BAB 1 PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Setiap pasien yang dirawat inap di Rumah Sakit akan di lakukan pemasangan kateter intravena. Pemasangan kateter intravena adalah salah satu
cara atau bagian dari pengobatan untuk memasukkan obat atau vitamin ke dalam tubuh pasien. Namun tidak jarang banyak dampak yang terjadi pada pemasangan
terapi ini. Baik dalam proses pemasangan maupun dalam proses perawatannya. Lebih dari 80 pasien rawat akut mendapatkan pemasangan kateter
intravena sebagai bagian rutin dari perawatan di rumah sakit. Tidak jarang terjadi masalah atau komplikasi dari pemasangan kateter intravena ini. Mayoritas
masalah yang berhubungan dengan intervena IV terletak pada sistem infus atau tempat penusukan vena. Infeksi ataupun komplikasi lokal bisa terjadi akibat
pemasangan infus. Adanya terapi ini sering menyebabkan terjadinya komplikasi antara lain yaitu flebitis. Biasanya disebabkan karena teknik pemasangan, kondisi
pasien, kondisi vena, jenis pH obat dan cairan, filtrasi, serta ukuran, panjang serta materi bahan selang infus Steven and Anderson, 2003 dalam Gayatri dan
handiyani, 2007. Kejadian flebitis di rumah sakit bekisar antara 20-80 . Di Indonesia
belum ada angka yang pasti tentang prevalensi flebitis mungkin disebabkan penelitian yang berkaitan dengan terapi intravena dan publikasinya masih jarang.
Contohnya angka kejadian flebitis di salah satu rumah sakit di Jakarta didapatkan 10 . Angka tersebut memang tidak terlalu besar namun masih di atas standart
yang ditetapkan oleh Intravenous Nurses Society INS 5 Pujasari dan Sumawarti, 2002.
Di Sumatera Utara telah dilakukan penelitian sebelumnya melalui rekam medik tentang prevalensi kejadian flebitis di Rumah Sakit Haji Medan kurang
Universitas Sumatera Utara
lebih 20 orang yang mengalami flebitis dari 98 orang 19,6 pasien yang dilakukan pemasangan infus Masdalifa, 2006
Secara sederhana flebitis adalah peradangan. Flebitis berat hampir selalu diikuti dengan bekuan darah, atau trombus pada vena yang sakit. Kondisi
demikian dikenal sebagai Tromboflebitis. Adapun gejala klinis lainnya yang ditemukan pada kasus flebitis adalah nyeri, nyeri tekan, bengkak, pengerasan,
eritema, hangat dan tampak vena seperti tali. Semua ini diakibatkan peradangan, infeksi danatau trombosis.
Adapun faktor-faktor yang menjadi penyebab timbulnya flebitis adalah faktor kimia seperti obat atau cairan yang iritan, faktor mekanis seperti bahan,
ukuran kateter, lokasi dan lama kanulasi, faktor pasien yang dapat mempengaruhi angka flebitis mencakup usia, jenis kelamin dan kondisi dasar yakni: diabetes
melitus, infeksi, luka bakar. Suatu penyebab yang sering luput perhatian adalah adanya mikropartikel dalam larutan infus dan ini bisa dieliminasi dengan
penggunaan filter. Maka dalam hal ini, perawat yang bertanggung jawab terhadap terapi intravena harus memperhatikan faktor-faktor di atas sebelum melakukan
terapi agar tidak timbul komplikasi yang merugikan pasien Sugiarto A, 2007. Dalam teknik pemasangan kateter intravena selalu diinstruksikan oleh
dokter tapi perawatlah yang bertanggung jawab pada pemberian dan mempertahankan perawatan kateter intravena tersebut pada pasien. Perawat juga
bertanggung jawab memasang, memonitor serta mengajarkan pada pasien hal-hal yang berkaitan dengan terapi intravena. Fungsi perawat lainnya adalah membantu
individu, keluarga dan masyarakat dalam melaksanakan rencana pengobatan yang dilakukan oleh dokter. Menurut Undang-Undang RI. No 23 tahun 1992 tentang
kesehatan, perawat adalah mereka yang memiliki kemampuan atau kewenangan melakukan tindakan keperawatan berdasarkan ilmu yang dimilikinya, yang
diperoleh melalui pendidikan perawatan Ali Z, 2001.
1.2. Rumusan Masalah