BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan seluruh bab hasil penelitian dan pembahasan pada bab sebelumnya dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Alasan hukum mengapa jamsostek beralih menjadi BPJS
Ketenangakerjaan sebelumnya bernama Jamsostek jaminan sosial tenaga kerja, yang dikelola PT. Jamsostek Persero, namun sesuai Undang-
Undang Nomor 21 Tahun 2011 tentang BPJS, PT. Jamsostek berubah menjadi BPJS Ketenagakerjaan sejak tanggal 1 Januari 2014. Tahun 2011
ditetapkan Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2011 tentang Badan Penyelenggaraan Jaminan Sosial. Sesuai dengan amanat undang-undang ,
tanggal 1 Januari 2014 PT. Jamsostek berubah menjadi Badan Hukum Publik. PT. Jamsostek tetap dipercaya untuk menyelenggarakan program
jaminan sosial tenaga kerja, yang meliputi JKK, JKM, JHT dengan penambahan Jaminan Pensiun mulai 1 Juli 2015
2. Perbandingan sistem asuransi jiwa menurut PT. Jamsostek dengan BPJS
Ketenagakerjaan
Asuransi Jiwa PT. Jamsostek BPJS Ketenagakerjaan
1. PT. Jamsostek Berbentuk
Perseroan terbatas, bertanggung jawab kepada Menteri BUMN
2. Kepesertaan Jamsostek hanya pada
pekerja formal 1.
BJPS berbentuk badan publik bertanggungjawab kepada presiden
2. Cakupan peserta BPJS pekerja
Indonesia baik sektor formal maupun informal maupun orang
3. Jamsostek sebagai pelindung
pekerja mitra pengusaha dulunya menyelenggarakan program JKK,
JK, JHT, dan JPK dengan mengutamakan penambahan
kepersertaan
4. Peserta Jamsostek berhak atas
tabungan dimasa tuanya kelak dan mendapat santunan ketika terjadi
risiko pekerjaan. asing yang bekerja di Indonesia
minimal 6 bulan. 3.
BPJS Ketenagakerjaan sebagai jembatan kesejahteraan pekerja
yang menyelenggarakan program. JKK, JK, JHT, Jp dengan
mengutamakan
pelayanan costomer centric kepada peserta
dan calon peserta yang melakukan kegiatan ekonomi apapun selama
kegiatan ekonomi legal.
4. Memiliki wewenang inspeksi atas
kepatuhan perusahaan dalam melakukan kewajiban administrasi
seperti mendaftarkan tenaga kerjanya, melaporkan
data tenaga kerjanya secara akurat dan membayarkan iuran program
5. BPJS Ketenagakerjaan sebagai
jembatan kesejahteraan pekerja yang menyelenggarakan program
JKK, JK, JHT, JP dengan
mengutamakan pelayanan
costomer centric
3. Beberapa hambatan-hambatan yang dihadapi BPJS Ketenagakerjaan di Kota
Binjai antara lain : Faktor Pengetahuan dan Pendidikan, dimana peranan kaum pekerja dalam menunjang perekonomian nasional dapat dipungkiri lagi. Oleh
karena itu, jaminan atau perlindungan terhadap tenaga kerja dan keluarganya memenuhi kebutuhan minimal. Kemiskinan ekonomi pendapatan sangat
berpengaruh terhadap keikutsertaan pekerja dalam jaminan sosial. Hal ini berkaitan dengan kemampuan iuran terhadap program itu sendiri, ini adalah
faktor langsung. Membicarakan pendapatan pekerja perlu mengetahui standard upah di daerah bersangkutan. Kelembagaan pelaksanaan BPJS
Ketenagakerjaan masih mengalami hambatan, yaitu birokrasi. Dimana
birokrasi yang masih rumit dan tidak efisien telah memperlambat pelayanan jaminan sosial nasional. Hal ini seperti yang ditemukan dalam BPJS berbagai
persyaratan administrasi sehingga masyarakat cenderung enggan untuk memanfaatkan BPJS Ketenagakerjaan. Karena dalam berbagai kebijakan
pemerintah tidak mampu memutus sekat birokrasi rumit menjadi yang praktis dan cepat.
B. Saran