Beban Tanggung Jawab Dipindahkan Kepada Pihak Direksi

85 e Permodalan yang Tidak Layak Permodalan yang tidak layak. misalnya modal terlalu kecil padahal bisnis perusahaan adalah besar. Karena kewajiban pemegang sahamlah yang harus menyetor tambahan modal dan ketidaklayakan permodalan ini menimbulkan suatu transfer tanggung jawab dari pemegang saham kepada pihak kreditur. Ini sama sekali tidak fair. Namun demikian, selain pemegang saham yang bertanggungjawab sampai batas-batas tertentu, pihak direksi juga dapat dimintakan tanggung jawabnya dalam hal ini.

b. Beban Tanggung Jawab Dipindahkan Kepada Pihak Direksi

Pada prinsipnya dan secara klasik, dengan diterapkannya teori piercing the corporate veil, maka pihak pemegang sahamlah yang biasanya dimintakan tanggung jawab atas kegiatan yang dilakukan oleh perseroan. Akan tetapi, dalam tersebut, beban tanggung jawab dipindahkan juga dari perseroan kepada pihak lainnya selain pemegang saham. Misalnya, beban tanggung jawab tersebut dipindahkan ke pundak direksi atau komisaris. Dalam hal tanggung jawab direksi akibat penerapan teori piercing the corporate veil ini, dari segi yang lain dapat juga dilihat sebagai akibat penerapan doktrin fiduciary duty dari direksi yang bersangkutan. Menurut UU Perseroan Terbatas, teori piercing the corporate veil dapat diterapkan yang dapat menyebabkan pihak direksi yang bertanggungjawab atas kegiatan yang RUSTAMAJI PURNOMO : PENERAPAN DOKTRIN PIERCING THE CORPORATE VEIL PADA PERSEROAN TERBATAS Studi Kasus PT. Djaya Tunggal dan PT. Bank Perkembangan Asia, 2008. 86 dilakukan oleh perseroan. Tanggung jawab direksi karena penerapan teori piercing the corporate veil insi dilakukan dalam hal-hal berikut: a Direksi tidak melaksanakan fiduciary duty kepada perseroan. Prinsip fiduciary duty bagi direksi ini bersumber dari Pasal 97 ayat 2 Undang-Undang Perseroan Terbatas Nomor 40 Tahun 2007. Pasal 97 ayat 2 tersebut yang menyatakan “Setiap anggota direksi wajib dengan itikad baik dan penuh tanggung jawab menjalankan tugas untuk kepentingan dan usaha perseroan”. Apabila direksi bersalah sengaja atau lalai dalam menjalankan kewajiban fiduciary duty tersebut, yaitu tidak dengan itikad baik dan bertanggungjawab menjalankan tugas untuk kepentingan perseroannya, maka pihak direksi bertanggungjawab secara pribadi. 120 Undang-undang Perseroan Terbatas Nomor 40 Tahun 2007 bahkan mengatur lebih jauh dengan memberikan kewenangan mengajukan gugatan, melalui teori piercing the corporate veil bukan hanya kepada pihak ketiga yang dirugikan oleh perseroan, melainkan juga kepada pemegang saham perseroan yang dalam hal ini pemegang saham tersebut bertindak untuk dan atas nama perseroan, minimal 110 satu persepuluh dari seluruh saham dengan suara yang sah. 121 120 Pasal 97 ayat 3 UU No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas 121 Pasal 97 ayat 6 UU No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas RUSTAMAJI PURNOMO : PENERAPAN DOKTRIN PIERCING THE CORPORATE VEIL PADA PERSEROAN TERBATAS Studi Kasus PT. Djaya Tunggal dan PT. Bank Perkembangan Asia, 2008. 87 b Perusahaan belum melakukan pendaftaran dan pengumuman. Suatu perusahaan sudah menjadi badan hukum sejak disahkan anggaran dasarnya oleh Menteri Kehakiman. 122 Akan tetapi, sampai dengan pengesahan dari Menteri Kehakiman tersebut, sungguhpun badan hukumnya sudah eksis, tetapi badan hukum tersebut belum berlaku kepada pihak ketiga sebelum perusahaan tersebut didaftarkan dalam daftar perusahaan, dan diumumkan dalam berita negara. Karena itu, sebelum pendaftaran dan pengumuman, tetapi setelah anggaran dasar disahkan, maka yang bertanggungjawab atas tindakan yang dilakukan oleh perseroan bukanlah pihak perseroan tersebut dan bukan juga pemegang saham, melainkan yang bertanggungjawab adalah direksi yang bersangkutan, berdasarkan teori piercing the corporate veil. c Dokumen perhitungan tahunan tidak benar. Direksi berkewajiban untuk menyediakan perhitungan tahunan perseroan yang benar. Apabila laporan tahunan tersebut ternyata tidak benar dengan pembuktian biasa, maka direksi bersama dengan komisaris bertanggungjawab secara renteng, berdasarkan doktrin piercing the corporate veil. 123 Namun dalam hal ini UU Perseroan Terbatas memberikan pembuktian terbalik bagi anggota direksi atau komisaris yang 122 Pasal 7 ayat 4 UU No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas 123 Pasal 69 ayat 3 UU No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas RUSTAMAJI PURNOMO : PENERAPAN DOKTRIN PIERCING THE CORPORATE VEIL PADA PERSEROAN TERBATAS Studi Kasus PT. Djaya Tunggal dan PT. Bank Perkembangan Asia, 2008. 88 bersangkutan. Sebab, menurut Pasal 97 ayat 5 UUPT, para anggota direksi atau komisaris dibebaskan dari tanggung jawabnya tersebut apabila dapat membuktikan : a. Keadaan yang bersangkutan bukan karena kesalahan atau kelalaiannya. b. Telah melakukan pengurusan dengan itikad baik dan kehati-hatian untuk kepentingan dan sesuai dengan maksud dan tujuan perseroan. c. Tidak mempunyai benturan kepentingan baik langsung maupun tidak langsung atas tindakan pengurusan yang mengakibatkan kerugian, dan d. Telah mengambil tindakan untuk mencegah timbul atau berlanjutnya kerugian tersebut. Dengan demikian bisa saja ada anggota direksi atau dewan komisaris yang harus bertanggungjawab secara hukum, tetapi dewan komisaris atau ada juga anggota direksi yang lain yang dapat membuktikan tidak bersalah sehingga dia tidak bertanggungjawab. d Direksi bersalah dan menyebabkan perusahaan pailit. Apabila suatu perseroan pailit, maka tidak serta merta tidak demi hukum pihak direksi harus bertanggungjawab secara pribadi. Agar pihak anggota direksi dapat dimintakan tanggung jawab pribadi ketika suatu perusahaan pailit, haruslah memenuhi semua syarat sebagai berikut: RUSTAMAJI PURNOMO : PENERAPAN DOKTRIN PIERCING THE CORPORATE VEIL PADA PERSEROAN TERBATAS Studi Kasus PT. Djaya Tunggal dan PT. Bank Perkembangan Asia, 2008. 89 1 Terdapatnya unsur kesalahan kesengajaan atau kelalaian dari direksi dengan pembuktian biasa. 2 Untuk membayar hutang dan ongkos-ongkos kepailitan, haruslah diambil terlebih dahulu dari asset-asset perseroan. Bila asset perseroan tidak mencukupi, barulah diambil asset direksi pribadi. 3 Diberlakukan pembuktian terbalik omkering van bewijslast bagi anggota direksi yang dapat membuktikan bahwa kepailitan perseroan bukan karena kesalahan kesengajaan atau kelalaiannya. Anggota direksi bisa saja harus bertanggungjawab secara hukum jika perusahaan pailit, tetapi ada juga anggota direksi yang lain yang dapat membuktikan tidak bersalah sehingga dia tidak bertanggungjawab. e Permodalan yang tidak layak. Permodalan yang tidak layak, misalnya modal terlalu kecil padahal bisnis perusahaan adalah besar. Dalam hal ini, selain pemegang saham yang berkewajiban menyetor saham yang harus bertanggungjawab, pihak direksi juga bertanggungjawab secara hukum, mengingat direksi sebagai pihak eksekutif dari perseroan dapat menimbang-nimbang kegiatan mana yang cocok untuk perseroan. Akan tetapi, apabila direksi tidak mempunyai pilihan, misalnya suatu perusahaan memang dimaksudkan untuk melakukan kegiatan yang besar-besar saja, maka direksi wajib untuk tidak melaksanakan kegiatan perseroan tersebut, kecuali dilakukan penambahan RUSTAMAJI PURNOMO : PENERAPAN DOKTRIN PIERCING THE CORPORATE VEIL PADA PERSEROAN TERBATAS Studi Kasus PT. Djaya Tunggal dan PT. Bank Perkembangan Asia, 2008. 90 setoran modal oleh pemegang saham. Dengan perkataan lain, manakala modal perseroan tidak cukup layak untuk menunjang suatu kegiatan, maka kegiatan tersebut wajib untuk tidak dilakukan oleh direksi tersebut. Pihak pemegang saham baru akan bertanggungjawab jika ketidaklayakan permodalan tersebut akibat kesalahan pemegang saham. Misalnya, modal yang seharusnya disetor, tetapi tidak disetor, atau tidak disetor secara benar. f Perseroan beroperasi secara tidak layak. Apabila suatu perseroan beroeprasi secara tidak layak, maka hal ini akan merugikan pihak ketiga atau bahkan merugikan pihak pemegang saham. Dalam hal ini menurut Munir Fuady ”yang bertanggungjawab adalah pihak direksi sebagai pihak eksekutif dalam suatu perseroan. Kecuali apabila direksi telah menjalankan tugasnya dengan benar sesuai dengan prinsip-prinip bisnis yang layak bussiness judgement rule”. 124

c. Beban Tanggung Jawab Dipindahkan ke Pihak Komisaris