Jansen Batubara : Pengaruh Belanja Modal Dan Belanja Pemeliharaan Untuk Pelayanan Publik Terhadap Realisasi Pendapatan Asli Daerah Pada Pemerintah Daerah KabupatenPemerintah Kota Di Propinsi Sumatera
Utara, 2009. USU Repository © 2009
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Ketika otonomi daerah mulai digulirkan, harapan yang muncul adalah daerah menjadi semakin mandiri di dalam pelaksanaan pemerintahan maupun
pembangunan daerahnya masing-masing karena daerah diberikan kebebasan untuk mengelola wilayahnya sendiri. Selain itu daerah juga diberikan sumber-
sumber pembiayaan kewenangan yang sebelumnya masih dipegang oleh Pemerintah Pusat di era Orde Baru. Kemandirian daerah tersebut dimanifestasikan
lewat Pendapatan Asli Daerah PAD yang besar dan kuat. Pelaksanaan otonomi daerah di Indonesia yang didasari UU Nomor 22
tahun 1999 tentang pemerintahan daerah, sejak tahun 2001 berimplikasi pada perubahan dalam sistem pembuatan keputusan terkait dengan pengalokasian
sumberdaya dalam anggaran pemerintah daerah. Sebelumnya pendekatan penetuan alokasi lebih mengacu pada realisasi anggaran tahun sebelumnya dengan
sedikit peningkatan tanpa merubah jenis atau pos belanja. Pendekatan atau sistem tersebut disebut sebagai sistem aggaran sistem anggaran tradisional. Setelah
pemberlakuan otonomi daerah, maka pendekatan yang digunakan adalah anggaran berbasis kinerja.
Jansen Batubara : Pengaruh Belanja Modal Dan Belanja Pemeliharaan Untuk Pelayanan Publik Terhadap Realisasi Pendapatan Asli Daerah Pada Pemerintah Daerah KabupatenPemerintah Kota Di Propinsi Sumatera
Utara, 2009. USU Repository © 2009
Pemberian otonomi daerah tercermin dalam Peraturan No. 1052000 dan Keputusan Menteri dalam Negeri Kepmendagri No. 292002 yang menegaskan
bahwa pemerintah daerah memiliki kewenangan untuk menentukan alokasi sumberdaya ke dalam belanja-belanja dengan menganut asas kepatuhan,
kebutuhan, dan kemampuan daerah. Kebijakan ini merupakan tantangan dan peluang bagi pemerintah daerah pemda dikarenakan pemda memiliki
kewenangan lebih besar untuk mengelola sumber daya yang dimiliki secara efisien dan efektif. Berdasarkan regulasi yang berlaku, setiap realisasi atas
kebijakan yang berhubungan dengan cost atau belanja expenditure harus didasarkan pada peraturan resmi yang disebut peraturan daerah.
Perda tentang anggaran daerah Perda APBD merupakan penentu boleh tidaknya dilakukan pengeluaran dana atau kas untuk membayar biaya-biaya,
termasuk untuk memperoleh aktiva tetap belanja modal maupun biaya untuk memelihara aset tetap tersebut.
Untuk melaksanakan wewenang sebagaimana yang diamanatkan oleh undang-undang Nomor 22 tahun 1999 tentang pemerintahan daerah dan Undang-
undang Nomor 25 tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Daerah, maka daerah harus melakukan upaya-upaya positif untuk
meningkatkan Pendapatan Asli DaerahPAD. Upaya peningkatan PAD secara positif dalam pengertian bahwa keleluasaan yang dimiliki oleh daerah harus dapat
dimanfaatkan untuk meningkatkan PAD maupun untuk menggali sumber-sumber penerimaan baru tanpa menimbulkan ekonomi biaya tinggi. Upaya peningkatan
Jansen Batubara : Pengaruh Belanja Modal Dan Belanja Pemeliharaan Untuk Pelayanan Publik Terhadap Realisasi Pendapatan Asli Daerah Pada Pemerintah Daerah KabupatenPemerintah Kota Di Propinsi Sumatera
Utara, 2009. USU Repository © 2009
PAD tersebut harus dipandang sebagai perwujudan tanggung jawab pemerintah daerah dalam mencapai tujuan pemberian otonomi, yaitu peningkatan pelayanan
dan kesejahteraan masyarakat. Namun dengan adanya kebijakan mengenai otonomi daerah, akan ada
kemungkinan daerah-daerah akan memiliki perbedaan dalam hal pembangunan karena perbedaan sumber daya yang dimiliki. Fenomena yang terdapat pada
struktur APBD kabupaten di Indonesia yaitu terdapat ketergantungan yang cukup tinggi terhadap peranan pemerintah pusat. Hal ini membuat tuntutan untuk
merubah struktur belanja daerah demi meningkatkan porsi PAD dalam harus dilakukan.
Pemerintah daerah diharapkan memperbesar porsi belanja modal khususnya belanja modal bagian pelayanan publik dan alokasi belanja
pemeliharan terhadap aset pelayanan publik juga harus diperhatikan. Belanja pemeliharaan dialokasikan untuk menjaga aset tetap senantiasa dalam kondisi siap
digunakan sesuai dengan estimasi umur ekonomisnya. Pergeseran komposisi belanja merupakan upaya logis yang dilakukan pemerintah daerah pemda
setempat dalam rangka meningkatkan tingkat kepercayaan publik. Belanja modal yang dilakukan pemerintah daerah diantaranya pembangunan dan perbaikan
sektor pendidikan, kesehatan, transportasi, sehingga masyarakat juga menikmati manfaat dari pembangunan daerah.
Semakin tinggi tingkat investasi modal diharapkan mampu meningkatkan kualitas layanan publik dan pada gilirannya mampu meningkatkan tingkat
Jansen Batubara : Pengaruh Belanja Modal Dan Belanja Pemeliharaan Untuk Pelayanan Publik Terhadap Realisasi Pendapatan Asli Daerah Pada Pemerintah Daerah KabupatenPemerintah Kota Di Propinsi Sumatera
Utara, 2009. USU Repository © 2009
partisipasi kontribusi publik terhadap pembangunan yang tercermin dari adanya peningkatan PAD Mardiasmo, 2002. Kesinambungan pembangunan daerah
relatif lebih terjamin ketika publik memberikan tingkat dukungan yang tinggi. Provinsi Sumatera Utara yang merupakan daerah yang memiliki potensi
besar menjadi daerah yang maju karena masyarakat yang cukup beragam. Provinsi Sumatera Utara terdiri dari 22 kabupaten dan 7 kota. Kabupaten dan kota tentu
berusaha mengelola keuangan daerahnya demi pembangunan ekonomi yang diharapkan. Setiap tahun belanja modal dan belanja pemeliharaan di alokasikan
khususnya dalam rangka peningkatan dan pembangunan ekonomi didaerah melalui pembangunan infrastruktur, sarana dan prasarana bagi masyarakat.
Namun dalam kenyataannya daerah-daerah di Sumatera Utara cenderung tertinggal dibanding dengan daerah-daerah di provinsi lain. Hal ini membuat
penulis tertarik meneliti apakah alokasi belanja modal dan belanja pemeliharaan yang dibuat oleh kabupatenkota di Sumatera Utara dapat meningkatkan
perekonomian masyarakat yang tercermin dari adanya peningkatan PAD pendapatan asli daerah.
B. Batasan Masalah