34
Dari penelitian yang dilakukan oleh Situmorang menunjukkan bahwa angka rerata keterlambatan dokter hanya berbeda sedikit dengan angka rerata
keterlambatan penderita. Hal ini menunjukkan pentingnya peran dokter dalam penanggulangan TB paru dengan kegiatan deteksi pasien TB paru. Seorang
dokter harus memiliki kemampuan dalam deteksi pasien TB paru, diagnosis, penatalaksanaan, serta pemantauan keberhasilan pengobatan serta menetapkan
hasil akhir pengobatan.
11
Pada umumnya penderita datang ke pusat-pusat pelayanan masyarakat primer, dimana peran dokter umum sangat penting untuk mencegah keterlambatan
dalam penegakan diagnosis TB paru yaitu dengan pengambilan keputusan untuk melakukan pemeriksaan penunjang. Foto toraks masih merupakan pilihan terbaik
untuk skrining TB paru oleh karena pemeriksaan ini cepat dan mudah dilakukan. Maka diharapkan dokter umum untuk tidak menambah angka rerata keterlambatan
diagnosis yang disebabkan oleh dokter yaitu dengan melakukan pemeriksaan penunjang yaitu foto toraks yang akan dilakukan oleh spesialis radiologi. Hal ini
juga diperintahkan Allah SWT dalam firmanNya:
Maka bertanyalah kepada orang yang mempunyai pengetahuan jika kamu tidak mengetahui. QS An Nahl16 : 43.
Hal yang juga perlu diperhatikan pada interpretasi TB paru melalui teknik pencitraan pada foto toraks adalah pengetahuan mengenai gambaran TB paru
yang klasik dan atipikal. Diagnosis yang terlambat seringkali terjadi akibat kurangnya pengetahuan mengenai gambaran TB paru yang atipikal. Penelitian
yang dilakukan oleh The Research Institute of Tuberculosis di Tokyo. Subyek yang membaca foto hanya diminta untuk menentukan apakah foto-foto yang
diberikan kepada mereka memerlukan pemeriksaan lanjutan untuk TB atau tidak. Kegagalan untuk meminta pemeriksaan lanjutan pada foto dengan kelainan
dikategorikan sebagai under-reading. Sementara permintaan untuk pemeriksaan lanjutan pada foto normal dikategorikan sebagai over-reading. Hal ini diduga
35
terjadi karena kurangnya pengetahuan. Demikian pula Rasulullah SAW mengajarkan, bahwa obat kebodohan yaitu dengan bertanya, sebagaimana
tercantum dalam sabdanya:
Tidakkah mereka bertanya, ketika mereka tidak tahu? Sesungguhnya obat ketidak mengertian mereka adalah bertanya. Riwayat Abu Daud, Ibnu Majah, Ahmad
dan Darimi dan dishahihkan Syeikh Salim Al Hilali dalam Tanqihul Ifadah Al Muntaqa Min Miftah Daris Sa’adah, hal. 174.
4.1.2 Analisis Bivariat
Analisis bivariat untuk mengetahui hubungan antara manifestasi klinis dan hasil pemeriksaan foto toraks yang merupakan variabel bebas dengan variabel
terikatnya yang berupa tuberkulosis, dilakukan dengan menggunakan uji statistik Chi-Square.
Tabel 4.5 Hubungan Batuk Berdahak dengan Hasil Pemeriksaan Foto Toraks Berdasarkan Gambaran Radiologi
Kategori Bayangan
awan dan bercak
Kavitas Fibrotik
Total P
Value N
N N
N
Batuk berdahak Akut
Kronik Jumlah
23 24
47 48,9
51,06 100
7 7
100 100
1 5
6 16,6
83,3 100
24 36
60
40 60
100 0,047
Pada uji kemaknaan statistik dengan Chi-Square untuk kategori batuk berdahak dengan hasil pemeriksaan foto toraks berdasarkan gambaran radiologi,
setelah dianalisa dengan menggunakan uji Chi-Square, ternyata diperoleh hasil bahwa syarat untuk dapat digunakannya uji Chi-Square pada tabel 2xk tidak
terpenuhi. Hal ini karena pada kategori batuk berdahak dan hasil pemeriksaan foto
36
toraks berdasarkan gambaran radiologi terdapat 4 sel 66,7 yang memiliki nilai expected 5, dimana syarat uji Chi-Square adalah maksimal hanya ada 20 sel
yang memiliki expected count 5. Untuk tabel 2xk tersebut, alternatif uji Chi- Square yang dapat diambil adalah uji Kolmogorov-Smirnov.
Berdasarkan tabel 4.5 diatas, dapat diketahui bahwa terdapat 24 responden dengan batuk berdahak akut, 23 di antaranya memiliki gambaran radiologi berupa
bayangan awan dan bercak dan 1 gambaran fibrotik . Dua puluh empat responden dari 36 responden dengan batuk berdahak kronik memiliki gambaran radiologi
bayangan awan dan bercak, 7 gambaran kavitas dan 5 gambaran fibrotik. Berdasarkan data dari 82 pasien TB diatas, dan pada uji kemaknaan
statistik dengan Kolmogorov-Smirnov untuk kategori batuk berdahak yang telah dibobotkan dengan kategori hasil pemeriksaan foto toraks didapatkan nilai P =
0,047 P 0,05, maka diperoleh kesimpulan secara statistik bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara batuk berdahak dengan hasil pemeriksaan foto
toraks berdasarkan gambaran radiologi. Hasil ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Anna dkk yang menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang
signifikan antara batuk berdahak dengan hasil pemeriksaan foto toraks berdasarkan gambaran radiologi yaitu dengan nilai p = 0,04.
48
Sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa pada awal peradangan paru hingga akhirnya terjadi destruksi paru nantinya akan berupa jaringan dan sel-sel
mati yang akan dikeluarkan sebagai reflek batuk. Oleh karenanya penderita TB paru pada umumnya batuk produktif dengan banyak basil di dalamnya sehingga
kerusakan awal yang digambarkan dengan bayangan awan dan bercak yang batasnya tidak tegas dengan densitas rendah lama
– kelamaan akan mengalami proses destruksi jaringan paru dengan sempurna sehingga akan membentuk
kavitas yaitu terbentuknya lubang akibat melunaknya nekrosis kaseosa yang sering tampak pada gambaran foto toraks lubang dengan dinding berbatas licin.
14
Sedangkan salah satu kemungkinan kelanjutan suatu sarang tuberkulosis yaitu terbentuknya sarang-sarang fibrotik tebal dan kalsiferus, disingkat sarang
fibrokalsiferus di kedua lapangan atas mengakibatkan penarikan pembuluh-
37
pembuluh darah besar di kedua hili ke atas. Keadaaan ini disebut dengan tuberkulosis fibrosis densa
33
.
Tabel 4.6 Hubungan Batuk Berdahak dengan Hasil Pemeriksaan Foto Toraks Berdasarkan Klasifikasi ATA
Kategori Lesi
minimal Lesi Sedang
Lesi lanjut Total
P Value
N N
N N
Batuk berdahak Akut
Kronik Total
16 16
100 100
8 29
37 21,6
78,37 100
7 7
100 100
24 36
60 40
60 100
0,000
Pada uji kemaknaan statistik dengan Chi-Square untuk kategori batuk berdahak dengan hasil pemeriksaan foto toraks berdasarkan klasifikasi ATA,
setelah dianalisa dengan menggunakan uji Chi-Square, ternyata diperoleh hasil bahwa syarat untuk dapat digunakannya uji Chi-Square pada tabel 2xk tidak
terpenuhi. Hal ini karena pada kategori batuk berdahak dan hasil pemeriksaan foto toraks berdasarkan klasifikasi ATA terdapat 2 sel 33,3 yang memiliki nilai
expected 5, dimana syarat uji Chi-Square adalah maksimal hanya ada 20 sel yang memiliki expected count 5. Untuk tabel 2xk tersebut, alternatif uji Chi-
Square yang dapat diambil adalah uji Kolmogorov-Smirnov. Berdasarkan tabel 4.6 diatas, dapat diketahui bahwa terdapat 24 responden
dengan batuk berdahak akut, 16 di antaranya memiliki hasil foto toraks dengan lesi minimal dan 8 lesi sedang. Dua puluh sembilan responden dari 36 responden
dengan batuk berdahak kronik memiliki hasil foto toraks dengan lesi sedang dan 7 lesi lanjut.
Berdasarkan data dari 82 pasien TB diatas, dan pada uji kemaknaan statistik dengan Kolmogorov-Smirnov untuk kategori batuk berdahak yang telah
dibobotkan dengan kategori hasil pemeriksaan foto toraks berdasarkan klasifikasi ATA didapatkan nilai P = 0,000 P 0,05, maka diperoleh kesimpulan secara
statistik bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara batuk berdahak dengan
38
hasil pemeriksaan foto toraks berdasarkan klasifikasi American Tuberculosis Association. Sesuai teori batuk berdahak merupakan manifestasi klinis yang
paling sering ditemukan pada penderita TB paru hal ini akibat keterlibatan saluran pernapasan dalam penyebaran fokus yang sudah terbentuk . Hal ini juga didukung
dengan temuan awal pada lesi parenkimal adalah bercak lunak biasanya di segmen apikal dan posterior dari lobus superior dan biasanya belum terdapat kavitas lesi
minimal.
11,33
Pada kebanyakan kasus lebih dari satu segmen yang terlibat dan TB yang bilateral lesi sedang terdapat pada sepertiga sampai dua pertiga kasus. Ketika
luas daerah yang dihinggapi oleh sarang –sarang lebih luas lagi, atau jika
ditemukan kavitas yang diameter keseluruhan semua lubang melebihi 4 cm maka sudah dikategorikan lesi tingkat sangat lanjut.
11,33
Berdasarkan teori apabila dijumpai batuk berdahak yang bersifat kronik dan hasil pemeriksaan BTA positif
seharusnya gambaran radiologi juga semakin luas.
10
Tabel 4.7 Hubungan Sesak Napas dengan Hasil Pemeriksaan Foto Toraks Berdasarkan Gambaran Radiologi
Kategori Bayangan
awan dan bercak
Kavitas Fibrotik
Total P
Value N
N N
N Sesak napas
Akut Kronik
Total
6 3
9 66,6
33,3 100
2 2
100 100
2 2
100 100
6 7
13 46,2
53,8 100
0,593
Pada uji kemaknaan statistik dengan Chi-Square untuk kategori sesak napas dengan hasil pemeriksaan foto toraks berdasarkan gambaran radiologi,
setelah dianalisa dengan menggunakan uji Chi-Square, ternyata diperoleh hasil bahwa syarat untuk dapat digunakannya uji Chi-Square pada tabel 2xk tidak
terpenuhi. Hal ini karena pada kategori batuk berdahak dan hasil pemeriksaan foto toraks berdasarkan gambaran radiologi terdapat 6 sel 100 yang memiliki nilai
expected 5, dimana syarat uji Chi-Square adalah maksimal hanya ada 20 sel