Pada langkah ini, data-data yang sudah ditetapkan kemudian disusun secara teratur dan terperinci agar mudah dipahami. Data-data tersebut kemudian
dianalisis sehingga diperoleh deskripsi tentang cara memaksimalkan pembelajaran Pendidikan Agama Islam dalam Pemikiran Jalaluddin Rakhmat.
c. Penarikan simpulan verifikasi Pada tahap ini dibuat kesimpulan tentang hasil dari data yang diperoleh sejak
awal penelitian. Kesimpulan ini masih memerlukan adanya verifikasi penelitian kembali tentang kebenaran laporan sehingga hasilyang diperoleh
benar-benar valid.
33
BAB IV PEMIKIRAN JALALUDDIN RAKHMAT TENTANG CARA
MEMAKSIMALKAN PEMBELAJARAN PAI
A. BIOGRAFI JALALUDDIN RAKHMAT 1. Latar Belakang Keluarga Jaluddin Rakhmat
Jalaluddin Rakhmat, dilahirkan di Bojong Salam Rancaekek Bandung pada tanggal 29 Agustus 1949.
1
Bapaknya bernama H. Rakhmat dan ibunya bernama Sadja’ah. Menurut pengakuan Jalaluddin Rakhmat, ayahnya adalah
seorang kyai atau ajengan sekaligus lurah dikampung. Sebagai seorang aktivis masyumi ia bercita-cita ingin mendirikan Negara Islam. Oleh karena kondisi
politik yang tidak menguntungkan bagi keselamatan dirinya, akhirnya ia memilih hijrah bergabung dengan DI TII ke Sumatera dan baru kembali beberapa tahun
kemudian setelah situasi aman dan terjadi pergantian kekuasaan.
2
Mengenai kepergian ayahnya kenang Jalaluddin Rakhmat ketika ia masih kecil, sungguhpun Jalaluddin Rakhmat tumbuh dan berkembang tanpa bimbingan
seorang ayah. Karena kemelut politik Islam pada waktu itu, ayahnya terpaksa meninggalkan Jalal kecil yang masih berusia dua tahun. Ia berpisah dengan
ayahnya puluhan tahun sehingga ia hampir tidak mempunyai ikatan emosional dengannya. Namun dalam hal pendidikan, ibunya punya kemauan keras agar
anaknya jadi orang pandai. Berkat do’a sang ibu dan kerja keras serta ketekunan yang tinggi, keinginan ibunya tercapai. Jalaluddin Rakhmat pun kini menjadi
seorang cendikiawan muslim yang cukup diperhitungkan.
1
Jalaluddin Rakhmat, Psikologi Agama, Sebuah Pengantar, Bandung: Mizan, 2004, h. v.
2
Rosidi, “Dakwah Sufistik Jalaluddin Rakhmat”, Tesis pada Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Jakarta, 2002, h. 29, tidk dipublikasikan.
2.
Pendidikan dan Pengalaman Jalaluddin Rakhmat
Sejak kecil, Jalaluddin Rakhmat sebenarnya bercita-cita menjadi pilot, bukan juru dakwah. Meskipun demikian, Jalaluddin Rakhmat kecil sudah akrab
dengan kehidupan bernuansa agamis dalam keluarga, meski sekolah formalnya sendiri bukan sekolah Islam. Jalaluddin Rakhmat kecil memulai pendidikan
formalnya dimulai dari Sekolah Dasar SD di kampungnya. Lalu ia meninggalkan kampung halamannya guna melanjutkan sekolah di SMP Muslimin
III Bandung. Jalaluddin Rakhmat terbilang murid yang cerdas, buktinya sejak kelas satu SMP sampai tamat, ia selalu menjadi juara kelas. Itulah sebabnya ia
hanya dibebani biaya sekolah satu kuartal saja, selebihnya beasiswa. Lulus SMP, Jalaluddin Rakhmat melanjutkan ke SMA II Bandung.
Kemudian dengan bekal ijazah SMA ia melanjutkan studinya di Fakultas Publisistik Universitas Padjajaran UNPAD yang sekarang berganti nama
menjadi Fakultas Ilmu Komunikasi. Sebenarnya cita-cita Jalaluddin Rakhmat sejak kecil ingin menjadi pilot, tetapi keinginannya kandas karena sejak usia SMP
ia sudah harus pakai kacamata. Tentang kuliahnya di Fakultas Publisistik menurutnya hanya kebetulan. Oleh karena desakan ekonomi, maka ia terpaksa
mengikuti saran teman-temannya, agar kuliah saja di Fakulatas Publisistik yang waktu itu masih masuk sore. Bersamaan dengan kuliah di Fakulatas Publisistik,
Jalaluddin Rakhmat juga mengambil Pendidikan Guru Sekolah Lanjutan Pertama PGSLP. ditengah kesibukannya sebagai mahasiswa dan Sekaligus siswa,
Jalaluddin Rakhmat juga harus menyisihkan waktunya untuk mencari tambahan biaya hidup, dan belajar ilmu agama.
Dalam hal pendidikan agama, sejak SD ibunya telah menitipkannya kepada kyai Sidik, seorang kyai NU yang pemahaman agamanya cukup dalam.
Dari kyai Sidik inilah Jalaluddin Rakhmat diperkenalkan dengan Ilmu Nahwu dari kitab Jurumiyah dan Sharaf. Dimana kedua ilmu ini penting dalam
memahami teks-teks berbahasa Arab. Menurut Jalaluddin Rakhmat sang guru ini