Tinjauan Yuridis Debt Collector Terhadap kredit Bermasalah
TINJAUAN YURIDIS DEBT COLLECTOR TERHADAP KREDIT BERMASALAH
SKRIPSI
Diajukan untuk melengkapi tugas-tugas dan memenuhi syarat-syarat untuk memperoleh
gelar SARJANA HUKUM
Oleh :
M.RAFI ERLANGGA 050200091
DEPARTEMEN HUKUM KEPERDATAAN PROGRAM KEKHUSUSAN HUKUM DAGANG
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS HUKUM
MEDAN 2009
(2)
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada ALLAH SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Skripsi ini merupakan suatu syarat yang harus dipenuhi untuk memperoleh gelar Sarjana Hukum di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara. Dalam penulisan skripsi ini penulis menyajikan judul : “Tinjauan Yuridis Debt Collector Terhadap kredit Bermasalah”.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini banyak pihak yang telah membantu baik secara langsung maupun tidak langsung, sehingga penulis dapat menyelesaikannya tepat waktu.
Pada kesempatan ini, dengan segala hormat penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Bapak PROF.Dr.RUNTUNG.SH.M.HUM, selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.
2. Bapak PROF.Dr.TAN KAMELLO.SH.MS, selaku Ketua Departemen Hukum Keperdataan dan juga sekaligus Dosen Pembimbing I yang telah memberi bimbingan dan masukan-masukan yang sangat berharga.
3. Bapak ZULKARNAEN MAHFUDZ.SH.CN, selaku Dosen Pembimbing II yang telah banyak member bimbingan, arahan, serta masukan yang sangat bermanfaat.
(3)
4. Ibu SINTA ULI.SH.M.HUM, selaku Dosen Wali yang telah memberikan arahan-arahan sejak awal perkuliahan hingga akhir perkuliahan penulis.
5. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Hukum USU atas pengabdian serta dedikasinya menyumbangkan ilmu dan mendidik penulis selama menuntut ilmu di Fakultas Hukum USU, berikut segenap staf administrasi yang telah banyak membantu pengurusan dokumen administrasi selama perkuliahan.
6. Teristimewa untuk kedua orang tua penulis, H.Ir.RAZALI dan HJ.ELFRIZA, terima kasih penulis ucapkan atas segala kasih saying yang tak terhingga, dukungan, motivasi, bimbingan, fasilitas, dan segala yang telah diberikan kepada penulis dari kecil hingga sampai sekarang ini yang hanya bisa penulis balas dengan doa anak sholeh yang berlimpah sehingga penulis dapat menyelesaikan kuliah dan skripsi ini dengan baik.
7. Tersayang untuk adik penulis, Mhd.Iqbal Haris dan Chitya Indita razali, terima kasih untuk kasih sayang, bantuan dalam segala hal serta doa yang telah diberikan.
8. Alm.Mami dan wak Ucok, terima kasih atas asuhan dan manjaannya menjadikan penulis sebagai seorang yang mandiri.
9. Untuk semua teman-teman di Fakultas Hukum USU, terutama Ade Saputra, Diah Esty, Cory tifanny Lubis, Faisal Akbar terima kasih untuk pemberian semangat dan motivasi dalam penulisan skripsi ini.
(4)
10.Untuk teman penulis Sesha Hidayat ,terima kasih atas perhatiannya karena telah banyak membantu penulis memberikan semangat yang telah jatuh hingga bangkit kembali.
11.Lucky srike light dan Dam Batu, sebagai teman dan pembunuh jenuh dalam penulisan skripsi ini.
Disamping itu juga sekaligus keberhasilan ini penulis persembahkan untuk kedua orang tua penulis serta kepada adik-adik penulis dengan harapan kiranya skripsi ini dapat menjadi dorongan serta motivasi bagi adik penulis untuk meraih cita-cita di masa depan yang lebih baik.
Penulis berharap segala bantuan, amal sholeh, doa yang diberikan mereka semua kepada penulis mendapatkan taufik dan serta rahmat yang berlimpah dari ALLAH SWT.amin
Akhir kata penulis mengharapkan semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi seluruh para pembaca.
Medan, 2 Juni 2009
(5)
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
ABSTRAK
BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ... 1
B. Perumusan Masalah ... 3
C. Tujuan dan Manfaat Penulisan ... 3
D. Keaslian Penulisan ... 4
E. Tinjauan Kepustakaan ... 4
F. Metode Penelitian ... 8
G. Sistematika Penulisan... 10
BAB II : TINJAUAN UMUM TENTANG DEBT COLLECTOR DIKAITKAN DENGAN SEBI NO.7/60/DASP TAHUN 2005 A. Pengertian Debt Collector ... 12
B. Tata Cata Penagihan Oleh Debt Collector ... 14
C. Solusi Penanganan Debt Collector ... 17
(6)
BAB III : TINJAUAN KREDIT DIKAITKAN DENGAN UU NO.10 TAHUN 1998 TENTANG PERUBAHAN ATAS UU NO.7 TAHUN 1992 TENTANG PERBANKAN
A. Pengertian dan Jenis-jenis Kredit... 24
B. Prosedur Pemberian Kredit Perbankan.. ... 35
C. Sasaran Pengembangan kredit. ... 54
D. Pengamanan Kredit ... 56
BAB IV: TINJAUAN YURIDIS DEBT COLLECTOR TERHADAP KREDIT BERMASALAH A. Penyebab Terjadinya Kredit Bermasalah.. ... . 62
B. Upaya Mencegah Kredit Bermasalah... 66
C. Penyelesaian kredit bermasalah oleh debt collector. ... 85
D. Prilaku debt Collector Dalam Menagih Utang. ... 87
BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan. ... 90
B. Saran ... 91 DAFTAR PUSTAKA
(7)
ABSTRAK
Perkembangan dunia perbankan begitu cepat, dengan berbagai macam jenis produk dan sistem usaha dalam berbagai keunggulan yang kompetitif. Banyak bank yang menyerap dana dari masyarakat seharusnya disalurkan kembali kepada yang berhak secara obyektif guna memacu pemerataan dan pertumbuhan pembangunan nasional, yang hingga kini masih jauh realisasinya dari yang diharapkan. Fungsi Bank dalam sistem hukum perbankan di Indonesia sebagai perantara bagi masyarakat yang surplus dana dan masyarakat yang kekurangan dana. Penghimpunan dana masyarakat yang dilakukan oleh bank berdasarkan pasal tersebut dinamakan simpanan, sedangkan penyalurannya kembali dari bank kepada masyarakat dinamakan kredit. Dalam melaksanakan penyaluran, bank selalu mendapat masalah, dari permasalahan tersebut bank melakukan upaya untuk menganalisa penyebab terjadinya kredit bermasalah, upaya mencegah kredit bermasalah, penyelesaian kredit bermasalah oleh debt collector, dan perilaku debt
collector dalam menagih utang.
Penulisan skripsi ini adalah penulisan hukum normatif, hal ini dilakukan untuk mengetahui substansi hukum yang mencakup perangkat kaedah atau perilaku yang teratur, merupakan norma-norma hukum yang menyangkut tentang proses penyelesaian kredit bermasalah dikaitkan dengan undang-undang nomor 10 tahun 1998 tentang perbankan. Sifat dari penulisan skripsi ini adalah bersifat deskriptif sebab akan menggambarkan dan melukiskan asas-asas atau peraturan-peraturan yang berhubungan dengan tujuan penulisan ini.
Adapun faktor yang menyebabkan kredit tersebut menjadi bermasalah antara lain : faktor internal perbankan, faktor internal nasabah, faktor eksternal, faktor kegagalan bisnis, faktor ketidak mampuan manajemen. Didalam upaya mencegah kredit bermasalah dapat dilakukan dengan cara penilaian berdasarkan faktor kredit secara ketat, melakukan analisis berdasarkan aspek kredit secara tajam, dan yang terakhir adalah menggunakan prinsip 18 prinsip pemberian kredit secara konsekuen. Sedangkan penyelesaian kredit bermasalah oleh Debt Collector hanya dapat dilakukan apabila kualitas tagihan kredit telah termasuk dalam kategori diragukan atau macet. Tata cara penagihan wajib dilakukan dengan cara-cara yang tidak melanggar hukum. Perilaku Debt collector dalam menagih utang wajib dilakukan berdasarkan pada lama tunggakan debitur dengan cara-cara yang tidak melanggar hukum. Dalam penyaluran kredit, hendaknya memperhatikan dan mengembangkan peraturan-peraturan yang telah ada. Serta perlu dibentuk Undang-undang tentang kinerja, tata cara, ataupun perilaku Debt Collector agar dapat mengawasi kinerja, tatacara, perilaku Debt Collector.
(8)
ABSTRAK
Perkembangan dunia perbankan begitu cepat, dengan berbagai macam jenis produk dan sistem usaha dalam berbagai keunggulan yang kompetitif. Banyak bank yang menyerap dana dari masyarakat seharusnya disalurkan kembali kepada yang berhak secara obyektif guna memacu pemerataan dan pertumbuhan pembangunan nasional, yang hingga kini masih jauh realisasinya dari yang diharapkan. Fungsi Bank dalam sistem hukum perbankan di Indonesia sebagai perantara bagi masyarakat yang surplus dana dan masyarakat yang kekurangan dana. Penghimpunan dana masyarakat yang dilakukan oleh bank berdasarkan pasal tersebut dinamakan simpanan, sedangkan penyalurannya kembali dari bank kepada masyarakat dinamakan kredit. Dalam melaksanakan penyaluran, bank selalu mendapat masalah, dari permasalahan tersebut bank melakukan upaya untuk menganalisa penyebab terjadinya kredit bermasalah, upaya mencegah kredit bermasalah, penyelesaian kredit bermasalah oleh debt collector, dan perilaku debt
collector dalam menagih utang.
Penulisan skripsi ini adalah penulisan hukum normatif, hal ini dilakukan untuk mengetahui substansi hukum yang mencakup perangkat kaedah atau perilaku yang teratur, merupakan norma-norma hukum yang menyangkut tentang proses penyelesaian kredit bermasalah dikaitkan dengan undang-undang nomor 10 tahun 1998 tentang perbankan. Sifat dari penulisan skripsi ini adalah bersifat deskriptif sebab akan menggambarkan dan melukiskan asas-asas atau peraturan-peraturan yang berhubungan dengan tujuan penulisan ini.
Adapun faktor yang menyebabkan kredit tersebut menjadi bermasalah antara lain : faktor internal perbankan, faktor internal nasabah, faktor eksternal, faktor kegagalan bisnis, faktor ketidak mampuan manajemen. Didalam upaya mencegah kredit bermasalah dapat dilakukan dengan cara penilaian berdasarkan faktor kredit secara ketat, melakukan analisis berdasarkan aspek kredit secara tajam, dan yang terakhir adalah menggunakan prinsip 18 prinsip pemberian kredit secara konsekuen. Sedangkan penyelesaian kredit bermasalah oleh Debt Collector hanya dapat dilakukan apabila kualitas tagihan kredit telah termasuk dalam kategori diragukan atau macet. Tata cara penagihan wajib dilakukan dengan cara-cara yang tidak melanggar hukum. Perilaku Debt collector dalam menagih utang wajib dilakukan berdasarkan pada lama tunggakan debitur dengan cara-cara yang tidak melanggar hukum. Dalam penyaluran kredit, hendaknya memperhatikan dan mengembangkan peraturan-peraturan yang telah ada. Serta perlu dibentuk Undang-undang tentang kinerja, tata cara, ataupun perilaku Debt Collector agar dapat mengawasi kinerja, tatacara, perilaku Debt Collector.
(9)
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perkembangan dunia perbankan begitu cepat, dengan berbagai macam jenis produk dan sistem usaha dalam berbagai keunggulan yang kompetitif. Banyak bank yang didirikan oleh konglomerat -yang merupakan grup usaha- setelah banyak menyerap dana masyarakat mereka menyalurkannya kepada grup usahanya sendiri. Dana yang terserap dari masyarakat luas -yang seharusnya disalurkan kembali kepada yang berhak secara obyektif guna memacu pemerataan dan pertumbuhan pembangunan nasional, seperti yang diamanatkan Undang-Undang Perbankan masih jauh realisasinya dari yang diharapkan. Sehingga seakan-akan bank ini menjadi mesin pencetak uang untuk menambah modal dan memperlancar bisnis grupnya sendiri. Sering kali analisis kredit yang dilakukan oleh bank tidak memenuhi standar Pedoman/peraturannya dituliskan oleh BI dan sangat tidak obyektif.
Bank sebagai lembaga kepercayaaan adalah maksud dan tujuan, serta dasar dan sifat utama dari Lembaga Perbankan. Dalam Undang–Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 (selanjutnya disebut Undang-Undang Perbankan) Pasal (1) ayat(2) menyatakan:
(10)
“Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat.”
Dari pasal tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa fungsi Bank dalam sistem hukum perbankan di Indonesia sebagai perantara (intermediary) bagi masyarakat yang surplus dana dan masyarakat yang kekurangan dana. Penghimpunan dana masyarakat yang dilakukan oleh bank berdasarkan pasal tersebut dinamakan “simpanan”, sedangkan penyalurannyakembali dari bank kepada masyarakat dinamakan “kredit”.
Pengertian kredit ini tertuang dalam Pasal 1 angka 12 Undang – Undang Nomor 7 Tahun 1992, yang berbunyi :
“ Kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pin jam – meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi hutangnya setelah jangka waktu tertentu dengan jumlah bunga, imbalan atau pembagian hasil keuntungan.”
Dewasa ini dalam masyarakat sering terdengan adanya kasus penagihan utang terhadap debitur oleh kreditur dengan memakai penagih utang (debt collector) dalam menagih hutang dengan cara dan memakai kekerasan. Penunggak yang tidak mampu melunasi tagihannya, penagih utang ( debt collector) yang diperintah oleh bank terhadap kredit yang bermasalah akan mengambil sejumlah barang baik bergerak maupun tidak bergerak sebagai jaminan. Apabila penunggak telah melunasinya, maka jaminan itu akan dikembalikan, Namun bila tidak di lunasi tentu saja barang itu akan lenyap.
Perbuatan debt collector yang dapat dikategorikan tindak pidana (jika telah memenuhi unsur-unsur yang ada dalam KUHP seperti; jika penagih utang (debt collector) tersebut melakukan pengrusakan terhadap barang-barang milik nasabah, Pasal 406 KUHP).
Dari uraian di atas, maka dapat dibuat suatu karya tulis dalam bentuk skripsi dengan judul “Tinjauan Yuridis Debt Collector Terhadap Kredit Bermasalah.”
B. Perumusan Masalah
Permasalahan adalah merupakan kenyataan yang dihadapi oleh pelaksanaan penelitian. Dengan adanya rumusan masalah maka akan dapat ditelaah secara maksimal ruang lingkup penelitian sehingga tidak mengarah pada permasalahan hal yang diluar permasalahan.
Adapun permasalahan yang diajukan dalam penelitian ini adalah:
(11)
2. Bagaimana upaya mencegah kredit bermasalah?
3. Bagamana Penyelesaian Kredit bermasalah oleh debt collector? 4. Bagaimana perilaku debt collector dalam menagih utang?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan penelitian
Tujuan penelitian skripsi yang akan dilakukan adalah:
a. Untuk mengetahui penyebab terjadinya kredit bermasalah
b. Untuk mengetahui upaya mencegah kredit bermasalah.
c. Untuk mengetahui penyelesaian kredit bermasalah oleh debt collector.
d. Untuk mengetahui perilaku debt collector dalam menagih utang. 2. Manfaat penelitian
Adapun manfaat penelitian skripsi yang akan dilakukan adalah:
a. Sebagai bahan masukan teoretis untuk menambah pengetahuan dan pemahaman hukum debt collector terhadap kredit bermasalah .
b. Untuk menerapkan pengetahuan secara praktis agar masyarakat mengetahui bagaimana proses penagihan debt collector terhadap kredit.
D. Keaslian Penelitian
Adapun judul tulisan ini adalah Tinjauan Yuridis Debt Collector Terhadap Kredit Bermasalah. Judul skripsi ini belum pernah ditulis dan diteliti dalam bentuk yang sama di perpustakaan Fakultas Hukum USU, sehingga tulisan ini asli, atau dengan kata lain tidak
(12)
ada judul yang sama dengan mahasiswa fakultas hukum USU. Dengan demikian ini keaslian skripsi ini dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah.
E. Tinjauan Kepustakaan
Dalam perkembangannya kata kredit berubah makna menjadi pinjaman. Memang diakui bahwa pinjaman yang diberikan oleh pihak kreditur kepada debitur dilandasi kepercayaan, bahwa pada suatu waktu tertentu pinjaman tersebut dikembalikan ditambah imbalan jasa tertentu.
Pengertian kredit menurut Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga.
“Dalam pengertian kredit ada terdapat pengertian transfer antara waktu sekarang dengan waktu yang akan datang. Dengan demikian didefinisikan sebagai suatu hak untuk menggunakan uang dalam batas waktu tertentu berdasarkan pertimbangan tertentu.”1
1
Muchdarsyah Sinungan, Dasar dan Teknik manajemen kredit, Penerbit Rineka Cipta, Jakarta, 1997, hal. 67
(13)
Kredit berarti suatu pemberian prestasi oleh suatu pihak kepada pihak lain dan prestasi itu akan dikembalikan lagi pada suatu masa tertentu yang akan datang disertai dengan suatu kontra prestasi.
Pada hakekatnya pemberian kredit didasarkan atas kepercayaan, yang berarti bahwa pemberian kredit adalah pemberian kepercayaan oleh Bank sebagai pemberi kredit, dimana prestasi yang diberikan benar-benar sudah diyakini akan dapat dibayar kembali oleh penerima kredit sesuai dengan syarat yang telah disetujui bersama.2
a. Adanya penyimpangan dari ketentuan dan syarat-syarat perjanjian kredit/perjanjian pinjaman biasa dilakukan oleh kreditur atau debitur.
Gejala kredit bermasalah adalah :
b. Adanya penurunan kondisi keuangan debitur yang kelihatan dari keterlambatan pembayarannya.
c. Adanya perbuatan dari debitur yang mulai kurang kooperatif dengan mulai menunggak dan membayar tidak tepat waktu.
d. Adanya penyampaian data atau informasi dan laporan yang tidak benar atau sama sekali tidak ada laporannya.
e. Adanya penurunan nilai dan kualitas serta kuantitas asset dan agunan yang telah ditentukan dalam perjanjian.
f. Adanya pergantian pengurusan tanpa persetujuan kreditur baik jabatan, pemegang saham maupun posisi-posisi yang penting.
g. Adanya penjualan pribadi atau keluarga yang dibawa kedalam perusahaan atau permasalahan diantara pengurus.
h. Adanya gugatan dari dalam perusahaan sendiri atau dari luar perusahaan.
i. Adanya permasalahan tenaga kerja atau perburuhan yang mengganggu kestabilan perusahaan.3
Pemberian kredit yang tertuang dalam suatu perjanjian tidak dapat dilepaskan dari prinsip kepercayaan, yang sering menjadi sumber malapetaka bagi kreditur sehubungan dengan kredit. Berbagai unsur seperti suku bunga, Jaminan/Agunan,
2
Thomas Suyatno, et. Al. Dasar-dasar Perkreditan, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. 1999, hal. 44
3
Irman, Tb, Anatomi Kejahatan Perbankan, Penerbit AYYCCS Group, Jakarta 2006, hal. 147
(14)
perjanjian kredit dalam perundang-undangan/peraturan perlu mendapatkan perhatian, karena dalam kenyataannya kurang memuaskan untuk menyelesaikan permasalahan kredit.4
Selain itu, dalam pemberian kredit usaha, pihak bank juga mensyaratkan adanya penjaminan. Sebagai penjaminan yang utama adalah nilai dan kelayakan usaha yang akan dibiayai dengan kredit yang dimohonkan. Apabila nilai dan kelayakan usaha bank kurang menjamin pengembalian kredit maka bank mensyaratakan harus menjamin pengembalian kredit yang berupa jaminan kebendaan.5
Masalah lainnya adalah debt collector. Kemungkinan terburuk bagi penunggak tagihan kartu kredit adalah di kunjungi satu atau beberapa orang debt collector. Mereka inilah yang akan melakukan penagihan. Perilaku debt collector saat ini masih menjadi masalah serius yang belum ada penanganannya. Di satu sisi konsumen merasa Sehubungan hukum hutang piutang uang pada saat jatuh tempo, ternyata pihak debitur masih belum dapat melunasi hutangnya. Pihak kreditur dalam melakukan penagihan piutangnya tersebut, kemudian menggunakan cara-cara kekerasan-keributan dan paksaan dengan maksud agar debitur menjadi takut atau malu dan bersedia menyerahkan barang miliknya kepada kreditur sebagai pembayaran hutangnya.
Tiga masalah yang sering dikomplain oleh konsumen terhadap bank penerbit kartu kredit, yaitu masalah bunga tagihan kartu kredit, penyampaian informasi yang tidak transparan oleh bank penerbit dan masalah penagih hutang (debt collector).
4
Kasmir, Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya, Edisi Revisi, Cetakan ke enam, Penerbit Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2002, hal. 92
5
Arisson Hendry, Et, al, Perbankan Syariah Perspektif Praktisi, Muamalat Institute, Jakarta, 1999, hal. 67
(15)
terganggu dengan ulah penagih utang tersebut. Di sisi lain debt collector sebagai utusan bank bertanggung jawab atas tunggakan-tunggakan utang yang bisa merugikan bank.
Masalahnya, belum ada batasan dan aturan yang jelas tentang tata cara penagihan oleh seorang debt collector. Saat ini yang ada hanya sebatas pada aturan bank masing-masing. Tetapi yang terjadi di lapangan, mereka itu (debt collector) melakukan hal-hal di luar kesepakatan antara bank dan agen. Beberapa tindakan debt collector bahkan sudah mengarah pada tindakan pidana. Misalnya, membuat onar, meneror baik secara langsung maupun telepon, bahkan sampai mengancam akan membunuh nasabah.
Meskipun fakta ini dalam ruang lingkup pelaksanaan hubungan keperdataan, namun perbuatan kreditur yang bersifat kekerasan memaksa membuat keributan, terhadap debitur tersebut, maka perbuatan menagih hutang dengan cara memaksa ini adalah merupakan perbuatan pidana ex Pasal 368 ayat (1) KUHP Pidana yaitu pemerasan.
F. Metode Penelitian
Dalam penulisan karya ilmiah data adalah merupakan dasar utama, karenanya metode penelitian sangat diperlukan dalam penyusunan skripsi. Oleh karena itu dalam penyusunan skripsi ini penulis menyusun data dengan
menghimpun dari data yang ada referensinya dengan masalah yang diajukan.
Jenis penelitian atau metode pendekatan yang dilakukan adalah metode penelitian hukum normatif (yuridis-normatif) atau disebut penelitian hukum yang dilakukan dengan cara meneliti bahan pustaka atau sekunder belaka.6
6
Soerjono soekanto, Penelitian Hukum Normatif, suatu tinjauan singkat, Raja Grafindo Persada,Jakarta 2003,hal 13-14
Penelitian hukum yang digunakan pendekatan hukum normatif di maksudkan untuk mendapatkan data dan informasi secara menyeluruh yang bersifat normatif.
(16)
Penelitian yuridis normatif mengacu pada norma-norma hokum, tidak saja yang terdapat dalam peraturan perundang-undangan ataupun keputusan-keputusan pengadilan, tetapi juga norma-norma yang hidup dalam masyarakat.
Pengumpulan data ini merupakan landasan utama dalam menyusun skripsi,di dasarkan atas sesuatu penelitian yang menggunakan metode penelitian sebagai berikut :
1. Penelitian kepustakaan (Library Research)
Dalam metode pengumpulan data melalui penelitian kepustakaan (library research) ini dilakukan dari beberapa literatur berupa buku-buku ilmiah, peraturan
perundang-undangan, majalah-majalah, dan lain-lain yang berhubungan dengan skripsi ini.
2. Penelitian lapangan (Field Research)
Penelitian lapangan ini penulis lakukan dengan mengunjungi langsung objek yang diteliti guna memperoleh bahan-bahan maupun data-data yang konkrit sesuai dengan yang dibutuhkan dengan cara wawancara yang ditujukan kepada CITIFINANCIAL CITIBANK Medan.
G. Sistematika penulisan
Untuk memudahkan pemahaman terhadap materi dari skripsi ini dan agar tidak terjadinya kesimpangsiuran dalam penulisan skripsi ini, maka penulis membaginya dalam beberapa bab dan tiap bab dibagi lagi ke dalam beberapa sub-sub bab.
Adapun bab-bab yang dimaksud adalah sebagai berikut:
BAB I. Pendahuluan, bab ini merupakan gambaran umum yang berisi tentang Latar Belakang, Perumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat Penulisan, Keaslian
(17)
Penulisan, Tinjauan Kepustakaan, Metode Penelitian, dan Sistematika Penulisan.
BAB II. Tinjauan Umum Tentang Debt Collector, dalam bab II ini, dikemukakan Pengertian Debt Collector, Tata cara Penagihan oleh Debt Collector, Solusi Penanganan Debt Collector, Keuntungan dan Kerugian pengguna Debt collector.
BAB III. Tinjauan Kredit, Bab ini berisikan tentang Pengertian dan Jenis-jenis Kredit, Prosedur Pemberian Kredit Perbankan, Sasaran pengembangan kredit, dan Pengamanan kredit.
BAB IV. Tinjauan Yuridis Debt Collector Terhadap Kredit Bermasalah. Bab ini berisi tentang Penyebab Terjadinya Kredit Bermasalah, Penyelesaian kredit bermasalah oleh Debt Collector, dan Perilaku Debt Collector
dalam menagih utang.
BAB V. Bab ini adalah merupakan bab terakhir dari penulisan skripsi ini, dimana dalam bab V ini berisikan kesimpulan dan saran-saran dari penulis
(18)
BAB II
TINJAUAN UMUM TENTANG DEBT COLLECTOR DIKAITKAN DENGAN
SEBI NO.7/60/DASP TAHUN 2005
A. Pengertian Debt Collector
Kualitas penjualan dapat dikatakan baik apabila penjualan tersebut dapat menghasilkan dana kembali dari penagihan. Penjualan yang tinggi tidak akan ada arti apa-apa apabila pada akhirnya tidak bisa dikumpulkan. Sehingga pada saat ini banyak perusahaan mulai menaruh perhatian besar terhadap penerimaaan dan penagihan. Fungsi penjualan tidak dapat berdiri sendiri dengan hanya ingin mencapai target penjualan saja.
Perusahaan harus dapat menyeimbangkan antara target penjualan dan collectibility dari client. Artinya perusahaan harus dapat menganalisa calon dan existing customer/klien.Ada customer yang mampu membayar tetapi tidak mau membayar (bed character). Pengelolaan piutang dan penagihan (collection) bila dilakukan secara profesional akan membantu
Lokakarya ini dirancang secara khusus untuk membekali Anda dengan konsep dan metode dalam menganalisa customer (analisa kredit), pengelolaan piutang beserta
(19)
sistem yang efektif dalam penagihannya sebagai bagian dari penataan arus kas di perusahaan perbankan.7
1. Apabila dalam menyelenggarakan kegiatan APMK Penerbit dan/atauFinancial Acquirer melakukan kerjasama dengan pihak lain di luar Penerbit dan/atau Financial Acquirer tersebut, seperti kerjasama dalam kegiatan marketing, penagihan, dan/atau pengoperasian sistem, Penerbit dan/atau Financial Acquirer tersebut wajib memastikan bahwa tata cara, mekanisme, prosedur, dan kualitas pelaksanaan kegiatan oleh pihak lain tersebut sesuai dengan tata cara, mekanisme, prosedur, dan kualitas apabila kegiatan tersebut dilakukan oleh Penerbit dan/atau Financial Acquirer itu sendiri.
Debt collector adalah pihak ketiga yang menghubungkan antara kreditur dan debitur dalam hal penagihan kredit, Penagihan tersebut hanya dapat dilakukan apabila kualitas tagihan kartu kredit dimaksud telah termasuk dalam kategori kolektibilitas diragukan atau macet berdasarkan kolektibilitas yang digunakan oleh industri kartu kredit di Indonesia.
Hal ini tercantum dalam Surat Edaran Bank Indonesia no.7/60/DASP Tahun 2005 Bab IV angka 1 dan 2 yang isinya berbunyi sebagai berikut :
2. Dalam hal Penerbit menggunakan jasa pihak lain dalam melakukan penagihan transaksi Kartu Kredit, maka
a. penagihan oleh pihak lain tersebut hanya dapat dilakukan apabila kualitas tagihan Kartu Kredit dimaksud telah termasuk dalam kategori kolektibilitas diragukan atau macet berdasarkan kriteria kolektibilitas yang digunakan oleh industri Kartu Kredit di Indonesia, dan
b. Penerbit wajib menjamin bahwa penagihan oleh pihak lain tersebut, selain wajib dilakukan dengan memperhatikan ketentuan pada angka 1, juga wajib dilakukan dengan cara-cara yang tidak melanggar hukum.”8
B. Tata Cara Penagihan Oleh Debt Collector
8
(20)
Pada umumnya dunia collector sering dianggap negatif seperti apa yang dibayangkan oleh masyarakat pada umumnya. Dunia collector sebenarnya cukup luas dan memiliki cara kerja yang berbeda pula.Cara kerja tersebut,berdasarkan pada lama tunggakan debitur.Cara kerja atau tingkatan collector secara umum adalah sebagai berikut :
1. Desk collector
Pada level bagian penagihan (desk collector), level ini adalah level yang pertama dari dunia collector, dan cara kerja yang dilakukan oleh collector-collector ini adalah hanya mengingatkan tanggal jatuh tempo dari cicilan debitur dan dilakukan dengan media telepon.Pada level ini collector hanya berfungsi sebagai pengingat (reminder) bagi debitur atas kewajiban membayar cicilan. Bahasa yang di gunakan pun sangat sopan dan halus, mengingat orientasinya sebagai pelayan nasabah.
2. Debt collector
Level ini merupakan kelanjutan dari level sebelumnya, apabila ternyata debitur yang telah dihubungi tersebut belum melakukan pembayaran, sehingga terjadi keterlambatan pembayaran. Cara yang dilakukan oleh penagih utang (debt collector) pada level ini adalah mengunjungi debitur dengan harapan mengetahui kondisi debitur beserta kondisi keuangannya.
Pada level ini collector memberikan pengertian secara persuasif mengenai kewajiban debitur dalam hal melakukan pembayaran angsuran. Hal hal yang dijelaskan biasanya mengenai akibat yang dapat ditimbulkan apabila keterlambatan pembayaran tersebut tidak segera diselesaikan.
(21)
Selain memberikan pengertian mengenai hal tersebut diatas, collector juga memberikan kesempatan atau tenggang waktu bagi debitur untuk membayar angsurannya,dan tidak lebih dari tujuh hari kerja. Meskipun sebenarnya bank memnerikan waktu hingga maksimal akhir bulan dari bulan yang berjalan,karena hal tersebut berhubungan dengan target collector.
Collector diperbolehkan menerima pembayaran langsung dari debitur,namun hal yang perlu diperhatikan oleh debitur adalah memastikan bahwa debitur tersebut menerima bukti pembayaran dari collector tersebut,dan bukti tersebut merupakan bukti pembayaran dari perusahaan dimana debitur tersebut memiliki kewajiban kredit bukan bukti pembayaran berupa kwitansi yang dapat diperjual belikan begitu saja diwarung warung.
3. Collector remedial
Apabila ternyata debitur masih belum melakukan pembayaran, maka tunggakan tersebut akan diberikan kepada level yang selanjutnya yaitu juru sita (collector remedial). Pada level ini yang memberikan kesan negatif mengenai dunia dunia collector, karena pada level ini sistem kerja collector adalah dengan cara mengambil barang jaminan (bila kredit yang disepakati memiliki jaminan) debitur.
Cara yang dilakukan dan perilaku collector pada level ini tergantung dari tanggapan debitur mengenai kewajibannya, dan menyerahkan jaminannya dengan penuh kesadaran, maka dapat dipastikan bahwa collector tersebut akan bersikap
(22)
baik dan sopan. Namun apabila debitur ternyata tidak memnberikan itikad baik untuk menyerahkan barang jaminannya, maka collector tersebut ddengan sangat terpaksa akan melakukan kewajibannya dan menghadapi tantangan dari debitur tersebut.Yang dilakukannya pun bervariasi mulai dari membentak, merampas dengan paksa dan lain sebagainya, dalam menggertak debitur.
Namun apabila dilihat dari segi hukum, collector tersebut tidak dibenarkan apabila sampai melakukan perkara pidana, seperti memukul, merusak barang dan lain sebagaiannya, atau bahkan hal yang terkecil yaitu mencemarkan nama baik debitur.
Untuk beberapa perusahaan perbankan, apabila kredit tidak memiliki barang jaminan, maka tugas collector akan semakin berat karena tidak ada yang bertindak sebagai juru sita, hal tersebut yang memberikan kesan kurang baik mengenai prilaku debt collector.9
Dalam melakukan penagihan kredit, tak jarang debitur atau pengguna kredit mengeluh terhadap debt collector. Jumlah pengaduan konsumen pengguna kredit meningkat dalam dua tahun terakhir. Ulah debt collector yang kasar menempati urutan pertama dalam pengaduan konsumen. Penyelesaian persoalan antara nasabah dengan bank pemberi kredit dalam hal tunggakan tagihan kredit belum menemui titik terang. Buktinya, data yang ada di Lembaga Perlindungan Konsumen Swadaya Masyarakat C. Solusi Penanganan Debt Collector
9
(23)
(LPKSM) untuk permasalahan perbankan dalam dua tahun terakhir menduduki posisi pertama dalam daftar pengaduan konsumen.
Dari permasalahan perbankan tadi, lebih dari setengah merupakan kasus kartu kredit. Sampai November 2008, jumlah pengaduan konsumen yang mengalami masalah dengan bank sebanyak 86 kasus. Sementara pada 2007 jumlahnya lebih banyak lagi, yakni sebanyak 115 kasus. Lebih dari setengahnya merupakan persoalan kartu kredit.
Ada tiga masalah yang sering dikomplain oleh konsumen terhadap bank penerbit kartu kredit, yaitu masalah bunga tagihan kartu kredit, penyampaian informasi yang tidak transparan oleh bank penerbit dan masalah penagih hutang (debt collector). Dalam hal masalah bunga tagihan kartu kredit, hal ini merupakan keteledoran konsumen dalam penggunaan kartu kredit. Menurut data, konsumen pengguna kartu kredit sebenarnya sudah tidak mampu untuk membayar tagihan kartu kredit.
Namun, bukan berarti pihak nasabah saja yang dapat dipersalahkan dalam kasus semacam ini. Bank seharusnya juga bertanggung jawab sebagai pihak yang menerbitkan kartu kredit. Tidak sedikit bank penerbit kartu kredit yang royal dalam menerbitkan kartu kredit kepada seseorang yang tidak memenuhi syarat-syarat yang ditentukan dalam aplikasi kartu kredit.
Masyarakat dengan mudah bisa menemui di pusat perbelanjaan, sales yang menawarkan pembuatan kartu kredit kepada konsumen. Hanya dengan foto copy KTP dan slip gaji, calon pemilik kartu kredit sudah bisa mendapat aplikasi permohonan kartu kredit. Bahkan orang yang tidak mengaplikasi kartu kredit tiba-tiba di kirim kartu kredit atas namanya.
(24)
Selain permasalahan diatas, bank penerbit kartu kredit kerap kali tidak terbuka dalam member informasi sebab akibat dalam penggunaan kartu kredit. Misalnya, tentang kemudahan dan fasilitas penggunaan kartu kredit yang di berikan. Seringkali kemudahan-kemudahan itu tidak diimbangi dengan kemungkinan-kemungkinan yang pahit terhadap pemakaian kartu kredit seperti bunga yang tinggi dan prosedur penutupan kartu kredit. Konsumen sangat susah untuk menutup kartu kredit, di samping pihak bank sendiri yang tidak akomodatif.
Masalah lainnya adalah debt collector. Kemungkinan terburuk bagi penunggak tagihan kartu kredit adalah didatangi satu atau beberapa orang debt collector. Mereka inilah yang akan melakukan penagihan.
Jika penunggak ini tetap tidak mampu melunasi tagihan kartunya, debt collector yang diperintah oleh bank penerbit kartu kredit akan mengambil sejumlah barang baik bergerak maupun tidak bergerak sebagai jaminan. Jika penunggak telah melunasinya, maka jaminan itu akan dikembalikan. Jika tidak, tentu saja barang itu lenyap nilai barang yang diambil setara dengan jumlah tunggakan.
1. Mengarah ke Pidana
Perilaku debt collector saat ini masih menjadi masalah serius yang belum ada penanganannya. Di satu sisi konsumen merasa terganggu dengan ulah penagih utang tersebut. Di sisi lain debt collector sebagai utusan bank bertanggung jawab atas tunggakan-tunggakan hutang yang bisa merugikan bank.
Masalahnya, belum ada batasan dan aturan yang jelas tentang tata cara penagihan oleh seorang debt collector . Saat ini yang ada hanya
(25)
sebatas pada aturan bank masing-masing. Yang terjadi di lapangan, debt collector melakukan hal-hal di luar kesepakatan antara bank dan agen.
Perlakuan debt collector sudah pada tahap yang memperihatinkan. Beberapa tindakan debt collector bahkan sudah mengarah pada tindakan pidana. Misalnya, membuat onar, meneror baik secara langsung maupun telepon, bahkan sampai mengancam akan membunuh si nasabah.
Secara hukum, cara penagihan oleh debt collector yang disertai dengan ancaman, cacian, serta teror tidak dapat dibenarkan. Hal tersebut bertentangan dengan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen, khususnya Pasal 4E, yang menyebutkan bahwa:
"konsumen berhak mendapatkan advokasi, perlindungan, dan upaya penyelesaian sengketa perlindungan konsumen secara patut".
Ancaman, cacian, serta teror bukan merupakan upaya penyelesaian sengketa yang patut. Yang lebih ironis, ketika konsumen meminta penyelesaian langsung lewat manajemen bank yang bersangkutan, justru ditolak dengan alasan persoalan tersebut telah dilimpahkan kepada pihak ketiga, yang dalam hal ini adalah debt collector.10
2. Penyelesaian secara patut
Filosofi yang menyatakan bahwa "utang akan dibawa mati" tetap berlaku dalam penyelesaian kredit macet, yang berarti tanggung jawab debitur untuk menyelesaikan pembayaran tunggakan harus tetap dipenuhi.
10
(26)
Penyelesaian kredit macet seharusnya lebih terfokus pada pihak bank serta konsumen yang bersangkutan secara langsung karena pada waktu aplikasi kedua pihak tersebut yang bertindak sebagai subyek hukum.
Terkait dengan hal tersebut, Peraturan Bank Indonesia Nomor 7/7/PBI/2005 tentang Penyelesaian Pengaduan Nasabah menyatakan bahwa bank berkewajiban menetapkan kebijakan dan memiliki prosedur tertulis mengenai penerimaan pengaduan, penanganan dan penyelesaian pengaduan, serta pemantauan penyelesaian pengaduan. Bank juga berkewajiban melaporkan penanganan dan penyelesaian pengaduan secara triwulan kepada Bank Indonesia.11
Apabila penyelesaian secara mufakat di antara kedua belah pihak tidak tercapai, perlu dipikirkan gagasan tentang perlu adanya lembaga atau biro penyelesaian sengketa perbankan. Lembaga ini dimaksudkan sebagai alternatif penyelesaian sengketa perbankan di luar pengadilan yang punya keputusan mengikat, mengingat penyelesaian lewat pengadilan sering terasa tidak efektif. Selain itu, dari sisi konsumen, terkadang konsumen
Bentuk penyelesaian yang dapat ditawarkan misalnya penjadwalan ulang pembayaran sesuai dengan batas kemampuan bank dan konsumen. Selama proses pembayaran, hendaknya praktek bunga berbunga dihentikan. Sebab, kalau bunga dipaksakan tetap berlaku, beban konsumen justru semakin berat dan kemampuan membayar pun semakin rendah, sehingga pokok permasalahan tidak akan terjawab.
11
(27)
merasa tidak berdaya ketika harus menghadapi ancaman dari debt
collector.
Bank Indonesia selaku regulator tentunya punya kendali yang cukup untuk merealisasi gagasan tentang pembentukan biro penyelesaian sengketa perbankan tersebut. Dari sisi upaya preventif, amanat Pasal 16 Peraturan Bank Indonesia Nomor 6/30/PBI/2005, yang mengatur soal kewajiban penerapan manajemen risiko kredit yang mencakup beberapa hal yang wajib diterapkan sebelum persetujuan aplikasi kartu kredit, seharusnya dilakukan secara konsisten oleh bank penyelenggara. Harapan yang muncul adalah agar persetujuan permohonan aplikasi tidak mudah terjual.12
1. Keuntungan
D. Keuntungan dan Kerugian Penggunaan Debt Collector
Dalam melakukan penagihan, bank pemberi kredit menggunakan pihak ketiga (debt collector) sebagai pelaksana penagihan. Dengan kata lain bank penerbit menyetujui, mendukung, dan bertanggung jawab atas kelakuan debt collector. Dalam hal ini terdapat keuntungan dan kerugian dalam menggunakan jasa debt collector.
a. Membantu manajemen bank dalam pengawasan arus kas dan pembenahan manajemen arus kas yang lebih baik.
12
(28)
b. Bank mampu menyeimbangkan antara target penjualan dan
collectibility dari client.
c. Angsuran cepat terkumpul karena menggunakan pihak yang khusus menanganinya.
2. Kerugian
a. Dalam memenuhi targetnya, tak jarang prilaku debt collector mengarah kepada tindak pidana, ini dapat mencoreng nama baik pihak bank.
b. Debitur akan beranggapan bahwa mekanisme kerja debt
(29)
BAB III
TINJAUAN UMUM KREDIT DIKAITKAN DENGAN UU NO. 10 TAHUN 1998 TENTANG PERUBAHAN ATAS UU NO.7 TAHUN 1992 TENTANG PERBANKAN
A. Pengertian dan jenis-jenis kredit 1. Pengertian Kredit
Dalam kehidupan sehari-hari, kata Kredit bukan merupakan perkataan yang asing bagi masyarakat kita. Perkataan kredit tidak saja dikenal oleh masyarakat dikota-kota besar, tetapi sampai di desa-desa pun kata kredit sudah sangat popular.
Istilah kredit berasal dari bahasa Romawi “credere” yang berarti percaya atau “credo” atau “creditum” yang berarti saya percaya. Oleh karena itu dasar dari kredit adalah kepercayaan.
Pengertian “kredit” dalam penggunaan yang semakin meluas perlu untuk ditelusuri, sejauh mana relevansi penggunaannya dalam praktek bisnis umumnya dan perbankan khususnya.13
13
Ahmad tahir,Pengantar Perbankan.mandar maju,Bandung,2003,hal 103
Menurut Undang Undang nomor 10 tahun 1998 tentang perubahan atas undang undang nomor 7 tahun 1992 tentang perbankan,memberikan pengertian kredit dan pembiayaan dalam Pasal 1 angka 11 yang berbunyi sebagai berikut :
(30)
“Kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan denganitu,berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi utangnya setalah jangka waktu tertentu
dengan pemberian bunga”
Sedangkan pengertian Pembiayaan dalam Pasal 1 angka 12 adalah :
“penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara bank dengan pihak lain yang dibiayai untuk mengembalikan uang atau tagihan tersebut setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan atau bagi hasil.”14
Manusia adalah homo economius dan setiap manusia selalu berusaha untuk memenuhi kebutuhannya. Kebutuhan manusia yang beraneka ragam sesuai dengan harkatnya selalu menungkat, sedangkan kemampuannya untuk mencapai sesuatu yang diinginkannya itu terbatas. Hal ini menyebabkan manusia memerlukan bantuan untuk memenuhi hasrat dan cita-citanya. Untuk meningkatkan usahanya atau untuk meningkatkan daya guna sesuatu barang, memerlukan bantuan dalam bentuk permodalan. Bantuan dari bank dalam bentuk tambahan modal inilah yang sering disebut dengan Kredit.15
a. Unsur unsur Kredit
Kredit yang diberikan oleh suatu lembaga kredit didasarkan atas kepercayaan, sehingga dengan demikian pemberian kredit merupakan
14
Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan 15
Gatot supramono.Perbankan dan Masalah kredit: suatu tinjauan yuridis. Djambatan, Jakarta,1995,hal 132
(31)
pemberian kepercayaan. Ini berarti bahwa suatu lembaga kredit baru akan memberikan kredit jika benar-benar yakin bahwa penerima kredit akan mengembalikan pinjaman yang diterimanya sesuai dengan jangka waktu dan syarat-syarat yang telah disetujui oleh kedua belah pihak. Tanpa ada keyakinan tersebut, suatu lembaga kredit tidak akan meneruskan simpanan masyarakat yang diterimanya.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa unsur-unsur yang terdapat dalam kredit adalah :
1) Kepercayaan, yaitu keyakinan dari pemberi kredit bahwa prestasi yang diberikannya baik dalam bentuk uang, barang, ataupun jasa, akan benar-benar diterimanya kembali dalam jangka waktu tertentu dimasa yang akan datang.
2) Waktu, yaitu suatu masa yang memisahkan antara pemberian prestasi dengan kontraprestasi yang akan diterima pada masa yang akan datang. Dalam unsur waktu ini, terkandung pengertian nilai agio dari uang yaitu uang yang ada sekarang lebih tinggi nilainya dari uang yang akan diterima pada masa yang akan datang
3) Tingkat risiko, yaitu suatu tingkat risiko yang akan dihadapi sebagai akibat dari adanya jangka waktu yang memisahkan antara pemberian prestasi dengan kontraprestasi yang akan diterima kemudian hari. Semakin lama kredit diberikan semakin tinggi tingkat resikonya karena sejauh kemampuan
(32)
manusia untuk menerobos hari depan itu, maka masih selalu terdapat unsur ketidaktentuan yang tidak dapat diperhitungkan. Inilah yang menyebabkan timbulnya unsur resiko. Dengan adanya unsur resiko inilah maka timbullah jaminan dalam pemberian kredit.
4) Prestasi, atau objek kredit itu tidak saja diberikan dalam bentuk uang, tetapi juga dapat dalam bentuk barang dan jasa. Namun karena kehidupan modern sekarang ini didasarkan kepada uang, maka transaksi-transaksi kredit yang menyangkut uang lah yang sering kita jumpai dalam praktek perkreditan.16
b. Tujuan Kredit
Tujuan kredit yang diberikan oleh suatu bank, khususnya bank pemerintah yang akan mengembangkan tugas sebagai agent of
development adalah untuk :
1) Turut menyukseskan program pemerintah dibidang ekonomi dan pembangunan.
2) Meningkatkan aktivitas perusahaan agar dapat menjalankan fungsinya guna menjamin terpenuhinya kebutuhan masyarakat. 3) Memperoleh laba agar kelangsungan hidup perusahaan
terjamin, dan dapat memperluas usahanya.
16
(33)
Dari tujuan tersebut, tersimpul adanya kepentingan yang seimbang antara Kepentingan Pemerintah, Kepentingan masyarakat (rakyat), dan
Kepentingan pemilik modal (pengusaha).Bank-bank swasta seyogyanya menyesuaikan diri dengan tujuan kredit tersebut diatas.
Berdasarkan kebijakan di bidang ekonomi dan pembangunan dan ketentuan-ketentuan yang berlaku dinegara kita, maka secara umum dapat dikemukakan bahwa kebijakan kredit perbankan adalah sebagai berikut :
1) Pemberian kredit harus sesuai dan seirama dengan kebijakan moneter dan ekonomi.
2) Pemberian kredit harus selektif dan diarahkan kepada sektor-sektor yang diprioritaskan.
3) Bank dilarang memberikan kredit kepada usaha-usaha yang diragukan bank ability-nya.
4) Setiap kredit harus diikat dengan suatu perjanjian kredit (akad kredit).Disini tersirat pertimbangan yuridis dari revenue
(penghasilan pemerintah dengan adanya bea materai kredit).
5) Overdarft (penarikan uang dari bank melebihi saldo giro atau
melebihi plafon kredit yang disetujui) dilarang.
6) Pemberian kredit untuk pembayaran kembali kepada pemerintah dilarang (kredit untuk membayar pajak dan bea cukai).17
c. Fungsi Kredit
Dalam kehidupan ekonomi modern, bank memegang peranan yang sangat penting.Oleh karena itu, organisasi-organisasi bank selalu diikutsertakan dalam menentukan kebijakan dibidang moneter, pengawasan devisa, pencatatan efek-efek dan lain lain. Hal ini antara lain disebabkan usaha pokok bank adalah memberikan kredit, dan
17
(34)
kredit yang diberikan oleh bank mempunyai pengaruh yang sangat luas dalam segala bidang kehidupan, khususnya dibidang ekonomi.
Fungsi kredit perbankan dalam perekonomian dan perdagangan antara lain sebagai berikut:
1) Kredit pada hakikatnya dapat meningkatkan daya guna uang 2) Kredit dapat meningkatkan peredaran dan lalu-lintas uang. 3) Kredit dapat pula meningkatkan daya guna dan peredaran
barang.
4) Kredit sebagai salah satu alat stabilitas ekonomi. 5) Kredit dapat meningkatkan kegairahan berusaha. 6) Kredit dapat meningkatkan pemerataan pendapatan.
7) Kredit sebagai alat untuk meningkatkan hubungan internasional.18
2. Jenis-jenis Kredit
Jenis-jenis kredit yang diberikan oleh perbankan kepada masyarakat dapat dilihat dari berbagai sudut, yaitu sebagai berikut :
a. Kredit dapat dilihat dari sudut tujuannya terdiri atas :
1) Kredit Konsumtif, yaitu kredit yang diberikan dengan tujuan untuk memperlancar jalannya proses konsumtif.
2) Kredit Produktif, yaitu kredit yang diberikan dengan tujuan untuk memperlancar jalannya proses produksi.
3) Kredit perdagangan, yaitu kredit yang diberikan dengan tujuan untuk membeli barang-barang untuk dijual lagi. Kredit
18
Compton,Eric N, Dasar-Dasar Perbankan.Penerjemah:Alexander ocy. Akademi pressindo, Jakarta,1990,hal 23
(35)
perdagangan tersebut dapat terdiri atas kredit perdagangan dalam negeri dan luar negeri.
b. Kredit dilihat dari sudut jangka waktunya
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 14 tahun 1967 tentang pokok-pokok Perbankan, Jenis-jenis kredit dilihat dari sudut jangka waktu nya terdiri atas :
1) Kredit jangka pendek (short term loan)
Yaitu kredit yang berjangka waktu maksimum 1 tahun. Dalam kredit jangka pendek juga termasuk kredit untuk tanaman musiman yang berjangka waktu lebih dari 1 tahun.
2) Kredit jangka menengah (medium term loan)
Yaitu kredit yang berjangka waktu antara 1 sampai 3 tahun, kecuali kredit untuk tanaman musiman sebagaimana tersebut diatas. Kredit modal kerja dapat diberikan oleh bank untuk membiayai kegiatan kegiatannya, misalnya untuk membeli bahan baku,upah buruh,dan suku cadang,dan lain lain.Kredit yang berjangka waktu menengah ini diantaranya adalah kredit modal kerja permanen (KMKP) yang diberikan oleh bank kepada pengusaha golongan lemah yang berjangka waktu maksimal 3 tahun.
3) Kredit jangka panjang (long term loan)
Yaitu kredit yang berjangka waktu lebih dari 3 tahun. Kredit jangka panjang ini pada umumnya adalah kredit investasi yang
(36)
bertujuan menambah modal perusahaan dalam rangka untuk melakukan rehabilitasi, ekspansi,(perluasan),dan pendirian proyek baru.
c. Kredit dilihat dari sudut jaminannya
1) Kredit tanpa jaminan (unsecured loan)
Dalam SK Direksi BI No. 23/69/KEP/DIR bertanggal 28 februari 1991 tentang Jaminan Pemberian Kredit, Pasal 2, telah diatur ketentuan bahwa bank tidak diperkenankan memberikan kredit kepada siapapun tanpa jaminan pemberian kredit sebagaimana diatur dalam pasal 1B.
Adapun yang dimaksud dengan jaminan pemberian kredit pada Pasal 1B, adalah keyakinan bank atas kesanggupan debitur untuk melunasi kredit sesuai dengan yang diperjanjikan.Jaminan pemberikan kredit diperoleh bank melalui penilaian yang saksama terhadap watak, kemampuan, modal, agunan,dan prospek usaha debitur.
Sedangkan yang dimaksud dengan agunan dalam Pasal 1c SK diatas, adalah jaminan material, surat berharga, garansi risiko yang disediakan oleh debitur untuk menanggung pembayaran kembali sesuai dengan yang diperjanjikan.Pasal 3 SK diatas, selanjutnya mengatur bahwa agunan dapat berupa barang, proyek atau hak tagih yang dibiayai dengan kredit yang
(37)
bersangkutan, dan barang lain, surat berharga atau garansi resiko yang ditambahkan sebagai agunan tambahan.
2) Kredit dengan aguanan (secured loan)
Agunan yang diberikan untuk suatu kredit adalah sebagaimana diatur dalam pasal 1C dan pasal 3 SK diatas, yang secara rinci antara lain adalah sebagai berikut :
a) Agunan barang, baik barang tetap maupun barang tidak tetap (bergerak)
b) Agunan pribadi (borgtocht) yaitu suatu perjanjian dimana satu pihak (borg) menyanggupi pihak lainnya (kreditur) bahwa ia menjamin pembayarannya suatu utang apabila kreditur tidak menepati kewajibannya.
c) Agunan efek-efek saham, obligasi, dan sertifikat yang didaftar (listed) dibursa efek.
d. Kredit dilihat dari sudut penggunaanya
Penggolongan kredit menurut penggunannya dapat dibagi sebagai berikut:
1) Kredit eksploitasi
Pengertian kredit eksploitasi adalah kredit yang berjangka waktu pendek yang diberikan oleh suatu bank kepada perusahaan untuk membiayai kebutuhan modal kerja perusahaan sehingga dapat berjalan dengan lancar.Kredit
(38)
eksploitasi ini lazim disebut kredit modal kerja/kredit produk karena bantuan modal kerja digunakan untuk menutup biaya-biaya eksploitasi perusahaan secara luas.Kredit ini berupa pembelian bahan baku,bahan penolong,dan biaya-biaya produksi lainnyaseperti upah buruh, biaya pengepakan, distribusi dan sebagainya. Tujuan kredit ini untuk meningkatkan produksi, baik peningkatan kuantitatif maupun kualitatif.
2) Kredit investasi
Pengertian kredit investasi adalah kredit jangka menengah atau jangka panjang yang diberikan oleh suatu bank kepada perusahaan untuk melakukan investasi atau penanaman modal. Yang dimaksudkan disini adalah pembelian barang-barang modal serta jasa yang diperlukan untuk rehabilitasi/modernisasi maupun ekspansi proyek yang sudah ada atau pendirian proyek baru, pembangunan pabrik, pembelian mesin-mesin yang semuanya itu ditujukan untuk meningkatkan produktifitas. Ketentuan-ketentuan pokok mengenai kredit investasi selalu disesuaikan dengan program pemerintah untuk mendorong kegiatan usaha dengan kesempatan kerja yang besar atau usaha padat tenaga. Ketentuan-ketentuan tersebut antara lain:
a) Jangka waktu kredit b) Golongan kredit investasi
(39)
c) Pembiayaan sendiri
d) Suku bunga kredit investasi e) Jaminan19
B. Prosedur pemberian kredit perbankan 1. Pengantar
Pada sub bab ini akan dijelaskan ketentuan, syarat-syarat atau petunjuk tindakan-tindakan yang harus dilakukan sejak diajukannya permohonan nasabah sampai dengan lunasnya suatu kredit yang diberikan oleh bank. Adapun penyajian konteksnya dalam bentuk urutan langkah-langkah yang lazim dalam prosedur perkreditan yang ditangani oleh bank yaitu, tahap-tahap permohonan kredit, penyidikan dan analisis, keputusan persetujuan atau penolakan permohonan, pencairan kredit, administrasi, pengawasan dan pembinaan serta pelunasan kredit. Ada kalanya beberapa jenis kredit memiliki kekhususan dalam ketentuan dan prosedurnya.
2. Permohonan kredit
Permohonan fasilitas kredit mencakup:
a. Permohonan baru unutk mendapat suatu jenis fasilitas kredit. b. Permohonan tambahan suatu kredit yang sedang berjalan.
c. Permohonan perpanjangan/pembaharuan masa berlaku kredit yang telah berakhir jangka waktunya.
19
(40)
d. Permohonan-permohonan lainnya untuk perubahan syarat-syarat fasilitas kredit yang sedang berjalan, antara lain penukaran jaminan, perubahan/pengunduran jadwal angsuran dan lain sebagainya.
Setiap berkas permohonan kredit dari nasabah terdiri dari:
a. Surat-surat permohonan nasabah yang ditanda tangani secara lengkap dan sah.
b. Daftar isian yang disediakan oleh bank yang secara sebenarnya dan lengkap diisi oleh nasabah.
c. Daftar lampiran lainnya yang diperlukan menurut jenis fasilitas kredit.
3. Penyelidikan dan Analisis Kredit a. Pengertian dan ketentuan
Yang dimaksud dengan penyelidikan kredit adalah pekerjaan yang meliputi :
1) Wawancara dengan pemohon kredit atau debitur
2) Pengumpulan data yang berhubungan dengan permohonan kredit yang diajukan nasabah, baik data intern bank maupun data ekstern. Dalam hal ini termasuk informasi antar bankdan pemeriksaan pada daftar-daftar hitam dan daftar-daftar kredit macet.
3) Pemeriksaan/penyidikan atas kebenaran dan kewajiban mengenai hal-hal yang dikemukakan nasabah dan informasi lainnya yang diperoleh.
4) Penyusunan laporan seperlunya mengenai hasil penyidikan yang telah dilaksanakan.
b. Yang dimaksud dengan analisis kredit adalah pekerjaan yang meliputi:
(41)
1) Mempersiapkan pekerjaan-pekerjaan penguraian dari segala aspek, baik keuangan maupun non keuangan untuk mengetahui kemungkinan dapat/tidak dapat dipertimbangkan suatu permohonan kredit.
2) Menyusun laporan analisis yang diperlukan,yang berisi penguraian dan kesimpulan serta penyajian alternatif-alternatif sebagai bahan pertimbangan untuk pengambilan keputusan pimpinan dari permohonan kredit nasabah.
c. Setiap permohonan kredit harus diadakan penyidikan dan analisis yang termaksud dalam huruf (a) dan (b).
d. Pekerjaaan penyidikan dilakukan oleh petugas yang berfungsi sebagai penyidik kredit, sedangkan pekerjaan analisis dilakukan oleh kredit analisis. Pembagian kerja tersebut apabila organisasi bagian kredit memungkinkannya. Apabila bank tidak memiliki petugas khusus untuk pekerjaan-pekerjaan tersebut, penyidikan dan analisis dilakukan oleh pejabat tertinggi padabank bank yang bersangkutan pimpinan bank dianggap cakap yang dapat ditunjuk untuk dapat melaksanakan pekerjaan-pekerjaan tersebut.20
4. Keputusan Atas permohonan Kredit a. Pengertian
Dalam hal ini, yang dimaksud dengan keputusan adalah setiap tindakan pejabat yang berdasarkan wewenangnya berhal mengambil keputusan berupa menolak,menyetujui dan atau mengusulkan permohonan fasilitas kredit kepada pejabat yang lebih tinggi.
b. Bahan Pertimbangan Pengambilan Keputusan
Setiap keputusan permohonan kredit, harus diperhatikan penilaian syarat - syarat umum yang pada dasarnya tercantum dalam laporan pemeriksaan kredit dan analisis kredit. Bahan pertimbangan atau informasi-informasi lainnya yang diperoleh pejabat pengambil keputusan harus dibubuhkan secara tertulis (dispososi-disposisi).
20
Firdaus,M. Rachmat , Teori dan analisis kredit, purna sarana lingga utama, Bandung, 1985,hal 73
(42)
c. Bahan Pertimbangan Pengambilan Keputusan 1) Wewenang kepala bagian kredit
Sampai dengan jumlah permohonan dalam jenis kredit yang ditentukan oleh direksi/kantor pusat, kepala bagian kredit diberi wewenang untuk memutuskan permohonan dalam batas-batas tertentu tanpa mengusulkan terlebih dahulu kepada kantor pusat. Jika permohonan berada diluar batas wewenagnya, cabang harus mengusulkan terlebih dahulu permohonan fasilitas kredit tersebut kepada direksi/kantor pusat disertai hasil penilaian serta kesimpulan - kesimpulan dan usul-usul yang definitif.
2) Wewenang direksi/kantor pusat
Direksi/kantor pusat memeberikan keputusan permohonan fasilitas kredit yang dilakukan oleh bagian kredit/cabang setelah mengadakan penilaian permohonan fasilitas kredit yang diusulkan. 3) Direksi/kantor pusat dengan Bank Indonesia
Tentang jenis-jenis kredit yang menurut ketentuan memerlukan persetujuan dari Bank Indonesia, terlebih dahulu kantor pusat akan meneruskan permohonan kredit tersebut kepada Bank Indonesia.Pemberitahuan keputusan kepada cabang, baru akan dilakukan setelah mendapat keputusan dari Bank Indonesia.
d. Laporan Penggunaan Wewenang
Setiap keputusan yang diambil oleh bagian kredit/cabang dalam hubungannya dengan wewenangnya, baik berupa persetujuan maupun
(43)
penolakan atas permohonan fasilitas kredit, harus dilaporkan kedireksi yang umumnya berupa tembusan surat.serta tindakan analisis lengkap, setelah itu dikirim kepada biro yang membidanginya.
e. Cara Pengusulan
Pada prinsipnya pengusulan permohonan kredit kedireksiharus dilakukan dengan surat. Apabila dipandang perlu, pengusulan dapat diajukan melalui kawat/teleks yang kemudian harus selalu ditegaskan dangan surat, disertai penjelasan-penjelasan yang diperlukan.
f. Data dalam usul-usul kredit
Dalam hal bagian kredit atau cabang memutuskan untuk mengusulkan permohonan kredit kepada direksi, maka dalam surat usul harus dimuat minimal data sebagai berikut:
1) Informasi mengenai nasabah selengkapnya
Informasi yang dimaksud terutama mengenai prilaku/karakter nasabah, kemampuan dan pengalaman berusaha dan hal-hal yang mencerminkan kepribadian serta kemampuan nasabah / calon nasabah sebagai ukuran dari sebagian sumber dan daya pelunasan kreditnya.
2) Aktivitas Usaha nasabah
Perusahaan dagang harus memuat realisasi ( kuantum dan nilai ) pembelian serta penjualan minimal dalam tiga bulan terakhir, turnover penjualan, rencana pembelian dan penjualan 6 bulan
(44)
mendatang. Sedangkan bagi perusahaan ekspor berupa kalkulasi ekspor, realisasi pembelian dan ekspor tiap bulan, minimal dalam tiga bulan terakhir (dalam kuantum dan nilai). Selanjutnya adalah turnover dari saat pembelian barang ekspor sampai dengan negoisasi weselnya. Kemudian rencana pembelian dan ekspor tiap-tiap bulan dalam 6 bulan mendatang. Lain-lain keterangan dan penjelasan yang dianggap perlu dalam aktivitas usaha nasabah. 3) Jaminan
Harus dicantumkan jaminan pokok yang tersedia pada saat pengusulan serta jaminan-jaminan tambahan yang ditawarkan dan dapat diikat secara notariel. Dalam hal ini haris dijelaskan mengenai jenis/nama barang, jumlah dan harga transaksi tiap-tiap jaminan menurut penilaian cabang, dan atau oleh pihak ketiga yang dimintai bantuan dengan keterangan apakah barang-barang jaminan tersebut sudah/dapat diikat secara notariel berdasarkan status pemilikannya (sertifikat hak milik/hak guna bangunan/hak guna usaha untuk tanah dan IMB untuk bangunan).
4) Financial statement
Harus disertakan neraca dan perhitungan rugi / laba yang paling mutakhir dan sejauh mungkin diusahakan yang telah diaudit oleh akuntan publik. Pada umumnya usul-usul kredit jangka pendek berjumlah besar dan diaudit oleh akuntan publik yang telah didaftar dan mempunyai izin. Semuaya merupakan syarat yang
(45)
harus dipenuhi. Hasil analisis cabang harus dicantumkan dalam surat usul.
5) Cash flow projection
Untuk jenis-jenis kredit yang sifatnya aflopend (seperti kerdit industry konstruksi, kredit musiman, kredit investasi dan kredit lainnya yang sifatnya transaksional atau berangsuran dengan jangka tertentu), surat usul tersebut secara mutlak harus disertai dengan cash flow projection, sehingga dapat disusun jadwal waktu (time schedule) pelunasannya secara baik. Untuk kredit produksi proyeksi ini hanya berfungsi sebagai alat pembantu dalam menentukan kebutuhan maksimal nasabah modal kerja.
6) Aktifitas rekening
Calon nasabah yang memiliki rekening harus menguraikan juga mengenai aktifitas rekening antara lain : saldo tertinggi, terendah dan saldo rata-rata tiap bulan serta indikasi aktivitas rekening berupa jumlah/frekuensi mutasi debet dan kreditnya.
g. Formulir Usul Perpanjangan jangka waktu kredit
Khusus untuk perpanjangan jangka waktu kredit dengan jangka pendek, harus mempergunakan formulir yang telah ditentukan.
h. Clausule yang jelas pada pengusulan
Pada dasarnya usul-usul disampaikan atas dasar kesimpulan dari data dan hasil analisisnya.
(46)
Penolakan permohonan dapat terjadi : a. Oleh bagian kredit atau cabang
Penolakan ini adalah untuk permohonan kredit yang nyata-nyata dianggap oleh bank secara teknis tidak memenuhi persyaratan. Langkah-langkah yang harus diperhatikan adalah :
1) Semua keputusan penolakan harus disampaikan secara tertulis kepada nasabah dengan disertai alasan penolakannya.
2) Surat penolakan permohonan minimal dibuat dalam rangkap tiga : Asli dikrimkan kepda pemohon, Lembar kedua beserta copy surat permohonan nasabah dikrim kepada direksi, dan lembar ketiga untuk arsip bagian kredit atau kantor cabang.
3) Dalam hal penolakan permohonan baru, maka jika diminta, semua berkas permohonan dapat dikembalikan kepada pemohon kecuali surat permohonannya.
4) Dalam hal penolakan permohonan perpanjangan, berarti jangka waktu kredit tidak diperpanjang. Bank harus menegaskan kepada nasabah agar segera menyelesaikan semua kewajibannya kepada bank atau mengajukan rencana pelunasannya.
5) Dalam hal penolakan tambahan kredit, maka harus ditegaskan bahwa nasabah hanya tetap menikmati limit kredit yang telah disetuji semula. Berkas-berkas permohonan tambahan tidak dikembalikan kepada pemohon.
(47)
6) Dalam hal penolakan perubahan persyaratan lainnya dari kredit yang sedang berjalan, maka nasabah tetap mempunyai hak dan kewajiban sesuai dengan syarat-syarat yang telah disetujui semula. Apabila permohonan perubahan syarat-syarat ini menunjukan hubungan dengan gejala-gejala yang tidak sehat, maka harus diambil tindakan pengamanan berupa inventarisasi jaminan dan memberikan bimbingan dan pengawasan yang lebih ketat kepada nasabah.
b. Oleh bagian kredit atau cabang setelah mendapat keputusan penolakan direksi
Langkah-langkah yang diambil sama dengan penolakan yang duraikan pada sub a dengan memperhatikan alasan-alasan penolakannya yang disampaikan oleh direksi.
6. Persetujuan Permohonan Kredit
Yang dimaksud persetujuan permohonan kredit adalah keputusan bank untuk mengabulkan sebagian atau seluruh permohonan kredit dari calon debitur. Untuk melindungi kepentingan bank dalam pelaksanaan persetujuan tersebut, maka biasanya ditegaskan terlebih dahulu syarat -syarat fasilitas kredit dan prosedur yang harus ditempuh oleh nasabah. Langkah - langkah yang harus diambil antara lain seperti dibawah ini : a. Surat Penegasan Persetujuan Permohonan Kredit Kepada Pemohon
1) Persetujuan atas permohonan kredit disampaikan kepada pemohon secara tertulis (surat penegasan).
(48)
2) Surat penegasan tersebutharus dicantumkan syarat-syarat, antara lain :
a) Maksimum/limit fasilitas kredit.
b) Jangka waktu berlakunya fasilitas kredit. c) Bentuk pinjaman.
d) Tujuan penggunaan kredit secara jelas. e) Suku bunga.
f) Bea materai kredit yang harus dibayar.
g) Provisi kredit commitment fee management fee.
h) Keharusan menandatangani surat perjanjian kredit, yaitu keharusan menanadatangani surat askep khusus bagi kredit yang mendapat bantuan likuiditas dari Bank Indonesia. Surat askep tersebut harus diperbaharui setiap jatuh waktu sesuai dengan masa laku kredit barang jaminan, serta surat pemilikan dan cara pengikatannya.
i) Penutupan asuransi barang-barang jaminan. j) Sanksi-sanksi seperti :
i. Denda terlambat pembayaran bunga
ii. Denda terlambatnya pembayaran angsuran, atau terlambatnya pelunasan
iii. Denda atas overdraft
iv. Sanksi untuk penyimpangan dari syarat-syarat lainnya dalam perjanjian kredit
(49)
k) Ketentuan-ketentuan lain yang ditentukan sesuai keperluan (jaminan pribadi /borgtocht dan lain-lain)
l) Syarat-syarat untuk pengajuan permohonan perpanjangan dan tambahan fasilitas kredit.
m) Laporan-laporan yang harus diserahkan.
3) Apabila surat perjanjian kredit telah ditandatangani, maka surat penegasan ini merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan dari surat perjanjian kredit, karena dengan tegas telah disebutkan nomor dan tanggalnya.
4) Surat penegasan tersebut dibuat minimal dalam lima rangkap : a) Asli dan lembar kedua (duplikat) dikirim kepada nasabah.
b) Lembar kedua (duplikat) setelah ditanda tangani nasabah dikembalikan kepada bank sebagai tanda persetujuan atas syarat-syarat penyediaan fasilitas kredit, lembar kedua tersebut setelah diterima kembali dari nasabah, kemudian disimpan pada berkas khusus (map warkat-warkat kredit)
c) Lembar ketiga dikirim sebagai tembusan untuk direksi, bersama-sama dengan perjanjian kredit dan salinan akte pengikat jaminan.
d) Lembar keempat untuk berkas surat menurut seri.
e) Lembar kelima untuk berkas pernasabah yang merupakan arsip harian bagian kredit.
(50)
f) Apabila diperlukan copy tambahan untuk tembusan kepada biro/bagian/seksi lain,dapat dibuat sesuai dengan kebutuhan. b. Pengikatan jaminan
Dalam pengikatan jaminan kredit, harus diperhatikan hal-hal sebagai berikut:
Pembedaan jenis jaminan kredit
1) Jaminan pokok yang terdiri dari barang-barang bergerak maupun tidak bergerak dan/tagihan yang langsung berhubungan dengan aktifitas usahanya yang dibiayai dengan kredit.
2) Jaminan tambahan berupa jaminan pribadi atau jaminan perusahaan yang dibuat secara notariel serta jaminan bank.
3) Peminjaman dokumen yang telah ada dalam penguasaan bank kepada nasabah tidak diperkenankan. Apabila peminjaman tersebut dimaksudkan untuk keperluan urusan dengan instansi-instansi yang berwenang, nasabah dapat meminta bantuan pada bank.
c. Penandatanganan perjanjian kredit
1) Nasabah harus menandatangani duplikat surat penegasan pemberian kredit diatas materai yang cukup dan mengembalikannyakepada bank. Duplikat surat penegasan tersebut harus disimpan pada map warkat-warkat kredit.
2) Nasabah harus menandatangani surat perjanjian kredit.
3) Surat perjanjiankredit harus diberi nomor urut dicatat pada register tersendiri.
(51)
4) Banyak lembar surat perjanjian ditentukan minimal dalam rangkap 4 (empat).
5) Kelengkapan dan kebenaran pengisian surat perjanjian kredit harus diteliti oleh pejabat yang berwenang. Pejabat yang melakukan penelittian dan pemeriksaan tersebut harus membubuhkan parafnya.
d. Penandatanganan surat askep
1) Khusus untuk kredit yang diberikan dengan bantuan likuiditas Bank Indonesia diluar KIK/KMKP, nasabah harus menandatangani surat askep sebesar limit kreditnya untuk minimal jangka waktu 12 bulan. Setelah jatuh tempo apabila kredit nya belum lunas, surat askep ini harus segera diperbaharui.
2) Banyak surat lembar askep dibuat minimal dalam rangkap 4(empat):
a) Asli untuk Bank Indonesia b) Lembar kedua untuk nasabah c) Lembar ketiga untuk direksi
d) Lembar keempat untuk berkas nasabah
3) Surat askep harus diberi nomor urut dan dicatat dalam buku register.
(52)
5) Pejabat cabang yang melakukan verifikasi atas ketentuan-ketentuan dalam butir 4 (empat) diatas,harus membubuhkan parafnya.
6) Surat askep harus diberi materai yang cukup sesuai dengan ketentuan.
7) Untuk persetujuan tambahan kredit bila askep sebelumnya belu jatuh tempo, maka surat askep dibuat sebesar jumlah kenaikan kredit.
e. Pembayaran provisi kredit atau commitment fee
1) Untuk setiap persetujuan kredit, nasabah harus membayar provisi atau menurut ketentuan yang berlaku.
2) Satu copy ekstra nota debet pembebanan provisi kredit, disimpan pada berkas nasabah yang bersangkutan sebagai bukti pembayarannya.
f. Asuransi kredit
Ada kalanya bahwa jenis-jenis kredit tertentu harus dipertanggungkan, maka untuk jenis kredit tersebut harus pula dipenuhi syarat “asuransi kredit bank” (misalnya KIK/KMKP, kredit ekspor dibawah jumlah tertentu).
7. Pencairan Fasilitas kredit a. Pengertian
Pencairan fasilitas kredit adalah setiap transaksi dengan menggunakan kredit yang telah disetujui oleh bank . Dalam prakteknya,pencairan
(53)
kredit ini berupa pembayaran dan/atau pemindahbukuan atas bebean rekening pinjaman atau fasilitas lainnya.
b. Syarat pencairan
Bank hanya menyetujui pencairan kredit oleh nasabah,bila syarat-syarat yang harus dipenuhi nasabah telah dilaksanakan. Pengikatan jaminan secara sempurna dan penandatanganan warkat-warkat kredit (perjanjian kredit/surat askep borgtocht) mutlak harus didahului pencairan kredit.
c. Bentuk penyediaan fasilitas kredit Fasilitas dapat berbentuk :
1) Penyediaan fasilitas kredit dengan satu limit tertentu yang ditarik menurut kebutuhan dengan sifat revolving. Hal ini biasa dikenal dengan nama “pinjaman dalam rekening Koran”
2) Penyediaan fasilitas kredit yang pencairannya dilakukan berdasarkan jadwal pencairan yang mencapai suatu limit yang disetujui. Kemudian dengan pembayaran kembali dengan secara sekaligus atau dengan cara ansuran menurut jadwal.
3) Penyediaan fasilitas kredit yang pencairannya sekaligus dengan pembayaran kembali atau dengan angsuran menurut jadwal.
4) Pernyataan bank sebagai pinjaman atau menyanggupi ikatan lainnya yang dapat mengakibatkan kewajibannya bank untuk membayar kepada pihak ketiga.
(54)
Cara pencairan kredit yang telah disetujui dapat dilakukan dengan alat-alat dan cara yang ditentukan oleh bank, antara lainpencairan dengan cara menarik cek atau bilyet giro, atau kuitansi, dengan dokumen-dokumen lainnya yang oleh bank dapat diterima sebagai perintah pembayaran,atau dengan pemindahbukuan atas beban rekening pinjaman nasabah.
e. Bukti pencairan kredit
Alat-alat pencairan kredit seperti cek, kuitansi, nota pemindahbukuan, dan dokumen-dokumen lainnya tersebut akan menjadi alat bukti pembukuan. Apabila diperlukan alat bukti tersebut untuk berkas perkreditan,maka dapat dibuatkan duplikat atau foto kopinya.
f. Verifikasi pencairan kredit
Setiap mutasi dan saldo yang terjadi pada rekening pinjaman harus diperiksa oleh pejabat yang ditunjuk untuk itu. Verifikasi meliputi pencocokan dan keabsahan pencairan, jumlah serta syarat-syarat lainnya. Sebagai bukti verifikasi, pejabat tersebut harus membubuhkan parafnya pada saldo rekening pinjaman.
8. Pelunasan Fasilitas Kredit
Pelunasan kredit adalah dipenuhinya semua kewajiban utang nasabah terhadap bank yang berakibat hapusnya ikatan perjanjian kredit.
(55)
a. Perhitungan semua kewajiban utang nasabah harus segera diselesaikan sampai dengan tanggal pelunasan utang pokok, utang bunga, denda - denda ( jika ada ), dan biaya administrasi lainnya.
b. Nasabah diharuskan mengembalikan sisa lembar/blangko cek dan giro bilyet yang belum dipergunakan, jika ada. Periksa rekening pinjaman untuk menyatakan nomor-nomor yang harus dikembalikan.
c. Untuk mencegah timbulnya claim dari nasabah karena tidak lengkapnya pengembalian dokumen-dokumen jaminan, bank harus mengadakan inventarisasi atas dokumen yang disimpan pada berkas jaminan dan dicocokkan dengan catatan yang tersedia.
d. Untuk maksud fiat-royaatas catatan pada dokumen-dokumen jaminan yang berupa tanah bersertifikat, bank dapat membantu pengurusan royanya kepada kantor pendaftaran tanah sesuai prosedur yang berlaku.Biaya-biaya apabila ada, menjadi beban nasabah.
e. Penyerahan kembali dokumen-dokumen jaminan kepada nasabah hanya dapat dilakukan setelah nyata-nyata nasabah menyelesaiakan semua kewajibannya. Penyerahan dokumen jaminan tersebut harus dengan surat tanda terima dan ditanda tangani oleh yang berhak. Surat tanda terima tersebut harus disimpan pada berkass jaminan.
f. Dalam hal pelunasan kredit oleh salah satu anggota group atau pimpinan-pimpinan group dalam pembiayaan atas group, maka pengembalian dokumen jaminan kepada nasabah hanya dapat dilaksanakan dengan sepengetahuan dan seizing direksi.
g. Dalam hal pelunasan kredit oleh nasabah yang jelas-jelas menikmati fasilitas atau diduga masih menikmati fasilitas kredit, maka mengembalikan dokumen juga harus sepengetahuan dan seizing direksi.
h. Beritahukan kepada bagian kas bahwa setelah seluruh jumlah utang dilunasi, rekening, pinjaman, atas nama nasabah yang bersangkutan ditutup.
i. Buatlah surat penegasan pelunasan yang antara lain berisi pernyataan terima kasih atas terjalinnya hubungan baik antara nasabah dengan bank pada waktu-waktu yang lalu.
j. Catat pelunasan kredit tersebut pada kartu informasi intern untuk menjaga agar informasi tetap mutakhir.21
C. Sasaran pengembangan kredit
Sejak pemerintah menerapkan program yang terencana yang dituangkan dalam REPELITA, perbankan mempunyai peranan aktif dalam penyediaan
21
Hasanuddin rahman,Aspek-aspek Hukum pemberian kredit perbankan di Indonesia, Citra Adtya Bakti,Bandung, 1995,hal 93
(56)
pengembangan kredit, baik kredit jangka pendek maupun jangka menengah. Dalam berjalannya proses pembangunan, pemerintah semakin memberikan prioritas untuk mengatasi kesenjangan sosial dalam masyarakat golongan lemah yang belum dilayani secara khusus oleh perbankan.
Oleh karena itu dalam rangka menunjang pemerataan pembangunan dan membantu memperluas kesempatan kerja, pemerintah mulai memperkenalkan program kredit investasi kecil (KIK) dan kredit modal kerja permanen (KMKP) yang ditujukan khusus untuk golongan ekonomi lemah.Sebagai upaya untuk memperluas kesempatan berusaha bagi masyarakat pedesaan, perbankan juga menciptakan progam kredit mini, midi, kredit investasi, kredit untuk koperasi. Prioritas penyaluran kredit sekarang ini didominasi oleh kredit modal kerja, berdasarkan penggunaannya, prioritas kedua diduduki oleh kredit investasi dan disusul oleh kredit konsumsi. Pada uraian berikut akan dijelaskan secara ringkas pengertian ketiga prioritas kredit diatas.
1. Kredit modal kerja
Pengertian kredit modal kerja adalah kredit berjangka waktu pendek yang diberikan oleh suatu bank kepada perusahaan untuk membiayai kebutuhan modal kerja perusahaan sehingga perusahaan dapat berjalan dengan lancar. Kredit ini berupa pembelian bahan baku, bahan penolong, dan biaya-biaya dan sebagainya. Tujuan kredit ini untuk meningkatkan produksi, baik peningkatan kuantitatif maupun kualitatif.
2. Kredit investasi
Pengertian kredit investasi adalah kredit jangka menengah atau jangka panjang yang diberikan oleh suatu bank kepada perusahaan untuk melakukan investasi atau penanaman modal. Yang dimaksud disini adalah untuk pembelian barang-barang modal serta jasa yang diperlukan untuk rehabilitasi/modernisasi maupun ekspansi proyek yang sudah ada atau pendirian proyek baru, pembangunan pabrik, pembelian mesin-mesin yang semuanya itu ditujukan untuk meningkatkan produktifitas.
Ketentuan-ketentuan pokok mengenai kredit investasi selalu disesuaikan dengan program pemerintah untuk mendorong kegiatan usaha dengan kesempatan kerja yang besar atau usaha padat tenaga.
(57)
3. Kredit konsumsi
Pengertian kredit konsumsi adalah kredit yang diberikan oleh bank utau lembaga keuangan lainnya kepada pihak perseorangan, termasuk pegawai bank pelapor, untuk keperluan konsumsi dengan cara membeli, menyewa, atau dengan cara lain.22
D. Pengamanan kredit 1. Pengantar
Ditinjau dari kemampuan nasabah bank sehubungan dengan kewajiban keuangannya kepada bank dalam arti pembayaran utang pokok dan bunga atau yang disebut kolektibilitas,maka debitur bank dapat dibedakan menjadi empat golongan, yaitu lancar, kurang lancar, diragukan, dan macet.
Debitur yang sudah dikategorikan diragukan dan macet perlu perhatian khusus dari pihak bank, yang kelanjutannya dapat berupa mengadakan tindakan penyelamatan (rescue operation). Pada dasarnya suatu jaminan kredit akan di-PUPN-kan apabila tidak ada lagi harapan bahwa debitur akan dapat melaksanakan kewajiban dari hasil operasi perusahaan. Jadi tindakan PUPN merupakan jalan keluar terakhir untuk menyelamatkan kredit bank. Sebaliknya jika menurut penilaian bank kegiatan usaha debitur masih dapat dipertahankan atau bahkan ditinggalkan, maka pihak bank seyogyanya merupakan tindakan penyelamatan.
22
Bambang sunggono,Pengantar Hukum Perbankan, Mandar maju, Bandung,1995,hal 68
(58)
Masalah yang dihadapi adalah bagaimana kondisi perusahaan yang kira-kira dapat dijadikan dasar dan pertimbangan bank untuk meyelamatkan serta tindakan penyelamatan apa yang bermanfaat untuk diambil. Hal ini memerlukan pengetahuan mengenai kondisi dan sebab-sebab kesulitan debitur serta mungkin prospek dimasa mendatang.
2. Penyelamatan
Jika bank telah memutuskan untuk melakukan tindakan penyelamatan (rescue) tentu saja tergantung dari kesulitan yang dihadapi oleh nasabah, maka pilihan tindakan yang dapat diambil adalah sebagai berikut :
a. Rescheduling
Kebijakan ini berkaitan dengan jangka waktu kredit sehingga keringanan yang dapat diberikan adalah:
1) Memperpanjang jangka waktu kredit
2) Memperpanjang jarak waktu angsuran, misalnya semula angsuran ditetapkan setiap 3 bulan, kemudian menjadi 6 bulan. 3) Penurunan jumlah untuk setiap angsuran yang mengakibatkan
perpanjangan jangka waktu kredit. b. Reconditioning
Dalam hal ini,bantuan yang diberikan adalah berupa keringanan atau perubahan persyaratan kredit, antara lain :
1) Kapitalisasi bunga, yaitu bunga dijadikan utang pokok sehingga nasabah untuk waktu tertentu tidak perlu membayar bunga, tetapi nanti utang pokoknya dapat melebihi plafon yang disetujui. Ini berarti bahwa fasilitas kredit perlu ditingkatkan. Disamping itu, atas bunga tersebut dihitung bunga yang pada dasarnya akan lebih memberatkan nasabah. Cara ini ditempuh dalam hal prospek usaha nasabah baik.
2) Penundaan pembayaran bunga, yaitu bunga tetap dihitung, tetapi penagihannya atau pembebanannya kepada nasabah tidak dilaksanakan sampai nasabah mempunyai kesanggupan. Atas bunga yang terutang tersebut tidak dikenakan bunga dan tidak menambah plafon kredit.
3) Penurunan suku bunga, yaitu dalam hal nasabah dinilai masih mampu membayar bunga pada waktunya. Tetapi suku bunga yang dikenakan terlalu tinggi untuk tingkat aktifitas dan hasil
(59)
usaha pada waktu itu. Cara ini ditempuh jika hasil operasi nasabah memang menunjukkan surplus/laba dan likuiditas memungkinkan untuk membayar bunga.
4) Pembebasan bunga, yaitu dalam hal nasabah memang dinilai tidak sanggup membayar bunga karena usaha hanya mencapai tingkat kembali pokok (break even). Pembebasan bunga ini dapat untuk sementara, selamanya, atau seluruh utang bunga. 5) Pengkonversian kredit jangka pendek menjadi kredit jangka
panjang dengan syarat yang lebih ringan. c. Restructuring
Jika kesulitan usaha nasabah disebabkan oleh factor modal, maka penyelamatannya adalah dengan meninjau kembali situasi dan kondisi permodalan, baik modal dalam arti dana untuk keperluan modal kerja maupun modal berupa barang-barang modal (mesin, perlatan, dan sebagainya).
Tindakan yang dapat diambil dalam rangka restructuring adalah :
1) Tindakan kredit (injection/nursery operation), apabila nasabah kekurangan modal kerja, maka perlu dipertimbangkan penanaman modal kerja, demikian juga dalam hal investasi, baik perluasan,baik perluasan maupun tambahan investasi.
2) Tambahan equity, apabila tambahan kredit memberatkan nasabah sehubungan dengan pembayaran bunga, maka perlu dipertimbangkan tambahan modal sendiri berupa :
a) Tambahan modal dari pihak bank dengan cara tambahan/penyetoran uang (fresh money),dan konversi utang nasabah,baik utang bunga, utang pokok atau keduanya.
b) Tambahan dari pemilik, kalau bentuk perusahaanya adalah PT, maka tambahan modal ini dapat berasal dari pemegang saham maupun pemegang saham baru atau kedua-duanya.
d. Kombinasi
Tindakan penyelamatan dapat juga merupakan kombinasi, misalnya rescheduling dengan reconditioning, rescheduling dengan restructuring,dan reconditioning, reconditioning dan restructuring, serta gabungan dari rescheduling, reconditioning dan restructuring. 23 3. Penyelesaian kredit
Sedangkan yang dimaksud penyelesaian kredit adalah langkah penyelesaian kredit bermasalah melalui lembaga hukum seperti pengadilan atau Direktorat Jenderal Piutang dan Lelang Negara atau badan
23
(60)
lainnyadikarenakan langkah penyelamatan yang sudah tidak dimungkinkan kembali. Tujuan penyelesaian kredit melalui lembaga hukum ini adalah untuk menjual atau mengeksekusi benda jaminan.24
A. Penyebab Terjadinya kredit bermasalah
BAB IV
TINJAUAN YURIDIS DEBT COLLECTOR TERHADAP
KREDIT BERMASALAH
(1)
BAB V
(2)
Sebagai akhir dari penulisan skripsi ini, maka penulis mencoba menyimpulkan dan memberi saran sebgai bahan pertimbangan. Sebab pada hakekatnya perkembangan akan ketentuan hukum didalam masyarakat akan mengakibatkan juga perkembangan hukum dalam rangka mencapai kepastian hukum yang dicita-citakan.
A. Kesimpulan
Penyebab terjadinya kredit bermasalah adalah faktor internal perbankan, faktor internal nasabah, faktor eksternal, faktor kegagalan bisnis, faktor ketidak mampuan manajemen.
1. Penyebab terjadinya kredit bermasalah disebabkan karena adanya pemberian kredit yang tidak layak, ambisi yang berlebihan untuk memperoleh laba melalui bunga kredit sehingga menimbulkan pertimbangan yang tidak sehat dalam pemberian kredit, pelanggaran prinsip-prinsip kredit dan terbatasnya informasi, sikap ragu-ragu dalam menentukan tindakan terhadap suatu kewajiban yang telah diperjanjikan serta sikap memudahkan suatu masalah dalam proses kredit sehingga mengakibatkan terjadinya kegagalan atas pelunasan kredit, tidak adanya kemampuan teknis dan pengawasan yang efektif dalam menganalisa permohonan kredit dari segala aspek, pemberian kredit yang melampaui ba yang memperebutkan nasabah juga menjadi penyebab terjadinya kredit bermasalah.
2. Upaya mencegah kredit bermasalah dengan cara melakukan penilaian berdasarkan faktor kredit secara ketat, melakukan analisis berdasarkan
(3)
aspek kredit secara tajam, dan yang terakhir adalah menggunakan prinsip 18 prinsip pemberian kredit secara konsekuen.
3. Penyelesaian kredit bermasalah oleh Debt Collector hanya dapat dilakukan apabila kualitas tagihan kredit telah termasuk dalam kategori diragukan atau macet. Tata cara penagihan wajib dilakukan dengan cara-cara yang tidak melanggar hukum.
4. Perilaku Debt collector dalam menagih utang wajib dilakukan berdasarkan pada lama tunggakan debitur dengan cara-cara yang tidak melanggar hukum meskipun sebagai utusan bank bertanggung jawab atas tunggakan-tunggakan utang yang bisa merugikan bank.
B. Saran
1. Dalam meningkatkan perkembangan ekonomi masyarakat, pemberian kredit merupakan salah satu cara untuk mempercepat proses pertumbuhan ekonomi, akan tetapi dalam penyaluran tersebut hendaknya memperhatikan dan mengembangkan peraturan-peraturan yang telah ada. Sehingga upaya untuk meminimalisir kredit bermasalah tersebut dapat dicapai dan kondisi Negara tidak semakin terpuruk.
2. Perlu dibentuk undang-undang khusus yang mengatur tentang penanggulangan kredit bermasalah baik mengatur dari segi hukum substantifnya, pengawasan preventif maupun segi-segi prosedural atau segi-segi represif lainnya.
(4)
3. Perlu dibentuk undang-undang tentang kinerja, tata cara, ataupun perilaku
Debt Collector karena peraturan-peraturan Bank Indonesia saja tidak
cukup untuk mengawasi kinerja, tatacara, perilaku Debt Collector.
4. Hendaknya Debt Collector dalam menagih utang kredit harus bertindak secara baik dan tidak berlawanan dengan hukum.
(5)
DAFTAR PUSTAKA
Artikel buku :
Arisson, Hendry, Et, al,1999, Perbankan Syariah Perspektif Praktisi, Muamalat Institute,Jakarta
Badrulzaman, Mariam Darus,2001.Perjanjian Kredit bank, bandung: citra aditya bakti
Compton,Eric N,1999,Dasar-DasarPerbankan.Penerjemah:Alexander ocy.jakarta Akademi pressindo
Dendawijaya, Lukman, 2001.Manajemen Perbankan,Jakarta: Ghalia Indonesia Firdaus,M. Rachmat. 1985.Teori dan analisis kredit.Bandung: purna sarana lingga
utama
Harus, M.haziel.1995.Hukum perjanjian Kredit bank.Jakarta: Tritura Indonesia Irman, Tb,2006, Anatomi Kejahatan Perbankan.Jakarta AYYCCS Group
Joyosumarto, subarjo.1989, Upaya Perbankan dalam menyelesaikan kredit
bermasalah, Jakarta: Djambatan
Kasmir,2002 Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya, Edisi Revisi, Cetakan ke enam, Raja Grafindo Persada, Jakarta
Muchdarsyah,1997 Sinungan Dasar dan Teknik manajemen kredit, Rineka Cipta, Jakarta
Patrik,Purwahid,1994.Debt Collector dan masalahnya dalam hukum
perdata.semarang: Fakultas Hukum Universitas Diponegoro
Putra Tje Aman,Edy. 1989. Kredit Perbankan Suatu Tinjauan Yuridis. yogyakarta: Liberty
Rahman, Hasanuddin.1995. Aspek-aspek Hukum pemberian kredit perbankan di
Indonesia.Bandung: Citra Adtya Bakti
Reksohadiproddjo, Soediyono,1997.Seluk Beluk Bank Kredit, Jakarta: Pembangunan
Reksoprayitno, Soediyono,1997.Prinsip-prinsip dasar manajemen bank umum
dan penerapannya di Indonesia,Yogyakarta: BPFE
Siamat, Dahlan,1996.Manajemen bank umum.Jakarta: Intermedia
(6)
Supramono, Gatot.1995.Perbankan dan Masalah kredit: suatu tinjauan yuridis. Jakarta: Djambatan
Soekanto Soerjono,2003, penelitian hukum normatif,suatu tinjauan
singkat,Jakarta ,raja grafindo persada
Tahir, Ahmad, 2003.Pengantar Perbankan.Bandung: mandar Maju
Thomas Suyatno, et. Al. 1999.Dasar-dasar Perkreditan, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama
Artikel perUndang-Undangan :
Peratuan Bank Indonesia (PBI) No. 8/5/PBI/2006 tertanggal 30 Januari 2006
Peraturan Bank Indonesia Nomor 6/30/PBI/2005 Peraturan Bank Indonesia Nomor 7/7/PBI/2005
Surat Edaran Bank Indonesia no.7/60/DASP tahun 2005 Surat Edaran Bank Indonesia No. 8/14/DPNP tertanggal 1 Juni 2006
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan
Artikel internet :