anak mempengaruhi pertumbuhan otak anak yang dapat menjadi hambatan dalam proses belajar. Anak yang terkena kwasiokor kelihatan gemuk tapi kurang sehat, mukanya
gemuk seperti bulan, kaki bengkak karena odema, perut buncit tapi bahu dan lengan atas kurus. Kulit mudah terkelupas, rambut pucat anak terlihat muram. Sedangkan marasmus
yang berarti kelaparan adalah dimana anak tidak mendapatkan makanan yang cukup dari jenis pangan manapun, baik protein maupun zat pemberi tenaga. Anak yang sangat kurus
itu sering hanya separuhnya saja dari berat sehat sesuai umur. Anak memiliki wajah seperti orang tua, kepala tampak besar karena badan kurus dan kecil, tangan dan kakinya
kurus dan tulang rusuk anak telrihat nyata.
2.2. Penyebab Gizi Kurang pada Balita
UNICEF 1988 telah mengembangkan kerangka konsep makro sebagai salah satu strategi untuk menanggulangi masalah kurang gizi. Dalam kerangka tersebut
ditunjukkan bahwa masalah gizi kurang dapat disebabkan oleh makanan dan penyakit dapat secara langsung menyebabkan gizi kurang. Timbulnya gizi kurang tidak hanya
karena asupan makanan yang kurang, tetapi juga penyakit. Anak yang cukup mendapatkan makanan tetapi sering menderita sakit, pada akhirnya dapat menderita gizi
kurang. Demikian pula pada anak yang tidak memperoleh cukup makan, maka daya tahan tubuhnya akan melemah dan akan mudah terserang penyakit.
2.3. Status Sosial Ekonomi Kelurga
Keadaan sosial ekonomi keluarga merupakan salah satu faktor yang menentukan jumlah makanan yang tersedia dalam keluarga sehingga turut menentukan status gizi
keluarga tersebut. Yang termasuk dalam faktor sosial adalah Supariasa, 2002: a.
Keadaan penduduk suatu masyarakat
Universitas Sumatera Utara
b. Keadaan keluarga.
c. Tingkat pendidikan orang tua
d. Keadaan rumah
Sedangkan data ekonomi dari faktor sosial ekonomi meliputi : a.
Pekerjaan orang tua. b.
Pendapatan keluarga. c.
Pengeluaran keluarga. d.
Harga makanan yang tergantung pada pasar dan variasi musim Banyak faktor sosial ekonomi yang sukar untuk dinilai secara kuantitatif,
khususnya pendapatan dan kepemilikan barang berharga, tanah, ternak karena masyarakat enggan untuk membicarakannya kepada orang yang tidak dikenal, termasuk
ketakutan akan pajak dan perampokan. Tingkat pedidikan termasuk dalam faktor sosial ekonomi karena tingkat pendidikan berhubungan dengan status gizi yaitu dengan
meningkatkan pendidikan kemungkinan akan dapat meningkatkan pendapatan sehingga meningkatkan daya beli makanan untuk mencukupi kebutuhan gizi keluarga Achadi,
2007. Kurangnya pemberdayaan keluarga dan pemanfatan sumber daya masyarakat
mempengaruhi faktor sosial ekonomi keluarga, termasuk kurangnya pemberdayaan wanita dan tingkat pendidikan dan pengetahuan orang tua khususnya ibu dalam
mengasuh anaknya juga termasuk faktor sosial ekonomi yang akan mempengaruhi status gizi keluarga Arifin. T, 2005.
Universitas Sumatera Utara
2.3.1. Pendapatan Keluarga
Pendapatan keluarga mempengaruhi ketahanan pangan keluarga. Ketahanan pangan yang tidak memadai pada keluarga dapat mengakibatkan gizi kurang. Oleh karena
itu, setiap keluarga diharapkan mampu untuk memenuhi kebutuhan pangan seluruh anggota keluarganya. Akan tetapi menurut penelitian yang dilakukan oleh Masdiarti
2000 di Kecamatan Hamparan Perak, yang meneliti pola pengasuhan dan status gizi anak balita ditinjau dan krakteristik pekerjaan ibu, memperlihatkan hasil bahwa anak
yang berstatus gizi baik banyak ditemukan pada ibu bukan pekerja 43,24 dibandingkan dengan kelompok ibu pekerja 40,54 dan ibu yang tidak bekerja
mempunyai waktu yang lebih banyak dalam mengasuh anaknya.
2.3.2. Tingkat Pendidikan Ibu
Tingkat pendidikan dalam keluarga khususnya ibu dapat menjadi faktor yang mempengaruhi status gizi anak dalam keluarga. Semakin tinggi pendidikan orang tua
maka pengetahuannya akan gizi akan lebih baik dari yang berpendidikan rendah. Salah satu penyebab gizi kurang pada anak adalah kurangnya perhatian orang tua akan gizi
anak. Hal ini disebabkan karena pendidikan dan pengetahuan gizi ibu yang rendah. Pendidikan formal ibu akan mempengaruhi tingkat pengetahuan gizi, semakin tinggi
pendidikan ibu, maka semakin tinggi kemampuan untuk menyerap pengetahuan praktis dan pendidikan formal terutama melalui masa media. Hal serupa juga dikatakan oleh L.
Green, Rooger yang menyatakan bahwa makin baik tingkat pendidikan ibu, maka baik pula keadaan gizi anaknya Berg, 1986.
Universitas Sumatera Utara
2.3.3. Status Pekerjaan Ibu
Ibu-ibu yang bekerja dari pagi hingga sore tidak memiliki waktu yang cukup bagi anak-anak dan keluarga Berg, 1986. Dalam hal ini ibu mempunyai peran ganda yaitu
sebagai ibu rumah tangga dan wanita pekerja. Walaupun demikian ibu dituntut tanggung jawabnya kepada suami dan anak-anaknya, khususnya memelihara anak Singarimbun,
1988. Keadaan yang demikian dapat memengaruhi keadaan gizi keluarga khususnya anak balita dan usia sekolah. Ibu-ibu yang bekerja tidak mempunyai cukup waktu untuk
memperhatikan makanan anak yang sesuai dengan kebutuhan dan kecukupan serta kurang perhatian dan pengasuhan kepada anak Berg. 1986.
2.4. Pola Asuh Ibu
Pola pengasuh merupakan cara orang tua dalam mendidik anak dan membesarkan anak dipengaruhi oleh banyak faktor budaya, agama, kebiasaan dan kepercayaan, serta
kepribadian orang tua orang tua sendiri atau orang yang mengasuh anak Nadesul, 1995. Pengasuhan merupakan faktor yang sangat erat kaitnnya dengan pertumbuhan dan
perkembangan anak berusia di bawah lima tahun. Masa anak usia 1-5 tahun balita adalah masa dimana anak masih sangat membutuhkan suplai makanan dan gizi dalam
jumlah yang memadai. Pada masa ini juga, anak-anak masih sangat tergantung pada perawatan dan pengasuhan ibunya. Oleh karena itu pengasuhan kesehatan dan makanan
pada tahun pertama kehidupan sangat penting untuk perkembangan anak Santoso, 2005, Seorang ibu memegang peranan penting dalam pengasuhan anaknya. Pola
pengasuhan pada tiap ibu berbeda karena dipengaruhi oleh faktor yang mendukungnya, antara lain : latar bekang pendidikan ibu, pekerjaan ibu, jumlah anak dan sebagiannya.
Banyak penyelidik berpendapat bahwa status pendidikan ibu sangat berpengaruh
Universitas Sumatera Utara
terhadap kualitas pengasuhannya. Pendidikan ibu yang rendah masih sering ditemui, semua hal tersebut sering menyebabkan penyimpangan terhadap keadaan tumbuh
kembang dan status gizi anak terutama pada anak usia balita Sudiyanto dan Sekartini, 2005.
2.5. Penilaian Status Gizi Anak Balita 2.5.1. Antropometri