Perkembangan Bursa Efek Indonesia

Togu F. Munthe : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebijakan Dividen Pada Perusahaan Yang Terdaftar Di Bei, 2009. USU Repository © 2009 19. Tahun 2000 : Sistem Perdagangan Tanpa Warkat scripless trading mulai diaplikasikan di pasar modal Indonesia. 20. Tahun 2002 : BEJ mulai mengaplikasikan sistem perdagangan jarak jauh remote trading. 21. Tahun 2007 : Penggabungan Bursa Efek Surabaya BES ke Bursa Efek Jakarta BEJ dan berubah nama menjadi Bursa Efek Indonesia BEI.

B. Perkembangan Bursa Efek Indonesia

Awalnya, Bursa Efek Jakarta yang mulai beroperasi sejak Agustus 1977 berjalan agak tersendat-sendat mengingat pada saat itu jumlah perusahaan yang go public hanya bertambah dalam hitungan jam selama sepuluh tahun pertama. Minat investor masih sangat terbatas, mengingat belum banyak yang memahami berinvestasi di pasar modal. Hal ini dapat dimengerti mengingat kegiatan pasar modal merupakan kegiatan yang relatif baru bagi masyarakat Indonesia. Di samping itu berinvestasi di pasar modal merupakan investasi yang mempunyai resiko sehingga investor perlu berhati-hati sebelum menanamkan uangnya di pasar modal. Keadaan demikian menyebabkan indeks harga saham hanya bergerak di sekitar 60-100 dan nilai perdagangan setiap hari rata-rata tidak lebih dari Rp 50.000.000. Kemudian pada tahun 1988 keadaan mulai berubah sejak pemerintah meluncurkan berbagai deregulasi antara lain diperbolehkannya investor asing berinvestasi di pasar modal, tidak adanya batasan fluktuasi harga saham di bursa efek. Hal ini dapat dilihat dari indeks harga saham yang melejit menjadi 305 atau Togu F. Munthe : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebijakan Dividen Pada Perusahaan Yang Terdaftar Di Bei, 2009. USU Repository © 2009 meningkat tiga kali lipat dibandingkan dengan kurun waktu sepuluh tahun pertama. Nilai transaksi harian meningkat menjadi Rp. 120.000.000 atau meningkat lebih dari dua kali lipat. Kenaikan dramatis ini diikuti dengan meningkatnya jumlah perusahaan go public pada tahun 1989 menjadi 56 atau meningkat lebih dari dua kali lipat dibandingkan kurun waktu 10 tahun pertama. Perkembangan ini berlanjut sehingga pada tahun 1993 Bursa Efek Jakarta mencapai pertumbuhan yang sangat mengesankan 114,62 . Pertumbuhan ini merupakan pertumbuhan nomor tiga yang tertinggi di bursa-bursa Asia yang hanya dapat disaingi oleh Hongkong dan Philipina. Tahun 1994 merupakan tahun tantangan bagi Bursa Efek Jakarta akibat perkembangan faktor eksternal seperti keputusan yang dilakukan oleh Federal Reserve Bank yang sepanjang tahun 1994 menaikkan suku bunga beberapa kali yang secara keseluruhan mencapai 25 . Perubahan suku bunga ini mau tidak mau berpengaruh pada kinerja Bursa Efek Jakarta. Hal ini dapat dilihat bahwa pada akhir tahun 1994 IHSG Bursa Efek Jakarta menurun sebesar 20,23 yang dihitung dari IHSG tahun 1993. Selanjutnya IHSG naik dari 469,64 pada akhir Desember 1994 menjadi 519,57 pada akhir Desember 1995. Perkembangan faktor eksternal ini tidak hanya terasa pada Bursa Efek Jakarta tetapi juga mempengaruhi bursa lainnya di dunia. Togu F. Munthe : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebijakan Dividen Pada Perusahaan Yang Terdaftar Di Bei, 2009. USU Repository © 2009

C. Profil Perusahaan