Gambaran Perilaku Ibu Rumah Tangga Dalam Penggunaan Garam Beriodium Di Desa Juma Teguh Kecamatan Siempat Nempu Kabupaten Dairi Tahun 2008

(1)

GAMBARAN PERILAKU IBU RUMAH TANGGA DALAM

PENGGUNAAN GARAM BERIODIUM DI DESA JUMA TEGUH

KECAMATAN SIEMPAT NEMPU KABUPATEN DAIRI TAHUN

2008

SKRIPSI

Oleh :

DEDI JULHADI HASIBUAN NIM. 051000601

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(2)

GAMBARAN PERILAKU IBU RUMAH TANGGA DALAM PENGGUNAAN GARAM BERIODIUM DI DESA JUMA TEGUH KECAMATAN SIEMPAT

NEMPU KABUPATEN DAIRI TAHUN 2008

S K R I P S I

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat

OLEH

Dedi Julhadi Hasibuan NIM : 051000601

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(3)

HALAMAN PENGESAHAN Skripsi Dengan Judul

GAMBARAN PERILAKU IBU RUMAH TANGGA DALAM PENGGUNAAN GARAM BERIODIUM DI DESA JUMA TEGUH KECAMATAN

SIEMPAT NEMPU KABUPATEN DAIRI TAHUN 2008

Yang dipersiapkan dan dipertahankan oleh :

Dedi Julhadi Hasibuan NIM. 051000601

Telah Diuji dan Dipertahankan Dihadapan Tim Penguji Skripsi Pada Tanggal 14 Januari 2009 dan

Dinyatakan Telah Memenuhi Syarat Untuk Diterima Tim Penguji

Ketua Penguji

Dra. Jumirah, Apt, M.Kes NIP. 131803342

Penguji I

Dr.Ir. Albiner Siagian, M.Si NIP. 132049786 Penguji II

Ros Idah Rohna Berutu, SKM, M.Kes NIP. 140154133

Penguji III

Ir. Etti Sudaryati, MKM NIP. 131964119 Medan, 14 Januari 2009

Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara

Dekan,

Dr. Ria Masniari Lubis, MSi NIP. 131124053


(4)

ABSTRAK

GAMBARAN PERILAKU IBU RUMAH TANGGA DALAM PENGGUNAAN GARAM BERIODUM DI DESA JUMA TEGUH KECAMATAN

SIEMPAT NEMPU KABUPATEN DAIRI TAHUN 2008

Masalah GAKI merupakan salah satu masalah kesehatan yang serius mengingat dampaknya sangat besar terhadap kelangsungan hidup dan kualitas sumber daya manusia. Selain berdampak terhadap pembesaran kelenjar gondok dan hipotiroid, kekurangan iodium pada wanita hamil akan mempunyai resiko terjadinya abortus, lahir mati, atau bawaan pada bayi lahir gangguan perkembangan syaraf, mental dan fisik (kretin).

Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui gambaran perilaku ibu rumah tangga dalam penggunaan garam beriodium, penelitian ini bersifat deskriptif.

Dari penelitian yang dilakukan diperoleh bahwa pengetahuan ibu rumah tangga tentang garam beriodium adalah cukup, dengan persentasi sebesar 69,41%, sikap ibu rumah tangga umumnya sudah baik, yaitu sebesar 82,35%, tindakan ibu rumah tangga berkategori cukup yaitu sebesar 75,29%, Kualitas garam yang dikonsumsi di dalam rumah tangga responden 100% mengandung iodium atau seluruh rumah tangga sudah menggunakan garam beriodium.

Dengan demikian disarankan untuk meningkatkan pengetahuan tentang garam beriodium di Desa Juma Teguh Kecamatan Siempat Nempu, dengan dukungan masyarakat setempat. Selain itu, diperlukan kegiatan penyuluhan dan promosi garam beriodium di tingkat desa, yang dilakukan oleh tenaga gizi puskesmas atau bidan di desa.


(5)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Dedi Julhadi Hasibuan

Tempat/Tanggal Lahir : Rantau Prapat, 30 Juli 1975

Agama : Islam

Status Perkawinan : Menikah

Jumlah Anak : 2 (dua) orang

Alamat Rumah : Jalan Asrama

Komplek Bumi Asri Blok E No.101 Medan

Riwayat

Pendidikan :

1. Tahun 1982 - 1988 : SD Negeri No.114375 Rantau Prapat

2. Tahun 1988 - 1991 : SMP Negeri 1 Rantau Prapat

3. Tahun 1991 - 1994 : SMA Negeri 2 Rantau Prapat

4. Tahun 1995 - 1999 : Akademi Gizi Sari Mutiara Medan

5 Tahun 2005 - sekarang : Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Sumatera Utara

Riwayat Pekerjaan :

1. Tahun 2000–Sekarang : Staf Sub Dinas Kesehatan Keluarga Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara


(6)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT atas segala rahmat dan ridho-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Penelitian dengan judul skripsi “Gambaran Perilaku Ibu Rumah Tangga dalam penggunaan Garam Beriodium di Desa Juma Teguh Kecamatan Siempat Nempu Kabupaten Dairi Tahun 2008” ini.

Dalam penulisan skripsi ini penulis menyadari masih ada kekurangannya. Hal ini tidak terlepas dari berbagai pihak. Untuk itu, penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada :

1. Ibu Ria Masniari Lubis, MSi, selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara Medan.

2. Ibu Dra. Jumirah, Apt, M.Kes, selaku Kepala Bagian Gizi Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara dan sekaligus Dosen Pembimbing Skripsi I yang telah banyak meluangkan waktu dan pikiran dalam memberikan bimbingan dan motivasi dalam penyelesaian skripsi.

3. Bapak Dr. Ir. Albiner Siagian, MSi, selaku Dosen Pembimbing Skripsi II yang telah banyak meluangkan waktu dan pikiran dalam memberikan bimbingan dan masukan sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.

4. Ibu Ros Idah Rohna Berutu, SKM, M.Kes, selaku Dosen Penguji II pada skripsi ini.


(7)

6. Bapak Camat Kecamatan Siempat Nempu Kabupaten Dairi yang telah memberikan izin penelitian di Kecamatan tersebut.

7. Ibu Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Dairi yang telah memberikan izin penelitian di Kecamatan tersebut.

8. Ibu Kepala Desa Juma Teguh yang telah memberikan izin penelitian di wilayah kerja tersebut.

9. Orang tua tercinta, serta saudara-saudaraku yang selalu memberikan motivasi dan doa dalam mengiringi penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini. 10. Istri dan anak-anak tercinta yang selalu memberikan doa, perhatian, dukungan

moril dan material sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

11. Semua teman-teman kerja di Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara khususnya di Seksi Gizi yang turut membantu dalam penyelesaian skripsi ini.

Akhir kata penulis berharap semoga skripsi ini dapat berguna bagi kita, khususnya bagi pembaca. Semoga Allah SWT senantiasa memberikan rahmat dan hidayah-Nya kepada kita semua. Amin ya robbal alamin.

Medan, Januari 2009 Penulis,


(8)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN PENGESAHAN ……… i

ABSTRAK ……….. ii

RIWAYAT HIDUP PENULIS ……….. iii

KATA PENGANTAR ……… iv

DAFTAR ISI ………... vi

DAFTAR TABEL ………... ix

BAB I PENDAHULUAN ………... 1

1.1. Latar belakang ……… 1

1.2. Perumusan Masalah ……… 4

1.3. Tujuan Penelitian ……… 4

1.3.1. Tujuan Umum ………... 5

1.3.2. Tujuan Khusus ……….. 5

1.4. Manfaat Penelitian ……….. 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ……… 7

2.1. Tinjauan Ontologi Iodium ………..… 7

2.1.1. Kebutuhan Iodium ……… 8

2.1.2. Dampak Defisiensi Iodium ……….. 9

2.2. Sumber Iodium ………... 11

2.3. Jenis Perilaku ……….. 12

2.4. Penggunaan Garam Beriodium ………... 17

2.5. Kerangka Konsep ……… 19

BAB III METODE PENELITIAN ………..… 21

3.1. Jenis dan Rancangan Penelitian ………... 21

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ……….. 21

3.2.1. Lokasi Penelitian ………... 21

3.2.2. Waktu Penelitian ………... 22

3.3. Populasi dan Sampel ………... 22

3.3.1. Populasi ………. 22

3.3.2. Sampel ……….. 22

3.4. Metode Pengumpulan Data ………. 24

3.4.1. Data Primer ………... 24

3.4.2. Data Sekunder ………... 24

3.5. Definisi Operasional ………... 25

3.6. Bahan dan Instrumen ……….. 26


(9)

3.8. Pengolahan dan Analisa Data ………... 28

3.8.1. Pengolahan Data ………... 28

3.8.2. Analisa Data ………... 29

BAB IV. HASIL PENELITIAN ……… 30

4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ………... 30

4.1.1. Geografi ……… 30

4.1.2. Demografi ………... 30

4.2. Gambaran Umum Sampel ………... 33

4.2.1. Karakteristik Responden ………... 33

4.3. Perilaku responden tentang garam beriodium ……… 35

4.3.1. Pengetahuan tentang garam beriodium ………. 35

4.3.2. Sikap tentang garam beriodium ……… 38

4.3.3. Tindakan tentang garam beriodium ……….. 41

BAB V. PEMBAHASAN ……….... 45

5.1. Karakteristik Responden ………. 46

5.2. Pengetahuan tentang garam beriodium ………... 46

5.3. Pengetahuan responden berdasarkan umur ………. 46

5.4. Pengetahuan responden berdasarkan pendidikan ………... 47

5.5. Pengetahuan responden berdasarkan pekerjaan ………... 47

5.6. Sikap responden tentang garam beriodium ………... 48

5.7. Sikap responden berdasarkan umur ... 48

5.8. Sikap responden berdasarkan pendidikan ... 48

5.9. Sikap responden berdasarkan pekerjaan ... 48

5.10. Sikap responden berdasarkan pengetahuan ... 49

5.11. Tindakan tentang garam beriodium ... 50

5.12. Tindakan responden berdasarkan umur... 50

5.13. Tindakan responden berdasarkan pendidikan ... 51

5.14. Tindakan responden berdasarkan pekerjaan ... 51

5.15. Tindakan responden berdasarkan pengetahuan ... 51

5.16. Tindakan responden berdasarkan sikap ... 52

BAB VI. KESIMPULAN DAN SARAN ... 53

6.1. Kesimpulan ... 53

6.2. Saran ... 54

DAFTAR PUSTAKA ………. 55

LAMPIRAN 1 ………. 57


(10)

LAMPIRAN 3 : SKOR SIKAP ………. 64 LAMPIRAN 4 : SKOR TINDAKAN ……….... 66 LAMPIRAN 5 : KUALITAS GARAM BERIODIUM YANG

DIKONSUMSI ... 68

LAMPIRAN 6 : HASIL KATEGORISASI PENGETAHUAN, SIKAP, TINDAKAN DAN KUALITAS GARAM DALAM GAMBARAN PERILAKU IBU RUMAH TANGGA DALAM PENGGUNAAN GARAM BERIODIUM DI DESA JUMA TEGUH KECAMATAN SIEMPAT NEMPU KABUPATEN DAIRI TAHUN 2008 ... 70


(11)

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 4.1. Data Penduduk Desa Juma Teguh Kecamatan Siempat Nempu

Tahun 2008 ………... 31

Tabel 4.2 Distribusi Penduduk Berdasarkan Umur di Desa Juma Teguh Kecamatan Siempat Nempu Tahun 2008 ……….. 31 Tabel 4.3. Distribusi Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan di Desa

Juma Teguh Kecamatan Siempat Nempu Tahun 2008 ... 32 Tabel 4.4. Distribusi Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian di Desa

Juma Teguh Kecamatan Siempat Nempu Tahun 2008 ... 32 Tabel 4.5. Distribusi Penduduk Berdasarkan Agama di Desa Juma Teguh

Kecamatan Siempat Nempu Tahun 2008 ... 33 Tabel 4.6. Distribusi Responden Berdasarkan Pendidikan di Desa Juma

Teguh Kecamatan Siempat Nempu Tahun 2008 ... 33 Tabel 4.7. Distribusi Responden Berdasarkan Pendidikan di Desa Juma

Teguh Kecamatan Siempat Nempu Tahun 2008 ... 34 Tabel 4.8. Distribusi Responden Berdasarkan Pekerjaan di Desa Juma

Teguh Kecamatan Siempat Nempu Tahun 2008 ... 34 Tabel 4.9. Distribusi Pengetahuan Responden tentang Garam Beriodium

di Desa Juma Teguh Kecamatan Siempat Nempu Tahun 2008 . 36 Tabel 4.10. Distribusi Pengetahuan Responden tentang Garam Beriodium

berdasarkan tingkat umur di Desa Juma Teguh Kecamatan Siempat Nempu Tahun 2008 ... 36 Tabel 4.11. Distribusi Pengetahuan Responden tentang Garam Beriodium

berdasarkan tingkat pendidikan di Desa Juma Teguh Kecamatan Siempat Nempu Tahun 2008 ... 37 Tabel 4.12. Distribusi Pengetahuan Responden tentang Garam Beriodium

berdasarkan tingkat Pekerjaan di Desa Juma Teguh Kecamatan Siempat Nempu Tahun 2008 ... 37 Tabel 4.13. Distribusi Sikap Responden tentang Garam Beriodium di Desa

Juma Teguh Kecamatan Siempat Nempu Tahun 2008 ... 38 Tabel 4.14. Distribusi Sikap Responden tentang Garam Beriodium

berdasarkan tingkat umur di Desa Juma Teguh Kecamatan Siempat Nempu Tahun 2008 ... 39 Tabel 4.15. Distribusi Sikap Responden tentang Garam Beriodium

berdasarkan tingkat Pendidikan di Desa Juma Teguh Kecamatan Siempat Nempu Tahun 2008 ... 39


(12)

Tabel 4.16. Distribusi Sikap Responden tentang Garam Beriodium berdasarkan tingkat Pekerjaan di Desa Juma Teguh Kecamatan Siempat Nempu Tahun 2008 ...

40

Tabel 4.17. Distribusi Sikap Responden tentang Garam Beriodium berdasarkan tingkat Pengetahuan di Desa Juma Teguh Kecamatan Siempat Nempu Tahun 2008 ... 40 Tabel 4.18. Distribusi Tindakan Responden tentang Garam Beriodium di

Desa Juma Teguh Kecamatan Siempat Nempu Tahun 2008 ... 41 Tabel 4.19 Distribusi Tindakan Responden tentang Garam Beriodium

berdasarkan tingkat Umur di Desa Juma Teguh Kecamatan Siempat Nempu Tahun 2008 ... 42 Tabel 4.20. Distribusi Tindakan Responden tentang Garam Beriodium

berdasarkan Tingkat Pendidikan di Desa Juma Teguh Kecamatan Siempat Nempu Tahun 2008 ... 42 Tabel 4.21. Distribusi Tindakan Responden tentang Garam Beriodium

berdasarkan Tingkat Pekerjaan di Desa Juma Teguh Kecamatan Siempat Nempu Tahun 2008 ... 43 Tabel 4.22. Distribusi Tindakan Responden tentang Garam Beriodium

berdasarkan Tingkat Pengetahuan di Desa Juma Teguh Kecamatan Siempat Nempu Tahun 2008 ... 43 Tabel 4.23. Distribusi Tindakan Responden tentang Garam Beriodium

berdasarkan Tingkat Sikap di Desa Juma Teguh Kecamatan Siempat Nempu Tahun 2008 ... 44


(13)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Masalah gangguan akibat kekurangan iodium (GAKI) merupakan salah satu masalah kesehatan yang serius mengingat dampaknya sangat besar terhadap kelangsungan hidup dan kualitas sumber daya manusia. Selain berdampak terhadap pembesaran kelenjar gondok dan hipotiroid, kekurangan iodium jika terjadi pada wanita hamil mempunyai resiko terjadinya abortus, lahir mati sampai cacat bawaan pada bayi lahir berupa gangguan perkembangan syaraf, mental dan fisik yang disebut kretin. Semua gangguan ini dapat berakibat pada rendahnya produktivas kerja pada orang dewasa serta timbulnya berbagai permasalahan sosial ekonomi masyarakat yang dapat menghambat pembangunan. Dari sejumlah 20 juta penduduk Indonesia yang menderita gondok diperkirakan dapat kehilangan 140 juta angka kecerdasan (IQ point) (Departemen Kesehatan RI, 2005).

Untuk menanggulangi GAKI, penambahan iodium pada semua garam konsumsi telah disepakati sebagai cara yang aman, efektif dan berkesinambungan untuk mencapai konsumsi iodium yang optimal bagi semua rumah tangga dan masyarakat. Selain program iodisasi garam, pemerintah Indonesia selama ini juga telah melaksanakan distribusi kapsul minyak beriodium terutama bagi wanita usia subur di kecamatan endemik berat dan sedang (Departemen Kesehatan RI, 2005).


(14)

Kegiatan Intensifikasi Penanggulangan GAKI (IP-GAKI) telah dilaksanakan dengan dana pinjaman Bank Dunia sejak tahun 1997 sampai tahun 2003 untuk mempercepat penurunan prevalensi GAKI melalui pencapaian konsumsi garam beriodium untuk semua. Komponen program yang dilaksanakan meliputi : 1) pemantauan status iodium masyarakat; 2) peningkatan konsumsi garam beriodium; 3) peningkatan pasokan garam beriodium; 4) distribusi kapsul minyak beriodium pada sasaran yang tepat; dan 5) pemantapan koordinasi lintas sektor dan penguatan kelembagaan penanggulangan GAKI (Departemen Kesehatan RI, 2005).

Intervensi GAKI terus dilakukan dengan bantuan sejumlah badan dunia. Program Intensifikasi Penanggulangan GAKI yang berlangsung tahun 1997-2003 bertujuan menurunkan prevalensi GAKI lewat pemantauan status GAKI pada penduduk, meningkatkan persediaan garam beriodium serta meningkatkan kerjasama lintas sektoral. Standar SNI kadar iodium dalam garam ditentukan sebesar 30-80 ppm dalam bentuk KIO3, hal ini dikaitkan dengan jumlah garam yang dikonsumsi tiap orang per hari adalah 6-10 gram, sedangkan kebutuhan tubuh akan iodium adalah sekitar 100-150 mg tiap orang per hari.

Tahun 2003 dilakukan lagi survei nasional, yang dibiayai melalui Proyek IP-GAKI, untuk mengetahui dampak dari intervensi program penanggulangan GAKI. Dari hasil survei ini diketahui secara umum bahwa TGR pada anak sekolah masih berkisar 11,1%. Survei nasional evaluasi IP-GAKI ini menunjukkan bahwa 35,8% kabupaten adalah endemik ringan, 13,1% kabupaten endemik sedang, dan 8,2%


(15)

kabupaten endemik berat, dan tingkat konsumsi garam beriodium secara nasional 73,2% (BPS, 2003).

Dari hasil pemetaan GAKI tahun 1998 diperoleh bahwa, prevalensi GAKI di Indonesia yang dihitung berdasarkan angka Total Goiter Rate (TGR) adalah sebesar 9,8%, sedangkan tingkat konsumsi garam beriodium adalah sebesar 65,2%. Dari hasil pemantauan garam beriodium di Kabupaten Sleman tahun 2003 bahwa dari 86 desa yang terdapat 6 desa yang tingkat konsumsi garam beriodiumnya baik berkategori sebesar 75,3%, meskipun sudah tergolong cukup baik, namun hal ini belum mencapai target Universal Salt Iodization (USI) yaitu sebesar 90% (Dinas Kesehatan Sleman, 2005).

Berdasarkan dari Balai Penelitian (BP) GAKI Magelang pada tahun 2006, BP GAKI menerima 14 pasien dari Sidoarjo. Para pasien yang terdiri dari balita dan wanita usia subur ini mengalami kretinisme dan gondok. Diduga, hal ini terjadi karena polusi yang ditimbulkan dari karbondioksida berlebihan, cemaran limbah industri dan limbah rumah tangga yang ada di sekitar mereka (BP GAKI, 2006).

Kekurangan iodium akibat pestisida ditemukan di Kabupaten Dairi, Propinsi Sumatera Utara. Di Kabupaten tersebut 2 (dua) Kecamatan diketahui merupakan daerah endemik sedang dan berat. Daerah endemik berat kekurangan iodium juga terdapat di salah satu Kecamatan Sampit, Kalimantan Tengah. Hal ini terjadi karena cemaran yang ditimbulkan dari limbah industri kayu lapis (BP GAKI, 2006).


(16)

Bersadarkan pemetaan GAKI survei nasional tahun 2003, Propinsi Sumatera Utara diketahui Total Goiter Rate (TGR) sebesar 6,4%, dan rata-rata konsumsi garam beriodium di tingkat rumah tangga sebesar 91,2%. Dengan demikian dari hasil pemetaan tersebut Propinsi Sumatera Utara sudah lebih baik dari prevalensi GAKI secara nasional (BPS, 2003).

Berdasarkan survei tersebut, 1 (satu) kabupaten yang termasuk kategori endemik berat (TGR ≥ 30%) adalah Kabupaten Dairi dengan prevalensi TGR sebesar 35,1% dan rata-rata konsumsi garam beriodium di tingkat rumah tangga sebesar 91,4% (BPS, 2003).

Di Kabupaten Dairi dimana menurut hasil survei tahun 1997 Kecamatan Siempat Nempu adalah termasuk TGR (Total Goiter Rate) kategori berat (> 30%). Hal ini menunjukkan masih rendahnya asupan iodium dalam keluarga yang kemungkinan terjadi karena rendahnya pengetahuan ibu dalam penggunaan garam beriodium.

Peran seorang ibu dalam keluarga sangat penting. Disamping harus mengurus suami dan anak-anaknya, ibu juga mengatur menu makan kebutuhan keluarga sehari-hari. Oleh sebab itu ibu harus memiliki pengetahuan yang baik dalam pengadaan bahan makanan yang baik untuk keluarga, di mana ibu diharapkan dapat berperilaku baik dalam mengelola dan menyajikan makanan yang sehat dengan menu yang sederhana dengan gizi seimbang, terutama dalam penggunaan garam beriodium.


(17)

Berdasarkan hal tersebut diatas maka penulis ingin mengetahui gambaran perilaku ibu rumah tangga dalam penggunaan garam beriodium dan kualitas garam di Desa Juma Teguh yang merupakan salah salah satu desa yang berada di Kecamatan Siempat Nempu Kabupaten Dairi tahun 2008.

1. 2. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas maka perumusan masalah pada penelitian ini adalah “Bagaimana perilaku ibu rumah tangga dalam penggunaan garam beriodium dan kualitas garam di Desa Juma Teguh Kecamatan Siempat Nempu Kabupaten Dairi Tahun 2008”.

1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui gambaran perilaku ibu rumah tangga dalam penggunaan garam beriodium di Desa Juma Teguh Kecamatan Siempat Nempu Kabupaten Dairi Tahun 2008.

1.3.2. Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui karakteristik ibu (umur, pendidikan dan pekerjaan) di Desa Juma Teguh Kecamatan Siempat Nempu Kabupaten Dairi Tahun 2008.

2. Untuk mengetahui pengetahuan ibu tentang garam beriodium di Desa Juma Teguh Kecamatan Siempat Nempu Kabupaten Dairi Tahun 2008.


(18)

3. Untuk mengetahui sikap ibu tentang manfaat garam beriodium di Desa Juma Teguh Kecamatan Siempat Nempu Kabupaten Dairi Tahun 2008.

4. Untuk mengetahui tindakan ibu tentang garam beriodium di Desa Juma Teguh Kecamatan Siempat Nempu Kabupaten Dairi Tahun 2008.

5. Untuk mengetahui kualitas garam di Desa Juma Teguh Kecamatan Siempat Nempu Kabupaten Dairi Tahun 2008.

1.4. Manfaat Penelitian

1. Sebagai bahan masukkan dalam upaya penanggulangan GAKI di daerah endemik berat (Kabupaten Dairi).

2. Sebagai upaya memperbaiki pola konsumsi garam beriodium di masyarakat. 3. Sebagai masukan bagi Dinas Kesehatan Kabupaten Dairi dalam hal perilaku


(19)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Tinjauan Ontologi Iodium

Iodium ditemukan pada tahun 1811 oleh Courtois. Iodium merupakan sebuah anion monovalen. Keadaannya dalam tubuh mamalia hanya sebagai hormon tiroid. Hormon-hormon ini sangat penting selama pembentukan embrio dan untuk mengatur kecepatan metabolis dan produksi kalori atau energi di semua kehidupan. Iodium diserap sangat cepat oleh usus dan oleh kelenjar tiroid digunakan untuk memproduksi hormon tiroid. Saluran ekresi utama iodium adalah melalui saluran kencing dan cara ini merupakan indikator utama pengukuran jumlah pemasukan dan status iodium. Tingkat ekresi (status iodium) yang terendah (25-20 mg I/g creatin) menunjukkan resiko kekurangan iodium bahwa tingkatan yang lebih rendah menunjukkan resiko yang lebih berbahaya (Brody, 1999).

Kebanyakan thyroxin (T4) dan Triodothyronine (T3) diangkut dalam bentuk terikat plasma dengan protein pembawa. Thyroxine-terikat merupakan pembawa hormon tiroid utama yang beberapa diantaranya juga terikat dengan thyroxine-terikat prealbumin (Sauberlch, 1999).

Iodium ada dalam tubuh dalam jumlah yang sangat sedikit, yaitu sebanyak kurang lebih 0,00004 persen dari berat badan atau 15-23 mg. Sekitar 75 persen dari iodium ini ada di dalam kelenjar tiroid, yang digunakan untuk mensitesis hormon tiroksin. Hormon ini diperlukan untuk pertumbuhan normal, perkembangan fisik dan


(20)

mental manusia. Selain itu iodium ada di dalam jaringan tubuh lain, yaitu di kelenjar ludah, payudara dan lambung serta di dalam ginjal (Almatsier, 2003).

Zat iodium juga merupakan zat essensial bagi tubuh, karena merupakan komponen dari hormon thyroxin. Zat iodium dikonsentrasikan di dalam kelenjar Gondok (Glandula Thyroidea) untuk dipergunakan dalam sintesa hormon thyroxin.

Hormon ini di timbun dalam folikel kelenjar Gondok, terkonjugasi dengan protein (glubulin) dan di sebut Thyroidglobulin (Sediaoetama, 1991).

2.1.1. Kebutuhan Iodium

Kebutuhan iodium bervariasi menurut umur dan kondisi-kondisi tertentu. Kebutuhan pada anak-anak berbeda dengan kebutuhan orang dewasa akan iodium per harinya. Keadaan fisiologis tertentu dari tubuh seperti misalnya pada wanita dan ibu menyusui, jumlah kebutuhan tubuh akan zat iodium akan berbeda. Kebutuhan tubuh per harinya sekitar 1-2 µg per kg berat badan. Perkiraan kecukupan yang dianjurkan sekitar 40-120 µg per hari untuk anak-anak umur dibawah 19 tahun dan 150 µg per hari untuk orang dewasa. Untuk wanita hamil dan menyusui dianjurkan tambahan masing-masing adalah 10 µg/hari (Hetzel, 1993).

Sumber utama iodium adalah laut, sehingga makanan laut merupakan makanan yang paling kaya dengan iodium. Di daerah pantai, air dan tanah mengandung banyak iodium sehingga tanaman yang tumbuh di daerah pantai mengandung cukup banyak iodium. Semakin jauh tanah dari pantai semakin sedikit


(21)

pula kandungan iodiumnya, dan salah satu penanggulangan kekurangan iodium adalah melalui fortifikasi garam dapur dengan iodium.

2.1.2. Dampak Defisiensi Iodium

Masalah GAKI merupakan masalah serius mengingat dampaknya secara langsung mempengaruhi kelangsungan hidup dan kualitas sumber daya manusia. Kelompok masyarakat yang sangat rawan terhadap masalah dampak defisiensi iodium adalah wanita usia subur (WUS), ibu hamil, anak balita dan anak usia sekolah. Bagi ibu hamil yang menderita kekurangan iodium akan melahirkan bayi yang terganggu pertumbuhan fisik mental dan intelektualnya, bayi yang dilahirkan mati sesaat setelah dilahirkan atau pun bayi yang bisu dan tuli (Jalal, 1998).

Berbagai macam pengaruh negatif GAKI terhadap manusia, diantaranya adalah (Departemen Kesehatan RI, 1990) :

a. Pengaruh GAKI terhadap Perkembangan Intelegensi

Dengan situasi penderita GAKI dan luasnya daerah defisiensi iodium, maka di Indonesia telah terjadi defisit IQ point yang disebabkan oleh masalah GAKI sebesar 132,5-140 IQ point dengan perincian sebagai berikut :

Setiap penderita GAKI akan mengalami defisit IQ point sebesar 5 point dibawah normal. Dengan jumlah penderita gondok sebanyak 10 juta maka total defisit yang diakibatkan adalah 50 juta IQ point.


(22)

Setiap penderita GAKI lain yang bukan kretin dan gondok akan mengalami defisit IQ sebesar 10 point dibawah normal. Dengan jumlah penderita GAKI lain sebanyak 3,5 juta maka total defisit yang diakibatkan adalah 35 juta IQ point.

Setiap tahun di daerah defisiensi iodium akan lahir 1 juta bayi, dimana setiap kelahiran akan mengalami defisit sebesar 10 point sehingga total defisit IQ point yang diakibatkan adalah 10 juta IQ point. Terjadinya defisit IQ point di Indonesia pada gilirannya berdampak pada program belajar 9 tahun, karenanya banyak anak usia sekolah tidak dapat mengikuti pelajaran dan mengalami kemunduran (drop-out). b. Pengaruh GAKI terhadap Perkembangan Sosial

Dampak sosial yang ditimbulkan GAKI berupa terjadinya gangguan mental, lamban, kurang bergairah sehingga orang macam ini sulit untuk dididik dan dimotivasi. Penderita kretin untuk selamanya menjadi beban sosial bagi keluarga dan masyarakat sekitarnya.

c. Pengaruh GAKI terhadap perkembangan ekonomi

Usaha peternakan di daerah defisit iodium tidak akan berhasil karena hewan peliharaan yang mengalami kekurangan iodium akan berukuran lebih kecil, kurus, produksi telur sedikit, kurang kesuburan dan lain-lain. Dampak GAKI terhadap keadaan ekonomi dapat diperlihatkan dengan pengalaman negara China dimana setelah 8 tahun upaya penanggulangan dilakukan terjadi peningkatan produktivitas dan income per kapita besar 15%. Dengan perhitungan ini maka secara kasar di


(23)

Indonesia GNP akan meningkat U$$ 650 menjadi + U$$ 750 jika masalah GAKI dapat ditanggulangi, (Departemen Kesehatan RI, 1990).

2.2. Sumber Iodium

Iodium merupakan sejenis mineral, biasanya iodium terdapat di alam, baik di tanah maupun di air. Iodium adalah zat gizi mikro yang mengandung hormon tiroksin yang dibutuhkan untuk pertumbuhan dan perkembangan makhluk hidup. Kandungan iodium dalam makanan laut seperti ikan, kerang, cumi atau rumput laut berkisar 0,0002 persen. Keuntungan konsumsi iodium melalui makanan laut adalah elemen iodium tersebut tidak hilang selama pemprosesan masakan. Selain itu, jumlah yang dimakan biasanya juga lebih tinggi (bila kita mengonsumsi 50 gram ikan laut, berarti iodium yang masuk setara 100 mikrogram iodium). Mungkin ini perjelasan mengapa jarang ditemui kasus kekurangan iodium pada orang-orang eropa. Karena sejak dulu hingga kini, mereka mempunyai kebiasaan memakan ikan laut. Setidak-tidaknya, melalui kebiasaan menyajikan ikan (tidak ada daging) sebagai menu utama pada kebanyakan restoran atau kedai-kedai.

Jepang adalah negara terdepan dalam konsumsi rumput laut dan kasus kekurangan iodium juga sangat rendah di negara tersebut. Di sana, rumput laut diproses menjadi anyaman halus yang disebut nori. Nori ini dipakai sebagai berbagai pembungkus makanan, misalnya nasi kepal (onigiri) atau sushi. Selain itu, juga dipakai sebagai campuran penyedap rasa pada mi rebus, seperti ramen atau soba. Mungkin seandainya kita mau meniru, misalnya daun pisang pembungkus lemper


(24)

diganti lembaran rumput laut, atau mi bakso maupun mie pangsit dibubuhi penyedap dari rumput laut, maka kasus kekurangan iodium akan berkurang di negeri ini. Pentradisian penggunaan makanan laut hendaknya terus digalakkan karena lebih dari 70 persen dari luas wilayah negeri ini adalah laut (Nurachman dan Sarwono, 2008).

2.3. Jenis Perilaku

Skiner (1938), yang dikutip Notoatmodjo (2003) membedakan adanya dua respons perilaku yaitu :

a. Perilaku yang alami (innate behavior) adalah perilaku yang dibawa sejak organisme dilahirkan, yaitu yang berupa repleks-repleks dan insting-insting. b. Perilaku operan (operan behaviour) adalah perilaku yang dibentuk melalui

proses belajar. Sebagian besar perilaku manusia adalah perilaku operan.

Perilaku manusia merupakan hasil dan segala macam pengalaman serta interaksi manusia dan lingkungan yang terwujud dalam bentuk pengetahuan, sikap dan tindakan (Sarwono, 1993), sehingga perilaku individu tersebut dapat diukur melalui :

a. Pengetahuan (Knowladge)

Pengetahuan merupakan hasil yang terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap objek tertentu (Notoadmojo, 2003). Melalui penginderaan ini maka di dalam diri seseorang terjadi proses perhatian, persepsi, penghayatan dan sebagainya terhadap suatu objek. Dari pengalaman dan penelitian terbukti bahwa perilaku yang didasari pengetahuan akan lebih harmonis dibanding dengan perilaku


(25)

yang tidak didasari pengetahuan, kesadaran dan sifat yang positif, maka perilaku tersebut akan bersifat harmonis. Sebaliknya apabila perilaku tidak didasari oleh pengetahuan dan kesadaran maka tidak akan berlangsung lama (Notoadmodjo, 2003).

Pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif mempunyai 6 (enam) tingkatan yaitu :

1. Tahu (Know) artinya mengingat sesuatu materi yang telah dipelajari sebelumnya.

2. Memahami (Comprehension) artinya kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterprestasikan materi tersebut secara benar.

3. Aplikasi (Application) artinya dapat menggunakan prinsip-prinsip dalam pemecahan masalah.

4. Analisis (Analysis) artinya suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau objek tertentu yang dapat dilihat dari penggunaan kata kerja seperti menggambarkan, membedakan, memisahkan dan mengelompokkan.

5. Sintesis (Syntesis) artinya menunjukkan pada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian dalam bentuk keseluruhan yang baru.

6. Evaluasi (Evaluatingi) berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan penilaian suatu materi (Notoadmodjo, 1993).


(26)

b. Sikap (Attitude)

Sikap adalah pandangan atau perasaan yang disertai kecenderungan untuk bertindak terhadap suatu objek (Purwanto, 1999). Sikap secara nyata menunjukkan kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu. Sikap merupakan suatu reaksi yang masih tertutup, tidak dapat dilihat secara langsung sehingga sikap hanya dapat ditafsirkan dan perilaku yang nampak. Sikap dapat bersikap positif dan dapat pula bersifat negatif, dalam sikap positif cenderung tindakan mendekati, menyenangi dan mengharapkan objek tertentu, sedangkan dalam sikap negatif terdapat kecenderungan untuk menjauhi, menghindari, membenci atau tidak menyukai objek tertentu.

Ciri-Ciri Sikap

Sikap menentukan jenis atau tabiat tingkah laku dalam hubungannya dengan perangsang yang relevan, orang-orang atau kejadian-kejadian. Dapatlah dikatakan bahwa sikap merupakan faktor internal, tetapi tidak semua faktor internal adalah sikap. Adapun ciri-ciri adalah sebagai berikut :

1. Sikap itu dipelajari (learnability)

Sikap merupakan hasil belajar. Ini perlu dibedakan dari motif-motif psikologi lainnya. Beberapa sikap dipelajari tidak sengaja dan tanpa kesadaran kepada sebagian individu.

2. Memiliki kestabilan (stability)

Sikap bermula dari dipelajari, kemudian menjadi lebih kuat, tetap dan stabil melalui pengalaman.


(27)

3. Personal Sosiental Significance

Sikap melibatkan hubungan antara seseorang dan orang lain dan juga antara orang dan barang dan situasi.

4. Berisi kognisi dan affeksi

Komponen cognisi dari pada sikap adalah berisi informal yang aktual 5. Approach – avoidance directionality

Bila seseorang memiliki sikap yang favoibel terhadap suatu subjek, mereka akan mendekati dan membantunya, sebaliknya jika seseorang memiliki sikap yang unfavorable merasa akan menghindarinya.

Fungsi Sikap

Fungsi sikap dapat dibagi menjadi empat golongan yaitu : 1. Sikap berfungsi sebagai alat untuk menyesuaikan diri.

Bahwa sikap adalah sesuatu yang bersifat communicable, artinya sesuatu yang mudah pula menjadi milik bersama. Justru karena itu sesuatu golongan yang mendasarkan atas kepentingan bersama dan pengalaman bersama biasanya ditandai oleh adanya sikap anggotanya yang sama terhadap suatu objek.

2. Sikap berfungsi sebagai alat mengatur tingkah laku.

Kita tahu bahwa tingkah laku anak kecil dan binatang merupakan aksi-aksi yang spontan terhadap sekitarnya. Antara perangsang dan reaksi tidak ada pertimbangan, tetapi pada anak dewasa yang sudah lanjut usianya perangsang


(28)

itu pada umumnya tidak diberi secara spontan, akan tetapi adanya proses secara sadar untuk menilai perangsang-perangsang itu.

3. Sikap berfungsi sebagai alat pengatur pengalaman-pengalaman.

Dalam hal ini perlu dikemukakan bahwa manusia di dalam menerima pengalaman-pengalaman dari dunia luar sikapnya tidak pasif, tetapi diterima secara aktif, artinya semua pengalaman yang berasal dari dunia luar itu tidak semuanya dilayani, jadi semua pengalaman itu diberi penilaian lalu dipilih. 4. Sikap berfungsi sebagai pernyataan kepribadian.

Sikap sering mencerminkan pribadi seseorang. Ini sebabnya karena sikap tidak pernah terpisahkan dari pribadi yang mendukungnya. Oleh karena itu dengan melihat sikap-sikap pada objek-objek tertentu, sedikit banyak orang bisa mengetahui pribadi orang tersebut. Jadi sebagai pernyataan pribadi (Ahmadi, 1991).

c. Tindakan (Practice)

Tindakan adalah respon nyata dari seseorang terhadap suatu objek. Setelah seseorang mengetahui stimulus kemudian mengadakan penelitian atau pendapat terhadap apa yang diketahui atau yang disikapinya tersebut dalam bentuk tindakan.

Praktek individu terhadap suatu objek dipengaruhi oleh persepsi individu tentang kegawatan objek, kerentanan, faktor sosio demografi, pengaruh media massa, anjuran orang lain, serta perhitungan untung rugi dari praktek tersebut.


(29)

Praktek ini dibentuk oleh pengalaman interaksi individu terhadap sesuatu dapat berubah dan berkembang sesuai dengan kemampuan, kebutuhan, pengalaman dan tinggi rendahnya mobilitas materi informasi tentang sesuatu dilingkungannya.

2.4. Penggunaan Garam Beriodium

Nurachman dan Sarwono (2003) dalam tulisannya pada kompas 29 April 2003, Iodium dengan simbol kimia I adalah elemen non logam penting yang diperlukan tubuh dalam jumlah renik secara terus-menerus. Kekurangan iodium, khususnya pada anak-anak, sangat mengganggu pertumbuhan dan tingkat kecerdasan.

Oleh sebab itu, Unicef beberapa waktu silam, melalui dutanya bintang film James Bond 007, Roger Moore, pernah secara khusus datang ke Indonesia untuk mengampanyekan penggunaan garam beriodium. Hal serupa juga dilakukan Pemda Jawa Barat melalui media TVRI Bandung sekitar Februari 2003.

Iodium di alam tidak pernah ditemukan sebagai elemen tunggal, tetapi ia tersimpan di dalam senyawa, misalnya garam kalium peryodat (KIO). Dalam keadaan kering, garam ini sangat stabil sehingga bisa berumur lebih dari lima puluh tahun tanpa mengalami kerusakan. Itu sebabnya mengapa garam KIO dipakai sebagai suplemen untuk program iodisasi garam (atau garam beriodium).

Garam beriodium mengadung 0,0025 persen berat KIO (artinya dalam 100 gram total berat garam terkandung 2,5 mg KIO). Berikut ini dipaparkan cara sederhana untuk menghitung berapa banyak KIO yang dikonsumsi seseorang. Andaikan seorang ibu rumah tangga dalam sehari memasak satu panci sup (kapasitas


(30)

dua liter) dengan menggunakan dua sendok garam beriodium (misalnya dengan berat 20 gram), dan tiap-tiap anggota keluarga pada hari tersebut melalap dua mangkok (anggap volume total kuah 100 ml). Maka, berat total garam KIO yang dikomsumsi tiap-tiap anggota keluarga itu dalam sehari (dengan asumsi tidak makan garam melalui makanan lainnya) adalah 0,0000025 gram atau 2,5 mikrogram (dari 0,0025% x 20 gram x 100 ml/200 ml). Jumlah garam yang sangat kecil, namun sangat diperlukan.

Yang menjadi pertanyaan selanjutnya adalah semua 2,5 mikrogram KIO tersebut masuk ke dalam tubuh. Kalau tiap-tiap keluarga memiliki kebiasaan menaburkan garam ketika hidangan telah berada di atas meja makan (tidak pada saat memasak), maka jawabannya benar.

Kenyataannya tidak demikian. Karena hampir semua ibu rumah tangga selalu mencampurkan garam beriodium saat memproses makanan. Kalau hal ini dilakukan, maka kemungkinan besar iodium yang jumlahnya sangat kecil ini telah lenyap sebagai gas selama memasak.

Secara kimiawi, fenomena tersebut dijelaskan dari proses reduksi KIO. Reaksi reduksi ini sebenarnya berlangsung sangat lambat. Namun, laju reaksi bisa dipercepat jutaan kali lipat dengan bantuan senyawa antioksidan, keasaman larutan dan panas. Seperti kita ketahui bahwa semua bahan makanan organik (hewan ataupun tanaman) selalu memiliki antioksidan dan proses memasak selalu menggunakan panas serta


(31)

terkadang ada asamnya. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa penggunaan garam beriodium untuk ini menjadi sia-sia.

Percobaan sederhana untuk membuktikan lenyapnya iodium adalah dengan mencampurkan garam beriodium dengan antioksidan (bisa berupa tumbuhan cabai atau bawang) dan asam cuka, yang kemudian direbus. Iodium yang lepas bisa diamati dari larutan kanji sebagai indikator. Bila berubah menjadi biru, pertanda iodium telah lepas sebagai gas.

2.5. Kerangka Konsep

Pada penelitian ini melihat beberapa faktor yang mempengaruhi perilaku ibu dalam penggunaan garam beriodium di tingkat rumah tangga di Desa Juma Teguh Kecamatan Siempat Nempu Kabupaten Dairi dengan melakukan pengamatan terhadap faktor input (umur, pendidikan, pekerjaan) rumah tangga dan beberapa faktor lain yang mempengaruhinya yaitu pengetahuan, sikap dan tindakan ibu dalam penggunaan garam beriodium.

Gambar dari konsep rencana penelitian yang akan dilaksanakan dapat dilihat pada kerangka konsep berikut, (Singarimbun, 1989) :


(32)

̇ Pengetahuan Karakteristik Ibu :

̇ Umur ̇ Pendidikan ̇ Pekerjaan

Perilaku Ibu Rumah Tangga dalam

penggunaan/ konsumsi garam beriodium. ̇ Sikap

̇ Tindakan


(33)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Jenis dan Rancangan Penelitian

Penelitian ini bersifat deskriptif dengan tujuan untuk mengetahui gambaran perilaku ibu rumah tangga dalam penggunaan garam beriodium pada pengolahan makanan dalam keluarga di Desa Juma Teguh Kecamatan Siempat Nempuh Kabupaten Dairi.

Penelitian ini dilakukan secara cross sectional dengan melakukan pengamatan dan wawancara pada rumah tangga di Desa Juma Teguh Kecamatan Siempat Nempuh Kabupaten Dairi.

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.1. Lokasi Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Desa Juma Teguh Kecamatan Siempat Nempuh Kabupaten Dairi, alasan penulisan memilih lokasi adalah berdasarkan hasil survei pemetaan GAKI tahun 1998 yang dilaksanakan Kanwil Depkes Propinsi Sumatera Utara bekerja sama dengan Universitas Andalas Padang bahwa salah satu Kecamatan Endemik Berat (TGR > 30%) adalah Kecamatan Siempat Nempuh Kabupaten Dairi dan diperkuat lagi hasil survei pemetaan GAKI tahun 2004 juga menunjukkan bahwa Kabupaten Dairi masih merupakan Endemik Berat.


(34)

3.2.2. Waktu Penelitian

Penelitian ini direncanakan dilakukan pada bulan maret sampai bulan juni 2008 yang dimulai dari mempersiapkan proposal penelitian, konsultasi proposal pada pembimbing seminar proposal penelitian, pengumpulan data dan penyusunan laporan akhir.

3.3. Populasi dan Sampel 3.3.1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu rumah tangga yang berdomisili di Desa Juma Teguh Kecamatan Siempat Nempuh secara purposive sampling yang berjumlah 569 orang.

3.3.2. Sampel

Sampel dalam penelitian ini adalah sebagian Ibu Rumah Tangga yang berdomisili di Desa Juma Teguh Kecamatan Siempat Nempuh Kabupaten Dairi, jumlah sampel sebesar 85 Rumah Tangga yang dapat menggunakan rumus penentuan besar sampel yaitu sebagai berikut :

N n = 1 + N (d)2

569 = 1 + 569 (0.1)2

569

n = 6,69


(35)

Keterangan :

n : Jumlah Sampel N : Jumlah Populasi

d : Tingkat Penyimpangan (0.1)

Untuk menentukan besar sampel per dusun (desa juma teguh terdiri dari 4 dusun) adalah berdasarkan proporsional.

Cara pengambilan sampel dengan metode random sampling terhadap rumah tangga yang terpilih sebesar 85 (delapan puluh lima) rumah tangga.

Tabel 3.1. Jumlah Sampel Berdasarkan Jumlah Ibu Tumah Tangga di setiap Dusun Desa Juma Teguh

Nama Dusun di

Desa Juma Teguh Jumlah Populasi Jumlah Sampel

Dusun I 135 21

Dusun II 249 37

Dusun III 45 7

Dusun IV 140 20


(36)

3.4. Metode Pengumpulan Data 3.4.1. Data Primer

Data primer diperoleh melalui wawancara langsung kepada ibu rumah tangga dengan menggunakan kuesioner daftar pertanyaan yang sudah dipersiapkan. Data primer meliputi data tentang karakteristik dan perilaku ibu rumah tangga.

Peneliti juga melakukan pengamatan langsung dan melakukan uji kualitatif garam beriodium di rumah tangga. Setiap rumah tangga diambil sampel garamnya untuk diteteskan larutan iodine. Jika garam yang diteteskan larutan iodine tersebut berwarna ungu maka garam dikatakan mengandung iodium.

3.4.2. Data Sekunder

Data sekunder dalam penelitian diperoleh dari hasil menggunakan laporan dari program/ institusi pemerintah, data survei pemetaan GAKI, profil umum Desa Juma Teguh Kecamatan Siempat Nempu Kabupaten Dairi.

Data sekunder pada penelitian ini antara lain : a. Profil Kesehatan Kabupaten Dairi Tahun 2007 b. Profil umum Kecamatan Siempat Nempu 2007 c. Laporan survei pemetaan GAKI Tahun 2004 d. Laporan survei pemetaan GAKI Tahun 1998.


(37)

3.5. Definisi Operasional

1. Pendidikan ibu adalah pendidikan formal terakhir yang pernah ditempuh ibu (SD, SLTP, SLTA, Akademi/ Perguruan Tinggi).

2. Pekerjaan ibu adalah jenis pekerjaan atau aktifitas ibu sehari-hari yang mendapatkan penghasilan per bulan.

3. Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui ibu rumah tangga yang berkenaan dengan pemanfaatan garam beriodium.

4. Sikap ibu adalah persepsi atau sikap ibu terhadap pemanfaatan garam beriodium.

5. Tindakan adalah hal-hal yang dilakukan ibu rumah tangga tentang penggunaan garam beriodium dalam keluarga.

6. Perilaku ibu adalah suatu wujud pengetahuan, sikap dan tindakan dalam penggunaan garam beriodium dalam rumah tangga.

7. Garam beriodium adalah garam Natrium Chlorida (NaCL) yang diproduksi melalui proses iodisasi yang memenuhi Standar Nasional Indonesia (SNI) mengandung iodium antara 30 – 80 ppm.

8. Endemik Berat adalah daerah yang penduduknya mengalami pembesaran kelenjar gondok dengan Total Goiter Rate (TGR) > 30%.

9. Iodina tes adalah larutan yang digunakan untuk mengetes kandungan iodium secara kualitatif.


(38)

3.6. Bahan dan Instrumen

Alat untuk mengumpul data adalah kuesioner mengenai karakteristik ibu, pengetahuan, sikap dan tindakan penggunaan garam. Sedangkan untuk bahan yang digunakan untuk menguji secara kualitatif kandungan iodium digunakan iodina tes.

3.7. Aspek Pengukuran

Menurut Suharsimi Arikunto (1988), aspek pengukuran pengetahuan dengan kategori baik, cukup dan kurang terlebih dahulu menentukan kriteria (tolak ukur) yang akan dijadikan penentuan.

1. Pengukuran Pengetahuan

Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui oleh ibu rumah tangga tentang penggunaan garam beriodium, diukur dengan 10 pertanyaan setiap pertanyaan yang benar diberi nilai 10 dan salah diberi nilai 0, sehingga nilai tertinggi adalah 100. Nilai tersebut dikategorikan menjadi :

• Kategori baik bila jawaban responden benar > 75% dengan total nilai 76 – 100 • Kategori cukup bila jawaban responden benar 40% – 75% dengan total nilai 40

- 75


(39)

2. Pengukuran Sikap

Sikap adalah tanggapan atau pandangan ibu rumah tangga tentang penggunaan garam beriodium, diukur dengan 10 pertanyaan. Penilaian diberikan dengan angka 10 jika responden setuju dan angka 0 jika tidak setuju, sehingga nilai tertinggi adalah 100 dan terendah adalah 0. Nilai tersebut dikategorikan menjadi :

• Kategori baik bila jawaban responden benar > 75% dengan total nilai 76 – 100 • Kategori cukup bila jawaban responden benar 40% – 75% dengan total nilai 40

- 75

• Kategori kurang bila jawaban responden benar < 40% dengan total nilai 0 – 39

3. Pengukuran Tindakan

Tindakan adalah hal-hal yang di lakukan ibu rumah tangga tentang penggunaan garam beriodium, diukur dengan 10 pertanyaan. Penilaian diberikan dengan angka 10 jika responden menjawab benar dan angka 0 jika responden menjawab salah. Nilai tersebut dikategorikan menjadi :

• Kategori baik bila jawaban responden benar > 75% dengan total nilai 76 – 100 • Kategori cukup bila jawaban responden benar 40% – 75% dengan total nilai 40

- 75


(40)

4. Pengukuran keadaan garam beriodium diperoleh dengan cara tes iodium untuk mengetahui keadaan garam secara kualitatif .

• Apabila garam yang diuji atau diteteskan terjadi perubahan warna menjadi biru tua/ ungu berarti kandungan iodiumnya cukup.

• Apabila tidak terjadi perubahan warna atau menjadi biru muda maka kandungan iodium pada garam tersebut tidak memenuhi syarat.

3.8. Pengolahan dan Analisis Data 3.8.1. Pengolahan Data

Data yang dikumpulkan dengan menggunakan kuesioner, kemudian diolah secara manual melalui langkah-langkah sebagai berikut :

1. Editing (pengeditan)

Pengeditan dilakukan dengan memeriksa kelengkapan isi kuesioner dengan tujuan agar data yang masuk menggambarkan masalah yang diteliti kemudian data dikelompokkan dengan aspek pengukuran.

2. Coding (pengkodean)

Setelah data diperoleh, penulis melakukan pengkodean untuk mempermudah analisis data.


(41)

Untuk mempermudah analisis data dan pengolahan data serta pengambilan kesimpulan dan dimasukkan dalam distribusi frekuensi.

3.8.2. Analisis Data

Data yang diperoleh diolah dengan mengikuti langkah-langkah yaitu editing, koding, tabulating dan dianalisis secara deskriptif berdasarkan distribusi frekuensi.


(42)

BAB IV

HASIL PENELITIAN

4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian 4.1.1. Geografi

Desa Juma Teguh merupakan salah satu desa dari 3 desa yang ada di Kecamatan Siempat Nempu Kabupaten Dairi dengan luas wilayah 557,1 Ha. Adapun batas-batas Desa Siempat Nempu dilihat secara geografis adalah sebagai berikut : ̇ Sebelah Timur : Desa Kaban Julu

̇ Sebelah Barat : Desa Jumasiulok ̇ Sebelah Utara : Desa Jumantuang ̇ Sebelah Selatan : Kecamatan Lae Parira

4.1.2. Demografi

Jumlah penduduk Desa Juma Teguh Kecamatan Siempat Nempu Kabupaten Dairi menurut data demografi pada tahun 2008 adalah 2.280 jiwa dengan 569 KK yang terdiri dari 966 laki-laki dan 1.314 perempuan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut ini :


(43)

Tabel 4.1.

Data Penduduk Desa Juma Teguh Kecamatan Siempat Nempu Tahun 2008

No Dusun Laki-laki Perempuan Jumlah %

1 Dusun I 246 350 596 26,14

2 Dusun II 150 176 326 14,30

3 Dusun III 366 428 794 34,82

4 Dusun IV 204 360 564 24,74

Jumlah 966 1.314 2.280 100,00

Sumber : Kantor Kepala Desa Juma Teguh Tahun 2008

Tabel 4.1 dapat dilihat bahwa penduduk di Desa Siempat Nempu paling banyak jenis kelamin perempuan 1.314 jiwa dan laki-laki 966 jiwa.

Tabel 4.2.

Distribusi Penduduk Berdasarkan Umur di

Desa Juma Teguh Kecamatan Siempat Nempu Tahun 2008

No Kelompok Umur (tahun) Jumlah (orang) %

1 0 – 1 60 2,63

2 1 – 5 215 9,43

3 6 – 20 680 29,82

4 21 – 60 800 35,09

5 > 60 525 23,03

Jumlah 2.280 100,00

Sumber : Data Dasar Profil Desa Juma Teguh Tahun 2008

Tabel 4.2 dapat dilihat bahwa penduduk di Desa Juma Teguh paling banyak berada pada golongan umur 21 – 60 tahun sebanyak 800 orang (35,09%) dan yang paling sedikit berada pada golongan umur 0 – 12 bulan sebanyak 60 orang (2,63%).


(44)

Tabel. 4.3.

Distribusi Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan di Desa Juma Teguh Kecamatan Siempat Nempu Tahun 2008

No Tingkat Pendidikan Jumlah (orang) %

1 Belum Sekolah 235 10,31

2 Tamat SD 432 18,95

3 Tamat SLTP 935 41,01

4. Tamat SLTA 648 28,42

5 D – 2 12 0,53

6 D – 3 10 0,44

7 S – 1 8 0,35

Jumlah 2.280 100,00

Sumber : Data Dasar Profil Desa Juma Teguh Tahun 2008

Tabel 4.3 dapat diketahui bahwa penduduk di Desa Juma Teguh paling banyak berada pada tingkat pendidikan SLTP yaitu sebanyak 935 orang (41,01%) dan paling sedikit pada tingkat pendidikan S – 1 sebanyak 8 orang (0,35%).

Tabel. 4.4.

Distribusi Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian di Desa JumaTeguh Kecamatan Siempat Nempu Tahun 2008

No Mata Pencaharian Jumlah (orang) %

1 Petani 915 65,83

2 Buruh Tani 138 9,93

3 Buruh Swasta 128 9,21

4 Tukang Bangunan 55 3,96

5 Pegawai Negeri 30 2,16

6 Pensiunan PNS/ ABRI 20 1,44

7 Supir 28 2,01

8 Pedagang 76 5,47

Jumlah 1.390 100,00


(45)

Tabel 4.4 dapat diketahui bahwa mata pencaharian penduduk Desa Juma Teguh adalah sebagai petani yaitu 915 orang (65,83%) dan yang paling sedikit adalah sebagai pensiunan PNS/ABRI sebanyak 20 orang (1,44%).

Tabel 4.5.

Distribusi Penduduk Berdasarkan Agama di Desa Juma Teguh Kecamatan Siempat Nempu Tahun 2008

No Agama Jumlah (orang) %

1 Islam 107 4,69

2 Kristen Protestan 2.118 92,89

3 Katolik 55 2,41

Jumlah 2.280 100,00

Sumber : Data Dasar Profil Desa Juma Teguh Tahun 2008

Tabel 4.5 dapat dilihat bahwa penduduk Desa Juma Teguh yang paling banyak agama Kristen Protestan sebanyak 2.118 orang (92,89%).

4.2 Gambaran Umum Sampel

4.2.1 Karakteristik Ibu Rumah Tangga Sampel

Tabel 4.6.

Distribusi Responden Berdasarkan Umur Ibu di Desa Juma Teguh Kecamatan Siempat Nempu Tahun 2008

No Umur Ibu (tahun) Jumlah (orang) %

1 21 – 30 17 20,00

2 31 – 40 35 41,18

3 41 – 50 24 28,24

4 51 – 60 9 10,59


(46)

Tabel 4.6 dapat diketahui bahwa kelompok umur ibu 31 – 40 tahun merupakan jumlah terbanyak yaitu 35 orang (41,18%), dan kelompok umur 51 – 60 tahun merupakan jumlah yang paling terkecil yaitu 9 orang responden (10,59%).

Tabel 4.7.

Distribusi Ibu Berdasarkan Pendidikan di Desa Juma Teguh Kecamatan Siempat Nempu Tahun 2008

No Pendidikan Jumlah (orang) %

1 SD 40 47,06

2 SLTP 29 34,12

3 SLTA 16 18,82

Jumlah 85 100,00

Tabel 4.7 dapat dilihat bahwa tingkat pendidikan ibu yang paling banyak adalah SD sebanyak 40 orang (47,06%), dan yang paling sedikit adalah SLTA sebanyak 16 orang responden (18,82%).

Tabel 4.8.

Distribusi Ibu Berdasarkan Pekerjaan di Desa Juma Teguh Kecamatan Siempat Nempu Tahun 2008

No Pekerjaan Ibu Jumlah (orang) %

1 Petani 57 67,06

2 Pedagang 6 7,06

3 Buruh Tani 22 25,88


(47)

Tabel 4.8 dapat dilihat bahwa pekerjaan ibu yang paling banyak adalah petani sebanyak 57 orang (67,06%), dan yang paling sedikit adalah pedagang sebanyak 6 orang (7,06%).

4.3 Gambaran Garam Beriodium di Desa Juma Teguh Kecamatan Siempat Nempu

Garam beriodium yang dipakai oleh semua rumah tangga yang terambil sebagai sampel semuanya mengandung iodium. Tidak diketahui kandungan iodium yang pasti dalam garam karena garam diteliti hanya dengan kualitatif yaitu dengan menguji menggunakan iodine test. Hasil pengujian didapati semua garam yang dipakai ibu untuk memasak berwarna ungu, artinya garam mengandung iodium.

Garam yang beredar dan digunakan penduduk di Desa Juma Teguh Kecamatan Siempat Nempu hanya ada 2 merek yaitu merek supra dan jangkar. Tekstur garam kasar dan garam dikemas dalam plastik putih dan mempunyai label merek dagang dalam kemasannya. Kandungan garam yang tertera dalam label kemasan adalah antara 30-80 ppm.

4.4 Perilaku Ibu tentang Garam Beriodium 4.4.1 Pengetahuan tentang Garam Beriodium

Pengetahuan yang diukur berdasarkan kuesioner yang sudah dirancang dikategorikan menjadi 3 kategori, yaitu baik, cukup dan kurang. Hasil pengukuran pengetahuan dapat dilihat dalam tabel 4.9 :


(48)

Tabel 4.9 Distribusi Ibu menurut Pengetahuan tentang Garam Beriodium di Desa Juma

Teguh Kecamatan Siempat Nempu Tahun 2008

No Pengetahuan Jumlah (orang) %

1 Baik 11 12,94

2 Cukup 59 69,41

3 Kurang 15 17,65

Jumlah 85 100,00

Tabel 4.9 menunjukkan bahwa pengetahuan ibu dalam penggunaan garam beriodium kategori cukup (69,41 %) lebih banyak dibandingkan dengan yang baik (12,94 %) dan kategori kurang (17,65 %).

Tabel 4.10

Distribusi Ibu berdasarkan Pengetahuan tentang Garam Beriodium dan Tingkat Umur di Desa Juma Teguh Kecamatan Siempat Nempu Tahun 2008

Pengetahuan

Baik Cukup Kurang Total

No Umur

(tahun)

n % n % n % n %

1 21 – 30 2 11,76 12 70,59 3 17,65 17 100,00

2 31 – 40 7 20,00 22 62,86 6 17,14 35 100,00

3 41 – 50 1 4,17 19 79,17 4 16,67 24 100,00

4 51 – 60 1 11,11 6 66,67 2 22,22 9 100,00

Jumlah 11 12,94 59 69,41 15 17,65 85 100,00

Tabel 4.10 menunjukkan bahwa diantara 17 ibu yang berumur 21-30 tahun, yang pengetahuannnya cukup ada 70,59 %, dan dari 35 ibu berumur 31-40 tahun yang mempunyai pengetahuan cukup ada 62,86 %. Sedangkan dari 24 ibu berumur


(49)

41-50 tahun yang pengetahuannya cukup, ada 79,17 % dan dari 9 ibu yang berumur 51-60 tahun yang pengetahuannya cukup, ada 66,67 %.

Tabel 4.11

Distribusi Ibu berdasarkan Pengetahuan tentang Garam Beriodium dan Tingkat Pendidikan di Desa Juma Teguh Kecamatan Siempat Nempu

Tahun 2008 Pengetahuan

Baik Cukup Kurang Total

No Pendidikan

n % n % n % n %

1 SD 4 10,500 25 62,50 11 27,50 40 100,00

2 SLTP 4 13,79 21 72,41 4 13,79 29 100,00

3 SLTA 3 18,75 13 81,25 0 0,00 16 100,00

Jumlah 11 12,94 59 69,41 15 17,65 85 100,00

Tabel 4.11 menunjukkan bahwa ibu yang mempunyai pendidikan SD, pengetahuannya dalam menggunakan garam beriodium kategori cukup ada 62,5 %. Sedangkan ibu yang berpendidikan SLTP, pengetahuan cukup ada 72,41 %. Dan ibu yang berpendidikan SLTA, pengetahuan cukup ada 81,25 %.

Tabel 4.12

Distribusi Ibu berdasarkan Pengetahuan tentang Garam Beriodium dan Tingkat Pekerjaan di Desa Juma Teguh Kecamatan Siempat Nempu Tahun 2008

Pengetahuan

Baik Cukup Kurang Total

No Pekerjaan

n % n % n % n %

1 Petani 10 17,54 40 70,18 7 12,28 57 100,00

2 Pedagang 1 16,67 4 66,67 1 16,67 6 100,00

3 Buruh Tani 0 0,00 15 68,18 7 31,82 22 100,00


(50)

Tabel 4.12 menunjukkan bahwa ibu yang bekerja sebagai petani, pengetahuannya dalam menggunakan garam beriodium dengan kategori cukup ada 70,18 %. Sedangkan ibu yang bekerja sebagai pedagang, pengetahuannya dengan kategori cukup ada 66,67 %, dan ibu yang bekerja sebagai buruh tani, pengetahunnya dengan kategori cukup ada 68,18 %.

4.4.2 Sikap tentang Garam Beriodium

Hasil dari pengukuran sikap ibu tentang garam beriodium dapat dlihat dalam tabel 4.13 berikut ini :

Tabel 4.13

Distribusi Ibu menurut Sikap tentang Garam Beriodium di Desa Juma Teguh Kecamatan Siempat Nempu Tahun 2008

No Sikap Jumlah (orang) %

1 Baik 70 82,35

2 Cukup 10 11,76

3 Kurang 5 5,88

Jumlah 85 100,00

Tabel 4.13 menunjukkan bahwa sikap ibu yang menggunakan garam beriodium kategori baik (82,35 %) lebih banyak ditemukan dibandingkan pada ibu yang mempunyai sikap dengan kategori cukup dan kategori kurang.


(51)

Tabel 4.14 Distribusi Ibu berdasarkan Sikap tentang Garam Beriodium dan Tingkat Umur

di Desa Juma Teguh Kecamatan Siempat Nempu Tahun 2008 Sikap

Baik Cukup Kurang Total

No Umur

(tahun)

n % n % n % n %

1 21 – 30 14 82,35 2 11,76 1 5,88 17 100,00

2 31 – 40 30 85,71 2 5,71 3 8,57 35 100,00

3 41 – 50 18 75,00 5 20,83 1 4,17 24 100,00

4 51 – 60 8 88,89 1 11,11 0 0,00 9 100,00

Jumlah 70 82,35 10 11,76 5 5,88 85 100,00

Tabel 4.14 menunjukkan bahwa dari ibu yang berumur 21-30 tahun mempunyai sikap dalam menggunakan garam beriodium yang baik ada 82,35 %. Ibu yang berumur 31-40 tahun dan mempunyai sikap yang baik ada 85,71 %. Sedangkan ibu yang berumur 41-50 tahun dan mempunyai sikap yang baik ada 75 %, dan diantara 9 ibu berumur 1-60 tahun yang mempunyai sikap dengan kategori baik ada 88,89 %.

Tabel 4.15

Distribusi Ibu berdasarkan Sikap tentang Garam Beriodium dan Tingkat Pendidikan di Desa Juma Teguh Kecamatan Siempat Nempu Tahun 2008

Sikap

Baik Cukup Kurang Total

No Pendidikan

n % n % n % n %

1 SD 34 85,00 3 7,50 3 7,50 40 100,00

2 SLTP 24 82,76 4 13,79 1 3,45 29 100,00

3 SLTA 12 75,00 3 18,75 1 6,25 16 100,00

Jumlah 70 82,35 10 11,76 5 5,88 85 100,00

Tabel 4.15 menunjukkan bahwa ibu yang berpendidikan SD ada 85 % yang mempunyai sikap baik menggunakan garam beriodium di rumah tangga. Ibu


(52)

berpendidikan SLTP yang mempunyai sikap baik ada 82,76 % dan ibu berpendidikan SLTA yang mempunyai sikap baik ada 75 %. .

Tabel 4.16

Distribusi Ibu berdasarkan Sikap tentang Garam Beriodium dan Tingkat Pekerjaan di Desa Juma Teguh Kecamatan Siempat Nempu Tahun 2008

Sikap

Baik Cukup Kurang Total

No Pekerjaan

n % n % n % n %

1 Petani 44 77,19 8 14,04 5 8,77 57 100,00

2 Pedagang 6 100,00 0 0,00 0 0,00 6 100,00

3 Buruh Tani 20 90,91 2 9,09 0 0,00 22 100,00

Jumlah 70 82,35 10 11,76 5 4,71 85 100,00

Tabel 4.16 menunjukkan bahwa dari 57 ibu yang bekerja sebagai petani ada 77,19 % yang mempunyai sikap baik.dalam menggunakan garam beriodium. Sedangkan ibu yang bekerja menjadi pedagang semuanya menunjukkan sikap yang baik (100 %), dan ibu yang menjadi buruh tani ada 90,19 % yang mempunyai sikap baik..

Tabel 4.17

Distribusi Ibu berdasarkan Sikap tentang Garam Beriodium dan Tingkat Pengetahuan di Desa Juma Teguh Kecamatan Siempat Nempu Tahun 2008

Sikap

Baik Cukup Kurang Total

No Pengetahuan

n % n % n % n %

1 Baik 7 63,64 2 18,18 2 18,18 11 100,00

2 Cukup 52 88,14 6 10,17 1 1,69 59 100,00

3 Kurang 11 73,33 2 13,33 2 13,33 15 100,00


(53)

Tabel 4.17 menunjukkan bahwa dari 11 ibu yang mempunyai pengetahuan baik dan bersikap baik ada 63,64 %, dan dari 59 ibu yang berpengetahuan cukup hanya ada 88,14 % ibu yang bersikap baik dalam menggunakan garam beriodium. Sedangkan dari 15 ibu yang berpengetahuan kurang ada 73,33 % yang bersikap baik.

4.4.3 Tindakan tentang Garam Beriodium

Perilaku ibu yang dilihat dari tindakan ibu tentang garam beriodium diukur dengan kuesioner dan dikategorikan dalam 3 kategori yaitu baik, cukup dan kurang. Hasil pengukuran tindakan dapat dilihat dalam tabel 4.18 berikut :

Tabel 4.18

Distribusi Ibu menurut Tindakan tentang Garam Beriodium di Desa Juma Teguh Kecamatan Siempat Nempu Tahun 2008

No Tindakan Jumlah (orang) %

1 Baik 14 16,47

2 Cukup 64 75,29

3 Kurang 7 8,24

Jumlah 85 100,00

Dalam tabel 4.18 menunjukkan tindakan ibu tentang garam beriodium kategori cukup ada 75,29 %, lebih banyak dari pada tindakan ibu dengan kategori baik (16,47 %) dan kurang (8,24 %).


(54)

Tabel 4.19 Distribusi Ibu berdasarkan Tindakan tentang Garam Beriodium dan Tingkat

Umur di Desa Juma Teguh Kecamatan Siempat Nempu Tahun 2008 Tindakan

Baik Cukup Kurang Total

No Umur

(tahun)

n % n % n % n %

1 21 – 30 2 11,76 10 58,82 5 29,41 17 100,00

2 31 – 40 6 17,14 29 82,86 0 0,00 35 100,00

3 41 – 50 2 8,33 21 87,50 1 4,17 24 100,00

4 51 – 60 4 44,44 4 44,44 1 11,11 9 100,00

Jumlah 14 16,47 64 75,29 7 8,24 85 100,00

Tabel 4.19 menunjukkan bahwa ibu berumur 21-30 tahun, yang mempunyai tindakan baik ada 11,76 %, dan dari ibu berumur 31-40 tahun yang mempunyai tindakan baik hanya 17,14 %. Dari Ibu yang berumur 41-50 tahun, yang mempunyai tindakan dalam menggunakan garam beriodium kategori baik ada 8,33 %. Sedangkan dari ibu yang berumur 51-60 tahun ada 44,44 % ibu dengan kategori baik.

Tabel 4.20

Distribusi Ibu berdasarkan Tindakan tentang Garam Beriodium dan Tingkat Pendidikan di Desa Juma Teguh Kecamatan Siempat Nempu Tahun 2008

Tindakan

Baik Cukup Kurang Total

No Pendidikan

n % n % n % n %

1 SD 7 17,50 30 75,00 3 7,50 40 100,00

2 SLTP 4 13,79 21 72,41 4 13,79 29 100,00

3 SLTA 3 18,75 13 81,25 0 0,00 16 100,00

Jumlah 14 16,47 64 75,29 7 8,24 85 100,00

Tabel 4.20 menunjukkan bahwa ibu yang mempunyai pendidikan SD, tindakan dalam menggunakan garam beriodium dengan kategori cukup ada 75 %,


(55)

dan ibu yang berpendidikan SLTP, yang mempunyai tindakan cukup ada 72,41 %. Sedangkan ibu berpendidikan SLTA, yang mempunyai tindakan cukup ada 81,25 %.

Tabel 4.21

Distribusi Ibu berdasarkan Tindakan tentang Garam Beriodium dan Tingkat Pekerjaan di Desa Juma Teguh Kecamatan Siempat Nempu Tahun 2008

Tindakan

Baik Cukup Kurang Total

No Pekerjaan

n % n % n % n %

1 Petani 11 19,30 40 70,18 6 10,53 57 100,00

2 Pedagang 1 16,67 5 83,33 0 0,00 6 100,00

3 Buruh Tani 2 9,0 19 86,36 1 4,55 22 100,00

Jumlah 14 16,47 64 75,29 7 8,24 85 100,00

Tabel 4.21 menunjukkan bahwa ibu yang memiliki pekerjaan petani mempunyai tindakan kategori cukup sebanyak 70,81 %, dan ibu dengan pekerjaan pedagang yang mempunyai tindakan cukup ada 83,33 %. Sedangkan ibu yang bekerja sebagai buruh tani yang mempunyai tindakan cukup ada 86,36 %.

Tabel 4.22

Distribusi Ibu berdasarkan Tindakan tentang Garam Beriodium dan Tingkat Pengetahuan di Desa Juma Teguh Kecamatan Siempat Nempu

Tahun 2008 Tindakan

Baik Cukup Kurang Total

No Pengetahuan

n % n % n % n %

1 Baik 1 9,09 10 90,91 0 0,00 11 100,00

2 Cukup 11 18,64 42 71,19 6 10,17 59 100,00

3 Kurang 2 13,33 12 80,00 1 6,67 15 100,00

Jumlah 14 16,47 64 75,29 7 8,24 85 100,00

Tabel 4.22 menunjukkan bahwa dari biu yang berpengetahuan kategori baik mempunyai tindakan yang baik hanya 9,09 %, dan dari ibu yang berpengetahuan


(56)

cukup hanya 18,64 % ibu yang mempunyai tindakan baik. Dari 15 ibu yang berpengetahuan kurang ada 13,33 % ibu yang melakukan tindakan baik.

Tabel 4.23

Distribusi Ibu berdasarkan Tindakan tentang Garam Beriodium dan Sikap di Desa Juma Teguh Kecamatan Siempat Nempu Tahun 2008

Tindakan

Baik Cukup Kurang Total

No Sikap

n % n % n % n %

1 Baik 13 18,57 50 71,43 7 10,00 70 100,00

2 Cukup 1 10,00 9 90,00 0 0,00 10 100,00

3 Kurang 0 0,00 5 100,00 0 0,00 5 100,00

Jumlah 14 16,47 64 75,29 7 8,24 85 100,00

Tabel 4.23 menunjukkan bahwa ibu yang memiliki sikap kategori baik hanya 18,57 % yang mempunyai tindakan baik, dan dari ibu yang mempunyai sikap cukup yang mempunyai tindakan baik ada 10 %, sedangkan dari ibu dengan sikap kurang tidak ada ibu yang tindakan baik.


(57)

BAB V PEMBAHASAN

5.1 Karakteristik Responden

Pada tabel 4.6 karakteristik umur terbanyak terdapat pada kelompok umur 31 – 40 tahun sebesar 41,18% dan kelompok umur 51 – 60 tahun merupakan jumlah yang paling terkecil sebesar 10,59%.

Pada tabel 4.7 tingkat pendidikan responden sebagian besar adalah berpendidikan SD yaitu 47,06% dan yang terkecil pendidikan SLTA sebesar 18,82%. Seorang ibu yang berpendidikan tinggi cenderung memperhatikan konsumsi pangan keluarga. Pada umumnya ibu-ibu rumah tangga di pedesaan memiliki pengetahuan dan pendidikan yang rendah tentang gizi, oleh sebab itu mereka perlu diberikan informasi, penyuluhan dan pengetahuan tentang kesehatan dan gizi keluarga, supaya mereka dapat memelihara kesehatan dan gizi keluarganya (Departemen Kesehatan, 2002).

Dari tabel 4.8 dapat dilihat bahwa jenis pekerjaan responden sebagian besar adalah petani yaitu sebesar 67,06%, buruh tani sebesar 25,88% dan yang terkecil mempunyai pekerjaan pedagang sebesar 7,06%. Keluarga yang berlatar belakang sosial dan ekonomi yang rendah atau miskin umumnya menghadapi masalah kekurangan gizi (Soekirman, 2000).


(58)

5.2 Pengetahuan tentang Garam Beriodium

Dari Tabel 4.9 diketahui bahwa pengetahuan responden dalam penggunaan garam beriodium kategori cukup lebih banyak dibandingkan dengan yang baik.

Penelitian ini dapat kita korelasikan dengan penelitian mengenai pengetahuan, sikap dan perilaku masyarakat tentang GAKI dilakukan oleh Departemen Kesehatan RI pada tahun 1994, bekerjasama dengan UNICEF dan Pusat Studi Kebijakan Pangan dan Gizi IPB, dimana temuan hasil studi tersebut yang dapat digunakan untuk menyusun suatu strategi komunikasi/ penyuluhan penggunaan garam beriodium. Namun kenyataan yang ditemui di masyarakat bahwa tidak selamanya pengetahuan yang baik diimplementasikan dalam bentuk tindakan, seperti pengetahuan tentang GAKI yang dimiliki ibu rumah tangga tidak selalu dipergunakan dalam penyusunan hidangan makanan untuk keluarga, sehingga apabila kita gunakan tingkat pengetahuan tentang GAKI sebagai indikator untuk mengukur terjadinya kasus GAKI belum terlihat hubungan secara nyata apabila tidak diikuti dalam bentuk tindakan. 5.3 Pengetahuan Responden berdasarkan Umur

Tabel 4.10, menunjukkan bahwa keluarga umur yang lebih muda yaitu 31 – 40 tahun pengetahuan tentang menggunakan garam beriodium kategori cukup lebih banyak dari pada kelompok usia lain yang lebih tua.


(59)

Menurut Khumaedi, M (1999), mengatakan zat natrium dari garam dapur sebenarnya terdapat cukup banyak dari ragam makanan yang kita konsumsi sehari-hari.

5.4 Pengetahuan Responden berdasarkan Pendidikan

Tabel 4.11, menunjukkan bahwa responden yang mempunyai pendidikan SD pengetahuan dalam menggunakan garam beriodium kategori cukup lebih banyak dari pada berpendidikan SLTP dan SLTA.

Menurut Supriadi (1993) yang mengatakan bahwa pengetahuan dapat diperoleh dari pendidikan yang direncanakan dan tersusun secara baik. Pengetahuan juga dapat diartikan sebagai proses belajar seumur hidup dan dapat di pergunakan sewaktu-waktu sebagai alat penyesuaian diri baik terhadap diri sendiri maupun lingkungannya.

5.5 Pengetahuan Responden berdasarkan Pekerjaan

Tabel 4.12, menunjukkan bahwa responden yang mempunyai pekerjaan petani pengetahuan dalam menggunakan garam beriodium lebih banyak dengan kategori cukup dibandingkan dengan yang mempunyai pekerjaan pedagang dan buruh tani.

Bila kita lihat dari pengetahuannya, pekerjaan petani bukan semata-mata penyebab menjadi tidak baik.


(60)

5.6 Sikap Responden tentang garam beriodium

Tabel 4.13, menunjukkan bahwa sikap responden yang menggunakan garam beriodium kategori baik banyak ditemukan dibandingkan pada responden yang mempunyai sikap kurang. Hal ini sudah menggambarkan bahwa sikap responden tentang manfaat dan kegunaan garam beriodium sudah baik.

5.7. Sikap Responden berdasarkan Umur

Tabel 4.14, menunjukkan bahwa sikap responden dalam menggunakan garam beriodium baik lebih banyak ditemukan pada responden yang mempunyai kelompok usia yang lebih tua. Semakin tua umur seseorang semakin banyak pengalamannya yang didapat.

5.8 Sikap Responden berdasarkan Pendidikan

Tabel 4.15, menunjukkan bahwa responden yang mempunyai pendidikan SD lebih banyak yang mempunyai sikap baik menggunakan garam beriodium di rumah tangga, bila dibandingkan dengan yang mempunyai pendidikan yang lebih tinggi.

Sikap sebagai suatu tingkatan afeksi baik yang bersifat positif maupun negatif dalam hubungannya dengan objek-objek psikologis, afeksi positif yaitu afeksi senang terhadap suatu objek (Walgito, 2003).


(61)

5.9 Sikap Responden berdasarkan Pekerjaan

Tabel 4.16 menunjukkan bahwa sikap responden dalam menggunakan garam beriodium baik banyak ditemukan pada responden yang mempunyai pekerjaan sebagai petani.

Daya beli responden terhadap garam beriodium tidak dipengaruhi oleh pekerjaannya walaupun hanya seorang petani. Yang dimana responden mengetahui manfaat dan kegunaan garam beriodium sangat baik dikonsumsi setiap hari untuk keluarganya.

5.10 Sikap Responden berdasarkan Pengetahuan

Tabel 4.17 menunjukkan bahwa sikap responden dalam menggunakan garam beriodium kategori baik lebih banyak ditemukan pada responden yang memiliki pengetahuan kategori cukup dan kurang, akan tetapi sikap kategori kurang juga ditemukan pada responden yang memiliki pengetahuan kategori baik dan kurang.

Sesuai dengan pendapat Ahmadi, 1991, bahwa sikap seseorang sangat ditentukan oleh pribadi yang mendukung dengan kata lain sikap seseorang sebagai pernyataan pribadi, artinya tidak selamanya tingkat pengetahuan yang baik selalu diikuti oleh sikap yang baik.


(62)

5.11 Tindakan tentang Garam Beriodium

Tabel 4.18, menunjukkan bahwa tindakan responden tentang garam beriodium kategori cukup lebih banyak dari pada tindakan responden yang kategori baik dam kurang.

Mengkonsumsi garam beriodium 6 gram sehari, kebutuhan iodium dapat terpenuhi. Dalam kondisi tertentu. Misalnya keringat yang berlebihan, dianjurkan mengkonsumsi garam sampai 10 gram atau dua sendok teh per orang per hari. Bagi seseorang yang harus mengurangi konsumsi garam dianjurkan untuk mengkonsumsi makanan dari laut yang kaya iodium (Dep.kes, 1995).

5.12 Tindakan Responden berdasarkan Umur

Tabel 4.19 menunjukkan bahwa responden kelompok umur yang lebih muda yaitu umur 21 – 30 tahun tindakan dalam menggunakan garam beriodium kategori kurang lebih banyak dari pada kelompok usia lain yang lebih tua.

Untuk sangat mempengaruhi seseorang dalam bertindak. Pada usia muda merupakan nilai penyesuaian diri dengan cara hidup dan masa kreatif. Masa ini banyak mengalami ketidak cocokan pekerjaan dengan bakat yang justru menimbulkan ketidakpuasan dalam megambil tindakan di dalam penggunaan garam beriodium di rumah tangga (Nadesul, 2005).


(63)

5.13 Tindakan Responden berdasarkan Pendidikan

Tabel 4.20 menunjukkan bahwa responden yang mempunyai pendidikan SD tindakan dalam menggunakan garam beriodium kategori cukup lebih banyak dari pada berpendidikan SLTP dan SLTA.

Menurut Notoatmodjo (2003), mengatakan hasil pendidikan orang dewasa adalah perubahan kemampuan, penampilan atau perilakunya. Selanjutnya perubahan perilaku didasari adanya perubahan atau penambahan pengetahuan, sikap dan keterampilan.

5.14 Tindakan Responden berdasarkan Pekerjaan

Tabel 4.21, menunjukkan bahwa responden memiliki pekerjaan petani yang mempunyai tindakan dalam menggunakan garam beriodium kategori cukup lebih banyak dari pada responden yang memiliki pekerjaan pedagang dan buruh tani.

Menurut penelitian Hawareni (2003) mengatakan tingkat pendidikan sangat berpengaruh terhadap peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM). Dengan tingkat pendidikan tinggi maka seseorang akan dapat lebih mudah mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan menyerap kemajuan teknologi.

5.15 Tindakan Responden berdasarkan Pengetahuan

Tabel 4.22, menunjukkan bahwa tindakan responden dalam menggunakan garam beriodium kategori baik lebih banyak ditemukan pada responden yang memiliki pengetahuan kategori cukup dan kurang. Akan tetapi tindakan kategori


(64)

kurang juga ditemukan pada responden yang memiliki pengetahuan kategori cukup dan kurang.

Praktek dibentuk oleh pengalaman interaksi individu dengan lingkungan khususnya yang menyangkut pengetahuan dan sikapnya terhadap suatu objek (Notoadmojo, 2003).

5.16 Tindakan Responden berdasarkan Sikap

Tabel 4.23, menunjukkan bahwa tindakan responden dalam menggunakan garam beriodium kategori cukup lebih banyak ditemukan pada responden yang memiliki sikap kategori baik dan kurang. Akan tetapi sikap responden yang kategori kurang tidak ditemukan.

5.17 Kualitas Garam Beriodium

Hasil yang diperoleh bahwa kualitas garam yang dikonsumsi responden, seluruhnya mengandung iodium. Kualitas garam hasil iodina tes mengandung iodium, hal ini sesuai dengan kandungan iodium yang tertera dalam label kemasan yaitu kandungan iodium 30-80 ppm. Kandungan iodium yang tertera dalam label kemasan sesuai dengan standar SNI.

Rata-rata jenis garam yang dikonsumsi adalah jenis garam kasar 100%, dan merek dagang garam beriodium yang beredar di desa antara lain merek supra dan jangkar. Perlu kita ketahui juga merek garam yang beredar atau yang dijual di warung-warung sangat terbatas.


(65)

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisa dan pembahasan, maka diperoleh beberapa hal yang dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Tingkat pengetahuan ibu rumah tangga tentang garam beriodium di Desa Juma Teguh Kecamatan Siempat Nempu sebagian besar termasuk dalam kategori cukup, dengan persentasi sebesar 69,41% dan tingkat pengetahuan ibu rumah tangga yang kurang sebesar 17,65%.

2. Sikap ibu rumah tangga tentang garam beriodium di Desa Juma Teguh Kecamatan Siempat Nempu umumnya sudah baik, yaitu masuk dalam kategori baik sebesar 82,35%.

3. Tindakan ibu tentang penggunaan garam beriodium di Desa Juma Teguh Kecamatan Siempat Nempu sebagian besar berkategori cukup yaitu sebesar 75,29%.

4. Seluruh garam yang dikonsumsi dalam rumah tangga tergolong pada kualitas baik karena sudah mengandung iodium.


(66)

6.2 Saran

Berdasarkan hasil dan kesimpulan penelitian, beberapa hal yang disarankan adalah :

1. Untuk meningkatkan pengetahuan tentang garam beriodium di Desa Juma Teguh Kecamatan Siempat Nempu, diperlukan kegiatan penyuluhan dan promosi garam beriodium di tingkat desa, yang dilaksanakan oleh tenaga gizi puskesmas atau bidan di desa.

2. Pihak Dinas Kesehatan Kabupaten Dairi berkoordinasi dengan Instansi terkait seperti Dinas Perindustrian untuk melaksanakan pematauan garam beriodium secara berkala di masyarakat.


(67)

DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi, A.1991. Psikologi Sosial. PT. Rieneka Cipta, Jakarta

Arikunto, S. 2000. Manajemen Penelitian. PT. Rieneka Cipta, Jakarta

Brody, T. 1999. Nutritional Biochemistry. Second Edition, Academic Press, University Of California At Barkeley, California.

Departemen Kesehatan, 1990. Latar Belakang Masalah GAKI, Makalah Disajikan Pada Pelatihan Petugas Lapangan Survei Evaluasi Dampak Penanggulangan GAKI Tahap II, Ditjen BGM Jakarta.

Departemen Kesehatan, 1998. Laporan Survey Pemetaan Gangguan Akibat Kekurangan Iodium (GAKI) di Provinsi Sumatera Utara Tahun 1998, Kerjasama Ditjen BGM dengan Puslitbangkes.

Departemen Kesehatan, 2000. Penanggulangan Akibat Kekurangan Iodium, Jakarta. Departemen Kesehatan, 2002. Panduan Umum Keluarga Mandiri Sadar Gizi, Jakarta. Departemen Kesehatan, 2005. Rencana Aksi Nasional Kesinambungan Program

Penanggulangan Gangguan Akibat Kekurangan Iodium, Jakarta.

Dirjen Bina Kesehatan Masyarakat, 1996. Departemen Kesehatan RI, Masalah GAKI dan Upaya Penanggulangan, Kumpulan Naskah, Temu Ilmiah dan Simposium Nasional III Penyakit Kelenjar Tiroid, Badan Penerbit Universitas Diponegoro.

Dinas Kesehatan Kabupaten Sleman, 2005. Pengembangan Sistem Informasi Manajemen, Jakarta, (www.yahoo.com 3 maret 2008).

Balai Penelitian GAKI, Magelang, 2006, (www.kompas.com),tanggal 20 Juni 2008 Hetzel, BS, 1993, Iodine Deficiency in Human Nutrition and Dietetics, Ninth Edition,

JS, et.al.ed : Churchill Livinstone Edinbug London, Madrid, Melbourn,s New York.

Jalal, F, 1998, Gizi dan Kualitas Hidup, Biro Kerjasama IPTEK LIPI, Makalah pada Pertemuan Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi VI, Tanggal 17-20 Februari 1998, Serpong.


(1)

51 Roslan Simamora -

52 Tiar Nainggolan -

53 Lasmaida Sitorus -

54 Roslita Purba -

55 Tiurmina Purba -

56 Roslinta Samosir -

57 Krismiati Sihombing -

58 Rohani Situmorang -

59 Rismauli Lumban Gaol -

60 Dorina Manalu -

61 Rauli Rajagukguk -

62 Nurmauli Hasibuan -

63 Merani Manalu -

64 Rementi Manalu -

65 Lamria Simarmata -

66 Lesta Nababan -

67 Roida Situmorang -

68 Elpe Purba -

69 Entelina Manalu -

70 Linda Simamora -

71 Dewi Rajagukguk -

72 Lanti Purba -

73 Masnur Siburian -

74 Riama Manalu -

75 Romian Simamora -

76 Polma Nainggolan -

77 Delita Sihite -

78 Pitaomas Situmorang -

Dedi Julhadi Hasibuan : Gambaran Perilaku Ibu Rumah Tangga Dalam Penggunaan Garam Beriodium Di Desa Juma Teguh Kecamatan Siempat Nempu Kabupaten Dairi Tahun 2008, 2009


(2)

79 Tiamin Siregar -

80 Risma Simanullang -

81 Riris Sianturi -

82 Rosmita Op. Sunggu -

83 Lamtiurmaida Simamora -

84 Tumiar Rajagukguk -


(3)

Lampiran 6 :

Hasil Kategorisasi Pengetahuan, Sikap, Tindakan dan Kualitas Garam dalam Gambaran Perilaku Ibu Rumah

Tangga dalam Penggunaan Garam Beriodium di Desa Juma Teguh Kecamatan Siempat Nempu

Kabupaten Dairi Tahun 2008

Pengetahuan Sikap Tindakan

No Nama Responden Umur Pendidikan Pekerjaan

Nilai Kategori Nilai Kategori Nilai Kategori Kualitas

Garam

1 Bermanina Sinaga 44 SLTP Petani 53 Cukup 90 Baik 80 Baik Baik

2 Fitaria 45 SD Petani 65 Cukup 100 Baik 50 Cukup Baik

3 Naikutri Simanjuntak 50 SLTP Buruh Tani 40 Cukup 90 Baik 50 Cukup Baik

4 Tiodora Sihite 41 SLTA Petani 50 Cukup 100 Baik 50 Cukup Baik

5 Rawat Sihombing 33 SLTP Petani 95 Baik 80 Baik 40 Cukup Baik

6 Bernika 54 SD Pedagang 35 Kurang 90 Baik 80 Baik Baik

7 P. El. Gaol 56 SLTP Petani 70 Cukup 100 Baik 40 Cukup Baik

8 U. Raja br. Rajaguguk 45 SD Buruh Tani 40 Cukup 100 Baik 50 Cukup Baik

9 Ipunya 33 SD Petani 90 Baik 90 Baik 60 Cukup Baik

10 Romauli Pasaribu 39 SLTA Pedagang 55 Cukup 90 Baik 50 Cukup Baik

11 Korita 56 SD Petani 40 Cukup 90 Baik 40 Cukup Baik

12 Ramlina 29 SLTA Petani 90 Baik 90 Baik 50 Cukup Baik

13 Ani 40 SD Buruh Tani 40 Cukup 90 Baik 50 Cukup Baik

14 Emi Sihombing 52 SLTP Petani 75 Cukup 90 Baik 80 Baik Baik

15 Batani br. Simare-mare 38 SLTP Petani 95 Baik 100 Baik 50 Cukup Baik

16 Agustina br. Pakpahan 28 SD Buruh Tani 40 Cukup 100 Baik 50 Cukup Baik

17 Sinta 48 SD Buruh Tani 25 Kurang 90 Baik 40 Cukup Baik

18 Suryani br. Simbolon 40 SD Petani 40 Cukup 100 Baik 50 Cukup Baik

19 Binur br. Saragih 37 SLTA Pedagang 90 Baik 90 Baik 50 Cukup Baik

Dedi Julhadi Hasibuan : Gambaran Perilaku Ibu Rumah Tangga Dalam Penggunaan Garam Beriodium Di Desa Juma Teguh Kecamatan Siempat Nempu Kabupaten Dairi Tahun 2008, 2009


(4)

20 Tenty Sihombing 36 SLTP Petani 30 Kurang 90 Baik 80 Baik Baik

21 Norita Simanjuntak 49 SLTP Petani 55 Cukup 90 Baik 50 Cukup Baik

22 Ruspita Simamora 38 SD Petani 40 Cukup 90 Baik 50 Cukup Baik

23 Derta Pandiangan 42 SLTP Buruh Tani 45 Cukup 100 Baik 60 Cukup Baik

24 Juspita Silaban 35 SD Petani 65 Cukup 90 Baik 40 Cukup Baik

25 Ruspita Manalu 45 SD Buruh Tani 40 Cukup 100 Baik 40 Cukup Baik

26 Hertauli Mataniari 32 SD Petani 50 Cukup 100 Baik 80 Baik Baik

27 Lilis Simbolon 30 SLTA Pedagang 40 Cukup 90 Baik 50 Cukup Baik

28 Edelina Raja Guk-Guk 31 SLTA Petani 90 Baik 90 Baik 40 Cukup Baik

29 Elpe Sigalingging 35 SLTP Petani 70 Cukup 90 Baik 40 Cukup Baik

30 Roula Tamba 40 SD Buruh Tani 40 Cukup 100 Baik 80 Baik Baik

31 Riris Simanullang 42 SLTP Petani 30 Kurang 100 Baik 50 Cukup Baik

32 Demi Silaban 46 SD Petani 55 Cukup 100 Baik 60 Cukup Baik

33 Bantu Lumban Gaol 50 SD Buruh Tani 90 Cukup 90 Baik 80 Baik Baik

34 Elfrida Simanullang 43 SLTA Petani 40 Cukup 70 Cukup 50 Cukup Baik

35 Rida Sihite 33 SD Buruh Tani 45 Cukup 100 Baik 50 Cukup Baik

36 Mindo Pasaribu 37 SLTA Petani 40 Cukup 100 Baik 80 Baik Baik

37 Sedihot Situmorang 29 SLTP Petani 75 Cukup 100 Baik 30 Kurang Baik

38 Roida Sitorus 45 SLTP Buruh Tani 65 Cukup 90 Baik 40 Cukup Baik

39 Gembira Situmorang 35 SLTP Buruh Tani 40 Cukup 90 Baik 50 Cukup Baik

40 Rusmin Purba 38 SD Petani 50 Cukup 100 Baik 80 Baik Baik

41 Usni Bakkara 29 SD Petani 40 Cukup 100 Baik 30 Kurang Baik

42 Rusmi Situmorang 30 SD Buruh Tani 35 Kurang 90 Baik 60 Cukup Baik

43 Erawaty Situmorang 25 SLTA Petani 70 Cukup 70 Cukup 80 Baik Baik

44 Magda Purba 28 SLTP Pedagang 40 Cukup 100 Baik 50 Cukup Baik


(5)

46 Sintaria Tampubolon 40 SD Buruh Tani 55 Cukup 100 Baik 50 Cukup Baik

47 Raulinta Purba 37 SLTP Petani 75 Cukup 90 Baik 60 Cukup Baik

48 Tiambun Pasaribu 40 SD Petani 65 Cukup 100 Baik 80 Baik Baik

49 Alida Sitinjak 27 SLTP Petani 40 Cukup 90 Baik 30 Kurang Baik

50 Prince Tamba 35 SLTP Petani 50 Cukup 90 Baik 60 Cukup Baik

51 Roslan Simamora 37 SD Buruh Tani 40 Cukup 90 Baik 50 Cukup Baik

52 Tiar Nainggolan 54 SLTP Petani 90 Baik 80 Baik 80 Baik Baik

53 Lasmaida Sitorus 32 SD Petani 75 Cukup 100 Baik 60 Cukup Baik

54 Roslita Purba 43 SD Petani 65 Cukup 90 Baik 30 Kurang Baik

55 Tiurmina Purba 34 SD Petani 45 Cukup 100 Baik 40 Cukup Baik

56 Roslinta Samosir 54 SLTA Buruh Tani 50 Cukup 90 Baik 50 Cukup Baik

57 Krismiati Sihombing 23 SLTA Petani 50 Cukup 100 Baik 80 Baik Baik

58 Rohani Situmorang 26 SLTP Petani 40 Cukup 100 Baik 50 Cukup Baik

59 Rismauli Lumban Gaol 37 SD Buruh Tani 35 Kurang 90 Baik 40 Cukup Baik

60 Dorina Manalu 38 SLTP Petani 70 Cukup 90 Baik 50 Cukup Baik

61 Rauli Rajagukguk 35 SD Petani 40 Cukup 90 Baik 80 Baik Baik

62 Nurmauli Hasibuan 53 SD Buruh Tani 30 Kurang 100 Baik 40 Cukup Baik

63 Merani Manalu 26 SLTA Petani 55 Cukup 100 Baik 50 Cukup Baik

64 Rementi Manalu 43 SD Petani 55 Cukup 80 Baik 30 Kurang Baik

65 Lamria Simarmata 23 SLTA Petani 40 Cukup 100 Baik 60 Cukup Baik

66 Lesta Nababan 33 SD Buruh Tani 35 Kurang 90 Baik 50 Cukup Baik

67 Roida Situmorang 36 SLTP Petani 70 Cukup 100 Baik 40 Cukup Baik

68 Elpe Purba 55 SLTP Petani 40 Cukup 90 Baik 30 Kurang Baik

69 Entelina Manalu 43 SD Petani 30 Kurang 90 Baik 50 Cukup Baik

70 Linda Simamora 24 SD Petani 35 Kurang 100 Baik 40 Cukup Baik

71 Dewi Rajagukguk 44 SD Petani 50 Cukup 90 Baik 50 Cukup Baik

Dedi Julhadi Hasibuan : Gambaran Perilaku Ibu Rumah Tangga Dalam Penggunaan Garam Beriodium Di Desa Juma Teguh Kecamatan Siempat Nempu Kabupaten Dairi Tahun 2008, 2009


(6)

72 Lanti Purba 42 SLTA Pedagang 40 Cukup 100 Baik 40 Cukup Baik

73 Masnur Siburian 26 SLTP Tani 90 Baik 30 Kurang 40 Cukup Baik

74 Riama Manalu 29 SLTP Petani 70 Cukup 70 Cukup 50 Cukup Baik

75 Romian Simamora 34 SD Petani 80 Baik 30 Kurang 40 Cukup Baik

76 Polma Nainggolan 45 SLTP Buruh Tani 40 Cukup 70 Cukup 50 Cukup Baik

77 Delita Sihite 38 SD Petani 30 Kurang 30 Kurang 50 Cukup Baik

78 Pitaomas Situmorang 53 SD Petani 50 Cukup 70 Cukup 50 Cukup Baik

79 Tiamin Siregar 43 SLTA Petani 40 Cukup 70 Cukup 50 Cukup Baik

80 Risma Simanullang 45 SD Petani 80 Baik 70 Cukup 50 Cukup Baik

81 Riris Sianturi 50 SLTA Petani 70 Cukup 30 Kurang 50 Cukup Baik

82 Rosmita Op. Sunggu 50 SD Petani 30 Kurang 70 Cukup 50 Cukup Baik

83

Lamtiurmaida

Simamora 34 SLTP Buruh Tani 30 Kurang 70 Cukup 40 Cukup Baik

84 Tumiar Rajagukguk 35 SD Petani 30 Kurang 30 Kurang 40 Cukup Baik

85 Estalina Nababan 33 SLTP Petani 95 Baik 70 Cukup 50 Cukup Baik


Dokumen yang terkait

Gambaran Ketahanan Pangan Rumah Tangga Petani Padi di Desa Maligas Tongah Kecamatan Tanah Jawa Kabupaten Simalungun

4 95 101

Gambaran Perilaku Ibu Rumah Tangga Dalam Penggunaan Garam Beriodium di Desa Bangun I Kecamatan Parbuluan Kabupaten Dairi Tahun 2014.

4 67 98

Analisis Pendapatan Peternak Sapi Potong di Kecamatan Siempat Nempu Hulu Kabupaten Dairi

7 89 59

Hubungan Perilaku Dan Higiene Siswa SD Negeri 030375 Dengan Infeksi Kecacingan Di Desa Juma Teguh Kabupaten Dairi Tahun 2008

0 49 87

Pengetahuan, Sikap Dan Tindakan Ibu-Ibu Rumah Tangga Terhadap Pemeliharaan Kesehatan Gigi Dan Mulut Anak Balitanya, Di Kecamatan Balige, Kabupaten Toba Samosir, Sumatera Utara Tahun 2009

3 76 66

Analisis Perkembangan Koperasi Di Kabupaten Dairi ,Studi Kasus Koperasi Unit Desa dan Koperasi Pertanian Kecamatan Sidikalang, Kecamatan Siempat Nempu dan Kecamatan Siempat Nempu Hulu, Kabupaten Dairi, Provinsi Sumatera Utara

4 27 144

INVENTARISASI SITUS SEJARAH MARGA MAHA DI KECAMATAN SIEMPAT NEMPU KABUPATEN DAIRI.

1 8 28

KUESIONER PENELITIAN GAMBARAN PERILAKU IBU RUMAH TANGGA DALAM PENGGUNAAN GARAM BERIODIUM DI DESA BANGUN I KECAMATAN PARBULUAN KABUPATEN DAIRI TAHUN 2014

0 1 29

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Perilaku - Gambaran Perilaku Ibu Rumah Tangga Dalam Penggunaan Garam Beriodium di Desa Bangun I Kecamatan Parbuluan Kabupaten Dairi Tahun 2014.

0 0 19

GAMBARAN PERILAKU IBU RUMAH TANGGA DALAM PENGGUNAAN GARAM BERIODIUM DI DESA BANGUN I KECAMATAN PARBULUAN KABUPATEN DAIRI TAHUN 2014 SKRIPSI

0 0 11