karena itu adalah kemauan kakaknya sendiri dengan alasan otak atau pikirannya tidak bisa menangkap pelajaran-pelajaran yang diberikan oleh gurunya.
Kini A sudah sekolah dan sedang duduk di kelas 3 Mts. Di Panti, A juga banyak diajarkan atau diberikan bimbingan-bimbingan oleh para pembina Panti,
kini A lebih tahu lagi tentang tata cara shalat dan bacaannya, membaca Al-Qur’an dengan tajwid yang benar, dan sampai saat ini A mempunyai hafalan Al-Qur’an 2
juz, karena A juga memiliki daya serap yang kuat atau cepat untuk menangkap hafalan-hafalan.
Dari situlah A banyak memperoleh bimbingan-bimbingan agama yang diberikan oleh para Pembina. Dan dari beberapa bimbingan tersebut, A lebih
menyukai materi bimbingan Hadits dan Training Dakwah.
B. Penerapan Metode Bimbingan Dalam Meningkatkan Kemampuan
Menghafal Al-Qur’an Bagi Anak-anak Usia 8- 15 Tahun.
Penerapan metode bimbingan dalam meningkatkan kemampuan menghafal al-Qur’an bagi anak-anak usia 8-15 tahun di panti sosial asuhan
rabbani, dalam penerapannya menggunakan dua bentuk metode bimbingan, yaitu metode bimbingan kelompok dan individual. Bimbingan kelompok
dipergunakan untuk membantu anak atau sekelompok anak dalam memecahkan masalah-masalahnya dengan melalui kegiatan kelompok.
58
Bimbingan kelompok dimaksudkan untuk membantu seorang individu yang menghadapi masalah dengan menempatkannya dalam suatu kehidupan
58
H. M. Arifin, Pedoman Pelaksanaan Bimbingan dan Penyuluhan Agama, Jakarta : PT. Golden Terayon, 1982, Cet. Ke-1, h. 45.
kelompok.
59
Yang dilakukan dengan hubungan bersifat face to face relationship
hubungan empat mata, yang dilaksanakan dengan wawancara antara pembimbing dengan anak asuh. Adapun kegiatan kelompok yang
berada di panti sosial asuhan rabbani di antaranya yaitu: 1.
Training DakwahMuhadharah Dalam bimbingan ini, setiap anak dikelompokkan menjadi lima orang
dalam setiap kelompoknya, dan setiap anak satu persatu untuk berlatih ceramah dalam setiap latihan. Training dakwah ini dilaksanakan pada hari
sabtu malam setelah sholat isya berjama’ah, dan training dakwah ini diikuti oleh anak panti sosial asuhan rabbani.
Sebelum anak-anak mulai berlatih, pengurus panti terlebih dahulu memberikan arahan-arahan kepada anak-anak tentang bagaimana cara
berbicara yang baik serta dalam berpenampilan Rethorika. Dalam training dakwah ini diawasi oleh pengurus panti sosial asuhan rabbani, dan anak asuh
diharapkan bisa menghayati ajaran-ajaran agama dan bisa mensyiarkannya dengan baik. Dengan diadakannya training dakwah ini untuk melatih mental
agar anak asuh mampu berbicara di depan teman-temannya dan lebih-lebih di tengah-tengah masyarakat.
60
2. Tahfidz dan Takrir Al-Qur’an
59
Djumhur dan Moh. Surya, Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah, Bandung: CV. Ilmu, 1985, h. 32.
60
Solhannuddin, Pengurus Panti Sosial Asuhan Rabbani Parung Bogor, Wawancara Pribadi, Bogor, 30 Juni 2008.
Sebelum memperdengarkan materi baru kepada pembimbing, terlebih dahulu anak asuh menghafalkan sendiri materi-materi yang akan
diperdengarkan, seperti: 1
Terlebih dahulu anak asuh membaca dengan melihat mushaf, materi- materi yang akan diperdengarkan kehadapan pembimbing minimal dibaca
tiga kali. 2
Setelah dibaca dengan cara melihat mushaf dan terasa ada bayangan lalu dibaca dengan hafalan tanpa melihat mushaf minimal tiga kali dalam
satu kalimat dan maksimalnya tidak terbatas. 3
Setelah satu kalimat ada dampaknya dan menjadi hafal dengan lancar, kemudian ditambah dengan merangkaikan kalimat berikutnya sehingga
sempurna menjadi satu ayat.
61
4 Setelah materi satu ayat ini dikuasai dengan hafalan yang betul-betul
lancar, maka diteruskan dengan menambah materi baru dengan membaca binnadzar
melihat mushaf terlebih dahulu dan mengulang-ulang seperti pada materi pertama.
5 Setelah mendapat hafalan dua ayat dengan baik dan lancar, maka hafalan
tersebut diulang-ulang mulai dari materi ayat pertama dirangkaikan dengan materi ayat kedua minimal tiga kali.
6 Setelah materi yang ditentukan menjadi hafal dengan baik dan lancar,
kemudian hafalan ini diperdengarkan kehadapan pembimbing untuk
61
Shalah Al-Khalidi, Membedah Al-Qur’an trj. Muhil DA Surabaya: Pustaka Progressif, 1997, Cet. Ke-1, h. 103.
ditashhih hafalannya serta mandapat petunjuk-petunjuk dan bimbingan
seperlunya. 7
Waktu menghadap ke pembimbing pada hari kedua, penghafal memperdengarkan materi baru yang sudah ditentukan dan mengulang
materi hari pertama, hari kedua dan hari ketiga harus selalu diperdengarkan untuk lebih memantapkan hafalannya.
62
3. Belajar Kelompok
Belajar merupakan suatu kewajiban yang harus dilaksanakan, begitu pula anak-anak panti mereka diharuskan belajar bersama, belajar bersama
dilakukan setelah makan malam, karena dengan belajar bersama mereka bisa saling membantu antar sesama dan mereka bisa mempersiapkan pelajaran
untuk bersekolah.
63
Panti Sosial Asuhan Rabbani merupakan salah satu panti Tahfidzul Qur’an
, meskipun belum termasuk panti spesialis Tahfidzul Qur’an. Dikatakan demikian karena panti ini tidak hanya memberikan materi tahfidz kepada anak-
anak asuh, namun juga memberikan materi-materi bimbingan agama sebagaimana panti atau pondok pesantren lainnya, seperti: materi Nahwu, Shorof, Aqidah,
Akhlaq, Fiqh, Bahasa Arab, Hadits, Kaligrafi, Qira’atul Qur’an, Ilmu Tajwid, Training Dakwah dan lain-lain.
62
Solhannuddin, Pengurus Panti Sosial Asuhan Rabbani Parung Bogor, Wawancara Pribadi, Bogor, 30 Juni 2008.
63
Ibid., Wawancara Pribadi, Bogor, 30 Juni 2008.
Dalam perkembangannya, penerapan bimbingan Tahfidzul Qur’an di Panti Sosial Asuhan Rabbani dibagi menjadi 2 periode:
64
1. Periode Pertama + 1993-1995
Pada awal berdirinya sampai dengan dua tahun berkembang Panti Sosial Asuhan Rabbani ini mewajibkan kepada anak-anak asuh untuk menghafal al-
Qur’an 30 juz selama pendidikan 6 enam tahun dengan tingkatan materi sebagi berikut:
a. Tahun pertama, masa pendidikan selama satu tahun dengan diakhiri ujian
tahfidzul Qur’an 5 lima juz 1-5.
b. Tahun kedua, masa pendidikan satu tahun dengan diakhiri ujian tahfidzul
Qur’an 5 lima juz, yang dimulai dari juz 6-10.
c. Tahun ketiga, masa pendidikan selama satu tahun dengan diakhiri ujian
tahfidzul Qur’an 5 lima juz, mulai dari juz 11-15.
d. Tahun keempat, masa pendidikan selama satu tahun dengan diakhiri ujian
tahfidzul Qur’an 5 lima juz, mulai dari juz 16-20.
e. Tahun kelima, masa pendidikan selama satu tahun dengan diakhiri ujian
tahfidzul Qur’an 5 lima juz, mulai dari juz 21-25.
f. Tahun keenam, masa pendidikan selama satu tahun dengan diakhiri ujian
tahfidzul Qur’an 5 lima juz, mulai dari juz 26-30.
Adapun pelaksanaannya adalah sebagai berikut: Materi tahfidzul Qur’an terdiri dari 30 juz dibagi menjadi 72 bulan dengan
ketentuan penghafal menyetorkan hafalannya setiap hari kecuali hari libur; enam hari dibagi menjadi 4 hari untuk tahfidz dan 2 hari digunakan untuk takrir.
Perinciannya adalah sebagai berikut:
64
Solhannuddin, Pimpinan Panti Sosial Asuhan Rabbani Parung Bogor, Wawancara Pribadi, Bogor 30 Juni 2008.
1. Materi Tahfidz; diterapkan empat kali dalam seminggu, setiap kali masuk anak
asuh memperdengarkan atau menyetorkan hafalannya kehadapan pembimbing minimal ½ halaman; kemudian pembimbing membacakan materi baru atau
penghafal membaca sendiri binnadzar melihat bacaanbuku dengan pengarahan-pengarahan atau petunjuk-petunjuk seperlunya dari pembimbing.
Perincian waktu dan materi tahfidz adalah sebagai beikut: a.
Dalam seminggu ½ halaman x 4 hari = 2 halaman b.
Dalam sebulan ½ halaman x 16 hari = 8 halaman c.
Dalam setahun ½ halaman x 192 hari = 92 halaman d.
Dalam enam tahun ½ halaman x 1162 hari = 581 halaman Dengan demikian dalam 6 tahun waktu yang dipergunakan adalah 1.162
hari dengan menghasilkan materi hafalan 581 halaman sama dengan 30 juz kurang 9 halaman. Untuk menyelesaikan materi 30 juz ini memerlukan tambahan waktu
18 hari. Jadi, 1.162 hari menurut hitungan perincian teori ditambah 18 hari berarti waktu yang dipergunakan untuk menghafal materi 30 juz adalah 1.180 hari.
2. Materi Takrir; diterapkan dua hari dalam seminggu, setiap kali bimbingan,
penghafal harus menyetormemperdengarkan hafalan ulang minimal 1 halaman. Adapun perinciannya sebagai berikut:
a. Dalam seminggu
: 1 halaman x 2 hari = 2 halaman b.
Dalam sebulan : 1 halaman x 8 hari = 8 halaman
c. Dalam setahun
: 1 halaman x 96 hari = 96 halaman d.
Dalam enam tahun : 1 halaman x 576 hari = 576 halaman Dengan demikian dalam masa 6 tahun waktu yang dipergunakan 576
halaman sama dengan 30 juz kurang 24 halaman. Jadi, untuk menyelesaikan materi takrir 30 juz diperlukan tambahan 24 hari.
Setelah Panti tersebut menerapkan materi 30 juz kepada anak-anak asuh, ternyata tidak mendapatkan hasil yang memuaskan atau kurang efektif, banyak
anak-anak asuh yang tidak sanggup untuk mengikuti materi hafalan tersebut. Dari jumlah keseluruhan anak asuh sebanyak 25 orang, hanya 2 orang yang sanggup
untuk mengikuti hafalan tersebut. Apabila diprosentasekan, berarti hanya 8 anak asuh yang sanggup mengikuti materi hafalan 30 juz. Walaupun di sisi lain pihak
panti sudah mengusahakan guru-guru tahfidz untuk membimbing mereka, selain itu karena mereka juga dibebani dengan mata pelajaran yang terlalu banyak,
seperti pelajaran agama yang jumlahnya tidak sedikit, ditambah lagi dengan materi-materi pelajaran yang dibebankan di sekolah kepada anak-anak asuh.
Karena tidak efektif, maka pihak penguruspembina panti tidak memaksakan kepada anak-anak asuh untuk menghafal materi 30 juz, namun sesuai dengan
kemampuannya masing-masing. 2.
Periode kedua + 1996-Sekarang Setelah memperhatikan perkembangan anak asuh pada periode pertama
yang kurang memuaskan disebabkan materi pelajaran terlalu banyak, maka pihak panti ini mengatur strategi baru dalam mencari materi apa yang lebih efektif bila
diterapkan kepada anak-anak asuhnya tanpa harus menghilangkan ciri khas panti tersebut, yaitu materi tahfidzul Qur’an. Dalam periode ini pihak panti hanya
mewajibkan hafalan kepada anak-anak asuh minimal 3 juz yang dimulai dari juz 30, 29, dan juz 28. Kalau diperhatikan memang tampak jauh perbedaan antara
periode pertama dengan periode kedua ini, namun menurut pengasuhpembina
panti, inilah yang paling relevansesuai dengan kemampuan anak-anak asuh mereka yang mempunyai latar belakang kurang menguntungkan tersebut.
Pola dasar hafalan 3 juz yang diterapkan menjadi dasar utama bagi anak- anak asuh untuk mengembangkan atau menambah hafalannya di panti atau
pesantren lain. Oleh karenanya pihak pengasuh panti menganjurkan kepada anak- anak asuhnya setelah tamat dari panti ini bisa melanjutkan ke panti atau pesantren
yang mempunyai ciri khas menghafal al-Qur’an. Hal ini juga langsung diterapkan oleh pihak panti dengan cara mengutus
anak-anak asuh yang masih diasuh untuk melanjutkan pendidikan di panti atau pesantren yang mempunyai program menghafal al-Qur’an, di antaranya Pondok
Pesantren Al-Urwatul Wutsqa Indramayu dan Pondok Pesantren Al-Istiqamah di Sukabumi.
65
Pada periode ini pelaksanaan materi tahfidzul Qur’an dibagi menjadi 3 kelompok:
1. Kelompok Pertama
Kelompok pertama merupakan kelompok anak asuh baru yang hanya diwajibkan menghafal al-Qur’an minimal 1 juz yaitu juz 30 dimulai dari
surat An-Nas. Karena masih banyak anak asuh yang belum lancar bahkan banyak yang belum mengenal al-Qur’an, maka metode yang dipakai
adalah dengan cara langsung mengahafal dari pembimbing. Materi yang diberikan minimal satu sampai dua baris dalam sekali pertemuan. Mereka
dibimbing 2 kali dalam satu minggu. Tentang pembagian waktu untuk
65
Solhannuddin, Pimpinan Panti Sosial Asuhan Rabbani Parung Bogor, Wawancara Pribadi, Bogor, 30 Juni 2008.
kelompok ini tidak ditentukan secara rinci, namun diharapkan santri harus sudah hafal dalam masa pendidikan 3 tahun.
2. Kelompok Kedua
Kelompok kedua diwajibkan menghafal al-Qur’an sebanyak 2 juz yang dimulai dari juz 30-29 dengan masa waktu pendidikan 3 tahun. Dalam
kelompok kedua ini materi 2 juz dibagi menjadi 36 bulan dengan ketentuan penghafal menyetorkan hafalannya kepada pembimbing dua kali
dalam seminggu 3 baris dalam sekali pertemuan. Materi 2 juz sama dengan 40 halaman, dalam 40 halaman terdapat 20 baris atau sama dengan
800 halaman. Adapun perinciannya sebagai berikut: a.
Dalam seminggu : 3 baris x 2 hari = 6 baris b.
Dalam sebulan : 3 baris x 8 hari = 24 baris c.
Dalam setahun : 3 baris x 96 hari = 288 baris d.
Dalam tiga tahun : 3 baris x 288 hari = 864 baris 3.
Kelompok Ketiga Kelompok ketiga diwajibkan menghafal al-Qur’an sebanyak 3 juz dimulai
dari juz 30-28 dengan masa waktu pendidikan 3 tahun. Dalam kelompok ketiga ini materi 3 juz dibagi 36 bulan atau sama dengan 3 tahun dengan
ketentuan penghafal menyetorkan hafalannya kepada pembimbing 2 hari dalam seminggu sebanyak 4 baris dalam setiap pertemuan. Materi 3 juz
sama dengan 60 halaman, dalam tiap 60 halaman terdapat 20 baris atau sama dengan 1200 halaman. Adapun perinciannya sebagai berikut:
a. Dalam seminggu : 4 baris x 2 hari = 8 baris
b. Dalam sebulan : 4 baris x 8 hari = 32 baris
c. Dalam setahun : 4 baris x 96 hari = 384 baris
d. Dalam tiga tahun : 4 baris x 288 hari = 1.152 baris
Dengan demikian dalam 3 tahun waktu yang dipergunakan adalah 288 hari dengan menghasilkan materi hafalan 1.152 baris sama dengan 3 juz kurang
48 baris. Untuk menyelesaikan materi 3 juz ini memerlukan tambahan waktu 12 hari.
C. Analisa Penerapan Metode Bimbingan Dalam Meningkatkan