Latar Belakang Masalah KUALITAS HADIS DALAM KITAB RISALAH AHLU AS- SUNNAH WA AL-JAMA`AH

10 10 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Hadis yang juga sering disinonimkan dengan sunnah adalah segala sesuatu yang dinisbahkan kepada Nabi Muhammad Saw, baik perkataan, perbuatan, maupun taqrir ketetapan atau sifat. 1 Menurut bahasa al-Hadits artinya al-Jadid baru, al-Khabar berita, pesan keagamaan, pembicaraan. Dan di dalam al- Qur`an kata hadis disebut berulang kali dengan makna-makna tesebut. 2 Penerimaan hadis sebagai sumber ajaran dan hukum Islam kedua, setelah mendampingi dengan al-Qur`an merupakan realisasi dan iman kepada Rasul- Saw dan kedua kalimat syahadat yang diikrarkan oleh setiap muslim. selain karena fungsi hadis itu sendiri, yaitu penjelas dan penafsir terhadap ayat-ayat al-Qur`an yang bersifat umum; penjabaran dan petunjuk pelaksanaan dari ayat-ayat al- Qur`an, terutama yang menyangkut tata cara pelaksanaan berbagai ibadah yang disyaratkan Islam; dan sebagai sumber hukum dalam penetapan dan perumusan hukum khususnya terhadap masalah-masalah yang dibicarakan secara global oleh al-Qur`an atau permasalahan yang tidak dibicarakan sama sekali hukumnya oleh al-Qur`an. 3 Dari segi periwayatan hadis Nabi berbeda dan tidak dapat disejajarkan dengan al-Qu`ran karena dari pengertian terdapat perbedaan. Al-Qur`an diriwayatkan secara Mutawatir sedangkan hadis ada yang diriwayatkan oleh 1 . Subhi As-Salih, Ulum al-Hadis wa Mustalahuhu, Dâr al- `Ilmu Li al-Malayin, 1997 s.3. 2 . Muh Zuhri, Hadis Nabi : Telaah Historis dan Metodologis, Yogyakarta : Tiara Wacana Yogya. 2003 h.1. 3 . Nawir Yuslem, Ulum al-Hadis, Jakarta : Mutiara Sumber Widya, 2001. h. 67 11 11 sejumlah periwayatan secara Mutawatir 4 dan Ahad 5 . Hingga berkedudukan sebagai Zanni al-Wurud 6 hadis yang diriwayatkan secara mutawatir bersifat Qat`i al-Tsubat absah yang mutlak dan disejajarkan dengan wahyu yang wajib di- amalkan dan dinilai kafir bagi orang-orang yang mengingkarinya. 7 Oleh karena itu, hadis mutawatir merupakan riwayat tertinggi dengan demikian orisinalitas al- Qur`an tidak diragukan lagi dan tidak perlu untuk diteliti kembali sedang hadis masih perlu dilakukan kegiatan penelitian terutama terhadap hadis yang bersifat Ahad agar hadis yang bersangkutan dapat dipertanggungjawabkan periwayatanya, yang mana berasal dari Nabi atau bukan 8 Untuk mendapatkan kualitas suatu hadis, maka perlu akan adanya penelitian hadis baik dari segi sanad maupun dari segi matan, sanad dan matan suatu hadis yang bersifat mutawatir tidak perlu lagi diadakan penelitian, karena sudah jelas dan tidak diragukan lagi kesahihannya, sedangkan hadis yang bersetatus ahad amat perlu dilakukan penelitian ulang agar memperoleh kejelasan tentang kualitas hadis tersebut, dengan tujuan untuk melihat apakah hadis tersebut berasal dari Nabi Saw atau tidak? Dan apakah hadis tersebut dapat diterima untuk dijadikan dalil Hujjah agama atau tidak? Karena diterima atau tidaknya suatu hadis untuk dijadikan sebagai dalil hujjah agama dilihat dari kualitas tersebut. 9 4 . Hadis mutawatir merupakan hadis diriwayatkan oleh orang banyak pada setiap tingkatan peristiwa mulai dari sahabat sampai dengan mukharij, yang secara rasio sangat mustahil sekali para periwayatan yang berjumlah banyak tersebut untuk berdusta, sebagian ulama ada yang menambahkan unsur penyaksian panca indra sebagai salah satu persyaratan hadis mutawatir tersebut, liat M. Syuhudi Ismail, pengantar Ilmu Hadis, Bandung: Angkasa, 1991 h. 135 5 Hadis Ahad adalah hadis yang diriwayatkan oleh sejumlah periwayatan yang mana tingkat perawinya tidak sampai taraf mutawatir dam mutlqak. Liat Subhi al – Shalih ,Ulum al- Hadis Mustalahul, Bairut: dar al- almalayan 1997 5.3 6 Zanni al-Wurud oleh adalah atau relatif tidak mutlak tingkat kebenarannya. 7 M. `Ajaj. Al-Khatib, Usul al-Hadis, terj. M Qodirrun, Nur Ahmad Musyafiq Jakarta: gaya media permata, 2001 h. 271 8 M. Syuhudi Ismail, Metodologi Penelitian Hadis Nabi, Jakarta Bulan Bintang 1992 9 Nawir Yuslem, `Ulum al-Hadis, h.75 12 12 Upaya pengkajian tersebut bertujuan untuk pemeliharaan dan pelestarian kesahihan hadis Nabi Saw. Sehingga para ulama menetapkan berbagai kaidah kesahihan hadis dengan segala persyaratan dan kriteria yang harus dipenuhi oleh suatu hadis yang berkualitas sahih. Sebuah hadis yang sahih dari segi sanadnya belum tentu sahih dari segi matannya dan sebaliknya, yaitu setelah para ulama menemukan cacat yang tersembunyi padanya. 10 menurut M. Quraish Shihab bahwa al-Ghazali sangat menolak hadis-hadis yang dinilainya bertentangan dengan ayat al-Qur`an dan menurutnya apa yang dilakukan ini merupakan satu bentuk pembelaan terhadap hadis sunnah Nabi Saw. 11 Al-Qardawi dalam bukunya mengatakan bahwa untuk memahami hadis sunnah dengan benar, jauh dari penyimpangan, pemalsuan, penafsiran yang buruk, maka sesuai petunjuk al-Qur`an selanjutnya dia juga mengatakan bila pemahaman para ahli fiqh dan pembela hadis jelas dalam mengambil kesimpulan makna-makna hadis itu berlainan, maka yang lebih utama dan yang lebih mendekati kebenaran ialah yang mendapatkan dukungan dari al-Qur`an. 12 Hal ini membuktikan bahwa perlu adanya kehati-hatian dan penelitian yang mendalam menganalisa suatu hadis yang tampak bertentangan dengan al-Qur`an maupun riwayat hadis yang berbeda. Diantara jalan yang ditempuh oleh ulama hadis dengan ulama fiqh dalam menyikapinya pertama, memahami hadis dengan berdasarkan pada al-Qur`an terlebih dahulu sehingga apabila mereka menentukan riwayat hadis yang sejalan dengan al-Qur`an maka mereka menerima. 13 Kedua, 10 Muhammad al-Ghazali. Study Kritik atau Hadis Nabi Saw: Antara Pemohonan Tekstual dan Kontekstual, ter, Muhammad al – Bagir. Bandung: Mizan, 1996 h.27 11 M. al –Ghazali. Studi Krtik atas Hadis Nabi Saw. H 11 12 Yusuf al-Qordhawi, Bagaimana Memahami Hadis Nabi Saw, terj. Muhammad baqir, karisma, 1994.h 11 13 M, al-Ghazali, Studi Kritik atau Hadis Nabi Saw.. h 11 13 13 dengan cara mengkompromikan antara hadis yang tampak bertentangan maka hal itu hanya tampak zahirnya saja, bukan kenyataan hakiki. Menggabungkan antara kedua Nas tampak memaksakan atau mengadakan sehingga keduanya dapat diterima maka yang demikian tersebut utama dari pada mentajrihkan antara keduanya, sebab pen-tajrih-an berarti mengabaikan salah satu dari keduanya. 14 Peran penelitian memang sangat penting dalam sebuah hadis, karena dengan ilmu ini kita dapat mengetahui apakah suatu hadis itu dapat dipertanggungjawabkan ke-sahihan-nya. Dengan demikian, penulis mencoba mengkaji dan meneliti hadis-hadis yang terdapat dalam salah satu kitab karya Syaikh M. Hasyim Asy`ari yang cukup masykur di kalangan pesantren-pesantren Salafiyah di negeri kita khususnya di pesantren-pesantren Salafiyah di daerah Jawa Timur yaitu kitab Risalah Ahlu al-Sunnah wa al-Jama`ah, kitab yang berisikan tentang hadis kematian, tanda-tanda hari kiamat dan penjelasan tentang pemahaman Sunnah dan Bid`ah. Di dalam kitab Risalah Ahlu al-Sunnah wa al-Jama`ah terdapat banyak hadis Rasul. Syaikh M. Hasyim Asy`ari dalam mengutip hadis-hadis Nabi sama sekali tidak menyertakan sanad-sanad secara lengkap dan juga tidak mencantumkan kualitas hadisnya. Beliau hanya menyertakan mukharij yang terakhir, tetapi banyak pula hadis-hadis yang dicantumkannya tanpa perawimukharij. Fenomena diatas dapat kita mengerti. Karena kitab Risalah Ahlu al-Sunnah wa al-Jama`ah bukanlah kitab asli yang bersanad. Dengan demikian penulis berinisiatif untuk meneliti hadis-hadis yang berada di dalam kitab ini karena kitab ini sering disajikan oleh para kiaiustadz kepada masyarakat atau para 14 Yusuf al-Qordhawi, Bagaimana memahami Hadis Nabi Saw.h 117-118. 14 14 santri salafiyah khususnya dengan harapan masyarakat dan santri dapat memiliki moral yang tinggi. Akan tetapi yang patut kita perhatikan juga adalah apakah hadis-hadis yang disajikan itu layak untuk di gunakan atau tidak. 15 Melihat keadaan seperti ini yang menarik perhatian dan alasan penulis untuk menulis skripsi dengan judul T AKHRIJ H ADIS K ITAB R ISALAH A HLU AL - S UNNAH WA AL -J AMA ` AH ; Sebuah Kajian Analisis Sanad dan Matan Hadis- hadis Tanpa Riwayat. B. Pembatasan dan Perumusan Masalah 1. PembatasanMasalah Untuk keperluan pengkajian dan penelitian dari judul skripsi ini penulis memberikan batasan sebagai berikut: a. Dalam kitab terdapat Hadis-hadis dan atsar. Dalam penelitian ini penulis hanya meneliti hadis dan hanya hadis-hadis yang tidak menggunakan riwayat. b. Untuk membatasi permasalahan yang akan dikaji. Untuk itu, penulisan skripsi ini dibatasi pada kajian analisis kualitas matan dan sanad hadis pada Kitab Risâlah Ahlu al-Sunnah wa al-Jamâ`ah. Penulis batasi hanya hadis-hadis yang terdapat dalam al-kutub al-sittah Sahih al- Bukhary, Sahih Muslim, Sunan Abi Dawud, Sunan al-Tirmidzy. Sunan al-Nasa’i, Sunan Ibn Majjah. 15 . Sebagai ilustrasi dalam kitab Risalah Ahlu al-Sunnah wa al-Jama`ah terdapat hadis yang artinya: Barangsiapa mencela sahabat-sahabatku maka bunuhlah dia apakah hadis ini benar- benar datangnya dari Rasulullah atau tidak? 15 15 2. Perumusan Masalah Dari pembatasan masalah di atas, penulis membuat suatu rumusan masalah dalam penelitian ini, yaitu: Bagaimana kualitas sanad dan matan hadis-hadis yang tidak menggunakan riwayat terdapat dalam Kitab Risâlah Ahlu al-Sunnah wa al- Jamâ`ah?

C. Manfaat dan Tujuan Penelitian