Richard Vella,

1990 Music/theatre as a Theatre of Ideas, New Music Articles 8,

NMA Publications.

Sedyawati, Edi

1986 Pengetahuan Elementer Tari dan Beberapa Masalah Tari. Jakarta, Direktorat Kesenian

Sinar Luckman T.

1996 Pengantar Etnomusikologi dan Tarian Malayu. Medan, Perwira

Sudarsono

1972 Pengantar Pengetahuan dan Komposisi Tari. Yogyakarta, ASTI Yogyakarta

Suhartono, Irawan

1995 Metode Penelitian Sosial. Bandung, Remaja Rosdak

Internet


(76)

http://digilib.sunan-ampel.ac.id/files/disk1/155/hubptain-gdl-mohasroful-7712-3-babii.pdf

http://www.artikata.com/arti-364697-penggunaan.html defenisi Penggunaan

http://www.artikata.com/arti-344636-peran.html Defenisi Peran

DAFTAR FOTO


(77)

Keterangan Gambar 1 :

Gambar di atas adalah adegan satu pada babak satu.

Adegan diatas adalah adegan pembuka yang diiringi Musik sebagai musik pembuka.

Gambar 2 Keterangan gambar 2 :

Gambar diatas adalah adegan ketika Shinta ingin Rahwan membawanya lari. Adegan ini diiringi oleh musik pengiring 1.


(78)

Gambar 3

Keterangan gambar 3 :

Gambar diatas adalah adegan dimana Shinta kerasukan arwah Guru Rahwana yang diperankan oleh dalang.

Adegan ini di iringi musik yang disebut musik suasana untuk membuat suasana seolah tampak nyata.


(79)

Gambar 4 Keterangan Gambar 4 :

Gambar diatas adalah adegan Shinta pulih dari kerasukan arwah guru Rahwana. Adegan ini diiringi musik yang disebut musik suasana


(80)

Gambar 5 Keterangan Gambar 5 :

Gambar diatas menjelaskan Shinta pergi atas perintah Rahwana. Pada adegan tersebut musik perperan sebagai musik pengiring.


(81)

Gambar 6 Keterangan Gambar 6 :

Gambar diatas menunjukkan rahwana sedang bersemedi sambil bernyanyi menunggu kedatangan Rama.

Pada adegan ini musik berperan mengiringi Rahwana bernyanyi.

Gambar 7 Keterangan gambar 7 :

Gambar diatas menerangkan adegan pelukan perpisahan antara Rahwana dan Wibisana sebelum pertempuran antara pasukan Rahwana dan Pasukan Rama.


(82)

Dalam adegan ini musik berperan mengiringi suasana haru menjelang perpisahan antara Rahwana dan Wibisana.

Gambar 8 Keterangan gambar 8 :

Gambar diatas menjelaskan kedatangan 2 orang mentri kerajaan Alengka yang ingin member laporan kepada Rahwana.

Dalam adegan diatas musik berperan untuk mengiringi langkah para menteri untuk member laporan kepada Rahwana.


(83)

Gambar 9 Keterangan Gambar 9 :

Gambar diatas menunjukkan adegan perpisahan Rahwana dan Shinta, dalam adegan itu Shinta pergi bersama Hanuman.

Dalam adegan ini musik berperan untuk mengiringi perpisahan Rahwana,Shinta dan Hanuman.


(84)

Gambar 10 Keterangan Gambar 10 :

Gambar diatas menjelaskan pertempuran antara Rahwana dan Rama. Musik dangdut dimainkan untuk mengiringi pertempuran itu.


(85)

Gambar 11 Keterangan gambar 11 :

Gambar di atas adalah adegan penutup saat Shinta kembali menjadi permaisuri Rama. Pada adegan diatas musik pembuka dimainkan ulang, tetapi sebagai musik penutup.


(86)

Lampiran Naskah

Rahwana

Karya : Abdul Mukhid

Musik Pembuka (Reportoar Pembuka) (Adegan Penculikan Shinta oleh Rahwana di Hutan)

BABAK 1

ADEGAN 1

(Kerajaan Alengka waktu senja. Di bagian taman sari. Taman Asyoka yang sudah mahsyur namanya. Terliahat para dayang melayani Shinta. Rahwana sedang bercengkrama dengan Shinta. Rahwana tidak digambarkan sebagai raksasa yang jelek, tapi seorang yang gagah dan wajahnya lumayan tampan. Taman sari itu adalah sebuah taman sari yanbg indah. Tokoh dayang dayang boeh ada boleh tidak.)

Rahwana : (kepada dayang-dayang) Kalian Boleh pergi.

(dayang-dayang member hormat, lalu pergi. Tinggal Rahwana dan Shinta berdua) Rahwana : Kau tahu kenapa aku membawa mu kemari?


(87)

Rahwana : Bahkan aku dapat melihat kepura-puraan diwajah mu. (shinta dian saja, sedikit salah tingkah) apakah kau sudah melupakan gemuruh perasaan yang ada di dada kita?

Shinta : (mulai mengucurkan air mata) Tidak, Kakang. Kenapa Kakang tidak percaya juga kalau ini adalah takdir yang harus kita jalani.

Rahwana : (Emosional) Takdir, Shinta? Dengar, aku akan mengejar para dewa kelangit kalau itu memang takdir. Tidak, Shinta. Aku tidak bias terima ini. Kalau ini memang takdir seperti yang kau katakan aku akan merubahnya!

(Shinta terduduk dan menangis sejadi-jadinya)

ADEGAN 2

(suasana sekitar berubah. Seperti ada guncangan dahsyat sebentar, lalu tenang kembali. Shinta mematung. Sementara Rahwana tampakkebingungan. Lalu terdengar suara dari Shinta tapi dengan suara yang berbeda.)

Shinta : Mendekatlah kemari, Rahwana. (Rahwana tampak kebingungan mencari sumber suara, lalu mengarahkan pandangan kearah Shinta. Rahwana masih ragu) Iya, kemari!!

(Rahwana mendekat)

Shinta : Tataplah wajah ku baik-baik. (Rahwana menatap wajah Shinta dalam-dalam) Kau tahu siapa aku kan, Rahwana?

Rahwana : (menjatuhkan tubuhnya ke lantai untuk menyembah) Aduh, ampuni hamba guru sejati.. Mata hati hamba ternyata masih buta.


(88)

(Rahwana bangkit dan mendengarkan dengan seksama)

Shinta : Rahwana, Semua yang dikatakan Shinta tadi benar adanya. Ini memang takdir yang harus kalian jalani. Ini baru batu awal ujian yang harus kalian tempuh untuk menjadi manusia sejati. Sejati-sejatinya manusia. Manusia yang bukan sekedar perwujudan darah dan daging. Tapi sebagai ciptaan sang maha tunggal yang kelak juga harus kembali kepada sang maha tunggal.

Rahwana : Hamba mengerti guru.

Shinta : Nah, Rahwana. Kenapa kalian harus di uji? Barangkali karena perasaan duniawi yang mulai mengikat kalian. Cinta yang merebak dalam hati kalian telah menjelma menjadi sesuatu yang melebihi kecintaan kalian kepada yang tunggal. Dia ingin memperingatkan kalian untuk tidak menganggap segala yang ada didunia ini sebagai sesuatu yang kekal. Dia tidak ingin kalian lupa pada tujuan sejati kalian. Ingatlah, rasa ingin memiliki dunia ini hanya akan mengantarkan kalian pada kesengsaraan. Kau boleh mencari dan memiliki apa yang ada didunia ini tapi jangan sekali-kali mengikatkan hati mu padanya.

Rahwana : Hamba mengerti, Guru. Hamba telah melakukan kelalaian.

Shinta : Bagus, kalau kau mengerti. Ada satu lagi yang ingin aku sampaikan. Rahwana, peperangan tidak akan terelakkan lagi. Sebagai manusia berusahalah untuk mencegah perang ini. Meski pada akhirnya bala tentara Rama akan menyerang negeri Alengka. Apapun yang menjadi penyebabnya, kau tidak perlu merasa bersalah. Ini memang peringatan bagi bangsamu yang lupa akan kemakmuran yang sudah dilimpahkan sang mahamurah. Banyak diantara rakyat dan pejabat mu yang melakukan berbagai tindakan adharma. Mereka saling merampas, mencuri,


(89)

menghardik, dan mencaci, memakan benda-benda yang bukan hak mereka, atau yang dilarang sang pencipta. Ini memang harus diterima bangsamu. Ini akan menjadi pertanda bagi siapa saja yang melupakan kasihNya, mengabaikan nikmatNya, dan menentang kuasaNya. Bersemedilah untuk mensucikan dirimu sambil menunggu rama mengantarkan mu ke haribaan sang sejati. Selain itu, anak ku, fitnah akan tersebar tentang mu setelah ini. Bersabarlah. Orang-orang akan memfitnah mu sebagai raja yang lalim dan manusia tak bersalah. Mereka akan menjulukimu si dasamuka yang memiliki sepuluh macam keinginan. Sekali lagi, bersabarlah. Itu memang sudah menjadi konsekwensi mukarena menginginkan Shinta dan melawan segala hasrat mu untuk menyalahkan takdir, engkau akan mencapai derajat yang amat tinggi dimata Hyang widi, Anak ku.

Rahwana : Hamba mengerti, terima kasih Guru. Hamba akan laksanakan seluruh petunjuk guru.

(terjadi keguncangan lagi. Shinta seperti terbangun dari tidur, sementara Rahwana tampak tenang.)

ADEGAN 3

Shinta : (setelah kembali kesadarannya sebagai Shinta) Kanda Rahwana? Kanda tidak apa-apa.

Rahwana : Tidak, dinda. Keduanya bangkit.

Rahwana : Sebentar, dinda. Ada yang mengintip kita. (tidak jelas kearah mana.) Keluarlah, Hanuman. Aku tahu kau mengintip kami sedari tadi.


(90)

Tiba-tiba muncul Hanuman

Hanuman : (bersimpuh untuk menyembah.) Sembah sujud hamba, Paduka Raja! Rahwana : (tertawa kecil) Ayolah, tidak usah begitu. Bukankah kita sudah sama-sama tahu. Tidak usah memanggil ku “Paduka Raja”. Yang didepan mu ini Rahwana, seorang manusia yang sedang bergulat mencari kesejatian. Jangan pandang mahkota yang kukenakan, duhai kera putih.

Hanuman : Baiklah Rahwana. Rahwana : Hanuman!

Hanuman : Iya, Rahwana.

Rahwana : Aku minta jangan kau sebarkan apa yang sudah kita bicarakan ini. Mereka tidak akan mengerti. Dan lagi, itu akan merusak tatanan takdir yang harusnya aku terima dengan tulus.

Hanuman : Aku mengerti.

Rahwana : Berjanjilah, Hanuman! Hanuman : Aku berjanji

Rahwana : Sebaiknya kau segera pergi dari sini. Kumbakarna sudah menunggu kematiannya dari tangan mu. Dia akan sangat bahagia jika mati di tangan mu.

Hanuman mulai menitikkan airmata demikian pula dengan Shinta.

Rahwana : Jangan, Hanuman. Jangan bersedih akan takdir yang harus aku jalani. Kematian bukanlah akhir, ia merupakan awal kebahagiaanku bersama sang Sejati. Pergilah cepat, jangan sampai ada orang yang melihat dan mendengar percakapan ini. Hanuman : Baiklah, aku pergi (kepada Shinta) Hamba pergi, tuan puteri. Percayalah, Hamba akan selalu berada di belakang tuan puteri.


(91)

Shinta : (dengan sesenggukan) pergilah kera kesatria, jangan khawatirkan aku. Hanuman Pergi

ADEGAN 4

Rahwana : (kepada Shinta) kenapa menangis, Shinta? Bukankah kau yang mengingatkan ku untuk bersabar?

Shinta : aku tidak bias menahan kerapuhan ku sebagai manusia, kanda.

Rahwana : kalau begitu, doakan saja aku supaya termasuk orang-orang yang bersabar. Shinta : Tentu saja kakanda, Rahwana.

Rahwana : Aku juga akan selalu mendoakan mu, karena yang akan kau alami sesudah inibukannya lebih ringan dari ku. Kesucian mu akan diragukan oleh Rama.

Shinta : Aku sudah siap. Bahkan dibakar diatas api suci pun aku tak akan mengelak. Rahwana : Sekarang tinggalkan aku, Shinta. Beristirahatlah kau kamar istana yang sudah aku siapkan, aku ingin bersemedi. Tapi sebelum itu panggilkan aku Wibisana sebelum dia pergi menemui Rama. Ada pesan yang ingin aku sampaikan.

Shinta keluar

ADEGAN 5

Rahwana : Datanglah, duhai sang maut. Telah lama kunanti dirimu. Biarlah dunia ini menjadi milik mereka yang terperdaya. Biarlah kesetiaan cintaku lebur ke haribaan Sang maha kasih.

Hening sesaat. Rahwana mengambil sikap untuk duduk bersila. Wibisana masuk. Wibisana : Kakang Memanggil ku.


(92)

Rahwana : terswnyum bukan, aku sangat menghargai pilihan mu untuk berperang di pihak Rama. Cuma, sebelum kau berangkat, aku ingin mengirimkan pesan.

Wibisana : Pesan? Kepada Rama?

Rahwana : Ya, Katakan kepada Rama aku akan memberikan Shinta dengan suka rela ketika dia memintanya kepada ku dengan baik-baik.

Wibisana : aku tidah yankin Rama mau mempercayai isi pedan Kanda. Rahwana : Apapun jawabannya, sampaikan saja, pesan ku.

Wibisana : Baik, kanda. (pause) Dengar kanda, bagaimanapun aku tetap menyayangi kanda Rahwana. Tapi banyak pandangan kita yang berbeda. Disamping itu, soalnya adalah bahwa Rahwana adalah Guruku.

Rahwana : Aku mengerti, Adhi. Sudahlah, Jangan sentimental begitu. Pergilah kau layaknya seorang kesatria. Jangan kecewakan kakandamu sebagai seorang Kesatria. Wibisana : Baiklah kanda prabu, Saya pergi.

Wibisana pergi. Rahwana memulai semedinya. Lampu padam/Layar turun

BABAK 2 ADEGAN 1

Siang hari keesokan harinya. Rahwana masih tenggelam dalam samadinya. Sementara pertempuran sengit telah berlangsung. Penggambaran pertempuran bias lewat siluet dilayar. Terserah kreatifitas sutradara. Sesudah penggambaran pertempura, ada dua orang menteri kepercayaan menghadap Rahwana yang sedang Samadhi dan membangunkan samadhinya.


(1)

Rahwana : Silahkan, Paman.

Menteri 2 : Ada berita buruk yang harus kami sampaikan, Gusti. Rahwana : (menarik nsafas) Hm.. ini tentang Kumbakarna kan? Menteri 1 : Betul, Gusti.

Rahwana : Aku sudah tahu.

Kedua menteri berpandangan dengan perasaan heran

Prajurit : Pasukan Rama Wijaya mulai menggempur pintu gerbang, Paduka. Sebentar lagi mereka akan memasuki halaman kerajaan.

Rahwana : Berjuanglah terus kalian dengan gagah berani. Jangan sisakan satu prajurit pun di Istana. Aku tidak membutuhkan perlindungan kalian. Tunjukkan pada Rama dan dunia bahwa bangsa Alengka bukan bangsa yang kerdil dan mau saja tunduk dibawah kaki Rama Wijaya. Pergi, dan sampaikan pesan ku pada seluruh prajurit. Prajurit : Baik Gusti, Hamba Mohon diri.

Prajurit keluar.

Rahwana : Nah, menteri-menteri yang setia. Pergilah kalian. Kejayaan Alengka sudah berakhir. Pergi dan ingat selalu apa yang telah aku pesan kan kepada kalian.

Menteri 1 : Baik, Gusti. Kami mohon diri. Kedua menteri keluar

ADEGAN 2

Rahwana : Oh keindahan yang menipu, sebentar lagi aku akan meninggalkan mu. Meninggalkan mu untuk bertemu keindahan sejati. Oh, istana yang dibangun dengan


(2)

bahwa pernah ada sebuah bangsa yang Berjaya, tapi harus menemui dikarenakan kesombongan dan ketamakan manusia. Oh rama, datanglah mautku. Aku siap menyambutmu.

Masuk Shinta

Shinta : Kanda Rahwana.

Rahwana : Dinda Shinta, kenapa kau kemari? Bukankah sebaiknya kau beristirahat? Shinta : Aku tidak bias memejamkan mataku. Aku tidak kuasa membayangkan kengerian ini. Aku tidak pernah membayangkan bahwa pada akhirnya kita harus berpisah. Bagaimanapun juga aku tetap manusia biasa, Kakang.

Rahwana : Oh dewi kesucian! Aku juga bias merasakan apa yang menjalar di aliran darahmu. Didalam darahku juga mengalir kepedihan yang sama. Tapi dengarlah wahai lambing kesucian yang akan abadikan manusia sepanjang masa! Pada hakikatnya kita tidak pernah berpisah. Bukankah kita berasal dari darah yang sama? Bukankah badan ini hanya perwujudan semu belaka? Bukankah kita ini hanya anak-anak sungai yang pada akhirnya mengalir ke samudra yang sama? Jika semua orang mampu memahami ini, niscaya tidak aka nada kedudukan dalam hatinya. Tidak aka nada tetes air mata yang sanggup melunturkan keteguhannya.

Shinta : Tapi…. Kenapa, kenapa kita harus menanggung semua fitnah ini? Mengapa kita harus menjadi panah-panah kecurigaan hati manusia?

Rahwana : Dengarlah wahai Shinta suci, tidak ada duka atau bahagia. Semua itu hanyalah batu-batu ujianuntuk menguji kesejatian cinta kita kepada sang Mahasuci. Shinta : Syukurlah, Kalau kanda memahami semuanya!


(3)

Rahwana : Sang penguasa jagat telah menyampaikan pemahaman itu lewat dirimu, Adinda. Maka, Hapuslah air mata mu dan hadapilah sang nasib bagaikan menyambut kicauan burung dipagi hari.

ADEGAN 3

Hanuman dating tergesa-gesa. Rahwana dan Shinta terkejut. Hanuman : Rahwana.

Rahwana : Hanuman? Bukankah seharusnya kau ada di medan laga?

Hanuman : Aku ingin member penghormatan terakhir padamu. Bala tentara Ayodya beserta pasukan kera sudah semakin dekat dengan istana.

Rahwana : Terima Kasih, Hanuman. Aku sudah siap menyambut mautku. (pause) Dengar Hanuman, aku ingin mengungkapkan sebuah rahasia. Hanya kita bertiga yang boleh mengetahuinya.

Hanuman : Apa itu Rahwana?

Rahwana : Kau tahu aku tidak mungkin dibunuh dengan senjata apapun. Maka dari itu, katakana kepada bala tentara ayodya maupun pasukan wanara dari gua kiskenda, aku hanya mau bertarung dengan dengan Rama, hanya dengan Rama. Suruh saja mundur Anila, Anggada bahkan laksamana sekalipun.

Hening sesaat

Rahwana : Aku hanya melayani Rama untuk bertarung. Bila Aku sudah melihat sang Yamadipati, sang maut penjemput ku,maka aku akan melakukan tyaga. Aku akan matiraga. Akan kulepaskan sendiri nyawaku dan menyerahkannya kepada si pencabut


(4)

Brahmastra ketika aku mengambil sika samadi yang tak lain sebenarnya sikap tyaga. Inilah satu-satunya pilihan untuk menjaga kehormatannya dimata bangsa-bangsa seluruh jagat raya ini.

Hanuman : Baik Rahwana, aku akan berusaha menyampaikannya dengan tanpa harus membuka rahasia ini.

Rahwana : Nah, Hanuman, jangan terlalu lama disini. Pergilah wahai kesatria sakti mandraguna yang menjadi saksi segala jaman. Jangan lupa kau bawa serta Shinta sebagai lambing bakti mu pada Rama dan negeri Ayodya.

Hanuman : Baiklah Rahwana, tampaknya kita memang harus berpisah. Meski aku tak pernah membayangkan kita akan berpisah dengan cara seperti ini. (kepada Shinta) Mari ikut hamba baginda puteri.

Shinta : Selamat tinggal kanda Rahwana! Semoga kita akan berjumpa lagi.

Rahwana : kita pasti akan bertemu lagi. Pergilah Kalian secepatnya, agar lakon ini berjalan sebagaimana mestinya. Selanjutnya, biar takdir yang menjalankan tugasnya. (Hanuman dan Shinta pergi)

ADEGAN 4

(adegan pertempuran bias hanya bunyi atau visual. Sementara Rahwanamulai menyiapkanzirah perangnya. Pasukan adyoda semakin mendekat.)

Rama : (Off Stage) Keluarlah Rahwana. Aku menantang mu bertempur! Rahwana : Aku tidak bersembunyi. Aku menunggu mu disini.


(5)

Rahwana : Selamat datang raja ayodya, selamat dating Leksmana mari segera bertarung.

Rama seperti hendak mengatakansesuatu.

Rahwana : Tidak usah mengatakan apa-apa Rama. Aku sudah tahu segala yang ingin kau katakan. Tidak perlu menceramahi ku soal Dharma ataupun Astha Bhrata. Aku sudah tau semuanya.

Leksmana : Biar aku saja yang menghadapinya, Kakang! Rama : Aku saja Adhi, ini urusan kakang!

Rahwana : Ha….ha…..ha…… Kalian boleh maju bersama-sama. Aku tidak gentar. Ha…ha…ha..! jadi kau bertempur hanya untuk seorang wanita, Rama. Kau korbankan ribuan orang hanya untuk itu. Tapi taka pa. Ayo kita mulai!


(6)

Daftar Informan

1. Yusrianto Nasution