Identifikasi Kualitas Garam Beriodium yang Beredar di Pasar dan Warung di Kecamatan Berampu di Kabupaten Dairi Tahun 2010

(1)

IDENTIFIKASI KUALITAS GARAM BERIODIUM YANG BEREDAR DI PASAR DAN WARUNG DI KECAMATAN BERAMPU

KABUPATEN DAIRI TAHUN 2010

SKRIPSI

Oleh :

NIM . 071000239 Riris Chaterina E. Nahampun

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2010


(2)

IDENTIFIKASI KUALITAS GARAM BERIODIUM YANG BEREDAR DI PASAR DAN WARUNG DI KECAMATAN BERAMPU

KABUPATEN DAIRI TAHUN 2010

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat

Oleh :

NIM 071000239

RIRIS CHATERINA E. NAHAMPUN


(3)

HALAMAN PENGESAHAN Skripsi Dengan Judul

IDENTIFIKASI KUALITAS GARAM BERIODIUM YANG BEREDAR DI PASAR DAN WARUNG DI KECAMATAN BERAMPU

KABUPATEN DAIRI TAHUN 2010

Yang Dipersiapkan Dan Dipertahankan Oleh :

NIM 071000239

RIRIS CHATERINA E. NAHAMPUN

Telah Diuji dan Dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Pada Tanggal 10 Agustus 2010

Dinyatakan Telah Memenuhi Syarat Untuk Diterima Tim Penguji

Ketua Penguji Penguji I

Dr. Ir. Albiner Siagian, MSi Dra. Jumirah, Apt, MKes NIP : 19670613 199303 1 004 NIP : 19580315 198811 2 001

Penguji II Penguji III

Ernawati Nasution, SKM, MKes

NIP : 19700212 199501 2 001 NIP : 19820709 200812 2 002

Fitri Ardiani, SKM, MPH

Medan , Agustus 2010 Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Sumatera Utara Dekan,

NIP : 19610831 198903 1 001 Dr. Drs. Surya Utama, MS


(4)

ABSTRAK

Iodium adalah salah satu komponen untuk hormon tiroid yang dihasilkan oleh kelenjar gondok. Iodium dapat diperoleh dari makanan, seperti rumput laut, ikan, kepiting, udang dan juga dari garam yang telah difortifikasi iodium. Berdasarkan survei pendahuluan, Kecamatan Berampu merupakan daerah endemis sedang penyakit gondok dengan nilai TGR 25%. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kadar iodium pada garam yang beredar di pasar dan warung di Kecamatan Berampu Kabupaten Dairi.

Penelitian bersifat deskriptif observasional yaitu ingin mengetahui gambaran kualitas garam yang dijual di warung dan pasar di Kecamatan Berampu Kabupaten Dairi. Penelitian dilakukan dengan cara observasi terhadap garam dan melakukan pemeriksaan kadar iodium pada garam di laboratorium dengan menggunakan iodina test. Pengambilan sampel diambil secara total sampling yaitu seluruh garam yang beredar di pasar dan warung di Kecamatan Berampu Kabupaten Dairi.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa seluruh garam yang beredar di pasar dan warung di Kecamatan Berampu beriodium. Garam yang berbentuk halus memiliki kandungan iodium lebih tinggi daripada garam yang berbentuk curai/krosok. Seluruh garam memiliki kemasan yang tidak sesuai dengan standar yaitu plastik yang tipis, tidak kedap air dan tidak tertutup rapat. Sebaiknya Pemerintah Daerah meningkatkan pengawasan pada garam di tingkat distribusi dalam hal jenis kemasan dan kandungan yodium pada garam. Dan pada masyarakat sebaiknya mengonsumsi garam yang halus sebab memiliki kandungan iodium yang lebih tinggi.


(5)

ABSTRACT

Iodine was one of the substances of the thyroid hormon produced by thyroid gland. Iodine can obtained from food stuffs, such as seaweeds, fish, sea crabs, shrimps, and fortified salt. Based on the preliminary survey, Berampu Sub-district, was the area of endemic with the TGR of 25%. This research was aimed to know the iodine content in salt which was sold in the market and the food stands in Berampu Sub-district, Dairi District.

This research was observational descriptive which was aimed to know the quality of salt which was sold in the food stands and the market in Berampu Sub-district, Dairi District. This research was done by observing the salt and controlling the iodine content in salt in the laboratory by using iodine test. The sample was a totall sampling – all of the salt which was sold in the market and the food stands in Berampu Sub-district, Dairi District.

The result of the research showed that all of the salt which was sold in the market and the food stands was iodinized. The iodine content in table salt was higher than salt which contained no iodine. All of the salt did not have adequate packaging – too thin plastic, no waterproof, and not tightly covered. It was recommended that the local government should increase the control of salt in the distribution method, especially in the case of the kinds of packaging and the iodine content in the salt. It was also recommended that the people should consume table salt because it contained more iodine.


(6)

Daftar Riwayat Hidup

Nama : Riris Chaterina E. Nahampun

Tempat Tanggal lahir : Medan, 15 Januari 1982

Agama : Katolik

Status Perkawinan : kawin

Nama Suami : Antonius Sinaga Jumlah Anak : 1 (satu) orang

Alamat Rumah : Jl. Bunga Ester No. 64 Pasar 6 Padang Bulan Medan

Riwayat Pendidikan :

1. Tahun 1988 – 1994 : SD St. Thomas V Medan 2. Tahun 1994 – 1997 : SMP St. Petrus Medan 3. Tahun 1997 – 2000 : SMU Kristen I Medan

4. Tahun 2000 – 2003 : ARO (AKADEMI REFRAKSI OPTISI) Yayasan Binalita Sudama (YBS) Medan

5. Tahun 2007 – 2010 : Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara Medan

Riwayat Pekerjaan :


(7)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya ucapkan pada Tuhan Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang karena kasih dan penyertaan-NYA senantiasa dalam hidup penulis, sehingga saya dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Identifikasi Kualitas Garam Beriodium yang Beredar di Pasar dan Warung di Kecamatan Berampu di Kabupaten Dairi Tahun 2010” ini.

Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat mencapai gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara. Dalam penyusunan skripsi ini, saya menyadari bahwa skripsi ini masih belum sempurna. Oleh karena itu, saya dengan senang hati mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak demi kesempurnaan skripsi ini.

Penulisan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan dan dukungan dari berbagai pihak, untuk itu penulis dengan rasa hormat menyampaikan ucapan terima kasih kepada:

1. Bapak Dr. Drs. Surya Utama, MS, selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara,

2. Ibu Drh. Rasmaliah, MKes, selaku dosen penasehat akademik yang telah banyak membantu dan memberikan masukan bagi saya selama menjalani pendidikan di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara,

3. Ibu Dra. Jumirah, Apt., MKes, selaku Ketua Departemen Gizi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara dan


(8)

selaku dosen Pembimbing II yang telah bersedia memberikan masukan bagi saya dalam menyelesaikan skripsi ini,

4. Bapak Dr. Ir. Albiner Siagian, MSi, selaku dosen pembimbing skripsi I yang telah banyak membantu dan meluangkan waktu dan pikiran dalam membimbing saya hingga skripsi ini dapat diselesaikan,

5. Ibu Ernawati Nasution, SKM, MKes, selaku dosen penguji II yang telah bersedia memberikan masukan bagi saya dalam menyelesaikan skripsi ini,

6. Ibu Fitri Ardiani, SKM, MPH, selaku dosen penguji III yang telah bersedia memberi masukan dalam menyelesaikan skripsi ini,

7. Seluruh dosen dan pegawai administrasi di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara, khususnya dosen pada Departemen Gizi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara dan Bapak Marihot Samosir, ST. yang telah banyak memberikan masukan dan motivasi serta membantu dalam segala urusan administrasi,

8. Orang tua yang saya cintai, ayahanda, U. Nahampun dan ibunda, S. Berutu yang telah merawatku sedari kecil dengan penuh cinta dan mencurahkan kasih sayang serta selalu memberikan doa dan semangat yang tiada henti demi keberhasilan saya serta dukungan baik berupa materi maupun moril,

9. Abangku, Untung Nahampun, Ganda Nahampun, dan Okto Nahampun beserta eda-edaku tercinta yang telah banyak memberikan semangat dan motivasi bagi saya.


(9)

Margareth Naburju Sinaga yang menjadi penyemangat bagi saya dalam penyelesaian skripsi ini,

11.Teman- teman dekatku, kak Marsini, kak Yunita, dan teman-teman angkatan 2007 lainnya yang telah bersedia membantu saya dan memberikan masukan, kritik, dan saran dalam menyelesaikan skripsi ini,

Akhirnya pada semua pihak yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu yang telah banyak memberikan bantuan dan dorongan semangat. Semoga berkat Tuhan senantiasa memenuhi kehidupan Bapak, Ibu, dan teman-teman sekalian. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi para pembaca sekalian.

Medan, Agustus 2010 Penulis


(10)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... ix

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang ... 1

1.2.Perumusan Masalah ... 6

1.3.Tujuan Penelitian ... 6

1.3.1. ... Tujuan Umum ... 6

1.3.2. ... Tujuan Khusus ... 6

1.3.3. ... Manfaat Penelitian ... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. ... Iodium ... 8

2.2. ... Zat Goitrogenik ... 9

2.3. ... Gangguan Akibat Kekurangan Iodium (GAKI) ... 10

2.4. ... Penyebab GAKI ... 12

2.4.1. ... Defisiensi Iodium ... 12

2.4.2. ... Air Minum ... 12

2.5. ... Upaya Penanggulangan GAKI ... 12 2.6. ... Proses


(11)

2.8. ...

Syarat-syarat Garam Beriodium yang Diperdagangkan ... 15

2.9. ... Kerangka Konsep... 18

BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1. ... Jenis Penelitian ... 19

3.2. ... Lokasi dan Waktu Penelitian ... 19

3.3. ... Populasi dan Sampel ... 19

3.3.1. ... Populasi ... 19

3.3.2. ... Sampel ... 19

3.3.3. ... Cara Pengambilan Sampel ... 20

3.4. ... Metode Pengumpulan Data ... 20

3.4.1. Data Primer ... 20

3.4.2. Data Sekunder ... 20

3.5. ... Analisis Kualitas Garam ... 20

3.5.1. ... Pemeriksa an Secara Fisik... 20

3.5.2. ... Cara Mengetahui Kandungan Yodium ... 21

3.6. ... Perhitunga n ... 22

3.7. ... Defenisi Operasional ... 22

BAB IV HASIL 4.1. Gambaran Umum Wilayah Penelitian ... 25

4.2. Hasil Penelitian ... 25

4.2.1. Berdasarkan Bentuk Garam... 25

4.2.2. Berdasarkan Jenis Kemasan Garam ... 26

4.2.3. Berdasarkan Standar Berat Isi Kemasan ... 26

4.2.4. Hasil Pemeriksaan Kandungan Iodium ... 27

BAB V PEMBAHASAN 5.1. Bentuk Garam ... 30

5.2. Jenis Kemasan ... 30


(12)

5.4. Hasil Pemeriksaan Kandungan Iodium ... 32 BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan ... 34 6.2. Saran ... 34 DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1. Tingkat Pembesaran Kelenjar Gondok ... 10 Tabel 4.1. Distribusi Garam Berdasarkan Bentuk Garam yang Beredar di

Pasar dan Warung di Kecamatan Berampu di Kabupaten Dairi

Tahun 2010 ... 26 Tabel 4.2. Distribusi Kandungan Iodium pada Garam yang Beredar di

Pasar dan Warung di Kecamatan Berampu di Kabupaten Dairi Tahun 2010 ... 27 Tabel 4.3. Distribusi Kandungan Iodium pada Garam Berdasarkan Bentuk

Garam pada Garam yang Beredar di Pasar dan Warung di


(13)

ABSTRAK

Iodium adalah salah satu komponen untuk hormon tiroid yang dihasilkan oleh kelenjar gondok. Iodium dapat diperoleh dari makanan, seperti rumput laut, ikan, kepiting, udang dan juga dari garam yang telah difortifikasi iodium. Berdasarkan survei pendahuluan, Kecamatan Berampu merupakan daerah endemis sedang penyakit gondok dengan nilai TGR 25%. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kadar iodium pada garam yang beredar di pasar dan warung di Kecamatan Berampu Kabupaten Dairi.

Penelitian bersifat deskriptif observasional yaitu ingin mengetahui gambaran kualitas garam yang dijual di warung dan pasar di Kecamatan Berampu Kabupaten Dairi. Penelitian dilakukan dengan cara observasi terhadap garam dan melakukan pemeriksaan kadar iodium pada garam di laboratorium dengan menggunakan iodina test. Pengambilan sampel diambil secara total sampling yaitu seluruh garam yang beredar di pasar dan warung di Kecamatan Berampu Kabupaten Dairi.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa seluruh garam yang beredar di pasar dan warung di Kecamatan Berampu beriodium. Garam yang berbentuk halus memiliki kandungan iodium lebih tinggi daripada garam yang berbentuk curai/krosok. Seluruh garam memiliki kemasan yang tidak sesuai dengan standar yaitu plastik yang tipis, tidak kedap air dan tidak tertutup rapat. Sebaiknya Pemerintah Daerah meningkatkan pengawasan pada garam di tingkat distribusi dalam hal jenis kemasan dan kandungan yodium pada garam. Dan pada masyarakat sebaiknya mengonsumsi garam yang halus sebab memiliki kandungan iodium yang lebih tinggi.


(14)

ABSTRACT

Iodine was one of the substances of the thyroid hormon produced by thyroid gland. Iodine can obtained from food stuffs, such as seaweeds, fish, sea crabs, shrimps, and fortified salt. Based on the preliminary survey, Berampu Sub-district, was the area of endemic with the TGR of 25%. This research was aimed to know the iodine content in salt which was sold in the market and the food stands in Berampu Sub-district, Dairi District.

This research was observational descriptive which was aimed to know the quality of salt which was sold in the food stands and the market in Berampu Sub-district, Dairi District. This research was done by observing the salt and controlling the iodine content in salt in the laboratory by using iodine test. The sample was a totall sampling – all of the salt which was sold in the market and the food stands in Berampu Sub-district, Dairi District.

The result of the research showed that all of the salt which was sold in the market and the food stands was iodinized. The iodine content in table salt was higher than salt which contained no iodine. All of the salt did not have adequate packaging – too thin plastic, no waterproof, and not tightly covered. It was recommended that the local government should increase the control of salt in the distribution method, especially in the case of the kinds of packaging and the iodine content in the salt. It was also recommended that the people should consume table salt because it contained more iodine.


(15)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Kerangka konsep penelitian pemeriksaan kadar iodium pada garam …. 18

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pentingnya iodium dalam tubuh manusia untuk metabolisme sudah dikenal sejak abad lalu walaupun pengaruh positif dan kaya iodium terhadap penyakit gondok sudah diketahui sejak zaman purba di seluruh dunia. Kekurangan iodium berhubungan erat dengan jumlah iodium yang terkandung di dalam tanah yang digunakan dalam bidang pertanian di


(16)

daerah yang berpengaruh. Walaupun program suplemen tambahan iodium telah mengurangi kekurangan jumlah iodium di berbagai daerah daerah di dunia, masih terlihat masalah kekurangan iodium yang serius di berbagai daerah (Soekatri, 2001).

Iodium adalah salah satu bahan untuk memproses hormon tiroid oleh kelenjar gondok. Iodium dapat diperoleh dari garam-garam yang konsumsi, dimana garam merupakan salah satu unsur yang sangat dibutuhkan oleh tubuh manusia walaupun hanya dibutuhkan dalam jumlah kecil. Djokomoeldjanto (1993) mengatakan bahwa manusia tidak dapat membuat unsur/elemen iodium dalam tubuhnya seperti membuat protein atau gula, tetapi harus mendapatkannya dari luar tubuh (secara alamiah) melalui serapan iodium yang terkandung dalam makanan serta minuman. Menurut Golden (1992), gangguan akibat kekurangan iodium disebut Iodine Deficiency Disorder (IDD) atau yang kita kenal dengan sebutan Gangguan Akibat Kekurangan Iodium (GAKI).

Kasus gondok muncul akibat rendahnya kesadaran masyarakat akan pentingnya garam beriodium. Selain itu terdapat banyak produsen garam yang nakal, yang tidak menyertakan iodium pada garam yang dijualnya. Konsumsi iodium paling banyak diperoleh dari makanan yang berasal dari laut mengingat air laut mengandung iodium yang tinggi. Oleh karena itu, bahan makanan seperti rumput laut, ikan, kepiting, udang dan tanaman yang ada dekat laut yang merupakan sumber yang baik akan iodium. Selain itu konsumsi iodium juga dapat diperoleh dari garam yang telah difortifikasi iodium dan air. Kondisi penyimpanan merupakan salah satu faktor yang paling berperan penting terhadap kandungan kadar Kalium Iodat (K1O3) pada garam beriodium. Dimana kondisi penyimpanan


(17)

dipengaruhi oleh lingkungan, salah satu diantaranya adalah suhu dan kelembaban (Djokomoeldjanto, 1993).

Gangguan Akibat Kekurangan Iodium (GAKI) di Indonesia merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang serius. Selain berupa pembesaran kelenjar gondok dan hipotiroid, kekurangan iodium jika terjadi pada wanita hamil mempunyai resiko terjadinya abortus, lahir mati, sampai cacat bawaan pada bayi yang lahir berupa gangguan perkembangan syaraf, mental dan fisik yang disebut kretin (Siswono, 2003).

Semua gangguan ini dapat berakibat pada rendahnya pretasi belajar anak usia sekolah, rendahnya produktifitas kerja pada orang dewasa serta timbulnya berbagai permasalahan sosial ekonomi masyarakat yang dapat menghambat pembangunan. Dari 20 juta penduduk Indonesia yang menderita gondok, diperkirakan dapat kehilangan 140 juta angka kecerdasan (IQ Points) (Siswono, 2003).

Untuk mengetahui masalah kurang iodium, pemantauan besaran masalah dilakukan survei nasional. Pada tahun 1980 prevalensi GAKI pada anak usia sekolah adalah 27,7%, prevalensi ini menurun menjadi 9,8% pada tahun 1988. Walaupun terjadi perubahan yang berarti, GAKI masih dianggap masalah kesehatan masyarakat, karena secara umum prevalensi masih di atas 5%. Tahun 2003 dilakukan lagi survei nasional, yang dibiayai melalui Proyek Intensifikasi Penanggulangan GAKI (IP-GAKI), untuk mengetahui dampak dari intervensi program penanggulangan GAKI. Dari hasil survei diketahui secara umum bahwa Total Goitre Rate (TGR) angka prevalensi gondok yang dihitung berdasarkan seluruh stadium pembesaran kelenjar gondok, baik yang teraba maupun yang terlihat pada anak sekolah berkisar 11,1%.


(18)

Di Cilacap, Jawa Tengah terdapat empat kecamatan yang dinyatakan sebagai daerah endemis penyakit gondok, karena terjadi kasus gangguan akibat kekurangan iodium (GAKI). Untuk mengatasi penyakit ini, pihak Dinas Kesehatan Cilacap melakukan promosi GAKI melalui sekolah-sekolah. Diharapkan, melalui kegiatan itu, kesadaran masyarakat Cilacap tentang pentingnya mengonsumsi garam beriodium akan semakin meningkat (Dharmawan, 2005).

Di Jawa Barat, Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Kabupaten Cirebon menemukan 12 merek (48%) garam dari 25 merek garam yang beredar di Cirebon yang tidak mengandung zat iodium. Temuan ini dikeahui setelah Bidang Industri Kimia Argo dan Hasil Hutan pada kantor Disperindag melakuka survey ke 16 perusahaan garam di Kabupaten Cirebon. Ke 12 merek garam yang tidak beriodium tersebut sangat bernuansa bisnis. Pengusaha garam tersebut tampaknya ingin meraup keuntungan yang besar. Dijelaskan, harga iodium cukup mahal yaitu sekitar Rp 300.000,00 per kilogram (Sianturi, 2005).

Hingga saat ini angka gondok nasional masih mencapai 9,8%, jauh di atas standar WHO yang mensyaratkan angka gondok di bawah 5%. Di beberapa provinsi seperti Maluku, Nusa Tenggara Timur, dan Sumatera Barat, angka gondok bahkan mencapai 30%. Saat ini terdapat 1.779 kecamatan di Indonesia yang termasuk daerah endemis penyakit gondok dengan derajat yang bervariasi. Karena itu, konsumsi yodium perlu ditingkatkan dalam rangka peningkatan kualitas sumber daya manusia Indonesia dan mencegah terjadinya generasi yang hilang (lost generation) (Dirjen, 1999).


(19)

Hasil survey GAKI pada tahun 2005 menunjukkan bahwa di Provinsi Sumatera Utara hanya terdapat satu kabupaten sebagai daerah endemis berat GAKI, yaitu Kabupaten Dairi (Profil Dinkes SUMUT, tahun 2008). Dari informasi yang tersedia pada tahun 2008 terlihat bahwa konsumsi garam beriodium oleh masyarakat Kabupaten Dairi dan Kecamatan Berampu sudah baik (100%). Tetapi berdasarkan hasil survey yang telah dilakukan, masih banyak ditemui masyarakat yang menderita GAKI sehingga Kabupaten Dairi dinilai sebagai daerah endemis dan Kecamatan Berampu nempunyai permasalahan TGR 25%.

Kabupaten Dairi terdiri dari 12 kecamatan dimana terdapat 3 kecamatan yang tergolong endemis sedang, 6 kecamatan tergolong endemis ringan dan hanya 2 kecamatan yang tergolong non endemis. Kecamatan Berampu merupakan daerah yang endemis sedang. Masyarakat di Kecamatan Berampu tidak mengerti mengenai fungsi dari iodium untuk tubuh. Masyarakat beranggapan bahwa iodium yang terkandung di dalam makanan tidak penting melainkan yang terpenting adalah adanya rasa asin pada makanan. Cara penyimpanan garam yang dilakukan oleh penduduk yaitu dengan cara menyimpan di stoples tertutup, stoples yang tidak memakai tutup dan plastik bungkus garam. Masyarakat setempat masih banyak yang tidak mengerti mengenai cara penyimpanan garam yang baik.

Program yang dilakukan pemerintah setempat untuk penanggulangan GAKI adalah dengan melakukan iodisasi garam yaitu dengan cara membuat standar garam konsumsi tiap orang perhari sebanyak 6-10 gram. Program lain yang dilakukan adalah iodisasi air minum, pemberian kapsul berminyak serta melakukan penyuluhan.

Dalam kehidupan sehari-hari masyarakat tidak mengerti mengenai cara penggunaan garam pada saat memasak. Garam dimasukkan dalam masakan sewaktu


(20)

masakan baru dimasak. Sehingga dapat mengakibatkan gizi yang terkandung di dalam garam akan berkurang. Untuk mengetahui apakah garam mengandung iodium atau tidak dapat diketahui dengan melakukan uji Iodina test.

Menurut SNI terdapat 13 kriteria standar mutu yang harus dipenuhi oleh produsen garam. Di antaranya adalah penampakan bersih, berwarna putih, tidak berbau, tingkat kelembaban rendah, dan tidak terkontaminasi dengan timbal/bahan logam lainnya. Menurut SNI 01-3556.2-1994/Rev/2000 syarat mutu garam beriodium yaitu dimana kandungan KIO3 minimal 30 ppm (Depkes, 2005).

Oleh karena itu, maka dilakukan penelitian ini untuk mengetahui apakah garam yang dikonsumsi masyarakat beriodium atau tidak, serta untuk mengetahui apakah kadar iodium garam yang digunakan sesuai dengan yang ditetapkan atau tidak.

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka yang menjadi perumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana kualitas garam beriodium yang beredar di pasar dan warung di Kecamatan Berampu Kabupaten Dairi Tahun 2010.

1.3. Tujuan

1.3.1. Tujuan Umum


(21)

1.3.2. Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui bentuk garam yang banyak dikonsumsi masyarakat di

Kecamatan Berampu.

2. Untuk mengetahui jenis kemasan garam yang beredar di pasar dan warung di Kecamatan Berampu.

3. Untuk mengetahui kadar iodium pada garam yang beredar di pasar dan warung sesuai standar atau tidak.

4. Untuk mengetahui standar isi kemasan garam yang beredar di pasar dan

warung di Kecamatan Berampu.

1.4. Manfaat Penelitian.

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat :

1. Sebagai masukan bagi Dinas Kesehatan Kabupaten Dairi dan Dinas Perindustrian dan Perdagangan dalam hal pengawasan pada garam di tingkat distribusi dan konsumen.

2. Sebagai bahan informasi bagi peneliti lain yang sejenis pada waktu yang akan datang agar melanjutkan penelitian ini pada syarat mutu garam konsumsi.


(22)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Iodium

Iodium merupakan zat gizi essensial bagi tubuh, karena merupakan komponen dari hormon thyroxin. Terdapat dua ikatan organik yang menunjukkan bioaktivitas hormon ini,


(23)

thyroxin. Hormon ini ditimbun dalam folikel kelenjar gondok, terkonjugasi dengan protein (globulin) yang disebut thyroglobulin yang merupakan bentuk yodium yang disimpan dalam tubuh, apabila diperlukan, thyroglobulin dipecah dan akan melepaskan hormon thyroxin yang dikeluarkan oleh folikel kelenjar ke dalam aliran darah (Yuastika, 1995).

Kekurangan yodium memberikan kondisi hypothyroidism dan tubuh mencoba untuk mengkompensasikan dengan penambahan jaringan kelenjar gondok yang menyebabkan pembesaran kelenjar tiroid tersebut.

Jumlah iodium dalam tubuh manusia relative sangat kecil dan kebutuhan untuk pertumbuhan normal hanya 100-150 mikrogram (0,1-0,15 mg) perhari. Kebutuhan ini dapat dipenuhi dari konsumsi 6 gram garam beriodium dengan kandungan minimal 40 ppm, sekitar 60 mikrogram iodium yang dikonsumsi tersebut akan ditangkap oleh kelenjar tiroid untuk pembentukan hormon thyroxin (Permaesih, 2000).

2.2. Zat Goitrogenik

Zat Goitrogenik adalah zat yang dapat menghambat pengambilan iodium oleh kelenjar gondok, sehingga konsentrasi iodium dalam kelenjar menjadi rendah. Aktivitas bahan goitrogenik pada prinsipnya bekerja pada tempat yang berlainan dalam rantai proses pembentukan hormon tiroid, dapat dibagi atas dua macam yaitu (Soekatri, 2001) :

a. Menghambat pengambilan iodium oleh kelenjar thyroid,golongan ini termasuk kelompok perchlorate


(24)

b. Menghalangi pembentukan ikatan organik antara iodium dan thyroxin untuk menjadi hormon thyroid, golongan ini adalah kelompok tiouracils imidazoles

Dari hasil beberapa penelitian diketahui bahwa ada beberapa jenis makanan yang dikonsumsi oleh manusia dan hewan dapat bersifat goitrogenik. Penelitian dengan menggunakan tikus/kelinci sebagai objek, seperti penelitian oleh grup Baltimore terhadap kelinci yang diberi campuran makanan yang mengandung kubis segar, disimpulkan bahwa kubis merupakan salah satu faktor penyebab pembesaran kelenjar tiroid. Di New Zealand ditemukan bahwa famili kubis dapat menyebabkan gondok setelah diberi pada kelinci selama 60 hari. Selain itu Mc. Carrison melaporkan bahwa soybean dan peanuts (kacang kedele), juga menyebabkan pembesaran kelenjar tiroid tikus 3x lebih besar daripada normal setelah diberi makan selama 3 bulan. Diketahui juga bahwa selain bahan makanan di atas ditemukan juga zat goitrogenik pada umbi singkong, daun singkong dan kacang-kacangan lainnya (Nurdjaman, dkk, 1987).

2.3. Gangguan Akibat Kekurangan Iodium (GAKI)

Defisiensi iodium dapat menyebabkan terjadinya penyakit gondok. Gondok adalah cara adaptasi manusia terhadap kekurangan unsur iodium dalam makanan dan minumannya (Zulkarnaen, 2003). Untuk menentukan apakah seseorang menderita gondok (mengalami pembesaran kelenjar gondok) dapat dilakukan dengan palpasi (meraba dengan jari-jari tangan).


(25)

Tabel 2.1. Tingkat Pembesaran Kelenjar Gondok

Grade (Tingkat) Hasil Palpasi

Normal (0) Tidak ada pembesaran kelenjar

IA Pembesaran kelenjar tidak nampak walaupun leher pada posisi tengadah maksimum

Pembesaran kelenjar teraba ketika palpasi

IB Pembesaran kelenjar gondok terlihat jika leher pada posisi tengadah maksimum

Pembesaran kelenjar teraba ketika palpasi

II Pembesaran kelenjar gondok terlihat pada posisi kepala normal dan terlihat dari jarak 1 meter

III Pembesaran kelenjar gondok tampak nyata dari jarak 5-6 meter

Sumber: Proyek Intensifikasi Penanggulangan GAKI IBRD-LOAN,1998.

GAKI dapat terjadi pada manusia baik pria maupun wanita. Kelompok pria yang tergolong rentan GAKI adalah sampai dengan usia 20 tahun, sedangkan kelompok wanita sampai dengan usia 49 tahun. Timbulnya gangguan dapat terjadi pada manusia sejak masih janin dalam kandungan.

Pada janin, kekurangan iodium dapat mengakibatkan abortus spontan (keguguran), lahir mati, kelainan/kematian perinatal, kematian bayi meningkat, bayi lahir kretin dan kelambatan perkembangan gerak.

Pada anak remaja dapat mengakibatkan gondok, hipotiroid, gangguan fungsi mental dan intelejensi, gangguan perkembangan fisik dan kretin. Pada dewasa dapat mengakibatkan gondok dengan segala komplikasinya, hipotiroid dan gangguan fungsi mental dan intelejensi.


(26)

Dampak yang ditimbulkan sudah tentu sangat besar dan luas. Apalagi kelompok yang beresiko paling tinggi adalah wanita. Ibu hamil yang ada di daerah endemik GAKI beresiko melahirkan bayi kretin, dan melahirkan generasi penerus dengan tingkat intelejensi rendah. Dampak selanjutnya adalah kualitas sumber daya manusia yang juga rendah.

Pengurangan tingkat kecerdasan yang diakibatkan oleh GAKI dapat diperinci sebagai berikut:

1. Setiap penderita gondok akan mengalami pengurangan IQ poin sebesar 5 poin

dibawah normal.

2. Setiap penderita kretin akan mengalami pengurangan IQ poin sebesar 5 poin dibawah normal.

3. Setiap penderita GAKI lain yang bukan gondok maupun kretin akan mengalami

pengurangan IQ poin sebesar 5 poin dibawah normal.

4. Setiap kelahiran bayi yang terdapat di daerah yang kurang yodium akan mengalami pengurangan IQ poin sebesar 5 poin dibawah normal (Dirjen Pemda RI, 1999).

2.4. Penyebab GAKI

2.4.1 Defisiensi Iodium

Kekurangan intake iodium disebabkan karena faktor lingkungan air dan tanah dengan kandungan iodium yang rendah akibat iodium terkikis dari tanah, sehingga seluruh hewan dan tumbuhan yang digunakan sebagai sumber bahan makanan bagi manusia akan


(27)

2.4.2. Air minum

Di dalam air minum yang kotor terdapat zat goitrogenik alami berasal dari sediment organic goitrogenik di dalam air tanah. Hasil-hasil bakteri Escherichia coli dalam air minum juga dapat menyebabkan pembesaran kelenjar tiroid (Nurdjaman, dkk 1987).

2.5. Upaya Penanggulangan GAKI

Upaya penanggulangan dapat dilakukan dengan cara :

1. Penyuntikan depot lipiodol (preparat yodium dalam minyak) dengan dosis 2ml yang kemudian diganti dengan kapsul minyak beryodium, dengan tujuan untuk mencegah timbulnya bayi lahir kerdil (cebol) akibat kekurangan yodium.

2. Distribusi garam dapur yang difortifikasi dengan Kalium Iodium.

3. Kegiatan penyuluhan yang bertujuan untuk mensukseskan program penanggulangan

GAKI.

2.6. Proses Produksi Garam

Proses produksi garam rakyat kebanyakan hanya tergantung pada alam (air laut dan cuaca) dan pengalaman dengan teknologi terbatas. Khususnya kadar yodium rendah, dimana konsumsi jangka panjang menyebabkan timbulnya penyakit gondok di beberapa daerah akibat kekurangan iodium.

Jika dibandingkan dengan kualitas garam lokal produksi petani garam di Cirebon, Jawa Barat, yang memiliki kandungan NaCl rendah dibawah 90%, maka akan sulit bersaing


(28)

dengan garam impor dari Australia dan India yang bermutu lebih baik (Bisnis Indonesia, 2000).

Produksi garam adalah menguapkan air laut dalam petak-petak di pinggir pantai. Air laut yang diuapkan sampai kering mengandung setiap liternya sejumlah 7 mineral (CaSO4,

MgSO4, MgCl2, KCl, NaBr, NaCl, dan air) dengan berat total 1.025,68 gram. Setelah

dikristalkan pada proses selanjutnya akan diperoleh garam dengan kepekatan 16,75-28,5 derajat Be setara dengan 23,3576 gram. Untuk menghasilkan garam dapur hanya akan diperoleh 40,97% dari jumlah semula (Bisnis Indonesia, 2000).

Lokasi pembuatan garam yang ideal adalah memenuhi persyaratan antara lain lokasi landai, kedap air, air laut dapat naik ke lahan tambak garam (dengan atau tanpa bantuan alat), konsentrasi air baku minimum 2,5 derajat Be. Lokasi juga bersih dari sumber air tawar, dengan curah hujan sedikit dan banyak sinar matahari untuk optimalnya penguapan air laut. Musim kemarau yang panjang akan memperkecil frekuensi turun hujan.

2.7. Distribusi Garam Beriodium

Kebutuhan garam nasional sekitar 1,839 juta ton per tahun terdiri atas garam konsumsi 855.000 ton dan garam industri 984.000 ton. Kebutuhan garam untuk industri soda menempati urutan teratas yaitu 76%, diikuti untuk kebutuhan industri pengeboran minyak 15%, dan jenis industri lain seperti kulit, kosmetik, sabun dan es sebanyak 9%. Kebutuhan garam dikonsumsi untuk makanan merupakan 72% sedangkan sisanya


(29)

dibutuhkan untuk bahan penolong dalam industri makanan. Konsumsi garam per kapita adalah 3 kg per tahun per orang.

Distribusi garam beriodium dari perusahaan ke masyarakat, tergantung dari kemampuan produksi dan pemasaran dalam suasana pasar bebas. Perusahaan yang besar mampu melakukan distribusi antar pulau dan antar propinsi, sedangkan perusahaan menengah dan kecil hanya mampu memasarkan produknya dalam satu propinsi atau bahkan satu kabupaten/kota saja. Pemasaran akhir umumnya melalui pengecer formal (pasar besar, supermarket, toko bahan pangan), sampai dengan pengecer kecil di daerah perkotaan dan pinggiran kota. Pasar di kabupaten Dairi terutama di kecamatan Berampu di daerah-daerah terpencil umumnya sulit terjangkau oleh distributor garam beriodium, kemungkinan dikarenakan akses jalan yang sulit ditempuh sehingga memerlukan waktu lama. Secara tradisional kebutuhan garam yang di pasarkan di pasar tradisional di penuhi distributor informal yang memasarkan garam krosok non-iodium.

Hal ini yang memerlukan perhatian ialah pemalsuan dan penipuan kandungan iodium dalam garam. Berbagai survey kecil di beberapa kota menunjukkan masih banyak kemasan garam yang mengklaim mengandung iodium, namun kandungan KI03 kurang dari 30 ppm sebagaimana dipersyaratkan.

2.8. Syarat-syarat Garam Beriodium yang Diperdagangkan

Pemerintah melalui Kepmen 77/M/SK/5/95 tentang Pengolahan, Pelabelan dan Pengemasan garam beriodium berupaya meningkatkan kualitas garam rakyat sehingga memenuhi syarat SNI, maka syarat-syaratnya adalah sebagai berikut:


(30)

1. Syarat-syarat kemasan:

Garam konsumsi yang diproduksi untuk diperdagangkan harus dikemas dalam wadah yang tertutup rapat, kedap air atau plastik yang tebal dan transparan.

2. Syarat-syarat label:

Pada wadah/kemasan garam beryodium harus tertera keterangan-keterangan yang jelas/terang yang dicetak sebagai berikut:

1. Nama/merek perusahaan

2. Kandungan Kalium Iodium 30-80ppm

3. Berat isi setiap kemasan dalam satuan gram atau kilogram 4. Tanggal pembuatan/produksi (kode produksi)

5. Nomor pendaftaran dari Direktorat Pengawasan Obat dan Makanan Departemen

Kesehatan

6. Alamat perusahaan

3. Standar berat isi kemasan garam konsumsi beriodium yang diizinkan untuk beredar pada tingkat pasar adalah:

1. Isi bersih 5 kg (5000 gram) 2. Isi bersih 4 kg (4000 gram) 3. Isi bersih 3 kg (3000 gram) 4. Isi bersih 2 kg (2000 gram) 5. Isi bersih 1 kg (1000 gram)


(31)

7. Isi bersih 1 ons (100 gram) 4. Cara pengemasan:

1. Menjamin terpenuhi berat isi kemasan sesuai dengan yang tertera di label.

2. Tutup kemasan dengan menggunakan alat laminating atau alat pemanas yang dapat menjamin tidak terjadinya kebocoran pada kemasan tersebut.

5. Mutu garam konsumsi

Meskipun tidak semua garam produksi lokal bermutu rendah tetapi kenyataan memang menunjukkan adanya kelemahan-kelemahan yang vital bagi mutu suatu garam yang sering didapati pada garam lokal antara lain rendahnya kandungan yodium yang tidak memenuhi standar seperti yang ditetapkan oleh Lembaga Standar Nasional Indonesia. Setidaknya ada 13 kriteria standar mutu yang harus dipenuhi oleh produsen garam. Diantaranya adalah penampakan bersih, berwarna putih, tidak berbau, tingkat kelembaban rendah, dan tidak terkontaminasi dengan timbal dan logam lainnya. Kandungan NaCl untuk garam konsumsi manusia tidak boleh lebih rendah dari 97% untuk garam kelas satu, dan tidak kurang dari 93% untuk garam kelas dua. Tingkat kelembaban disyaratkan berkisar 0,5% dan senyawa SO4 tidak melebihi batas 2,0%, kadar yodium berkisar 30-80ppm.

Untuk melihat gambaran garam yang dikonsumsi, khususnya dilihat dari kandungan iodium dalam garam dapat dilakukan dengan cara hasil uji kualitatif terhadap garam yang dikonsumsi yaitu dengan menggunakan alat Iodina-test dari Kimia Farma.

6. Bentuk garam


(32)

1. Halus, dimana garam ini adalah garam yang kristalnya sangat halus menyerupai gula pasir yang biasa disebut garam meja. Garam halus ini biasa dikemas dalam wadah/plastik dengan label yang lengkap.

2. Curai/krosok, dimana garam ini adalah garam yang kristalnya kasar-kasar, di daerah Jawa disebut juga krosok, biasa dibungkus dengan karung dan dijual dalam bentuk kilo-an.

3. Briket, yaitu garam yang berbentuk bata.

2.9. Kerangka Konsep

Gambar 1. Kerangka konsep penelitian pemeriksaan kadar iodium pada garam Identifikasi Kualitas Garam

1. Kandungan Iodium

2. Bentuk garam

3. Jenis kemasan

4 Berat isi kemasan

Garam yang memenuhi syarat


(33)

Untuk mengetahui garam yang memenuhi syarat, maka dapat diketahui dengan melakukan identifikasi kualitas garam. Identifikasi kualitas garam ini dilakukan dengan meneliti kandungan iodium, bentuk garam, jenis kemasan dan berat isi kemasan.

BAB III METODE PENELITIAN


(34)

Penelitian ini bersifat deskriptif observasional, yaitu untuk mengidentifikasi kualitas garam beriodium yang beredar di warung dan pasar di Kecamatan Berampu Kabupaten Dairi tahun 2010.

3.2. Lokasi & Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di Kecamatan Berampu karena dinilai sebagai daerah endemis sedang dan mempunyai permasalahan TGR sebesar 25%. Penelitian dilakukan pada bulan Juni sampai dengan Agustus tahun 2010.

3.3. Populasi dan Sampel

3.3.1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh garam yang diperdagangkan di warung dan pasar yang terdapat di Kecamatan Berampu tahun 2010.

3.3.2. Sampel

Sampel dalam penelitian ini diambil secara total sampling yaitu seluruh garam dengan berbagai bentuk garam (kasar dan halus) yang ada di warung dan di pasar Kecamatan Berampu Kabupaten Dairi tahun 2010 yaitu sebanyak 5 merek (AA, AB, Jangkar, Pintar dan Super Salt).


(35)

3.3.3. Cara Pengambilan Sampel

Sampel garam dibeli dari pasar dan warung. Pengujian garam dilakukan terhadap perwakilan dari masing-masing merek, karena (pertimbangan), merek yang sama berasal dari sumber yang sama juga. Setiap merek garam diuji sebanyak 2 kali yang dibedakan berdasarkan waktu pengambilan sampel, dimana sampel pertama diambil pada tanggal 14 Juni 2010 dan sampel kedua diambil pada tanggal 10 Juli 2010.

3.4. Metode Pengumpulan Data

3.4.1. Data Primer

Pengumpulan data dilakukan dengan cara observasi langsung melalui pengamatan terhadap bentuk garam, jenis kemasan, standar berat isi garam dengan mempergunakan daftar check list dan pemeriksaan kandungan yodium pada garam dengan mengambil sampel dan dilakukan pemeriksaan dengan menggunakan iodina test.

3.4.2. Data Sekunder

Data sekunder dikumpulkan berdasarkan data-data yang berkaitan dengan tujuan penelitian yaitu data yang meliputi gambaran umum lokasi penelitian yang diperoleh dari kantor Lurah.

3.5. Analisis Kualitas Garam

3.5.1. Pemeriksaan secara fisik


(36)

1. Bentuk garam

2. Jenis kemasan.

3. Label.

4. Standar berat isi kemasan.

3.5.2. Cara Mengetahui Kandungan Iodium

Cara mengetahui kandungan iodium ada 2 cara yaitu secara kuantitatif (penetapan kadar iodium yang ada dalam sampel) dan analisis secara kualitatif (identifikasi iodium dalam suatu sampel).

Untuk mengetahui kandungan iodium dalam garam menggunakan cara kualitatif dengan metode Iodometri dengan cara sebagai berikut:

4. ½ sendok teh garam ditaruh ke dalam plat tetes.

5. Di atas permukaan garam diteteskan 2-3 tetes larutan iodina test.

6. Bila garam berubah warna menjadi ungu tua, berarti garam mengandung iodium

antara 30-80 ppm.

7. Bila berwarna ungu muda atau keputih-putihan berarti garam mengandung iodium

kurang dari 30 ppm.

8. Bila tidak berubah warna, garam tersebut tidak mengandung iodium, garam ini tidak dianjurkan untuk dikonsumsi.


(37)

Sedangkan secara kuantitif dengan metode titrasi iodometri dengan acuan pada titik akhir titrasi jika kelebihan 1 tetes titran. Perubahan warna yang terjadi pada larutan akan semakin jelas dengan penambahan indikator amilum/kanji (Svehla, 1997). Penetapan dilakukan dengan cara :

Ke dalam labu erlenmeyer dimasukkan (Zulkarnaen, 2003):

9. 25 gram garam yang akan diperiksa 10.125 ml aquadest

11.Di kocok sampai larut

12.Kemudian ditambah 2 ml HCl, 1 ml amilum, dan 0,1 gram KI Kristal dan ditutup dengan

plastik lalu dikocok hingga KI Kristal larut.

13.Kemudian dititrasi dengan larutan Na2S2O3 0,1 N hingga warna biru tepat hilang.

3.6. Perhitungan

Kadar KIO3 =

Kesetaraan : 1 ml Na2S2O3 0,1 N = 3,567 mg KIO3 (Zulkarnaen, 2003)


(38)

1. Bentuk garam adalah wujud garam yang dipasarkan, yang dibagi 3 jenis yaitu :

a. Halus: garam yang kristalnya sangat halus menyerupai pasir, biasanya juga garam meja. Garam halus ini dikemas dalam wadah/plastik dengan label lengkap.

b. Curai/krosok: garam yang kristalnya kasar-kasar, di Jawa disebut krosok, biasanya dibungkus dengan karung dan dijual dalam kilo-an atau sesuai kebutuhan konsumen.

c. Briket, yaitu garam yang berbentuk bata.

2. Jenis kemasan adalah wadah/tempat garam yang digunakan agar garam tersebut tidak berkurang unsur-unsur yang terkandung di dalamnya, kemasan terdiri atas:

a. Memenuhi syarat: wadah tertutup rapat, kedap air, warna plastik transparan. b. Tidak memenuhi syarat: wadah tidak tertutup rapat, tidak kedap air dan warna

plastik tidak transparan.

3. Berat isi kemasan adalah ketetapan yang ditentukan oleh Dinas Perindustrian dan Perdagangan mengenai berat isi kemasan (isi bersih) garam yang dapat diketahui dengan menimbang garam dengan menggunakan timbangan, yang dibagi menjadi dua kategori:

a. Sesuai dengan yang diizinkan. b. Tidak sesuai dengan yang diizinkan.

4. Garam beriodium adalah Natrium Chlorida (NaCl) yang diproduksi melalui proses iodisasi yang memenuhi Standar Nasional Indonesia (SNI) dibagi dalam tiga kategori:

a. Memenuhi syarat yaitu mengandung iodium antara 30-80 ppm yang ditandai dengan warna ungu tua.


(39)

b. Kurang memenuhi syarat yaitu mengandung iodium kurang dari 30 ppm yang ditandai dengan warna ungu muda.

c. Tidak memenuhi syarat yaitu tidak mengandung iodium (tidak ada perubahan warna)

BAB IV

HASIL PENELITIAN


(40)

Kecamatan Berampu merupakan salah satu kecamatan yang terdapat di Kabupaten Dairi. Luas wilayah Kecamatan Berampu adalah 39,45 KM2. Kecamatan Berampu merupakan salah satu kecamatan yang maju di Kabupaten Dairi.

Adapun batas-batas dari kecamatan ini adalah :

a. Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Lae Parira. b. Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Sidikalang. c. Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Huta Pasi. d. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Jumateguh.

4.2. Hasil penelitian

4.2.1. Berdasarkan Bentuk Garam

Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan terhadap bentuk garam yang diperdagangkan di warung dan pasar di Kecamatan Berampu Kabupaten Dairi ditemukan 2 bentuk garam, yaitu halus dan kasar.

Tabel. 4.1. Distribusi Garam Berdasarkan Bentuk Garam yang Beredar di Pasar dan Warung di Kecamatan Berampu di Kabupaten Dairi Tahun 2010

Bentuk Garam Pengujian I Pengujian II


(41)

Dari tabel 4.1. di atas dapat diketahui bahwa garam yang beredar di pasar dan warung di Kecamatan Berampu berbentuk halus (50,0%) dan curai/krosok (50,0%) serta tidak terdapat garam yang berbentuk briket/bata.

4.2.2. Berdasarkan Jenis Kemasan

Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan terhadap kemasan garam yang beredar di pasar dan warung di Kecamatan Berampu di Kabupaten Dairi diketahui bahwa seluruh kemasan garam yang beredar di pasar dan warung di Kecamatan Berampu tidak memenuhi syarat (100,0%) dimana bungkus tidak tertutup rapat dan tipis.

4.2.3. Berdasarkan Berat Isi Kemasan

Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan terhadap berat isi kemasan garam yang beredar di pasar dan warung di kecamatan Berampu di Kabupaten Dairi diketahui bahwa seluruh garam yang beredar di pasar dan warung di Kecamatan Berampu memiliki berat isi sesuai dengan yang tertera pada label. Sebagian besar garam yang beredar di pasar dan di warung memiliki berat bersih sebanyak 100 gram dan 500 gram.

4.2.4. Hasil Pemeriksaan Kandungan Iodium

Hasil pemeriksaan kandungan iodium yang terdapat pada garam yang beredar di pasar dan warung di Kecamatan Berampu dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel. 4.2. Distribusi Kandungan Iodium pada Garam yang Beredar di Pasar dan Warung di Kecamatan Berampu di Kabupaten Dairi Tahun


(42)

Kadar Iodium Pengujian I Pengujian II Jumlah Persentase Jumlah Persentase

30-80 ppm 9 90,0 9 90,0

< 30 ppm 1 10,0 1 10,0

Jumlah 10 100,0 10 100,0

Dari tabel 4.2. di atas dapat kita ketahui bahwa hasil pemeriksaan terhadap kandungan iodium pada garam baik pada pengujian I maupun pada pengujian II, dari 10 garam yang beredar di pasar dan warung ditemukan 9 garam (90,0%) yang memenuhi syarat (mengandung 30-80 ppm) yang ditandai dengan warna ungu tua, sedangkan yang lainnya hanya mengandung iodium < 30 ppm (10,0%) yang ditandai dengan warna ungu muda.

Tabel. 4.3. Distribusi Kandungan Iodium pada Garam Berdasarkan Bentuk Garam pada Garam yang Beredar di Pasar dan Warung di Kecamatan Berampu di Kabupaten Dairi Tahun 2010

Bentuk Garam Pengujian I Pengujian II

30-80 ppm < 30 ppm 30-80 ppm < 30 ppm

Halus 5 0 5 0

Curai/krosok 4 1 4 1

Jumlah 9 1 9 1

Dari tabel 4.3. di atas dapat kita ketahui bahwa baik pada pengujian garam yang pertama maupun pada pengujian garam yang kedua, kandungan iodium pada garam berdasarkan bentuk garam ditemukan dari 5 garam yang berbentuk halus, seluruhnya memiliki kandungan iodium antara 30-80 ppm, sedangkan pada garam yang berbentuk curai/krosok terdapat 1 garam yang mengandung iodium < 30 ppm.

Tabel. 4.4. Distribusi Kandungan Iodium pada Garam Berdasarkan Merek dan Bentuk Garam yang Beredar di Pasar dan Warung di Kecamatan


(43)

Super Salt

Halus

61,4 59,9

AA 75,6 72,9

AB 72,8 71,3

Jangkar 78,5 75,6

Pintar 68,5 69,9

Super Salt

Kasar

28,5 28,5

AA 35,7 37,1

AB 57,1 55,6

Jangkar 68,5 68,5

Pintar 58,5 58,5

Berdasarkan tabel 4.4. di atas dapat diketahui bahwa garam yang memiliki kandungan iodium paling tinggi adalah pada pengujian I terdapat pada garam merek Jangkar halus yaitu sebesar 78,5 ppm dan pada pengujian II juga terdapat pada garam merek Jangkar halus yaitu sebesar 75,6 ppm. Kandungan iodium terendah baik pada pengujian I maupun pada pengujian II, terdapat pada garam merek Super Salt kasar yaitu sebesar 28,5 ppm.

BAB V PEMBAHASAN


(44)

Garam diproduksi dalam tiga bentuk yaitu curai/krosok, halus dan briket (bata). Berdasarkan hasil penelitian, di Kecamatan Berampu ditemukan 5 merek garam, yang masing-masing memiliki bentuk halus dan curai/krosok (50% garam yang berbentuk halus dan 50% garam yang berbentuk curai/krosok). Adapun merek garam tersebut adalah AA, AB, Jangkar, Pintar dan Super Salt.

Berdasarkan kuantitas, garam yang berbentuk halus memiliki kandungan iodium yang lebih tinggi daripada garam yang berbentuk curai/krosok. Namun, garam yang berbentuk curai/krosok paling banyak diminati masyarakat daripada yang berbentuk halus sebab harga garam yang berbentuk krosok lebih murah bila dibandingkan dengan garam yang berbentuk halus. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Safitri (2002) yang mengatakan bahwa garam yang berbentuk halus memiliki kandungan iodium lebih tinggi daripada garam yang berbentuk curai/krosok.

5.2. Jenis Kemasan

Untuk meningkatkan mutu garam agar sesuai dengan standar yang telah ditetapkan, garam harus ditempatkan dalam bungkusan atau kemasan yang tertutup rapat sehingga untuk membukanya harus merusak bungkus terlebih dahulu yang dimana bahan pembungkusnya terbuat dari plastik. Garam yang diproduksi harus dikemas dalam wadah yang tertutup rapat, tahan terhadap sifat garam dan cukup kuat selama dalam penyimpanan dan pendistribusian. Bungkus garam terbuat dari bahan yang kedap air dan plastik yang transparan.


(45)

Dari hasil penelitian diketahui bahwa seluruh garam memiliki kemasan yang tidak memenuhi syarat. Hal tersebut dapat dilihat dari plastik kemasan yang tipis, tembus pandang (transparan), tidak kedap air dan penutup kemasan yang tidak tertutup rapat. Hal tersebut dapat mengakibatkan garam mudah terkena air sehingga garam dalam kemasan basah dan akan mempengaruhi kandungan iodium pada garam. Kemasan garam yang tipis dan tembus pandang tersebut dapat mengakibatkan kandungan iodium pada garam menguap apabila garam terpapar dengan sinar matahari. Perlu kita ingat, iodium adalah zat yang cepat menguap. Begitu pula jika garam bersinggungan dengan panas lainnya pada saat dimasak. Dengan demikian, pada masakan yang ada hanya rasa asin saja, tanpa adanya zat iodium yang bermanfaat bagi tubuh.

5.3. Berat Isi Kemasan

Pada kemasan garam harus dicantumkan kata ‘isi bersih’ atau ‘berat bersih’ garam. Berat isi garam konsumsi beriodium yang diizinkan beredar adalah 100 gram, 500 gram, 1000 gram, 2000 gram, 3000 gram, 4000 gram dan 5000 gram. Tujuan pengaturan berat pengantongan garam konsumsi adalah untuk memudahkan konsumen dalam pemilihan garam dengan takaran yang sudah ditentukan, karena harga garam yang dijual berdasarkan isi bersihnya dan untuk melindungi konsumen dari perusahaan yang menetapkan harga yang tidak sesuai dengan ukuran, isi bersih atau jumlah isi barang dalam kemasan (Safitri, 2002).

Seluruh garam yang beredar di pasar dan warung di Kecamatan Berampu memiliki berat isi yang sesuai dengan berat isi pengantongan garam konsumsi


(46)

beriodium yang diizinkan untuk diperdagangkan. Berdasarkan penelitian ditemukan sebagian besar garam yang beredar di pasar dan warung di Kecamatan Berampu memiliki berat bersih 100 gram dan 500 gram. Sebagian besar masyarakat mengonsumsi garam dengan berat isi 100 gram, sebab harganya lebih murah.

5.4. Hasil Pemeriksaan Kandungan Iodium

Sesuai dengan peraturan Menteri Perindustrian dan Perdagangan Nomor 77/SK/5/1995 tentang persyaratan garam beriodium hasil dalam negeri ditetapkan bahwa garam yang sesuai dengan standar adalah garam yang memiliki kandungan iodium sebesar 30-80 ppm. Dari 5 merek garam yang diteliti ditemukan 9 garam yang mengandung iodium sebesar 30-80 ppm. Kadar iodium tertinggi terdapat pada garam merek Jangkar halus yaitu sebesar 78,5 ppm. Hanya 1 garam yang memiliki kandungan iodium < 30 ppm yaitu garam merek Super Salt kasar yaitu sebesar 25,7 ppm.

Dari tabel dapat kita ketahui bahwa kandungan iodium pada pengujian I berbeda dengan kandungan iodium pada pengujian II. Hal ini dapat disebabkan oleh karena adanya perbedaan perlakuan pada saat memproduksi garam (saat pencucian dan penjemuran garam) dan adanya faktor-faktor lain yang dapat menyebabkan kandungan iodium pada garam berkurang, misalnya garam terkena cahaya matahari secara langsung, kemasan garam yang tidak tertutup rapat yang dapat menyebabkan garam mudah berikatan dengan zat lain, dll. Upaya pencucian dan pengeringan garam pada saat produksi bertujuan hanya untuk meningkatkan tampilan fisik garam (bersih


(47)

perlakuan pada garam pada saat penyimpanan (di warung atau pasar) dan saat pendistribusian.

Kadar KlO3 di bawah 30 ppm juga dapat disebabkan karena penyimpanan

garam yang terlalu lama dan kadar air yang terlalu banyak sehingga menyebabkan kadar KlO3 menurun, juga dapat disebabkan karena kadar KlO3 yang diproduksi tidak

mencapai 30 ppm. Hal ini disebabkan karena masih kurangnya kesadaran para produsen yang memproduksi garam dapur mengenai pentingnya iodium. Untuk itu diperlukan pengawasan dan pembinaan kepada para produsen agar tidak menjual garam yang tidak beriodium kepada masyarakat. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Safitri (2002).

Garam halus memiliki kandungan iodium lebih tinggi daripada garam yang berbentuk curai/krosok. Namun, sebagian besar masyarakat Kecamatan Berampu lebih menyukai garam yang berbentuk krosok. Hal ini dapat mengakibatkan masyarakat mengalami kekurangan iodium (GAKI). Garam yang berbentuk curai/krosok memiliki ukuran yang lebih besar dan hal ini menyebabkan penyerapan iodium lebih sedikit dan tidak merata dibandingkan dengan garam halus yang memiliki ukuran lebih kecil.

Untuk menjaga kadar iodium garam, sebaiknya garam disimpan dalam kemasan yang tertutup rapat dan diletakkan jauh dari sumber panas (seperti kompor, matahari), sebab iodium tidak dapat menguap bila disimpan dalam wadah yang tertutup rapat.

BAB VI


(48)

6.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat diperoleh kesimpulan sebagai berikut :

1. Terdapat dua bentuk garam yang beredar di pasar dan warung di Kecamatan Berampu yaitu bentuk halus dan curai/krosok.

2. Seluruh garam (100%) memiliki kemasan yang tidak memenuhi syarat karena kemasan terbuat dari plastik yang tipis, tidak kedap air dan tidak tertutup rapat. 3. Seluruh garam (100%) memiliki berat isi yang sesuai dengan yang tertera pada

label.

4. Terdapat 9 garam yang memiliki kandungan iodium yang sesuai dengan standar (30-80 ppm) dan 1 garam yang memiliki kandungan iodium < 30 ppm. Garam yang berbentuk halus memiliki kandungan iodium yang lebih tinggi daripada garam yang berbentuk curai/krosok.

6.2. Saran

1. Kepada Pemerintah Daerah Kecamatan Berampu diharapkan dapat meningkatkan upaya pengawasan pada garam di tingkat distribusi dan konsumen dalam hal jenis kemasan dan kandungan iodium pada garam.

2. Kepada pengusaha garam diharapkan dapat meningkatkan kadar iodium pada garam kasar.


(49)

sebaiknya masyarakat mengonsumsi garam yang berbetuk halus daripada yang berbentuk curai/krosok, sebab kandungan iodium pada garam yang halus lebih tinggi dan sesuai dengan standar iodium (30-80 ppm).

Lampiran


(50)

1. Pengujian I a. Halus

a) Merek Super Salt

Kadar KIO3 = = = 61,4 ppm

b) Merek AA

Kadar KIO3 = = = 75,6 ppm

c) Merek AB

Kadar KIO3 = = = 72,8 ppm

d) Merek Jangkar

Kadar KIO3 = = = 78,5 ppm

e) Merek Pintar

Kadar KIO3 = = = 68,5 ppm

b. Kasar

a) Merek Super Salt

Kadar KIO3 = = = 28,5 ppm

b) Merek AA

Kadar KIO3 = = = 35,7 ppm

c) Merek AB

Kadar KIO3 = = = 57,1 ppm

d) Merek Jangkar

Kadar KIO3 = = = 68,5 ppm

e) Merek Pintar


(51)

2. Pengujian II a. Halus

a) Merek Super Salt

Kadar KIO3 = = = 59,9 ppm

b) Merek AA

Kadar KIO3 = = = 72,9 ppm

c) Merek AB

Kadar KIO3 = = = 71,3 ppm

d) Merek Jangkar

Kadar KIO3 = = = 75,6 ppm

e) Merek Pintar

Kadar KIO3 = = = 69,9 ppm

b. Kasar

a) Merek Super Salt

Kadar KIO3 = = = 28,5 ppm

b) Merek AA

Kadar KIO3 = = = 37,1 ppm

c) Merek AB

Kadar KIO3 = = = 55,6 ppm

d) Merek Jangkar

Kadar KIO3 = = = 68,5 ppm

e) Merek Pintar

Kadar KIO3 = = = 58,5 ppm


(52)

1. Pemeriksaan yodium secara kualitatif

Gambar 1. Garam sebelum diteteskan cairan Iodina Test


(53)

Gambar 3. Proses penimbangan garam

Gambar 4. Perubahan warna pada cairan larutan garam setelah ditambahkan cairan HCl, amilum, dan KI kristal


(54)

Gambar 6. Proses titrasi dengan menggunakan larutan Na2S2O3


(1)

sebaiknya masyarakat mengonsumsi garam yang berbetuk halus daripada yang berbentuk curai/krosok, sebab kandungan iodium pada garam yang halus lebih tinggi dan sesuai dengan standar iodium (30-80 ppm).

Lampiran


(2)

1. Pengujian I a. Halus

a) Merek Super Salt

Kadar KIO3 = = = 61,4 ppm

b) Merek AA

Kadar KIO3 = = = 75,6 ppm

c) Merek AB

Kadar KIO3 = = = 72,8 ppm

d) Merek Jangkar

Kadar KIO3 = = = 78,5 ppm

e) Merek Pintar

Kadar KIO3 = = = 68,5 ppm

b. Kasar

a) Merek Super Salt

Kadar KIO3 = = = 28,5 ppm

b) Merek AA

Kadar KIO3 = = = 35,7 ppm

c) Merek AB

Kadar KIO3 = = = 57,1 ppm

d) Merek Jangkar

Kadar KIO3 = = = 68,5 ppm

e) Merek Pintar


(3)

2. Pengujian II a. Halus

a) Merek Super Salt

Kadar KIO3 = = = 59,9 ppm

b) Merek AA

Kadar KIO3 = = = 72,9 ppm

c) Merek AB

Kadar KIO3 = = = 71,3 ppm

d) Merek Jangkar

Kadar KIO3 = = = 75,6 ppm

e) Merek Pintar

Kadar KIO3 = = = 69,9 ppm

b. Kasar

a) Merek Super Salt

Kadar KIO3 = = = 28,5 ppm

b) Merek AA

Kadar KIO3 = = = 37,1 ppm

c) Merek AB

Kadar KIO3 = = = 55,6 ppm

d) Merek Jangkar

Kadar KIO3 = = = 68,5 ppm

e) Merek Pintar

Kadar KIO3 = = = 58,5 ppm


(4)

1. Pemeriksaan yodium secara kualitatif

2. Pemeriksaan kadar yodium secara kuantitatif

Gambar 1. Garam sebelum diteteskan cairan Iodina Test


(5)

Gambar 3. Proses penimbangan garam

Gambar 4. Perubahan warna pada cairan larutan garam setelah ditambahkan cairan HCl, amilum, dan KI kristal


(6)

Gambar 6. Proses titrasi dengan menggunakan larutan Na2S2O3