Kecukupan Modal LANDASAN TEORI

Sebaliknya, semakin kecil ROA menggambarkan kinerja perbankan yang kurang baik dalam mengelola aset guna menghasilkan laba.

B. Kecukupan Modal

1. Pengertian Kecukupan Modal Permodalan berfungsi sebagai sumber utama pembiayaan terhadap kegiatan operasional, penyangga terhadap kemungkinan terjadinya kerugian, dan menjaga kepercayaan masyarakat terhadap kemampuan bank dalam menjalankan fungsinya sebagai lembaga intermediasi. Modal yang dimiliki oleh suatu bank pada dasarnya harus cukup untuk menutupi seluruh risiko usaha yang dihadapi bank. Untuk memastikan bahwa industri perbankan memiliki permodalan yang cukup dalam mendukung kegiatan usahanya, Bank Indonesia bertanggung jawab menentukan jumlah minimum permodalan yang harus dimiliki bank dan mengeluarkan ketentuan mengenai permodalan minimum regulatory capital. Pemenuhan regulatory capital tersebut menjadi salah satu komponen penilaian dalam pengawasan bank yang tercermin dari pemenuhan rasio kecukupan modal. 25 Kecukupan modal perbankan salah satunya diukur dengan Capital Adequacy Ratio CAR. 25 Ferry N Idroes, Manajemen Perbankan: Pemahaman Pendekatan 3 Pilar Kesepakatan Basel II terkait Aplikasi Regulasi dan Pelaksanaaannya di Indonesia, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2008, h.66. 2. Capital Adequacy Ratio CAR CAR adalah perbandingan antara total modal dengan aset tertimbang menurut risiko yang oleh Bank Indonesia diterjemahkan menjadi KPMM Kewajiban Penyediaan Modal Minimum. 26 CAR dihitung dengan rumus sebagai berikut: Modal Bank CAR = Aktiva Tertimbang Menurut Risiko ATMR X 100 BI menetapkan ketentuan modal minimum bagi perbankan sebagaimana ketentuan dalam standar Bank for International Settlements BIS bahwa setiap bank umum diwajibkan menyediakan modal minimum sebesar 8 dari total Aktiva Tertimbang Menurut Risiko ATMR. 27 Adapun Klasifikasi tingkat CAR menurut Bank Indonesia secara rinci adalah sebagai berikut: Tabel 2.2 Klasifikasi Tingkat CAR Menurut BI Tingkat CAR Predikat 8 ke atas Sehat 6,4 - 7,9 Kurang Sehat di bawah 6,4 Tidak Sehat Sumber: www.bi.go.id CAR adalah rasio yang memperlihatkan seberapa jauh seluruh aktiva bank yang mengandung risiko pembiayaan, penyertaan, surat 26 Benyamin Molan, Glosarium Prentice hall untuk Manajemen dan Pemasaran, h.16. 27 Lukman Dendawijaya, Manajemen Perbankan, Bogor: Ghalia Indonesia, 2005, h.40. berharga, tagihan pada bank lain ikut dibiayai dari dana modal bank, disamping memperoleh dana- dana dari sumber- sumber di luar bank seperti dana masyarakat, pinjaman utang, dan lain- lain. Dengan kata lain, CAR adalah rasio kinerja bank untuk menunjang aktiva yang mengandung risiko, misalnya pembiayaan yang diberikan. 28 Rasio CAR merupakan alat pengukur kinerja keuangan bank. Selain itu, CAR juga menggambarkan kondisi perbankan diantaranya: a. Indikasi permodalan apakah telah memadai adequate untuk menutup risiko kerugian yang timbul dari penanaman dana dalam aktiva-aktiva produktif karena setiap kerugian akan mengurangi modal. CAR mengukur kemampuan permodalan bank dalam mengantisipasi penurunan aktiva dan menutup kemungkinan terjadinya kerugian dalam pembiayaan. CAR yang tinggi mencerminkan semakin baiknya permodalan karena modal dapat digunakan untuk menjamin pemberian pembiayaan. CAR yang rendah mencerminkan bahwa permodalan bank kurang baik karena bank kurang mampu menutup kemungkinan terjadinya kegagalan dalam pembiayaan. b. Kemampuan membiayai operasional dan membiayai seluruh aktiva tetap dan inventaris bank. CAR yang tinggi menunjukkan cukupnya modal untuk melaksanakan kegiatan usahanya dan dapat melakukan pengembangan bisnis serta ekspansi usaha dengan lebih aman. 28 Farah Margaretha, Manajemen Keuangan bagi Industri Jasa, h.63. c. Kemampuan bank dalam meningkatkan profitabilitas. CAR yang tinggi menunjukkan bank tersebut memiliki tingkat modal yang cukup besar dalam meningkatkan cadangan kas yang dapat digunakan untuk memperluas pembiayaannya, sehingga akan membuka peluang yang lebih besar bagi bank untuk meningkatkan profitabilitas. d. Ketahanan dan efisiensi perbankan. Bila CAR rendah, kemampuan bank untuk survive pada saat mengalami kerugian juga rendah. Modal sendiri cepat habis untuk menutup kerugian yang dialami dan akhirnya kelangsungan usaha bank menjadi terganggu. 3. Kewajiban Penyediaan Modal Minimum KPMM BPRS Berdasarkan PBI Nomor: 822PBI2006 tentang Kewajiban Penyediaan Modal Minimum KPMM BPRS, bank wajib menyediakan modal minimum sebesar 8 dari Aktiva Tertimbang Menurut Risiko ATMR. Perhitungan modal pada BPRS adalah sebagai berikut: 29 a. Modal inti terdiri dari modal disetor, agio saham, dana setoran modal, modal sumbangan, cadangan umum, cadangan tujuan, laba ditahan setelah diperhitungkan pajak, laba tahun lalu setelah diperhitungkan pajak, serta laba tahun berjalan setelah diperhitungkan taksiran pajak dan kekurangan Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif paling 29 “Peraturan Bank Indonesia PBI Nomor: 822PBI2006 Tentang Kewajiban Penyediaan Modal Minimum KPMM Bank Perkreditan Rakyat Berdasarkan Prinsip Syariah BPRS”, artikel diakses 24 Juli 2010 dari http:www.bi.go.idNRrdonlyres37E4E7E8-9507-4788-86C3-533A57C17 BF411955pbi_82207.pdf tinggi 50. Modal inti diperhitungkan dengan faktor pengurang berupa goodwill, disagio, rugi tahun lalu, dan rugi tahun berjalan. b. Modal pelengkap diperhitungkan paling tinggi 100 dari modal inti yang terdiri dari selisih penilaian kembali aktiva tetap, cadangan umum dari Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif paling tinggi 1,25 dari ATMR, modal pinjaman modal kuasi, dan investasi subordinasi paling tinggi sebesar 50 dari modal inti dengan memenuhi persyaratan tertentu. Adapun perhitungan kebutuhan modal minimum pada BPRS adalah sebagai berikut: 30 a. Melakukan penjumlahan ATMR, yaitu: 1 ATMR aktiva neraca mengalikan nilai nominal aktiva yang bersangkutan dengan bobot risiko aktiva neraca tersebut. 2 ATMR aktiva administratif mengalikan nilai nominal rekening administratif yang bersangkutan dengan bobot risiko aktiva administratif tersebut. b. Jumlah kewajiban penyediaan modal minimum BPRS adalah 8 dari jumlah ATMR ATMR aktiva neraca + ATMR aktiva administratif. c. Dihitung jumlah modal inti dan modal pelengkap. 30 “Surat Edaran Bank Indonesia SE BI No. 914Dpbs2007 tentang Kewajiban Penyediaan Modal Minimum KPMM BPRS, Jakarta, 21 Juni 2007”, artikel diakses 24 Juli 2010 dari http: www.bi.go.idNRrdonlyres567A219D-023D-404C-A62F-4B253DD3004012143SENo914DP bSTgl21Juni2007.pdf. d. Membandingkan jumlah modal dengan kewajiban penyediaan modal minimum tersebut sehingga dapat diketahui kelebihan atau kekurangan modal dari BPRS yang bersangkutan.

C. Efisiensi Operasional

Dokumen yang terkait

Manajemen risiko pembiayaan al-istishna' pada BPRS Amanah Ummah, Leuwiliang-Bogor

4 23 141

Korelasi Harapan Nasabah Terhadap Kinerja Pelayanan Funding Officer Pada PT. BPRS Amanah Ummah Leuwiliang Bogor

0 6 91

Pengaruh kecukupan modal, likuiditas, dan efisiensi operasional terhadap profitabilitas pada PT Bank Muamalat Indonesia, Tbk

0 6 113

Strategi Penghimpunan Dana Zakat Di Bprs Amanah Ummah Leuwiliang Bogor

2 33 77

Analisis hubungan kompensasi dengan kepuasan kerja karyawan pada Pt Bank Perkreditan Rakyat Syariah (Bprs) Amanah Ummah Leuwiliang Bogor

2 27 114

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Frekuensi Pengajuan Pembiayaan UMKM (PT. BPRS Amanah Ummah Leuwiliang, Bogor)

0 23 97

Analisis Efektivitas dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Realisasi Pembiayaan Syariah pada Sektor Agribisnis (Studi Kasus : PT. BPRS Amanah Ummah, Leuwiliang, Bogor)

2 50 337

PENGARUH KECUKUPAN MODAL, RISIKO KREDIT, EFISIENSI OPERASIONAL DAN LIKUIDITAS TERHADAP PROFITABILITAS Pengaruh Kecukupan Modal, Risiko Kredit, Efisiensi Operasional Dan Likuiditas Terhadap Profitabilitas (Survey pada Bank Umum Konvensional di Indonesia P

0 2 22

PENGARUH KECUKUPAN MODAL, RISIKO KREDIT, EFISIENSI OPERASIONAL DAN LIKUIDITAS TERHADAP PROFITABILITAS Pengaruh Kecukupan Modal, Risiko Kredit, Efisiensi Operasional Dan Likuiditas Terhadap Profitabilitas (Survey pada Bank Umum Konvensional di Indonesia P

0 4 22

PENGARUH RISIKO KREDIT, LIKUIDITAS, KECUKUPAN MODAL, DAN EFISIENSI OPERASIONAL TERHADAP PROFITABILITAS PADA PT BPD BALI.

1 4 28