BAB II KAJIAN TEORI
A. Agama
1. Pengertian agama Mendefiniskan agama selalu tidak ada habisnya. Sampai sekarang perdebatan
tentang definisi agama masih belum selesai, sebagaimana pendapat yang dikemukakan Zakiah Darajat dalam buku Ilmu Jiwa Agama, bahwa tidak ada yang
lebih sukar dari pada membuat definisi agama, karena pengalaman agama adalah subyektif, intern dan individual dimana setiap orang akan merasakan pengalaman
agama yang berbeda dari orang lain.
8
Kata agama berasal dari bahasa Sankrit, yang tersusun dari dua suku kata yaitu “a” yang berarti tidak, dan “gama” berarti kacau, jadi agama adalah tidak kacau.
Adapun dalam bahasa Arab kata Din atau agama memiliki pengertian patuh, taat, dan tunduk kepada Tuhan.
9
Secara khusus, agama dapat didefinisikan sebagai seperangkat aturan atau nilai untuk mengatur kehidupan manusia secara menyeluruh, baik
hubungan manusia dengan penciptanya hablum minallah, hubungan manusia dengan manusianya hablum minannas, dan hubungan manusia dengan lingkungan sekitar,
agar manusia dapat memperoleh keamanan, kedamaian, dan kebahagiaan.
10
Agama menurut Harun Nasution adalah ikatan, ikatan ini mempunyai pengaruh besar sekali terhadap kehidupan manusia sehari-hari. Ikatan itu berasal dari
8
Zakiah Darajat, Ilmu Jiawa Agama Jakarta: Bulan Bintang, 1991 Cet. Ke-13, h. 3.
9
Harun Nasution, Islam di Tinjau dari Berbagai Aspeknya, Jakarta:UI Press cet. Ke- 5. h. 1
10
Roland Robertson, Agama dalam Analisa dan Interpretasi Sosiologis, Jakarta : Rajawali Press, 1999, h. 5
kekuatan yang lebih tinggi dari manusia, suatu kekuatan gaib yang tidak bisa di tangkap oleh panca indera.
11
Sedangkan bagi Thomas O`Dea, agama adalah alat untuk memahami kehidupan sosial, di mana manusia harus mamahami dirinya, sehingga ia mampu
untuk berperilaku secara proporsional, yaitu kehidupan yang memiliki nilai-nilai moral yang berupa etika. Inti dari pemahaman O`Dea ini menekankan kepada
manusia sebagai sumber etika dan moral yang akan membentuk sebuah budaya.
12
Adapun agama dalam pengertian sosiologi sendiri dipandang sebagai gejala sosial yang umum dan dimiliki oleh seluruh masyarakat yang ada di dunia. Walau
bagaimanapun adanya, pembahasan tentang agama tak pernah tuntas tanpa mengikut sertakan aspek-aspek sosialnya. Agama adalah menyangkut kepercayaan serta
berbagai prakteknya, sehingga agama benar-benar merupakan fakta sosial.
13
Dalam kamus sosiologi agama,
14
pengertian agama ada tiga macam: Pertama, percaya pada hal-hal spiritual; Kedua, perangkat kepercayaan dan praktek-praktek
spiritual yang dianggap sebagai tujuan tersendiri; Ketiga, ideologi mengenai hal-hal bersifat supranatural.
15
Lain halnya dengan George Galloway yang merumuskan agama sebagai keyakinan manusia kepada kekuatan yang melampaui dirinya, karena ia mencari
pemuas kebutuhan emosional dan ketenangan hidup yang diekspresikan dalam bentuk penyambahan dan pengabdian. Menurut penulis agama merupakan sistem
kepercayaan dan praktek, yaitu di mana masyarakat atau individu mempercayai dan
11
Nasution, Islam di Tinjau dari Berbagai Aspeknya, h. 9
12
Elizabeth K. Notingham, Agama dan Masyarakat: Suatu Pengantar sosiologi. Terj. Abdul Mulis naharung, Jakarta : PT. Raja Garfindo Persada, 1997, Cet. Ke- 7, h. 3
13
Dadang kahmad, Sosiologi Agama,Bandung : Rosdakarya Mulia, 2000, h. 29
14
Soerjono Soekanto, Kamus Sosiologi Agama, Bandung : Remaja Rosdakarya, 2000, h. 377
15
Soekanto, Kamus Sosiologi Agama, h. 377
menjalankan agama sebagai pedoman kehidupan manusia baik di dunia maupun di akhirat.
2. Pengertian Keberagamaan
Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia, kata keberagamaan berasal dari kata
“beragama” dan memiliki artian menganut memeluk, beribadah, taat kepada agama baik hidupnya menurut agama
16
Agama dan keberagamaan adalah dua istilah yang dapat dipahami secara terpisah, meski keduanya mempunyai makna yang saling terkait. Mengenai definisi
agama telah dijelaskan dibagian atas. Sedangkan keberagamaan berarti pembicaraan mengenai pengalaman atau fenomena yang menyangkut hubungan antara agama dan
penganutnya, atau suatu keadaan yang ada dalam diri seseorang yang mendorongnya untuk bertingkah laku sesuai dengan agamanya.
Muhammad Djamaluddin,
mendefinisikan keberagamaan sebagai manifestasi
individu dalam meyakini, memahami, manghayati, dan mengamalkan agama yang dianutnya dalam kehidupan sehari-hari.
17
Maka untuk mencapai hal tersebut, diperlukan iman dan ilmu yang berkaitan dengan amal perbuatan, sehingga fungsi
Islam sebagai rahmat bagi seluruh umat manusia dan seluruh alam dapat dirasakan.
18
Keberagamaan Islam meliputi dimensi jasmani dan rohani, pikir dan zikir, aqidah dan ritual, peribadatan, penghayatan dan pengalaman, akhlak individu dan
sosial masyarakat serta masalah duniawi dan akhirat. Dalam dimensi keyakinan atau
16
J.S. Badudu Sota, Muhamad Zain, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta : Pustaka Sinas Harapan, 1994, Cet. Ke- 1, h. 11
17
Muhamad Djamaluddi, Religiusitas dan Stress Kerja Pada Polisi, Yogyakarta : UGM Press, 1995, h. 44
18
Muhamad Djamaluddi, Religiusitas dan Stress Kerja Pada Polisi, h. 46.
aqidah, seseorang harus meyakini dan mengimani beberapa perkara dengan kokoh dan kuat, sehingga keyakinan tersebut tidak dapat digoyahkan. Keyakinan seperti itu
akan diperoleh seseorang dengan argumentasi dalil aqli yang dapat dipertahankan. Selanjutnya dalam dimensi syariat adalah konsekuensi logis dan praktis dari
keyakinan. Mengamalkan syariat merupakan representasi dari keyakinan, karena syariat merupakan kewajiban dan larangan yang datang darinya dan keyakinan harus
disertai dengan pengamalan kepada Allah.
3. Fungsi Agama
Agama sangat berperan dalam kehidupan serta pemeliharaan masyarakat. Agama dalam kehidupan sosial mempunyai kekuatan untuk memaksa dan mengikat
masyarakat atau sekelompok orang dalam hubungannya terhadap Tuhan, sesama manusia dan alam yang mengitarinya.
Dari sudut pandang teori fungsional, agama menjadi penting sehubungan dengan unsur-unsur pengalaman manusia yang diperoleh dari ketidakpastian,
ketidakberdayaan, dan kelangkaan yang memang merupakan karakteristik fundamental kondisi manusia.
19
Dalam hal ini fungsi agama menyediakan dua hal. Pertama, suatu cakrawala pandang tentang dunia luar yang tak terjangkau oleh
manusia. Kedua,sarana ritual yang memungkinkan hubungan manusia dengan hal diluar jangkauannya, yang memberikan jaminan dan keselamatan bagi
mempertahankan moralnya.
20
19
Thomas F. O`Dea, Sosiologi Agama: Suatu Pengantar Awal, Jakarta : Raja Garafindo Persada, 1995 Cet Ke- 6. h. 25.
20
Thomas F. O`Dea, Sosiologi Agama: Suatu Pengantar Awal, h. 26.
Agama dalam perspektif Islam memiliki fungsi vertikal dan horizontal.
21
Fungsi vertikal diwujudkan dalam bentuk ibadah atau hubungan manusia dengan Tuhan, sementara fungsi horizontal agama sebagai fungsi sosial dari agama yakni
hubungan manusia dengan manusia dengan adanya ajaran untuk berbuat baik kepada sesama, saling menolong, menghargai dan menghormati.
22
Menurut Jalaludin rahmat,
23
fungsi agama adalah sebagai berikut : a.
Edukatif Dimana ajaran agama yang mereka anut memberikan ajaran yang harus
dipatuhi. b.
Penyelamat Manusia senantiasa merindukan datangnya keselamatan, baik keselamatan
dunia maupun akhirat. c.
Perdamaian ketenangan batin Melalui agama, seseorang yang bersalah atau berdosa dapat mencapai
kedamaian batin melalui tuntunan agama. Perasaan berdosa akan lenyap bila ditebus dengan pensucian diri atau tobat.
d. Kontrol sosial
e. Pemupuk solidaritas
Secara psikologi para pemeluk agama akan merasa memiliki kesamaan dalam satu kesatuan iman dan kepercayaan. Rasa kesatuan akan menumbuhkan
solidaritas kelompok maupun perorangan.
21
Rusmin Tumanggor, Sosiologi dalam Perspektif Islam, Jakarta : UIN Jakarta Press,2004 h. 44.
22
Tumanggor, Sosiologi dalam Perspektif Islam, h. 46.
23
Jalaludin Rahmat, Psikologi Agama, Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 1997 cet, ke-2. h. 234.
f. Transformatif
Agama dapat mengubah kehidupan seseorang atau kelompok menjadi kehidupan baru sesuai dengan ajaran agama yang dianutnya dan mengubah
kesetiannya kepada adat. g.
Kreatif Agama mendorong para penganutnya untuk bekerja tetapi untuk kepentingan
orang lain dan bekerja secara rutin dalam pola hidup yang sama dalam rangka melakukan inovasi.
h. Sublimatif
Agama mengkuduskan segala usaha manusia bukan saja sifat ukhrawi, tapi juga duniawi selama usaha tersebut tidak bertentangan dengan norma-norma
agama.
24
Dalam hal ini fungsi agama ialah memelihara integritas diri seseorang atau sekelompok orang agar hubungan dengan Tuhan, dengan sesama manusia dan dengan
alam yang mengitarinya tidak kacau. Dengan kata lain, agama pada dasarnya berfungsi sebagai alat pengatur untuk terwujudnya integritas hidup manusia dalam
hubungannya dengan Tuhan, sesamanya dan alam yang mengitarinya.
4. Dimensi dimensi keberagamaan Menurut R. Stark dan C.Y. Glok sebagaimana dikutip Roland Robertson
dalam bukunya, Agama dalam Analisa dan Interpretasi Sosiologi, terdapat lima dimensi utama dalam memahami masyarakat agama, yaitu :
25
24
Jalaludin Rahmat, Psikologi Agama, h. 236
25
Roland Robertson, Agama dalam Analisa dan Interpretasi Sosiologis,h,295.
Pertama, dimensi keyakinan, yang berisikan pengharapan dimana orang yang religius berpegang teguh pada pandangan teologis tertentu, mengakui akan kebenaran
doktrin atau ajaran agama tersebut. Kedua, dimensi praktek agama, dimensi ini mencakup perilaku pemujaan-
pemujaan serta ketaatan dan hal-hal yang dilakukan orang untuk menunjukan sebuah komitmen terhadap agama yang dianutnya.
Ketiga, dimensi pengalaman, dimensi ini berisikan dan memperhatikan pengharapan-pengharapan tertentu, walupun tidak tepat jika dikatakan bahwa
seseorang beragama dengan baik pada suatu waktu akan mencapai pengetahuan subjektif dan langsung mengenai kenyataan akhir, bahwa ia akan mencapai suatu
keadaan kontak dengan perantara supranatural. Keempat, dimensi pengetahuan agama, dimensi ini mengacu pada harapan
bahwa seseorang yang beragama paling tidak memiliki sejumlah minimal pengetahuan mengenai dasar-dasar keyakinan, ritus-ritus, kitab suci, dan tradisi
agama yang dianutnya. Glock melihat bahwa tidak semua pengetahuan bersandar kepada keyakinan. Seseorang dapat berkeyakinan kuat tanpa benar-benar memahami
agamanya, atau kepercayaan bisa kuat atas dasar pengetahuan yang amat sedikit. Kelima,
dimensi konsekuensi, dimensi ini mengacu kepada identifikasi akibat- akibat keyakinan keagamaan, praktek-praktek, pengalaman, dan pengetahuan
seseorang dari hari ke hari. Istilah “kerja” dalam pengertian teologis digunakan disini, walaupun agama banyak menggariskan bagaimana pemeluknya seharusnya berfikir
dan bertindak dalam kehidupan sehari-hari, tidak sepenuhnya jelas sebatas konsekuensi agama merupakan bagian dari komitmen keagamaan atau semata-mata
berasal dari agama.
26
26
Roland Robertson, Agama dalam Analisa dan Interpretasi Sosiologis, h, 296-297
B. TNI
1. Sejarah Singkat TNI Tentara Nasional Indonesia lahir dalam kancah perjuangan bangsa Indonesia,
mempertahankan kemerdekaan dari ancaman Belanda yang berambisi untuk menjajah Indonesia kembali melalui kekerasan senjata. Maka pada tanggal 22 Agustus 1945
Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia PPKI memutuskan untuk membentuk Badan Keamanan Rakyat BKR.
27
BKR merupakan bagian dari Badan Penolong Keluarga Korban Perang BPKKP yang semula bernama Badan Pembantu Prajurit
BPP. Pembentukan BKR merupakan perubahan dari keputusan yang di ambil PPKI dalam sidangnya tanggal 19 Agustus 1945 diputuskan untuk membentuk tentara
kebangsaan.
28
BKR adalah suatu organisasi semi-militer bertugas untuk menjaga keamanan dan ketertiban masyarakat dan bukan melaksanakan tugas-tugas pertahanan. Ia
merupakan sebuah organisasi dengan ikatan-ikatan yang longgar, tidak mempunyai markas besar, tidak mengenal hirarki dan tidak mempunyai pimpinan yang terpusat.
Pembentukan BKR diumumkan bersama dengan pembentukan KNI dan PNI pada tanggal 23 Agustus 1945. Dalam pidatonya Presiden Sukarno mengajak pemuda-
pemuda bekas PETA, Heiho, Kaigun Heiho dan pemuda-pemuda lainnya untuk bergabung dalam BKR.
29
Disamping BKR sebagai badan resmi yang dibentuk pemerintah, terdapat pula badan-badan perjuangan lain yang tidak puas dengan pembentukan BKR dan tidak
27
Amrin Imran, DKK, Sejarah Perkembangan Angkatan Darat,DepHanKam Pusjarah ABRI, 1971 Seri Text Book, C3. Sejarah ABRI, h,3.
28
Amrin Imran, DKK, Sejarah Perkembangan Angkatan Darat,h, 4
29
Saleh As`ad Jamhari, Ikhtisar Sejarah Perjuangan ABRI 1945-Sekarang, DepHanKam Pusjarah ABRI,1971 Seri Text Book sejarah ABRI D2, h, 2
bersedia memasuki BKR yang mereka anggap tidak dapat memenuhi aspirasi mereka. Golongan ini membuat badan-badan perjuangan dengan nama yang bermacam-
macam, mereka itu umumnya berasal dari golongan yang sudah membentuk organisasi-organisasi pada zaman Jepang baik legal maupun ilegal atau pemuda-
pemuda yang berafiliasi kepada aliran agama atau politik tertentu.
30
Mereka menghendaki agar segera setelah proklamasi di bentuk tentara nasional sebagai alat
untuk merebut kekuasaan baik politik maupun fisik dari tangan tentara pendudukan Jepang. Tetapi usul itu tidak disetujui oleh Presiden, karena pertimbangan-
pertimbangan politik. Pimpinan nasional berpendapat bahwa pembentukan sebuah tentara nasional pada saat itu akan mengundang pukulan dari gabungan kekuatan
sekutu dan Jepang pada waktu Jepang menyerah,pihak sekutu memerintahkan supaya Jepang mempertahankan status-quo di daerah-daerah yang didudukinya termasuk
Indonesia. Diperkirakan kekuatan nasional belum mampu untuk menghadapi pukulan tersebut. Oleh karena itu pemerintah memilih cara diplomasi untuk memperoleh
pengakuan pengakuan sekutu terhadap kemerdekaan yang telah diproklamasikan itu.
31
Oleh karena itu golongan ini segera membentuk komite van aksi yang bermarkas di asrama Menteng 31 Jakarta. Beberapa barisan yang tergabung dalam
komite van aksi adalah Angkatan Pemuda Indonesia API dari Jakarta, di Bandung terdapat Persatuan Pemuda Pelajar Indonesia P3I, di Jawa tengah terdapat Angkatan
Muda Indonesia AMI, di Surabaya, Angkatan Muda Surabaya AMS, di Aceh , Angkatan Pemuda Indnesia API, di Padang, Balai Penerangan Pemuda Indonesia
BPPI, di Kalimantan, Barisan Pemuda Penyongsong Republik Indonesia BPRI, di Kalimantan Barat, Pemuda Penyongsong Republik Indonesia PPRI.
32
30
Jamhari, Ikhtisar Sejarah Perjuangan ABRI 1945-Sekarang,h, 3.
31
Ulf Sundhaussen, Politik Militer Indonesia 1945-1967 : Menuju Dwi Fungsi ABRI, Jakarta : LP3ES,1986 cet. 1, h. 5-6.
32
Jamhari, Ikhtisar Sejarah Perjuangan ABRI 1945-Sekarang,h. 3
Kebijaksanaan Pimpinan Pemerintahan untuk menunda pembentukan tentara nasional, menyebabkan situasi keamanan bertambah gawat. Hampir di semua kota
besar terjadi pertempuran, baik menghadapi Jepang maupun menghadapi Sekutu dan NICA.
33
Keterlambatan pembentukan Tentara inipun mengakibatkan lahirnya inisiatif rakyat untuk membentuk kekuatan sendiri-sendiri. Namun kekuatan bersenjata ini
tidak terkontrol secara terpusattanpa adanya satu komando. Pengendalian atas BKR tidak dilakukan secara terpusat tetapi daerah perdaerah mengikuti pembentukan KNI
daerah.
34
Pertempuran antara BKRPemuda melawan Jepang di ikuti oleh tentara sekutu yang mendarat. BKRPemuda dan rakyat akhirnya menghadapi dua kekuatan besar
yang antara lain berujung pada peristiwa Palagan Ambarawa pada tanggal 15 Desember 1945, yang kini diperingati sebagai hari juang TNI AD.
35
Akibat terjadinya kekacauan keamanan semasa BKR dan tidak adanya satuan komando yang terpusat terhadap Barisan Pemuda dan Laskar Perjuangan. Maka
diperlukan reorganisasi badan-badan yang melaksanakan keamanan dan perlindungan Republik Indonesia untuk menghadapi Tentara Belanda yang memboncengi sekutu
melalui NICA. Akhirnya atas saran KNIP, dilakukan langkah-langkah reorganisasi tentara yang penuh dengan konflik.
Pembentukan organisasi tentara di mulai dari TKR atas dorongan dari bekas Mayor KNIL, Urip Sumoharjo, kemudian pemerintah memanggil Urip untuk diserahi
tugas mengorganisasi tentara nasional. Maka melalui maklumat pemerintah pada tanggal 5 Oktober 1945 yang berbunyi : “Untuk memperkuat perasaan keamanan
umum, maka diadakan satu Tentara Keamanan Rakyat”. Yang di tanda tangani oleh
33
Jamhari, Ikhtisar Sejarah Perjuangan ABRI 1945-Sekarang,h. 5
34
Kivlan Zen, Konflik dan Integrasi TNI-AD, Jakarta: Institute For Policy Studies 2004 h. 7
35
Kivlan Zen, Konflik dan Integrasi TNI-AD, h. 19
Bung Karno.
36
Maka BKR di ubah menjadi Tentara Keamanan Rakyat TKR. Sesuai dengan namanya, fungsi utama TKR masih tetap memelihara keamanan dalam negeri
dan bukan menghadapi musuh dari luar. Namun demikian, setidak-tidaknya statusnya sudah ditingkatkan menjadi tentara dan menunjukan satu langkah lebih maju.
Ketika pembentukan TKR diumumkan, pada hari itu juga yang ditunjuk untuk menjadi pimpinan tertinggi TKR ialah Supriadi seorang tokoh PETA Blitar yang
pernah mengadakan perlawanan terhadap Jepang dalam bulan Februari.
37
Untuk memobilisasi TKR, KNIP pada tanggal 9 Oktober 1945 mengumumkan agar bekas prajurit PETA, Heiho, bekas Prajurit Hindia Belanda, Barisan Pemuda,
Pelopor, Hizbullah dan lain-lainnya, baik yang sudah ataupun yang belum mengalami latihan militer untuk bergabung menjadi anggota TKR.
Pengangkatan pejabat keamanan rakyat baru diumumkan pada tanggal 20 Oktober 1945 dengan susunan Menteri Keamanan Rakyat ad interim adalah
Mohammad Sulyoadikusumo, Pimpinan tertinggi TKR adalah Supriadi dengan Kepala Staf Umumnya Mayor Urip Sumoharjo, namun pimpinan tertinggi beralih
ketangan Amir Syarifudin dan Syahrir yang berasal dari golongan kiri. Hal ini dalam perjalanan TNI kelak menyebabkan banyaknya konflik internal dan horizontal sesama
aparat pemerintahan khususnya dikalangan TNI AD. Dalam usaha menyusun organisasi tentara, Urip Sumoharjo dibantu oleh
beberapa orang tokoh muda eks-perwira KNIL. Ia memilih kota Yogyakarta sebagai tempat Markas Tertinggi MT TKR karena di Jakarta pasukan sekutu dan Belanda
cukup kuat untuk menghalang-halangi proses pembentukan TKR, selain itu TKR belum mempunyai pimpinan tertinggi yang aktif karena tidak hadirnya Supriadi. Pada
waktu organisasi ketentaraan mulai disusun, pasukan serikat telah menduduki
36
Jamhari, Ikhtisar Sejarah Perjuangan ABRI 1945-Sekarang,h.6
37
Sundhaussen, Politik Militer Indonesia 1945-1967 : Menuju Dwi Fungsi ABRI, h.14
beberapa kota besar dengan kekuatan 3 divisi tentara Inggris, 2 divisi tentara Australia dan beberapa batalyon Belanda.
Pada tanggal 12 November 1945 diselenggarakan konferensi TKR di Yogyakarta. Konferensi di hadiri oleh perwira senior dalam MT TKR, panglima-
panglima divisi, komandan-komandan resimen dari pulau Jawa. Sumatra dan daerah- daerah lain diluar Jawa tidak mengirimkan utusan karena kesukaran komunikasi.
Begitu pula Surabaya, karena sedang bertempur dengan Inggris.
38
Konferensi ini juga dihadiri oleh badan-badan perjuangan dan laskar, Jendral Titular Pakubuwono XII,
Hamengku Buwono IX, Pakualam VIII dan Mangkunegoro VIII dari kraton Solo dan Yogyakarta serta dihadiri oleh Sutan Syahir dan Amir Syarifudin.
Dalam konferensi tersebut terbentuk panitia pemilihan dan reorganisasi tentara serta Kementerian Pertahanan yang kosong. Panitia memilih Kolonel Sudirman,
Panglima divisi V Purwokerto, sebagai Panglima Besar TKR dan Hamengku Buwono IX sebagai Menteri Pertahanan untuk mengkoordinasikan perjuangan ketentaraan
dalam menghadapi peperangan. Sedangkan Urip Sumoharjo yang berharap menjadi Panglima TKR tidak berhasil menjabat posisi tersebut dan terpilih untuk tetap pada
kedudukan sebagai Kapala Staf. Kemudian Urip Sumoharjo menyatakan mundur dari ketentaraan Kepala staf Umum TKR, namun tak diijinkan oleh Presiden Soekarno
karena masih dibutuhkan tenaga dan pikirannya untuk menyusun organisasi tentara. Konferensi pada mulanya tidak mengetahui bahwa Presiden Soekarno akan
mengangkat Syahrir menjadi Perdana Menteri dan Amir Syarifudin menjadi Menteri Keamanan Rakyat yang kemudian berubah menjadi Menteri Pertahanan pada tanggal
13 Nopember 1945.
38
Sundhaussen, Politik Militer Indonesia 1945-1967 : Menuju Dwi Fungsi ABRI, h.17
Dengan terbentuknya TKR pada 5 Oktober 1945 dan adanya laskar perjuangan maka dipandang perlu menyatukan kekuatan bersenjata tersebut agar hasil perjuangan
mempertahankan kemerdekaan dapat lebih optimal. Untuk itu, TKR Tentara Keamanan Rakyat di ubah menjadi Tentara Keselamatan Rakyat pada tanggal 7
januari 1946. Namun pemakaian nama Tentara Keselamatan Rakyat hanya sebentar. Pada tanggal 24 Januari 1946, Presiden mengeluarkan dekrit perubahan nama TKR
menjadi TRI. Selanjutnya susunan organisasi TRI akan disempurnakan oleh sebuah panitia.
Sebagai tindak lanjut dari pada rencana penyempurnaan organisasi, maka pada tanggal 23 Februari 1946 dikeluarkan penetapan Presiden untuk membentuk
Panitia besar Penyelenggaraan Organisasi Tentara. Tugasnya antara lain : 1.
Membentuk kementerian keamanan 2.
Membentuk ketentaraan 3.
Kekuatan tentara 4.
Organisasi tentara 5.
Menyempurnakan bentuk peralihan dari TKR ke TRI dan menentukan status laskar dan badan perjuangan.
Panitia Besar Reorganisasi ini beranggotakan 11 orang dipimpin oleh Letnan Jenderal Urip Sumoharjo. Hasil kerja Panitia Besar Penyelesaian Organisasi
diumumkan pada tanggal 17 Mei 1946.
39
Adanya dua macam pasukan bersenjata, yaitu TRI sebagai tentara regular, dan badan perjuangan sebagai potensi rakyat, sangat tidak menguntungkan perjuangan.
Maka Pemerintah berusaha sekuat tenaga untuk mempersatukan kedua potensi bersenjata ini. Pada tanggal 5 Mei 1947 dikeluarkan penetapan Presiden yang
39
Amrin Imran, DKK, Sejarah Perkembangan Angkatan Darat,h, 8
bertujuan untuk mempersatukan TRI dan laskar-laskar kedalam satu organisasi tentara.
Pelaksanaan persetujuan ini diserahkan kepada panitia yang diketuai oleh Presiden sendiri. Tugas Panitia untuk menyatukan TRI dan laskar-laskar berjalan
kurang lancar, karena partai politik tidak begitu saja bersedia mengerahkan kader- kadernya kepada pemerintah. Untuk mengatasi jalan buntu, menteri Pertahanan
menyodorkan konsepsi pelaksanaan penyatuan yang bertahap. Tahap pertama : laskar dalam daerah divisi diperbolehkan mempunyai satu resimen
dari masing-masing partai politik, dan resimen-resimen itu digabungkan menjadi satu brigade laskar.
Tahap kedua : brigade laskar menggabungkan diri kepada TRI, kemudian dilebur menjadi TNI.
40
Cara bertahap ini disetujui dan pada tanggal 7 Juni 1947 Presiden mengeluarkan penetapan :
- Mulai tanggal 3 Juni 1947 disahkan berdirinya Tentara Nasional Indonesia
TNI dan menyatakan semua laskar dan badan perjuangan secara serentak dimasukkan kedalam TNI.
- Pimpinan Tertinggi TNI dipegang oleh Pucuk Pimpinan TNI yang merupakan
pimpinan kolektif, terdiri dari kepala dan anggota. Kepala Pucuk Pimpinan adalah Panglima Besar Angkatan Perang PBAP Jenderal Sudirman.
Anggotanya terdiri dari : Letjen Urip Sumoharjo, Laksamana Muda Nazir, Komodor Muda S. Suryadharma, Sutomo, Ir Sakirman, dan Djoko Soyono.
- Tugas Pucuk Pimpinan adalah melaksanakan tugas operasional dan
penyempurnaan organisasi.
41
40
Jamhari, Ikhtisar Sejarah Perjuangan ABRI 1945-Sekarang,h.9
Tetapi rencana itu belum dapat dilaksanakan sebagaimana mestinya, karena Belanda pada tanggal 21 Juli 1947 telah melancarkan aksi militernya yang pertama,
sesudah perjanjian Renville. Dalam perkembangan selanjutnya usaha pemerintah untuk menyempurnakan
tentara kebangsaan terus berjalan, seraya bertempur dan berjuang untuk tegaknya kedaulatan dan kemerdekaan bangsa. Pasca saat-saat kritis selama perang
kemerdekaan 1945-1949, TNI berhasil mewujudkan dirinya sebagai tentara rakyat, tentara revolusi, dan tentara nasional.
Sebagai kekuatan yang baru lahir, di samping TNI menata dirinya,pada waktu yang bersamaan harus pula menghadapi berbagai tantangan, baik dari dalam negeri
maupun dari luar negeri. Dari dalam negeri, TNI menghadapi rongrongan-rongrongan baik yang berdimensi politik maupun dimensi militer. Rongrongan-rongrongan politik
bersumber dari golongan komunis yang ingin menempatkan TNI di bawah pengaruh mereka melalui Pepolit, Biro Perjuangan, dan TNI- Masyarakat.
42
Sedangkan tantangan dari dalam negeri yang berdimensi militer yaitu TNI menghadapi pergolakan bersenjata dibeberapa daerah dan pemberontakan PKI di
Madiun,
43
serta Darul Islam DI di Jawa Barat yang bermaksud membentuk Negara Islam di Indonesia pada tahun 1949, yang dipimpin oleh S.M. Kartosuwiryo.
44
Tantangan dari luar negeri yaitu dalam menghadapi Agresi Belanda, maka bangsa Indonesia melaksanakan perang rakyat semesta dimana segenap kekuatan TNI dan
masyarakat serta sumber daya nasional dikerahkan untuk menghadapi agresi tersebut.
41
Jamhari, Ikhtisar Sejarah Perjuangan ABRI 1945-Sekarang,h.10
42
Jamhari, Ikhtisar Sejarah Perjuangan ABRI 1945-Sekarang,h.45
43
Sundhaussen, Politik Militer Indonesia 1945-1967 : Menuju Dwi Fungsi ABRI, h.72
44
Kivlan Zen, Konflik dan Integrasi TNI-AD, h. 48
Serangan belanda menarik perhatian Internasional. Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa bersidang dan mendesak supaya kedua belah pihak
segera menghentikan pertempuran dan kemudian mengadakan perundingan untuk menyelesaikan persengketaan. Pada tanggal 4 Agustus 1947 Presiden Sukarno dan
Jenderal Spoor mengeluarkan perintah penghentian tembak-menembak. Perintah itu dikeluarkan pada saat TNI berhasil mengkonsolidasikan kekuatannya untuk
melancarkan perang gerilya. Sekalipun sudah ada gencatan senjata dan resolusi PBB supaya Belanda
kembali kegaris tanggal 4 agustus 1947 ternyata Belanda terus melanjutkan aksi-aksi militernya. Mereka berusaha merebut daerah seluas mungkin untuk nantinya dituntut
sebagai daerah kekuasaannya dalam perundingan politik. Dalam perkembangannya Belanda menuntut supaya RI mengakui “garis van mook” itu.
Pemerintah RI mendesak supaya KTN Komisi Tiga Negara mempergunakan kekuasaannya untuk memaksa Belanda supaya mentaati perintah tembak-menembak.
Tetapi ternyata KTN tidak mampu dan sebaliknya Belanda merasa dirinya cukup mampu untuk langsung menyerang Yogyakarta. Pada tanggal 9 januari 1948 mereka
menyampaikan ultimatum yang berisi bahwa RI harus menyerahkan daerah yang luas dan TNI ditarik dari daerah gerilya ke Yogyakarta yang sudah berada dalam kepungan
yang rapat. Pemerintah akhirnya terpaksa menerima keinginan Belanda. Perundingan antara RI dan Belanda pada tanggal 2 November 1949
menghasilkan pembentukan Negara Republik Serikat yang terdiri dari RI dan Negara- negara yang dibentuk oleh van Mook sebagai hasil dari perundingan Linggarjati 1946,
serta pembentukan komisi militer Belanda-Indonesia dan pembentukan Uni Indonesia Belanda dengan ketuanya Ratu Belanda.
Sejalan dengan itu, dibentuk pula Angkatan Perang Republik Indonesia Serikat APRIS yang merupakan gabungan TNI dan KNIL dengan TNI sebagai
intinya.
45
Pada bulan Agustus 1950 RIS dibubarkan dan Indonesia kembali kebentuk Negara Kesatuan. APRIS pun berganti nama menjadi APRI.
Pada periode 1950-1959, sistem demokratisasi parlementer yang dianut pemerintah mempengaruhi kehidupan TNI. Campur tangan politis yang terlalu jauh
dalam intern TNI mendorong terjadinya 17 Oktober 1952 yang mengakibatkan adanya keretakan dilingkungan TNI AD.
46
Disisi lain, campur tangan itu mendorong TNI terjun dalam kegiatan politik dengan mendirikan partai politik yaitu Ikatan
Pendukung Kemerdekaan Indonesia IPKI yang menganggap dirinya sebagai “gerakan”,dan bukan sebagai partai.
47
Upaya menyatukan organisasi angkatan perang dan kepolisian negara menjadi Angkatan Bersenjata Republik Indonesia ABRI pada tahun 1962, berdasarkan Surat
Keputusan Presiden No.225Plt tahun 1962. peyatuan itu pada hakekatnya merupakan bagian penting dari sejarah TNI. Usaha kearah pembentukan satu ABRI itu di mulai
di masa Ir. Djuanda.
48
Menyatunya kekuatan Angkatan Bersenjata dibawah satu komando, diharapkan dapat mencapai efektifitas dan efesiensi dalam melaksanakan perannya,
serta tidak mudah terpengarung oleh kepentingan kelompok tertentu. Namun hal tersebut menghadapi tangtangan, dalam situasi yang serba chaos, ABRI melaksanakan
tugasnya sebagai kekuatan hankam dan kekuatan sospol. Sebagai alat kekuatan hankam, ABRI menumpas pemberontakan PKI dan mendorong terciptanya tatanan
45
Jamhari, Ikhtisar Sejarah Perjuangan ABRI 1945-Sekarang,h.65
46
Jamhari, Ikhtisar Sejarah Perjuangan ABRI 1945-Sekarang,h.82
47
Sundhaussen, Politik Militer Indonesia 1945-1967 : Menuju Dwi Fungsi ABRI, h.161
48
Imran, DKK, Sejarah Perkembangan Angkatan Darat,h, 103
politik baru untuk melaksanakan Pancasila dan UUD 45 secara murni dan konsekwen.
49
Dalam rangka memperkuat inetgrasi internal, pada tahun 1965 dalam seminar Angkatan Darat, dibuat doktrin TNI AD Tri Ubaya Sakti sebagai pedoman
perjuangan. Doktrin itu kemudian diikuti oleh AL, AU, dan Kepolisian dengan doktrin perjuangan masing-masing. Tetapi agar tidak terjadi kekacauan, maka oleh
Mabes ABRI doktrin angkatan tersebut akhirnya diubah menjadi satu doktrin saja yaitu Catur Dharma Eka Karma Cadek pada 1967.
50
doktrin ini berimplikasi kepada reorganisasi ABRI serta pendidikan dan latihan gabungan antara Angkatan dan Polri.
Doktrin ini kemudian berubah pada tahun 1989 guna memungkinkan ABRI lebih berperan pada semua bidang kehidupan Bangsa dan Negara dengan Dwifungsinya
melalui Tap MPR tahun 1993. Di samping itu Sumpah prajurit yang juga diubah bunyinya sejak 1992,
dimana kesetiaan prajurit ABRI tidak lagi kepada pemerintah tetapi kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia dan doktrin berupa kode etik prajurit ditambah dengan
11 azaz kepemimpinan ABRITNI dan 8 Wajib ABRITNI. Sementara, berkenaan dengan pembentukan jiwa korsa dan kode etik, serta
dengan terpisahnya kembali struktur Polri dari TNIABRI, setelah dikeluarkannya ketetapan MPR Nomor VIMPR2000 tentang pemisahan Tentara Nasional Indonesia
dan Kepolisian Negara Republik Indonesia.
51
Maka doktrin catur dharma Eka Karma tidak dipakai lagi karena dwifungsi ABRI telah dihapuskan dan Supremasi
Pemerintahan sipil telah mengendalikan pemerintahan Republik Indonesia.
49
Tentara nasional Indonesia, artikel di akses tanggal 12 desember 2006 dari http:www
. TNI. MIL. Id.com
50
Muhammad Rusli karim, Peran ABRI dalam Politik dan Pengaruhnya terhadap pendidikan Politik di Indonesia 1965-1979, Jakarta : PT. haji mas Agung, 1989 h. 78
51
Wikipedia Indonesia, Penjelasan Undang-Undang TNI,di akses tanggal 14 desember 2006 dari.
http:id . Wikipedia. OrgWikipenjelasan Undang-Undang TNI bagian Pertama.
Disamping itu catur yang berarti 4 Angkatan telah terpecah menjadi 3 Angkatan dan Polri, yang masing-masing berbeda tugas dan tanggungjawabnya. Sedangkan kode
etik lainnya seperti Sapta Marga, Sumpah Prajurit, dan 11 Azaz kepemimpinan TNI masih tetap dipakai untuk pembentukan jiwa korsa TNI.
Sapta Marga adalah 7 jalan yang harus dilewati oleh semua Prajurit TNI yang terdiri dari 3 Marga pertama menunjukan dirinya sebagai seorang pejuang bangsa
Indonesia yang bekerja tanpa pamrih, sedangkan 4 Marga berikutnya menunjukan dirinya sebagai Profesional. Sapta Marga tersebut adalah sebagai berikut :
1. Kami warga Negara Kesatuan Republik Indonesia yang bersendikan
Pancasila. 2.
Kami Patriot Indonesia pendukung serta pembela Ideologi Negara, yang bertanggung jawab dan tidak mengenal menyerah.
3. Kami Kesatria Indonesia yang bertakwa kepada Tuhan Yang maha Esa serta
membela kejujuran, kebenaran, dan keadilan. 4.
Kami Prajurit Tentara nasional Indonesia adalah bhayangkari Negara dan bangsa Indonesia.
5. Kami Prajurit Tentara Nasional Indonesia, memegang teguh disiplin, patuh,
dan taat kepada pimpinan serta menjunjung tinggi sikap dan kehormatan prajurit.
6. Kami Prajurit Tentara Nasional Indonesia, mengutamakan keperwiraan
didalam melaksanakan tugas serta senantiasa siap sedia berbakti kepada Negara dan Bangsa.
7. Kami Prajurit Tentara Nasional Indonesia setia dan menempati janji serta
Sumpah Prajurit.
52
52
Kivlan Zen, Konflik dan Integrasi TNI-AD, h. 144
Bangsa Indonesia adalah bangsa yang telah lama mengenal agama. Agama- agama telah lama hadir dalam kehidupan bangsa Indonesia hidup dan mengakar
dengan kuat sebagai salah satu sendi kebudayaan nasional bangsa. Agama bagi bangsa Indonesia memiliki posisi penting dan strategis. Dalam perspektif historis,
umat beragama telah menampilkan peran kesejarahan yang besar dan menentukan bagi perjuangan bangsa dan negara, baik pada periode penegakan
kemerdekaan,maupun pada masa mempertahankan dan mengisi kemerdekaan. Seperti diungkapkan sejarah, bahwa Tentara Nasional Indonesia TNI merupakan
transformasi dari kekuatan-kekuatan keamanan rakyat. Di antara kekuatan itu adalah lasykar yang dibentuk oleh umat Islam, seperti Hizbullah, dan laskar-laskar lain yang
dipimpin oleh para komandan yang memiliki keagamaankeislaman yang kuat, seperti Jenderal Soedirman yang pernah memperoleh latihan dalam Hizbul Wathan
Muhammadiyah. Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa dalam sejarah TNI tidak terlepas dari sejarah perjuangan agama.
2. Tugas TNI Pertahanan Negara adalah salah satu bentuk upaya bangsa Indonesia dalam
mencapai tujuan nasional. Hakekat pertahanan negara adalah keikutsertaan tiap-tiap warga negara sebagai perwujudan hak dan kewajibannya dalam usaha pertahanan
negara. Dalam pasal 30 ayat 2 menegaskan bahwa usaha pertahanan negara dilaksanakan melalui sistem pertahanan dan keamanan semesta, yaitu bahwa Tentara
Nasional Indonesia merupakan kekuatan utama dan rakyat sebagai kekuatan pendukung.
Tentara Nasional Indonesia di bangun dan dikembangkan secara profesional sesuai dengan kepentingan politik negara yang mengacu pada nilai dan prinsip
demokrasi, supremasi sipil,hak asasi manusia, ketentuan hukum nasional, dan ketentuan hukum internasional yang telah diratifikasi, dengan dukungan anggaran
belanja negara yang di kelola secara transparan dan akuntabel. Dengan perkembangan kondisi lingkungan yang semakin maju baik Internasional maupun Nasional, maka
Undang-undang nomor 2 tahun 1988 tentang prajurit ABRI sudah tidak sesuai lagi dan oleh karena itu, perlu diganti dengan undang-undang yang baru. Dengan telah
diundangkannya Undang-undang nomor 3 tahun 2002 tentang pertahanan Negara yang menggantikan Undang-undang nomor 20 tahun 1982, peran, fungsi, dan tugas
TNI yang terdapat dalam undang-undang nomor 3 tersebut di pandang perlu untuk dijabarkan dan diwadahi dalam suatu undang-undang tersendiri. Untuk memelihara
kelangsungan serta kelancaran pelaksanaan peran, fungsi, dan tugas TNI kedepan maka diperlukan undang-undang tentang TNI.
53
Sesuai ketetapan MPR nomor VIMPR2000 tentang pemisahan TNI dan POLRI setelah terpisahnya TNI dan POLRI, maka dalam jati dirinya TNI adalah sebagai :
a. Tentara Rakyat yang anggotanya berasal dari warga Negara Indonesia.
b. Tentara Pejuang, yaitu tentara yang berjuang menegakkan Negara Kesatuan
Republik Indonesia dan tidak mengenal menyerah dalam melaksanakan dan menyelesaikan tugasnya.
53
Wikipedia Indonesia, Penjelasan Undang-Undang TNI
c. Tentara Nasional yaitu tentara kebangsaan Indonesia yang bertugas demi
kepentingan Negara di atas kepentingan daerah, suku, ras, dan golongan agama.
d. Tentara Profesional, yaitu tentara yang terlatih, terdidik, diperlengkapi secara
baik, tidak berpolitik praktis dalam arti bahwa tentara hanya mengikuti politik Negara yang menganut prinsip demokrasi, supermasi sipil, hak asasi manusia,
ketentuan hukum nasional dan hukum internasional yang telah diratifikasi, tidak berbisnis, dan di jamin kesejahteraannya.
Sesuai undang-undang nomor 34 tahun 2004 peran TNI adalah : a.
TNI berperan sebagai alat Negara di bidang pertahanan yang dalam menjalankan tugasnya berdasarkan kebijakan dan keputusan politik Negara.
b. TNI sebagai alat pertahanan Negara, berfungsi sebagai penangkal terhadap
setiap bentuk ancaman militer dan ancaman bersenjata dari luar dan dalam negeri terhadap kedaulatan, keutuhan wilayah, dan keselamatan bangsa,
penindakan setiap bentuk ancaman dan pemulihan terhadap kondisi yang terganggu akibat kekacauan keamanan.
54
Dalam UU TNI Pasal 7 ayat 1 dinyatakan bahwa, tugas pokok TNI adalah menegakkan kedaulatan Negara, mempertahankan keutuhan wilayah Negara
Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan pancasila dan UUD 45, serta melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia dari ancaman dan
gangguan terhadap keutuhan bangsa dan Negara berupa : 1.
Agresi berupa penggunaan kekuatan bersenjata oleh Negara lain terhadap kedaulatan Negara, keutuhan wilayah, dan keselamatan segenap bangsa.
2. Pelanggaran wilayah yang dilakukan oleh Negara lain.
54
Tentara nasional Indonesia
3. Pemberontakan bersenjata, yaitu suatu gerakan bersenjata yang melawan
pemerintahan yang sah. 4.
Sabotase dari pihak tertentu untuk merusak instansi penting dan objek vital nasional.
5. Spionase, yang dilakukan oleh Negara lain untuk mencari dan mendapatkan
rahasia militer. 6.
Aksi teror bersenjata yang dilakukan oleh teroris internasional atau bekerja sama dengan teroris dalam negeri atau oleh teroris dalam negeri.
7. Ancaman keamanan di laut atau udara yurisdiksi nasional Indonesia, yang
dilakukan pihak-pihak tertentu.
55
Serta pada ayat 2 pasal 7, tugas pokok TNI yang harus dilakukan terbagi menjadi 2 meliputi :
1. Operasi militer untuk perang Segala bentuk pengerahan dan penggunaan kekuatan TNI, untuk melawan
militer Negara lain yang melakukan agresi terhadap Indonesia, dan atau dalam konflik bersenjata dengan suatu Negara lain atau lebih, yang didahului dengan adanya
pernyataan perang dan tunduk pada hukum perang internasional. 2. Operasi militer selain perang, yaitu untuk :
2.a. mengatasi gerakan separatis bersenjata. 2.b. mengatasi pemberontakan bersenjata.
2.c. mengatasi aksi terorisme.
55
Wikipedia Indonesia, Penjelasan Undang-Undang TNI
2.d. mengamankan wilayah perbatasan. 2.e. mengamankan objek vital nasional yang bersifat strategis, yaitu objek-
objek yang menyangkut hajat orang hidup banyak, harkat dan martabat bangsa, serta kepentingan nasional yang ditentukan oleh keputusan
pemerintah. 2.f. melaksanakan tugas perdamaian dunia sesuai dengan kebijakan politik
luar negeri. 2.g. mengamankan presiden dan wakil Presiden beserta keluarganya.
2.h.memberdayakan wilayah pertahanan dan kekuatan penduduknya secara dini sesuai dengan sistem pertahanan semesta
2.i. membantu tugas pemerintah di daerah yaitu membantu pelaksanaan fungsi pemerintahan dalam kondisi dan situasi yang memerlukan sarana, alat dan
kemapuan TNI unruk menyelesaikan permasalahan yang sedang dihadapi, antara lain membantu mengatasi akibat bencana alam, merehabilitasi infra
struktur, serta mengatasi masalah akibat pemogokan dan konflik komunal. 2.j. membantu Kepolisian Negara Republik Indonesia dalam rangka tugas
keamanan dan ketertiban masyarakat yang diatur didalam undang-undang. 2.k.membantu mengamankan tamu Negara setingkat kepala Negara dan
perwakilan pemerintahan asing yang sedang berada di Indonesia. 2.l.membantu menanggulangi akibat bencana alam, pengungsian, dan
pemberian bantuan kemanusiaan. 2.m.membantun pencarian dan pertolongan dalam kecelakaan Search and
Rescue.
2.n.membantu pemerintahan dalam pengamanan pelayaran dan penerbangan terhadap pembajakan,perampokan, dan penyelundupan.
56
Saat angin reformasi melanda masyarakat Indonesia, yang ditandai dengan euphoria politik, terjadi berbagai bentuk perubahan sosial yang mengarah pada
demokratisasi masih sedang dan terus berlangsung, dalam proses demokratisasi telah terjadi ekselerasi dengan tumbuhnya kesadaran baru tentang makna reformasi. TNI
ABRI sebagai garda terdepan dalam mejalankan fungsi stabilitas dan keamanan telah mempelopori gerakan dengan melakukan reformasi internal dengan berbagai
kebijakan seperti redifinisi, rektualisasi, dan reposisi peran TNI.
57
TNI sampai saat ini masih terus melaksanakan reformasi internalnya sesuai dengan tuntunan reformasi nasional. TNI tetap pada komitmennya menjaga agar
reformasi internal dapat mencapai sasaran yang diinginkan dalam mewujudkan Indonesia baru yang lebih baik di masa yang akan datang dalam bingkai tetap
tegaknya Negara Kesatuan Republik Indonesia. Pada tahun 1998 secara internal TNI telah melakukan berbagai perubahan yang cukup signifikan, antara lain :
1. Merumuskan paradigma baru peran ABRI abad XXI.
2. Merumuskan paradigma baru peran TNI yang lebih menjangkau
kemasa depan, sebagai aktualisasi atas paradigma baru peran ABRI abad XXI, karena paradigma lama TNI masih mengenal doktrin
perang. Pada paradigma baru TNI, doktrin perang tidak lagi relevan sebagai corak pembentukan kepribadian prajuit, tapi tindakan atau aksi
yang dapat mengkondisikan suatu halangan bagi perluasan perang. Perang bukanlah tujuan melainkan instrument untuk mencegah perang
yang lebih dahsat.
56
Tentara Nasional Indonesia
57
Wiranto,Redifinisi,reaktualisasi, dan Reposisi Peran TNI dalam Kehidupan Bangsa. Jakarta : Jasa Buma, 1999, h. 17
3. Pemisahan Polri dari ABRI yang telah menjadi keputusan pimpinan
ABRI pada 1 April 1999 sebagai Transformasi awal. 4.
Penghapusan kekaryaan ABRI melalui keputusan pensiun atau alih status.
5. Penghapusan Wansospolpus dan WansospoldaWansospolda Tk-1.
6. Penyusutan jumlah anggota F.TNIPolri di DPR RI dan DPRD I dan II
dalam rangka penghapusan fungsi sosial politik. 7.
TNI tidak lagi terlibat dalam politik praktis. 8.
Pemutusan hubungan organisatoris dengan partai Golkar dan mengambil jarak yang sama dengan semua parpol yang ada.
9. Komitmen dan konsisten netralitas TNI dalam pemilu.
10. Penataan hubungan TNI dengan KBT Keluarga Besar TNI.
11. Revisi doktrin TNI sesuai dengan reformasi dan peran ABRI abad
XXI. 12.
Perubahan staf Sospol menjadi stap Komsos. 13.
Perubahan Kepala Staf Sosial Politik Kasospol menjadi Kepala Staf Teritorial Kaster.
14. Penghapusan Sospoldam, babinkardam, Sospolrem, dan sospoldim.
15. Likuidasi Staf syawan ABRI, Staf Kamtibmas ABRI, dan Babinkar
ABRI. 16.
Penerapan akuntabilitas publik terhadap yayasan-yayasan milik militerBadan Usaha Militer.
17. Likuidasi organisasi wakil panglima TNI.
18. Penghapusan Bakorstanas dan Bakorstanasda.
19. Penegasan calon KDH dari TNI sudah harus pensiun sejak
penyaringan. 20.
Penghapusan posko kewaspadaan . 21.
Pencabutan materi sospol ABRI dari kurikulum pendidikan TNI. 22.
Likuidasi organisasi Kaster TNI. 23.
Likuidasi Staf Komunikasi sosial Komsos TNI sesuai SKEP Panglima TNI No. 21VI2005.
Sebagai alat pertahanan Negara, TNI berkomitmen untuk terus melanjutkan reformasi internal TNI seiring dengan tuntutan reformasi dan keputusan politik
Negara. Paradigma baru TNI dalam fungsi sosial politik mengambil bentuk implementasi sebagai berikut :
a Mengubah posisi dan metode tidak selalu harus didepan. TNI senantiasa siap
melaksanakan perannya dalam spektrum tingkat keadaan, mulai dari pendekatan fungsi pertahanan negara.
b Mengubah dari konsep menduduki menjadi mempengaruhi. Bahwa peran
sosial politik TNI secara utuh tidak lagi menduduki personel TNI dalam jabatan sipil sebagai dwifungsi, namun senantiasa memberi kontribusi
pemikiran yang kontruktif. Hal ini merupakan manisfestasi dari rasa tanggung jawab TNI yang selalu peduli pada nasib bangsa.
c Merubah dari cara-cara mempengaruhi secara tidak langsung menjadi tidak
langsung. Apabila pada masa lalu peran sosial politik TNI terlibat secara aktif dalam kancah politik, maka pergeseran peran sosial politik TNI menuju pada
cara mempengaruhi secara tidak langsung melalui penyampaian sumbangan pemikiran dan konsep kebangsaan kepada instansi fungsional dalam kerangka
sistem nasional.
d Senantiasa melakukan role sharing kebersamaan dalam pengambilan
keputusan penting kenegaraan dan pemerintahan dengan komponen lainnya dalam sistem nasional yang terpadu.
58
58
Sukidin, Paradigma baru TNI dalam Perspektif Civil Society, Jurnal Ilmu Pengetahuan Sosial. V. 2, 1 Januari 2001. h. 19.
BAB III PROFIL DAERAH DAN OBJEK PENELITIAN
A. Letak Geografis