Analisa Postur Kerja Berdasarkan Metode Rapid Upper Limb Assessment RULA

Dina Meliana Pangaribuan : Analisa Postur Kerja Dengan Metode Rula Pada Pegawai Bagian Pelayanan Perpustakaan USU Medan, 2010.

BAB VI ANALISA PEMECAHAN MASALAH

6.1. Analisa Masalah

6.1.1. Analisa Postur Kerja Berdasarkan Metode Rapid Upper Limb Assessment RULA

Dari hasil pengolahan data postur kerja untuk elemen kegiatan penyusunan buku pada pegawai bagian pelayanan perpustakaan Universitas Sumatera Utara dengan menggunakan metode Rapid Upper Limb Assessment RULA, maka dapat dilakukan analisa terhadap permasalahan yang ada, yaitu : a. Postur tubuh jongkok Skor akhir untuk elemen kegiatan menyusun buku di perpustakaan USU dengan postur kerja jongkok adalah 7. Berdasarkan skor tersebut maka level resiko dari kegiatan tersebut berada pada kategori level resiko tinggi dan diperlukan tindakan perbaikan postur kerja sekarang juga. Postur kerja jongkok dilakukan oleh para pegawai bagian pelayanan untuk menyusun buku di rak pertama. Para pegawai harus berjongkok karena tinggi rak pertama dari lantai adalah 23 cm. Apabila jumlah buku yang harus disusun pada rak pertama ini sangat banyak, maka para pegawai dapat melakukan postur kerja jongkok dalam waktu yang lama, sehingga bila terjadi perubahan postur kerja secara spontan, para pegawai sering merasa kehilangan keseimbangan tubuhnya. Postur tubuh jongkok Dina Meliana Pangaribuan : Analisa Postur Kerja Dengan Metode Rula Pada Pegawai Bagian Pelayanan Perpustakaan USU Medan, 2010. memiliki level resiko tinggi karena berdasarkan perhitungan postur kerja dengan metode RULA, sudut yang dibentuk oleh bagian tubuh pegawai cukup besar. Pegawai yang memiliki tinggi tubuh diatas 155 cm lebih sulit melakukan postur tubuh jongkok dibandingkan dengan pegawai yang memiliki tinggi tubuh dibawah 155 cm. Hal ini dapat disebabkan karena tinggi rak pertama dari lantai yang hanya 23 cm, jika diukur dari tubuh pegawai tersebut hanya sebatas lutut atau bahkan dibawah lutut, sehingga pegawai merasa kesulitan ketika harus berjongkok. b. Postur tubuh bungkuk Skor akhir untuk aktivitas menyusun buku di perpustakaan USU dengan postur tubuh bungkuk adalah 5. Berdasarkan skor tersebut maka level resiko dari aktivitas tersebut berada pada kategori level resiko sedang dan diperlukan tindakan perbaikan postur kerja dalam waktu dekat. Aktivitas menyusun buku pada rak kedua dilakukan oleh pegawai dengan postur tubuh membungkuk. Hal ini disebabkan karena tinggi rak kedua dari lantai adalah 61 cm. Sistem pengatalogan buku juga sangat mempengaruhi postur kerja pegawai. Kode katalog buku yang terletak dibagian bawah buku juga dianggap menyulitkan oleh para pegawai, karena pegawai harus lebih membungkuk untuk melihat kode katalog buku. c. Postur tubuh berdiri Skor akhir untuk aktivitas menyusun buku di perpustakaan USU dengan postur tubuh berdiri adalah 4. Berdasarkan skor tersebut maka level resiko dari Dina Meliana Pangaribuan : Analisa Postur Kerja Dengan Metode Rula Pada Pegawai Bagian Pelayanan Perpustakaan USU Medan, 2010. aktivitas tersebut berada pada kategori level resiko kecil dan diperlukan tindakan perbaikan postur kerja dalam beberapa waktu ke depan. Penyusunan buku di rak ketiga menyebabkan para pegawai bagian pelayanan harus berdiri. Tinggi rak ketiga dari lantai adalah 99 cm. Postur tubuh berdiri adalah postur tubuh yang memiliki level resiko paling kecil dibandingkan dengan postur tubuh lainnya. Tetapi postur tubuh berdiri juga memerlukan tindakan perbaikan karena bila dilakukan dalam waktu yang lama, bagian tubuh para pegawai khususnya kaki sering merasa sakit. d. Postur tubuh berdiri dan tangan terentang ke atas Skor akhir untuk kegiatan menyusun buku di perpustakaan USU dengan postur berdiri dan tangan terentang ke atas adalah 6. Berdasarkan skor tersebut maka level resiko dari kegiatan tersebut berada pada kategori level resiko sedang dan diperlukan tindakan perbaikan postur kerja dalam waktu dekat. Postur tubuh berdiri dengan tangan terentang keatas dilakukan oleh para pegawai untuk menyusun buku di rak keempat, karena tinggi rak keempat dari lantai adalah 137 cm. Sudut yang dibentuk oleh rentangan tangan pegawai sangat bervariasi besarnya tergantung tinggi tubuh masing-masing pegawai. Umumnya pegawai dengan tinggi tubuh diatas 155 cm memiliki sudut rentangan tangan lebih kecil dibandingkan dengan pegawai yang memiliki tinggi tubuh dibawah 155 cm. e. Postur tubuh berdiri dan tangan terentang ke atas serta kaki berjinjit Skor akhir untuk kegiatan menyusun buku di perpustakaan USU dengan postur berdiri dan tangan terentang ke atas serta kaki berjinjit adalah 7. Berdasarkan skor tersebut maka level resiko dari aktivitas tersebut berada pada Dina Meliana Pangaribuan : Analisa Postur Kerja Dengan Metode Rula Pada Pegawai Bagian Pelayanan Perpustakaan USU Medan, 2010. kategori level resiko tinggi dan diperlukan tindakan perbaikan postur kerja sekarang juga. Penyusunan buku pada rak kelima membuat para pegawai harus berdiri dengan tangan terentang ke atas serta kaki berjinjit. Hal ini disebabkan tinggi rak kelima dari lantai adalah 175 cm. Tinggi tubuh pegawai yang paling tinggi adalah 165 cm, dan yang paling rendah adalah 153 cm. Untuk pegawai yang memiliki tinggi tubuh diatas 155 cm, umumnya tidak begitu kesulitan ketika harus menyusun buku di rak kelima, karena kaki para pegawai tersebut cukup berjinjit. Tetapi untuk pegawai yang memiliki tinggi tubuh dibawah 155 cm, umumnya kakinya harus berjinjit lebih tinggi. Berdasarkan hasil pengolahan data dengan metode RULA tersebut maka dapat disimpulkan bahwa postur kerja yang memiliki level resiko tertinggi adalah postur kerja jongkok dan berdiri dengan tangan terentang keatas serta kaki berjinjit. Postur kerja ini harus diperbaiki sekarang juga. Selain itu, postur kerja bungkuk dan berdiri dengan tangan tangan terentang ke atas yang memiliki level resiko sedang juga harus diperbaiki dalam waktu dekat. Selanjutnya, walaupun resiko postur kerja berdiri berada pada level resiko yang kecil, tetapi juga perlu dilakukan tindakan perbaikan beberapa waktu ke depan. Tinggi rak buku besi dua sisi sangat mempengaruhi postur kerja para pegawai bagian pelayanan khususnya yang bertugas menyusun buku. Tinggi rak buku dari lantai adalah 175 cm. Hal ini sangat menyulitkan para pegawai untuk menyusun buku terutama buku-buku yang berada pada rak keempat dan kelima. Untuk mencapai rak keempat, para pegawai harus merentangkan tangannya Dina Meliana Pangaribuan : Analisa Postur Kerja Dengan Metode Rula Pada Pegawai Bagian Pelayanan Perpustakaan USU Medan, 2010. keatas. Untuk mencapai rak kelima, para pegawai harus berdiri dengan tangan terentang ke atas serta kaki berjinjit sehingga postur kerja yang terbentuk menjadi tidak alami. Metode kerja yang kurang baik juga sangat mempengaruhi tingkat kelelahan dan produktivitas para pegawai bagian pelayanan. Para pegawai sering menumpuk buku-buku diatas troli pembawa buku melebihi kapasitas troli. Buku- buku diatas troli tersebut juga sering dibiarkan begitu saja di sudut ruangan dan tidak segera disusun kedalam rak. Hal ini sangat merugikan khususnya untuk para mahasiswa yang ingin membaca atau meminjam buku-buku tersebut. Terlebih lagi apabila buku-buku tersebut tersedia dalam jumlah terbatas pada perpustakaan Universitas Sumatera Utara. Disamping itu, kurang disiplinnya para pegawai juga mempengaruhi produktivitas kerjanya. Hal ini terjadi apabila ada pegawai yang absen atau tidak masuk kerja. Buku-buku yang seharusnya disusun oleh pegawai tersebut menjadi terbengkalai. Terkadang buku-buku tersebut memang disusun oleh pegawai lain. Tetapi hanya bila beban kerja atau buku-buku yang harus disusun pada saat itu tidak terlalu banyak jumlahnya. Karena apabila buku-buku yang harus disusun oleh para pegawai banyak jumlahnya, maka masing-masing pagawai berkonsentrasi pada tugasnya. Sehingga buku-buku dari pegawai yang absen tersebut menjadi terbengkalai. Dina Meliana Pangaribuan : Analisa Postur Kerja Dengan Metode Rula Pada Pegawai Bagian Pelayanan Perpustakaan USU Medan, 2010.

6.1.2. Analisa Data Waktu Postur Kerja