Perumusan Masalah Tujuan dan Manfaat Penelitian Keaslian Penelitian Tinjauan Kepustakaan

“Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat.” Dari pasal tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa fungsi Bank dalam sistem hukum perbankan di Indonesia sebagai perantara intermediary bagi masyarakat yang surplus dana dan masyarakat yang kekurangan dana. Penghimpunan dana masyarakat yang dilakukan oleh bank berdasarkan pasal tersebut dinamakan “simpanan”, sedangkan penyalurannya kembali dari bank kepada masyarakat dinamakan “kredit”. Pengertian kredit ini tertuang dalam Pasal 1 angka 12 Undang – Undang Nomor 7 Tahun 1992, yang berbunyi : “ Kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pin jam – meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi hutangnya setelah jangka waktu tertentu dengan jumlah bunga, imbalan atau pembagian hasil keuntungan.” Dewasa ini dalam masyarakat sering terdengan adanya kasus penagihan utang terhadap debitur oleh kreditur dengan memakai penagih utang debt collector dalam menagih hutang dengan cara dan memakai kekerasan. Penunggak yang tidak mampu melunasi tagihannya, penagih utang debt collector yang diperintah oleh bank terhadap kredit yang bermasalah akan mengambil sejumlah barang baik bergerak maupun tidak bergerak sebagai jaminan. Apabila penunggak telah melunasinya, maka jaminan itu akan dikembalikan, Namun bila tidak di lunasi tentu saja barang itu akan lenyap. Perbuatan debt collector yang dapat dikategorikan tindak pidana jika telah memenuhi unsur-unsur yang ada dalam KUHP seperti; jika penagih utang debt collector tersebut melakukan pengrusakan terhadap barang-barang milik nasabah, Pasal 406 KUHP. Dari uraian di atas, maka dapat dibuat suatu karya tulis dalam bentuk skripsi dengan judul “Tinjauan Yuridis Debt Collector Terhadap Kredit Bermasalah.”

B. Perumusan Masalah

Permasalahan adalah merupakan kenyataan yang dihadapi oleh pelaksanaan penelitian. Dengan adanya rumusan masalah maka akan dapat ditelaah secara maksimal ruang lingkup penelitian sehingga tidak mengarah pada permasalahan hal yang diluar permasalahan. Adapun permasalahan yang diajukan dalam penelitian ini adalah: 1. Apa yang menyebabkan terjadinya kredit bermasalah? Universitas Sumatera Utara 2. Bagaimana upaya mencegah kredit bermasalah? 3. Bagamana Penyelesaian Kredit bermasalah oleh debt collector? 4. Bagaimana perilaku debt collector dalam menagih utang?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan penelitian Tujuan penelitian skripsi yang akan dilakukan adalah: a. Untuk mengetahui penyebab terjadinya kredit bermasalah b. Untuk mengetahui upaya mencegah kredit bermasalah. c. Untuk mengetahui penyelesaian kredit bermasalah oleh debt collector. d. Untuk mengetahui perilaku debt collector dalam menagih utang. 2. Manfaat penelitian Adapun manfaat penelitian skripsi yang akan dilakukan adalah: a. Sebagai bahan masukan teoretis untuk menambah pengetahuan dan pemahaman hukum debt collector terhadap kredit bermasalah . b. Untuk menerapkan pengetahuan secara praktis agar masyarakat mengetahui bagaimana proses penagihan debt collector terhadap kredit.

D. Keaslian Penelitian

Adapun judul tulisan ini adalah Tinjauan Yuridis Debt Collector Terhadap Kredit Bermasalah. Judul skripsi ini belum pernah ditulis dan diteliti dalam bentuk yang sama di perpustakaan Fakultas Hukum USU, sehingga tulisan ini asli, atau dengan kata lain tidak Universitas Sumatera Utara ada judul yang sama dengan mahasiswa fakultas hukum USU. Dengan demikian ini keaslian skripsi ini dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah.

E. Tinjauan Kepustakaan

Dalam perkembangannya kata kredit berubah makna menjadi pinjaman. Memang diakui bahwa pinjaman yang diberikan oleh pihak kreditur kepada debitur dilandasi kepercayaan, bahwa pada suatu waktu tertentu pinjaman tersebut dikembalikan ditambah imbalan jasa tertentu. Pengertian kredit menurut Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga. “Dalam pengertian kredit ada terdapat pengertian transfer antara waktu sekarang dengan waktu yang akan datang. Dengan demikian didefinisikan sebagai suatu hak untuk menggunakan uang dalam batas waktu tertentu berdasarkan pertimbangan tertentu.” 1 1 Muchdarsyah Sinungan, Dasar dan Teknik manajemen kredit, Penerbit Rineka Cipta, Jakarta, 1997, hal. 67 Universitas Sumatera Utara Kredit berarti suatu pemberian prestasi oleh suatu pihak kepada pihak lain dan prestasi itu akan dikembalikan lagi pada suatu masa tertentu yang akan datang disertai dengan suatu kontra prestasi. Pada hakekatnya pemberian kredit didasarkan atas kepercayaan, yang berarti bahwa pemberian kredit adalah pemberian kepercayaan oleh Bank sebagai pemberi kredit, dimana prestasi yang diberikan benar-benar sudah diyakini akan dapat dibayar kembali oleh penerima kredit sesuai dengan syarat yang telah disetujui bersama. 2 a. Adanya penyimpangan dari ketentuan dan syarat-syarat perjanjian kreditperjanjian pinjaman biasa dilakukan oleh kreditur atau debitur. Gejala kredit bermasalah adalah : b. Adanya penurunan kondisi keuangan debitur yang kelihatan dari keterlambatan pembayarannya. c. Adanya perbuatan dari debitur yang mulai kurang kooperatif dengan mulai menunggak dan membayar tidak tepat waktu. d. Adanya penyampaian data atau informasi dan laporan yang tidak benar atau sama sekali tidak ada laporannya. e. Adanya penurunan nilai dan kualitas serta kuantitas asset dan agunan yang telah ditentukan dalam perjanjian. f. Adanya pergantian pengurusan tanpa persetujuan kreditur baik jabatan, pemegang saham maupun posisi-posisi yang penting. g. Adanya penjualan pribadi atau keluarga yang dibawa kedalam perusahaan atau permasalahan diantara pengurus. h. Adanya gugatan dari dalam perusahaan sendiri atau dari luar perusahaan. i. Adanya permasalahan tenaga kerja atau perburuhan yang mengganggu kestabilan perusahaan. 3 Pemberian kredit yang tertuang dalam suatu perjanjian tidak dapat dilepaskan dari prinsip kepercayaan, yang sering menjadi sumber malapetaka bagi kreditur sehubungan dengan kredit. Berbagai unsur seperti suku bunga, JaminanAgunan, 2 Thomas Suyatno, et. Al. Dasar-dasar Perkreditan, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. 1999, hal. 44 3 Irman, Tb, Anatomi Kejahatan Perbankan, Penerbit AYYCCS Group, Jakarta 2006, hal. 147 Universitas Sumatera Utara perjanjian kredit dalam perundang-undanganperaturan perlu mendapatkan perhatian, karena dalam kenyataannya kurang memuaskan untuk menyelesaikan permasalahan kredit. 4 Selain itu, dalam pemberian kredit usaha, pihak bank juga mensyaratkan adanya penjaminan. Sebagai penjaminan yang utama adalah nilai dan kelayakan usaha yang akan dibiayai dengan kredit yang dimohonkan. Apabila nilai dan kelayakan usaha bank kurang menjamin pengembalian kredit maka bank mensyaratakan harus menjamin pengembalian kredit yang berupa jaminan kebendaan. 5 Masalah lainnya adalah debt collector. Kemungkinan terburuk bagi penunggak tagihan kartu kredit adalah di kunjungi satu atau beberapa orang debt collector. Mereka inilah yang akan melakukan penagihan. Perilaku debt collector saat ini masih menjadi masalah serius yang belum ada penanganannya. Di satu sisi konsumen merasa Sehubungan hukum hutang piutang uang pada saat jatuh tempo, ternyata pihak debitur masih belum dapat melunasi hutangnya. Pihak kreditur dalam melakukan penagihan piutangnya tersebut, kemudian menggunakan cara-cara kekerasan-keributan dan paksaan dengan maksud agar debitur menjadi takut atau malu dan bersedia menyerahkan barang miliknya kepada kreditur sebagai pembayaran hutangnya. Tiga masalah yang sering dikomplain oleh konsumen terhadap bank penerbit kartu kredit, yaitu masalah bunga tagihan kartu kredit, penyampaian informasi yang tidak transparan oleh bank penerbit dan masalah penagih hutang debt collector. 4 Kasmir, Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya, Edisi Revisi, Cetakan ke enam, Penerbit Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2002, hal. 92 5 Arisson Hendry, Et, al, Perbankan Syariah Perspektif Praktisi, Muamalat Institute, Jakarta, 1999, hal. 67 Universitas Sumatera Utara terganggu dengan ulah penagih utang tersebut. Di sisi lain debt collector sebagai utusan bank bertanggung jawab atas tunggakan-tunggakan utang yang bisa merugikan bank. Masalahnya, belum ada batasan dan aturan yang jelas tentang tata cara penagihan oleh seorang debt collector. Saat ini yang ada hanya sebatas pada aturan bank masing-masing. Tetapi yang terjadi di lapangan, mereka itu debt collector melakukan hal-hal di luar kesepakatan antara bank dan agen. Beberapa tindakan debt collector bahkan sudah mengarah pada tindakan pidana. Misalnya, membuat onar, meneror baik secara langsung maupun telepon, bahkan sampai mengancam akan membunuh nasabah. Meskipun fakta ini dalam ruang lingkup pelaksanaan hubungan keperdataan, namun perbuatan kreditur yang bersifat kekerasan memaksa membuat keributan, terhadap debitur tersebut, maka perbuatan menagih hutang dengan cara memaksa ini adalah merupakan perbuatan pidana ex Pasal 368 ayat 1 KUHP Pidana yaitu pemerasan.

F. Metode Penelitian