2. 1. Jenis Kelamin HASIL DAN PEMBAHASAN

Adapun, seharusnya perhitungan subyek penelitian menunjukkan angka prevalensi osteoartritis yang relatif tidak jauh antara laki-laki dan perempuan pre-menopause. [32] Perbedaan hasil penelitian dengan teori dari referensi seperti yang tampak pada Grafik 5. 1 di atas kemungkinan disebabkan oleh karena jumlah sampel yang kurang adekuat untuk membuktikan teori seperti yang telah disetujui oleh banyak referensi.

4. 2. 2. Usia

Gambaran usia responden pada penelitian ini membuktikan teori yang mendasari pemahaman awal dan terdahulu dari penyakit osteoartritis – bahwa osteoartritis disebabkan oleh proses degeneratif. [27] Seiring dengan berkembangnya ilmu pengetahuan, semakin dipahami dan diterima bahwa osteoartritis merupakan penyakit multifaktorial dengan peningkatan usia atau proses penuaan sebagai salah satu kontributor terjadinya penyakit ini. Selain itu, hasil perhitungan pada penelitian ini berhasil membuktikan teori yang banyak dipegang – bahwa osteoartritis merupakan penyakit yang irreversibel dan kemungkinan terjadi serta prevalensinya meningkat secara tidak terhingga sesuai dengan bertambahnya usia. [33] Hasil penelitian di poliklinik ortopedi, poliklinik penyakit dalam, dan poliklinik rehab medik memperkuat teori tersebut. Melalui perhitungan, ditemukan bahwa rata-rata usia pada subyek penelitian ini dengan mean ± SD adalah 62,51 tahun ± 8,755. Selain itu, didapatkan bahwa usia termuda pada subyek penelitian adalah 48 tahun, sementara usia tertua adalah 78 tahun. Distribusi usia dibandingkan dengan salah satu referensi seperti yang telah dijabarkan sebelumnya pada tinjauan pustaka dapat dilihat pada grafik berikut: Grafik 4. 2. Usia Subyek Penelitian Dibandingkan dengan Salah Satu Referensi Terdahulu. Tidak mudah untuk dapat membandingkan prevalensi per- kelompok usia dan menentukan usia pasti di mana prevalensi kejadian osteoartritis meningkat secara signifikan tanpa memperhitungkan jenis kelamin. Hal ini selain disebabkan oleh karena kategorisasi usia yang berbeda pada tiap-tiap studi prevalensi, juga karena penyajian data pada banyak referensi selalu mengaitkan usia dengan jenis kelamin mengingat perbedaan patofisiologi yang cukup signifikan antara laki- laki dan perempuan seperti yang telah dijelaskan sebelumnya. Sehingga, data yang menggambarkan prevalensi pada kelompok- kelompok usia tertentu dengan tidak menghiraukan jenis kelamin sulit ditemukan, terutama pada populasi Asia. Adapun, gambaran kondisi osteoartritis pada berbagai tempat lain di dunia dengan penggolongan usia tertentu disajikan pada tabel di bawah ini. 10 20 30 40 50 60 70 40 tahun 40 – 60 tahun ≥ tahu Per sen tase RSUP Fatmawati 2012- 2013 Handayani RD 2007 Tabel VII. Proporsi Osteoartritis pada Kelompok Usia Berbeda Menurut Referensi Terdahulu Sumber Tahun Usia Prevalensi Litwic et al 2013 Eropa dan Amerika Studi Framingham Dutch Institute of Public Health NHANES III Johnston Country Osteoarthritis Project 25-34 tahun ≥ 75 tahun 45 tahun 80 tahun ≥ 55 tahun 55-64 tahun Gamb. Radiografi Genu Parah: 1 50 Radiografik OA Genu: 19,2 43,7 OA Genu: 15,6 Laki-laki 30,5 Perempuan OA Genu Simtomatik: 12,1 16,3 Kim et al 2010 Kota Guri, Korea 20-69 tahun OA Genu: 10,2 Gamb. = Gambaran; OA = Osteoartritis Sumber: Litwic A, Edwards MH, Dennison EM, Cooper C. Epidemiology and Burden of Osteoarthritis. Br Med Bull Adv. 2013;1 –15. Kim I, Kim HA, Seo Y, Song W, Jeong J, Kim DH. The prevalence of knee osteoarthritis in elderly community residents in Korea. J Korean Med Sci. 2010; 20008:293-8. Telah diolah kembali. Menurut riset yang dilakukan oleh Goldring dan Goldring serta Hügle et al, beberapa proses penuaan yang berkontribusi terhadap terjadinya osteoartritis adalah: [13,33] 1. Terjadinya perubahan pada komponen terbesar dari matriks ekstraselular kartilago extracellular matrix ECM, yakni kolagen tipe II dan proteoglikan, pada proses penuaan. Aggrecan yang merupakan proteoglikan utama pada kartilago mengalami pengecilan dalam ukuran dan pengurangan jumlah dari protein penyusun. Hasil akhirnya adalah penurunan jumlah aggrecan pada ECM. 2. Pada proses penuaan juga ditemukan adanya peningkatan kadar AGEs advanced glycation end products yang meningkatkan cross-linking dari kolagen dan berkontribusi terhadap kekakuan kartilago. Selain itu, saat berikatan dengan AGEs, RAGE receptor for AGE yang diekspresikan oleh kondrosit dapat menginduksi terjadinya enzim pendegradasi kartilago. 3. Di penghujung usia, terjadi penurunan kapasistas anabolisme yang berakibat pada menurunnya kapasitas regenerasi dari kondrosit yang merupakan satu-satunya sel penyusun matriks kartilago. Penurunan kapasitas anabolisme ini salah satunya disebabkan oleh penurunan respons kondrosit terhadap stimuli dari IGF insulin like growth factor, sehingga datangnya stimuli tersebut hanya akan menyebabkan disregulasi dan ketidakseimbangan antara aktivitas anabolisme dan katabolisme kondrosit pada saat proses remodeling dari ECM. 4. Penurunan kapasitas regenerasi pada proses penuaan yang ditunjukkan dengan adanya penurunan level sel stem pada jaringan ikat di lansia. Kartilago memiliki kapasitas regenerasi yang rendah oleh karena sedikitnya jumlah sel progenitor. Oleh sebab itu, sel mesenkim bertanggung jawab dalam menjaga homeostasis serta perbaikan jaringan ikat. Ditemukan bahwa terjadi pengurangan jumlah sel progenitor mesenkim CD105+ CD 166+. 5. Inflamasi, yang sering termanifestasi pada kasus osteoartritis dengan adanya pembengkakan sendi, warna kemerahan, dan nyeri, disebabkan salah satunya oleh karena menurunnya kemampuan sistem imun untuk menekan proses inflamasi pada lansia. Kondisi immunosenence ini digambarkan dengan penurunan kapasitas sel imun untuk berikatan dengan antigen untuk menghasilkan resolusi dari proses inflamasi. Selain itu, pada 50 pasien osteoartritis, ditemukan adanya peningkatan sitokin pro-inflamasi, seperti TNF- α atau IL-1