Analisis Efektivitas dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Realisasi Pembiayaan Syariah pada Sektor Agribisnis (Studi Kasus : PT. BPRS Amanah Ummah, Leuwiliang, Bogor)

(1)

ANALISIS EFEKTIVITAS DAN FAKTOR-FAKTOR YANG

MEMPENGARUHI REALISASI PEMBIAYAAN SYARIAH

PADA SEKTOR AGRIBISNIS

(Studi Kasus : PT. BPRS Amanah Ummah, Leuwiliang, Bogor)

SKRIPSI

ARIES ANGGRIAWAN H34061941

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2010


(2)

RINGKASAN

ARIES ANGGRIAWAN. Analisis Efektivitas dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Realisasi Pembiayaan Syariah pada Sektor Agribisnis (Studi Kasus : PT. BPRS Amanah Ummah, Leuwiliang, Bogor). Skripsi. Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor (Di bawah bimbingan DWI RACHMINA).

Indonesia merupakan salah satu negara agraris terbesar di dunia. Menurut BPS, hingga bulan Februari 2009 ada sekitar 104.485.444 penduduk Indonesia yang telah bekerja. Kurang lebih 43.029.493 (41,20 persen) dari total penduduk yang bekerja tersebut bekerja pada sektor agribisnis. Sektor agribisnis masih memegang peranan penting bagi perekonomian nasional. Menurut data BPS sektor agribisnis yang meliputi pertanian dalam arti luas dan agroindustri memiliki kontribusi bagi output nasional (PDB) pada tahun 2009 yang sangat besar yaitu 31,40 persen (tidak termasuk perdagangan dan jasa berbasis produk pertanian). Salah satu permasalahan yang ada pada sektor agribisnis adalah masalah pembiayaan.

Karakteristik produk agribisnis yang memiliki masa grace period, perishable, bulky, dan voluminous, memiliki tingkat risiko yang tinggi. Usaha agribisnis yang penuh risiko ini membutuhkan pembiayaan yang lebih fleksibel terutama dalam pembagian keuntungan atau kerugian dalam berusaha, salah satunya dengan menggunakan pembiayaan syariah. Pembiayaan syariah dianggap sesuai dengan sektor agribisnis karena secara konseptual relevan dengan sektor agribisnis.

Salah satu perbankan syariah yang fokus dalam pembiayaan sektor agribisnis adalah Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS). Keberadaan BPRS dimaksudkan untuk dapat memberikan layanan perbankan secara cepat, mudah dan sederhana kepada masyarakat khususnya pengusaha menengah, kecil dan mikro baik di perdesaan maupun perkotaan yang selama ini belum terjangkau oleh layanan bank umum. Dilihat dari segi perkembangannya, pembiayaan syariah yang ada pada BPRS dapat menjadi alternatif pembiayaan untuk sektor agribisnis. BPRS harus mampu berkembang tidak hanya dari segi kuantitas lembaganya saja, melainkan juga pada segi kualitas yang pada akhirnya akan diarahkan pada efisiensi dan efektivitas kerja. Namun, kriteria efisiensi dalam arti ekonomis tidak sepenuhnya dapat digunakan dalam mengevaluasi program pembiayaan sejenis ini. Sehingga, penilaian dengan kriteria efektivitas dirasakan lebih tepat dibandingkan dengan kriteria efisiensi, dalam pengertian sejauh mana program pembiayaan dengan jenis seperti ini dapat menjangkau target mereka dengan cepat dan luas.

Penelitian ini dilaksanakan di PT. BPRS Amanah Ummah, Leuwiliang, Kabupaten Bogor. Data yang digunakan terbagi ke dalam dua bagian yaitu data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui observasi lapangan, penyebaran kuisioner, dan wawancara lansung dengan pihak terkait baik pihak internal maupun eksternal. Pihak internal yaitu pihak BPRS yang berkompeten dan dapat memberikan informasi yang akurat mengenai penyaluran pembiayaan di sektor pertanian. Sedangkan pihak eksternal yaitu responden dari pihak petani dan pedagang yang memiliki usaha agribisnis serta modal usahanya diperoleh dari


(3)

pembiayaan sistem syariah BPRS Amanah Ummah, Leuwiliang, Bogor. Data sekunder diperoleh dari berbagai arsip dan administrasi BPRS Amanah Ummah, Bank Indonesia (BI), Badan Pusat Statistik (BPS), Departemen Pertanian, Kementerian Negara Koperasi dan UKM, Masyarakat Ekonomi Syariah, serta studi literatur terkait di IPB dan melalui internet yang diperlukan untuk menunjang pembuatan laporan penelitian ini.

Efektivitas penyaluran pembiayaan, dapat dikatakan bahwa penyaluran pembiayaan telah berjalan dengan efektif. Efektivitas penyaluran pembiayaan ini dilihat melalui dua sisi yaitu efektivitas penyaluran menurut kriteria bank dan keragaan pembiayaan syariah yang terjadi pada nasabah. Efektivitas penyaluran pembiayaan menurut kriteria bank telah berjalan dengan sangat efektif, karena seluruh kriteria yang ada mendukung kriteria efektif dan proporsi pembiayaan yang diberikan bank telah sesuai dengan proporsi sektor usaha yang ada di daerah Leuwiliang. Sedangkan, efektivitas penyaluran pembiayaan berdasarkan keragaan pembiayaan syariah pada nasabah dapat dikatakan telah berjalan dengan efektif, karena lima dari enam kriteria yang ada telah mendukung kriteria efektif.

Efektivitas pengaruh pembiayaan terhadap kinerja usaha diketahui bahwa seluruh nasabah agribisnis sektor on-farm mampu memanfaatkan pembiayaan yang diterima untuk kebutuhan usaha yang dilakukan. Sedangkan, pada sektor off-farm terdapat 20 persen nasabah yang tidak memanfaatkan pembiayaan yang diterima sesuai dengan pengajuan. Pembiayaan syariah memberikan pengaruh yang lebih besar terhadap kinerja usaha pada sektoron-farmdibandingkan dengan sektor off-farm. Hal tersebut dapat dilihat dari hasil analisis menggunakan uji T-tes dua sampel berpasangan yang dilakukan dengan membandingkan keuntungan usaha nasabah sebelum dan sesudah mendapatkan pembiayaan syariah.

Faktor-faktor yang mempengaruhi realisasi pembiayaan syariah pada sektor agribisnis, diketahui bahwa terdapat empat variabel yang mempengaruhi secara signifikan realisasi pembiayaan pada sektor agribisnis. Variabel tersebut antara lain nisbah bagi hasil/margin, komposisi modal usaha, pengetahuan mengenai akad pembiayaan, dan sektor usaha yang dimiliki nasabah.

Saran yang dapat diajukan bagi PT. BPRS Amanah Ummah diantaranya : Pertama, proporsi pembiayaan syariah untuk sektor agribisnis perlu ditingkatkan, sehingga akan mampu meningkatkan pangsa pasarnya untuk sektor agribisnis serta mampu menjadi alternatif pembiayaan bagi sektor agribisnis. Kedua, pembiayaan syariah pada sektor on-farmharus lebih ditingkatkan, karena terbukti memiliki tingkat efektivitas pembiayaan yang lebih tinggi dibandingkan dengan sektor off-farm. Ketiga, PT. BPRS Amanah Ummah harus menentukan jenis pembiayaan yang tepat bagi calon nasabah agar pemanfaatan pembiayaan yang ada tidak disalahgunakan oleh nasabah. Keempat, PT. BPRS Amanah Ummah harus lebih meningkatkan pelayanan dan pembinaan untuk nasabah. Karena, secara tidak langsung akan meningkatkan kualitas pembiayaan yang diberikan kepada nasabah.


(4)

ANALISIS EFEKTIVITAS DAN FAKTOR-FAKTOR YANG

MEMPENGARUHI REALISASI PEMBIAYAAN SYARIAH

PADA SEKTOR AGRIBISNIS

(Studi Kasus : PT. BPRS Amanah Ummah, Leuwiliang, Bogor)

ARIES ANGGRIAWAN H34061941

Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada

Departemen Agribisnis

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR


(5)

Judul Skripsi : Analisis Efektivitas dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Realisasi Pembiayaan Syariah pada Sektor Agribisnis (Studi Kasus : PT. BPRS Amanah Ummah, Leuwiliang, Bogor)

Nama : Aries Anggriawan

NIM : H34061941

Menyetujui, Pembimbing

Ir. Dwi Rachmina, MSi NIP. 19631227 199003 2 001

Mengetahui

Ketua Departemen Agribisnis Fakultas Ekonomi dan Manajemen

Institut Pertanian Bogor

Dr. Ir. Nunung Kusnadi, MS NIP. 19580908 198403 1 002


(6)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul “Analisis Efektivitas dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Realisasi Pembiayaan pada Sektor Agribisnis (Studi Kasus : PT. BPRS Amanah Ummah, Leuwiliang, Bogor)” adalah karya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam bentuk daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Bogor, Juli 2010

Aries Anggriawan H34061941


(7)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 31 Maret 1988. Penulis adalah anak pertama dari tiga bersaudara dari pasangan Bapak Yayat Supriatna dan Ibu Thaurani Hanifah. Penulis menyelesaikan pendidikan dasar di SD Patra Dharma 3 Balikpapan pada tahun 2000 dan pendidikan menengah pertama diselesaikan pada tahun 2003 di SLTP Negeri 1 Bekasi, Jawa Barat. Kemudian penulis menyelesaikan pendidikan menengah atas pada tahun 2006 di SMA Negeri 1 Bekasi, Jawa Barat.

Penulis diterima di Institut Pertanian Bogor melalui jalur Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB) pada tahun 2006. Kemudian pada tahun 2007, penulis diterima pada Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen sebagai mayor.

Selama mengikuti pendidikan, penulis juga aktif di organisasi internal kampus yaitu Himpunan Mahasiswa Peminat Agribisnis (HIPMA). Penulis pernah ikut serta dalam beberapa kepanitiaan di kampus seperti BGTC dan Agrination 2008. Penulis memperoleh beasiswa dari Yayasan Supersemar, beasiswa Bantuan Khusus Mahasiswa (BKM) dan beasiswa Bantuan Belajar Mahasiswa (BBM) selama menempuh perkuliahan di IPB.


(8)

KATA PENGANTAR

Puji syukur Saya panjatkan kehadirat Allah SWT, serta shalawat dan salam kepada junjungan besar Nabi Muhammad SAW, yang telah melimpahkan rahmat dan hidayahNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang

berjudul ” Analisis Efektivitas dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Realisasi Pembiayaan Syariah pada Sektor Agribisnis (Studi Kasus : PT. BPRS Amanah Ummah, Leuwiliang, Bogor)”. Penyusunan skripsi ini sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan studi dan mendapatkan gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.

Skripsi ini bertujuan untuk menganalisis efektivitas dan faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi realisasi pembiayaan pada sektor agribisnis. Penelitian ini dilakukan dengan menganalisis efektivitas pembiayaan melalui mekanisme prosedur pembiayaan dan pengaruh pembiayaan terhadap kinerja usaha nasabah serta untuk melihat faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi realisasi pembiayaan syariah pada sektor agribisnis PT. BPRS Amanah Ummah.

Segala upaya dan kerja yang optimal telah dilakukan dalam penyusunan skripsi ini. Akhir kata dengan segala kerendahan hati semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis, pihak-pihak yang terkait, dan pembaca.

Bogor, Juli 2010 Aries Anggriawan


(9)

UCAPAN TERIMAKASIH

Penyelesaian skripsi ini juga tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Sebagai bentuk rasa syukur kepada Allah SWT, penulis ingin menyampaikan terima kasih dan penghargaan kepada:

1. Ir. Dwi Rachmina, M.Si selaku dosen pembimbing akademik dan pembimbing skripsi atas segala arahan, bimbingan, waktu dan kesabaran yang telah diberikan kepada penulis selama proses perkuliahan maupun dalam penyusunan skripsi ini.

2. Dr. Ir. Nunung Kusnadi, M.S selaku dosen penguji utama pada ujian sidang penulis yang telah meluangkan waktunya serta memberikan kritik dan saran demi perbaikan skripsi ini.

3. Ir. Harmini, M.Si selaku dosen penguji dari wakil komisi pendidikan yang telah meluangkan waktunya serta memberikan kritik dan saran demi perbaikan skripsi ini.

4. Pemilik dan pihak manajemen PT. BPRS Amanah Ummah, khususnya Ibu Dian, Ibu Lelih, Pak Hasan Basri, Pak Engkus, Pak Acep, Mas Ade dan semua karyawan BPRS Amanah Ummah yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu atas waktu, kesempatan dan informasi yang telah diberikan kepada penulis.

5. Nasabah pembiayaan syariah sektor agribisnis PT. BPRS Amanah Ummah yang telah meluangkan waktu untuk membantu penulis dalam mengumpulkan data penelitian.

6. Ibu dan Bapak tercinta serta adikku (Dwiky dan Ryana) yang telah memberikan dukungan moril dan materil, doa, serta kasih sayang yang tiada pernah putus. Semoga skripsi ini dapat menjadi persembahan yang terbaik dan awal untuk membahagiakan kalian.

7. Seluruh dosen serta staf Departemen Agribisnis. Terima kasih atas segala bantuan yang telah diberikan kepada penulis selama proses perkuliahan maupun dalam penyusunan skripsi, seminar, dan sidang.

8. Teman-teman satu bimbingan skripsi Fuji Lasmini dan Fauzan Rachman yang telah memberikan dukungan dan saran kepada penulis selama proses penyusunan skripsi ini.


(10)

9. Pihak-pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, namun tidak menghilangkan rasa hormat dan terima kasih atas bantuan dan dukungan yang telah diberikan kepada penulis.

Bogor, Juli 2010 Aries Anggriawan


(11)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR GAMBAR ... xvi

DAFTAR LAMPIRAN ... xvii

I PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Perumusan Masalah ... 8

1.3. Tujuan ... 12

1.4. Manfaat ... 12

1.5. Ruang Lingkup ... 13

II TINJAUAN PUSTAKA ... 14

2.1. Perbedaan Syariah dengan Konvensional ... 14

2.1.1. Perbandingan Kinerja Bank Syariah dan Bank Konvensional ... 14

2.1.2. Perbandingan Kinerja Usaha dengan Pembiayaan Syariah dan Konvensional ... 16

2.2. Pengaruh Pembiayaan BPRS Terhadap Pertumbuhan Usaha ... 18

2.3. Efektivitas Pembiayaan ... 19

2.4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pembiayaan Syariah ... 22

III KERANGKA PEMIKIRAN ... 24

3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis ... 24

3.1.1. Pembiayaan Syariah ... 24

3.1.2. Efektivitas Pembiayaan Syariah ... 27

3.1.2.1 Konsep Efektivitas ... 27

3.1.2.2 Efektivitas Pembiayaan Syariah ... 29

3.1.3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Realisasi Pembiayaan ... 30

3.1.4. Tujuan, Fungsi, dan Peran Kredit atau Pembiayaan ... 30

3.1.5. Dampak Kredit atau Pembiayaan Terhadap Pendapatan ... 34

3.2. Kerangka Pemikiran Operasional ... 35

IV METODE PENELITIAN ... 40

4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 40

4.2. Metode Penentuan Sampel ... 40

4.3. Data dan Instrumentasi ... 42

4.4. Metode Pengumpulan Data ... 42


(12)

4.5.1. Analisis Deskriptif ... 43

4.5.1.1 Metode Analisis Efektivitas Penyaluran Pembiayaan ... 43

4.5.2. Metode Analisis Pengaruh Pembiayaan Syariah Terhadap Kinerja Usaha pada Sektor Agribisnis ... 47

4.5.3. Metode Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Realisasi Pembiayaan Syariah pada Sektor Agribisnis ... 48

4.5.4. Pendugaan Nilai Elastisitas ... 53

V GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN ... 54

5.1. Sejarah Berdirinya PT. BPRS Amanah Ummah ... 54

5.2. Visi, Misi, Motto, dan Budaya Perusahaan ... 55

5.3. Struktur Organisasi PT. BPRS Amanah Ummah ... 56

5.4. Produk-Produk PT. BPRS Amanah Ummah ... 60

5.4.1. Produk Penghimpunan Dana ... 60

5.4.2. Poduk Penyaluran Dana ... 61

5.5. Teknis Operasional Pembiayaan PT. BPRS Amanah Ummah ... 62

5.5.1. Dasar Pertimbangan Pemberian Pembiayaan ... 63

5.5.2. Alur Proses Pengajuan Pembiayaan ... 64

5.6. Mekanisme PembiayaanMurabahahdi PT. BPRS Amanah Ummah ... 68

5.6.1. Ketentuan PembiayaanMurabahah ... 70

5.6.2. Hutang dan Penundaan Pembiayaan Murabahah ... 71

5.6.3. Manfaat PembiayaanMurabahah ... 72

5.6.4. Risiko PembiayaanMurabahah ... 72

VI ANALISIS EFEKTIVITAS PEMBIAYAAN SYARIAH PADA SEKTOR AGRIBISNIS ... 73

6.1. Analisis Efektivitas Pembiayaan Syariah ... 73

6.2. Analisis Efektivitas Penyaluran Pembiayaan Syariah ... 73

6.2.1. Efektivitas Penyaluran Pembiayaan Menurut Kriteria Bank ... 74

6.2.2. Keragaan Pembiayaan Syariah yang Terjadi pada Nasabah PT. BPRS Amanah Ummah ... 99

6.3. Analisis Efektivitas Pemanfaatan Pembiayaan ... 111

6.3.1. Pemanfaatan Pembiayaan Syariah untuk Sektor Agribisnis ... 111

6.3.2. Pengaruh Pembiayaan Syariah Terhadap Kinerja Usaha Nasabah ... 113

6.3.3. Perbedaan Keuntungan Usaha Pertahun Sebelum dan Sesudah Mendapatkan Pebiayaan Syariah ... 117


(13)

VII FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI REALISASI PEMBIAYAAN SYARIAH

UNTUK SEKTOR AGRIBISNIS ... 122

7.1. Karakteristik Responden ... 122

7.2. Asumsi BLUE Analisis Faktor-Faktor Realisasi Pembiayaan Syariah ... 127

7.3. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Realisasi Pembiayaan Syariah pada Sektor Agribisnis ... 128

7.3.1. Jumlah Tanggungan Keluarga (X1) ... 130

7.3.2. Keuntungan Usaha (X2) ... 131

7.3.3. Frekuensi Pembiayaan (X3) ... 134

7.3.4. Nisbah Bagi Hasil/Margin (X4) ... 137

7.3.5. Tahun Pendidikan (X5) ... 140

7.3.6. Komposisi Modal Usaha (X6) ... 142

7.3.7. Pengetahuan Mengenai Akad (D1) ... 144

7.3.8. Sektor Usaha (D2) ... 145

VIII KESIMPULAN DAN SARAN ... 148

8.1. Kesimpulan ... 148

8.2. Saran ... 149

DAFTAR PUSTAKA ... 150


(14)

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1. Kontribusi Sektor Agribisnis terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) di Indonesia Atas Dasar Harga Berlaku Tahun

2004-2009 (dalam Persen) ... 1 2. Jaringan Kantor Perbankan Syariah (Islamic Banking Network)

di Indonesia Tahun 2006-2010 (dalam unit) ... 5 3. Pembiayaan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah berdasarkan

Golongan Pembiayaan Tahun 2006-2010 (Juta Rupiah) ... 6 4. Data Pembiayaan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah di

Indonesia Tahun 2006-2010 Berdasarkan Sektor

Ekonomi (Juta Rupiah) ... 7 5. Data Pembiayaan Non Lancar Bank Pembiayaan Rakyat

Syariah di Indonesia Tahun 2006-2010 (Juta Rupiah) ... 7 6. Pembiayaan Per-Akad PT. BPRS Amanah Ummah

Tahun 2006-2008 (dalam ribu rupiah) ... 10 7. Pembiayaan Per-Sektor Ekonomi PT. BPRS Amanah Ummah

Tahun 2006-2008 (dalam ribu rupiah) ... 11 8. Target dan Realisasi PT. BPRS Amanah Ummah Berdasarkan

Sektor Usaha Tahun 2006-2009 (Dalam ribuan Rp) ... 75 9. Target dan Realisasi Pembiayaan PT. BPRS Amanah Ummah

Berdasarkan Alokasi Pembiayaan Tahun 2006-2009

(Dalam ribuan Rp) ... 81 10. Target dan Realisasi Pembiayaan PT. BPRS Amanah Ummah

Berdasarkan Jenis Akad Tahun 2006-2009

(Dalam ribuan Rp) ... 84 11. Frekuensi Pembiayaan PT. BPRS Amanah Ummah

Berdasarkan Lokasi Nasabah Tahun 2006-2009

(Dalam ribuan Rp) ... 91 12. Jangkauan Pembiayaan PT. BPRS Amanah Ummah

Berdasarkan Sektor Usaha Tahun 2006-2009

(Dalam ribuan Rp) ... 94 13. Tunggakan Pembiayaan BPRS Amanah Ummah Berdasarkan

Jenis Akad Tahun 2006-2009 (Dalam Rp) ... 97 14. Hasil Uji Korelasi Variabel Lokasi Usaha Terhadap

Biaya Riil ... 106 15. Sebaran Responden Menurut Kesesuaian Pemanfaatan

Pembiayaan Syariah Untuk Sektor Agribisnis pada


(15)

16. Kondisi Keuntungan Usaha Pertahun Responden Sektor On-FarmSebelum dan Sesudah Mendapatkan

Pembiayaan Syariah ... 114 17. Kondisi Keuntungan Usaha Pertahun Responden Sektor

Off-FarmSebelum dan Sesudah Mendapatkan

Pembiayaan Syariah ... 115 18. Kondisi Keuntungan Usaha Pertahun Responden Sektor

Off-FarmSesuai Komoditas Usaha Sebelum dan

Sesudah Mendapatkan Pembiayaan Syariah ... 117 19. Rata-rata Hitung Keuntungan Usaha SektorOn-farm

Sebelum dan Sesudah Mendapatkan Pembiayaan

Syariah ... 117 20. Hasil Uji T-tes Keuntungan Usaha SektorOn-farm

Sebelum dan Sesudah Mendapatkan

Pembiayaan Syariah ... 118 21. Rata-rata Hitung Keuntungan Usaha SektorOff-farm

Sebelum dan Sesudah Mendapatkan

Pembiayaan Syariah ... 118 22. Hasil Uji T-tes Keuntungan Usaha SektorOff-farm

Sebelum dan Sesudah Mendapatkan

Pembiayaan Syariah ... 119 23. Karakteristik Responden Pembiayaan Syariah Sektor

Agribisnis Pada BPRS Amanah Ummah Berdasarkan Pendidikan, Jenis Kelamin dan Wilayah Usaha

Tahun 2009 ... 122 24. Karakteristik Responden Pembiayaan Syariah Sektor

Agribisnis Pada BPRS Amanah Ummah Berdasarkan Realisasi Pembiayaan, Jumlah Tanggungan Keluarga, Keuntungan Usaha, Frekuensi Pembiayaan, Nisbah Bagi Hasil/Margin, Tahun Pendidikan, dan

Komposisi Modal Usaha Tahun 2009 ... 124 25. Hasil Regresi Linear Berganda Faktor-Faktor yang

Mempengaruhi Realisasi Pembiayaan Syariah untuk Sektor Agribisnis di BPRS Amanah

Ummah pada Tahun 2009 ... 129 26. Jumlah Tanggungan Keluarga dari Responden BPRS

Amanah Ummah Tahun 2009 ... 131 27. Jumlah dan Persentase Responden Berdasarkan Keuntungan


(16)

28. Komposisi Antara Realisasi Pembiayaan dan Keuntungan

Usaha Responden BPRS Amanah Ummah Tahun 2009 ... 134 29. Frekuensi Pembiayaan Responden BPRS Amanah

Ummah Berdasarkan Jumlah Nasabah dan

Persentase Tahun 2009 ... 136 30. Persentase Bagi Hasil Pembiayaan Syariah pada

BPRS Amanah Ummah Tahun 2009 ... 139 31. Tingkat Pendidikan Responden BPRS Amanah Ummah

Tahun 2009 ... 141 32. Komposisi Modal Usaha Responden BPRS Amanah

Ummah Tahun 2009 ... 143 33. Komposisi Responden Berdasarkan Pengetahuan

Mengenai Akad BPRS Amanah Ummah

Tahun 2009 ... 145 34. Komposisi Responden BerdasarkanOn-farmdanOff-farm


(17)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

1. Kerangka Pemikiran Operasional Penelitian ... 39 2. Struktur Organisasi PT. BPRS Amanah Ummah ... 59 3. Alur Proses Pengajuan Pembiayaan PT. BPRS

Amanah Ummah ... 67 4. Proporsi Realisasi Pembiayaan Berdasarkan Sektor Usaha

pada PT. BPRS Amanah Ummah Tahun 2006-2009 ... 77 5. Persentase Pencapaian Target Pembiayaan yang Terealisasi

Berdasarkan Sektor Usaha pada PT. BPRS Amanah

Ummah Tahun 2006-2009 ... 78 6. Proporsi Realisasi Pembiayaan Berdasarkan Alokasi

Pembiayaan pada PT. BPRS Amanah Ummah

Tahun 2006-2009 ... 81 7. Persentase Pencapaian Target Pembiayaan yang Terealisasi

Berdasarkan Alokasi Pembiayaan pada PT. BPRS Amanah

Ummah Tahun 2006-2009 ... 82 8. Mekanisme PembiayaanMuzara’ah ... 87 9. Mekanisme PembiayaanSalam ... 88 10. Proporsi Realisasi Pembiayaan Berdasarkan Jenis Akad

pada PT. BPRS Amanah Ummah Tahun 2006-2009 ... 88 11. Persentase Pencapaian Target Pembiayaan yang Terealisasi

Berdasarkan Jenis Akad pada PT. BPRS Amanah Ummah

Tahun 2006-2009 ... 89 12. Sebaran Persentase Responden Menurut Persyaratan Awal

Pembiayaan pada PT. BPRS Amanah Ummah ... 100 13. Sebaran Persentase Responden Menurut Prosedur Pembiayaan

pada PT. BPRS Amanah Ummah ... 102 14. Sebaran Persentase Responden Menurut Realisasi Pembiayaan

pada PT. BPRS Amanah Ummah ... 104 15. Sebaran Persentase Responden Menurut Biaya Administrasi

Pembiayaan pada PT. BPRS Amanah Ummah ... 105 16. Sebaran Persentase Responden Menurut Nisbah Bagi

Hasil/Margin pada PT. BPRS Amanah Ummah ... 107 17. Sebaran Persentase Responden Menurut Pelayanan dan


(18)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

1. OutputRegresi Linear Berganda Minitab Versi 15 Pada Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Realisasi Pembiayaan Syariah pada

Sektor Agribisnis ... 154 2. Uji Normalitas pada Analisis Faktor-Faktor yang

Mempengaruhi Realisasi Pembiayaan Syariah

Pada Sektor Agribisnis ... 155 3. Uji Heteroskedatisitas pada Analisis Faktor-Faktor

Yang Mempengaruhi Realisasi Pembiayaan

Syariah pada Sektor Agribisnis ... 155 4. Data Analisis Fakto-Faktor yang Mempengaruhi

Realisasi Pembiayaan Syariah pada Sektor


(19)

I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Indonesia merupakan salah satu negara agraris terbesar di dunia. Sebagian besar penduduk Indonesia hidup dari sektor agribisnis. Agribisnis merupakan suatu sistem yang integratif terdiri dari beberapa subsistem yaitu subsistem pengadaan sarana produksi pertanian, subsistem produksi pertanian, subsistem pengolahan dan industri hasil pertanian serta pemasaran, dan subsistem kelembagaan penunjang kegiatan pertanian (Krisnamurthi, 2001). Sektor Agribisnis masih memegang peranan penting bagi perekonomian nasional. Berdasarkan data BPS (2009) sektor agribisnis yang meliputi pertanian dalam arti luas dan agroindustri memiliki kontribusi bagi Produk Domestik Bruto (PDB) pada tahun 2009 yang sangat besar yaitu 31,40 persen (tidak termasuk perdagangan dan jasa berbasis produk pertanian). Adapun data selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Kontribusi Sektor Agribisnis terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) di Indonesia Atas Dasar Harga Berlaku Tahun 2004-2009 (dalam Persen)

Lapangan Usaha 2004 2005 2006 2007 2008 2009

1. Pertanian, Peternakan, Kehutanan

dan Perikanan 14,3 13,1 13,0 13,7 14,4 15,8

a. Tanaman Bahan Makanan 7,2 6,5 6,4 6,7 7,0 8,7

b. Tanaman Perkebunan 2,2 2,0 1,9 2,1 2,1 1,4

c. Peternakan dan Hasilnya 1,8 1,6 1,5 1,6 1,7 1,9

d. Kehutanan 0,9 0,8 0,9 0,9 0,8 0,7

e. Perikanan 2,3 2,2 2,2 2,5 2,8 3,1

2. Agroindustri 15,8 14,5 14,4 14,5 14,8 15,6

a. Makanan, Minuman dan Tembakau 7,1 6,4 6,4 6,7 7,0 7,7 b. Tekstil, Barang Kulit dan Alas Kaki 3,1 2,8 2,7 2,4 2,1 2,2 c. Barang Kayu dan Hasil Hutan Lainnya 1,4 1,3 1,3 1,4 1,5 1,5 d. Kertas dan Barang Cetakan 1,4 1,2 1,2 1,2 1,1 1,1 e. Pupuk, Kimia dan Barang dari Karet 2,8 2,8 2,8 2,8 3,1 3,1

TOTAL 30,1 27,6 27,4 28,2 29,2 31,4

Sumber: Badan Pusat Statistik (2009), diolah

Kontribusi sektor agribisnis bagi output nasional (PDB) memiliki nilai yang sangat besar. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 1, sektor agribisnis (tidak termasuk perdagangan dan jasa berbasis produk pertanian) memiliki kontribusi rata-rata sekitar 29 persen setiap tahunnya. Selain itu, sektor agribisnis merupakan salah satu sumber pertumbuhan output nasional yang penting. Hal ini dapat dilihat


(20)

dari data yang dikeluarkan oleh Badan Pusat Statistik (BPS). Menurut BPS (2009), hingga bulan Februari 2009 ada sekitar 104.485.444 penduduk Indonesia yang telah bekerja. Sebanyak 43.029.493 dari total penduduk yang bekerja tersebut bekerja pada sektor agribisnis. Hal ini menunjukkan bahwa sektor agribisnis dapat menyerap tenaga kerja yang terbesar (sekitar 41,20 persen dari seluruh tenaga kerja yang ada).

Sistem agribisnis terdiri dari beberapa subsistem yang saling berkaitan satu sama lain. Dengan demikian, apabila salah satu subsistem tersebut terganggu maka sistem agribisnis secara keseluruhan akan terganggu pula. Berdasarkan hal tersebut, permasalahan pengembangan agribisnis di Indonesia menjadi suatu hal yang sangat kompleks. Hal ini disebabkan pengembangan agribisnis haruslah mencakup permasalahan pengembangan pasar dan tataniaga, kepemilikan lahan, birokrasi di pemerintahan, keterampilan, teknologi, mentalitas, organisasi pertanian, kebijakan pertanian, informasi dan modal pertanian (Apriyantono, 2004). Namun, dalam hal ini permasalahan yang akan fokus dibahas adalah mengenai permasalahan modal dalam pembiayaan agribisnis.

Menurut lembaga perbankan ada empat segmentasi pelaku usaha. Pertama, kelompok usaha yang feasible dan bankable. Kedua, kelompok usaha yang feasible tapi tidak bankable. Ketiga, kelompok usaha yang tidak feasible tapi bankable. Keempat, kelompok usaha yang tidak feasible dan tidak bankable. Berdasarkan pernyataan tersebut, permasalahan yang paling besar dalam permodalan pada sektor agribisnis lebih disebabkan pada kurang tertariknya pihak perbankan untuk menyalurkan dananya pada sektor agribisnis. Hal ini disebabkan karakteristik sektor agribisnis yang mengandung banyak risiko menyebabkan minat lembaga pembiayaan untuk mendanai sektor ini relatif rendah.

Usaha agribisnis di Indonesia masih berada pada skala usaha mikro. Menurut data Kementerian Negara Koperasi dan UKM pada tahun 2008, pangsa pasar UMKM di Indonesia cukup besar, terdapat sekitar 50 juta unit UMKM, terdiri dari 47.702.310 unit usaha mikro (sebagian besar adalah usaha di bidang agribisnis), 2 juta unit usaha kecil, dan 120.000 unit usaha menengah. Namun, sebagian besar usaha ini menghadapi kesulitan mendapatkan kredit dari perbankan nasional. Dari total semua UMKM, hanya 18,9 juta (37,8 persen)


(21)

UMKM yang menjadi nasabah bank. Sisanya, sekitar 31 juta (62,2 persen) tidak memiliki akses terhadap bank. Pihak bank beranggapan bahwa usaha pada sektor agribisnis termasuk dalam segmentasi usaha yangfeasiblenamun tidak bankable. Pihak lembaga keuangan bank dan non-bank yang tidak mendukung pembiayaan kepada sektor agribisnis menunjukkan bahwa hal tersebut sangat bertolak-belakang dengan rencana pembangunan dan pengembangan agribisnis. Oleh karena itu, perlu dilakukan sebuah perubahan yang berkelanjutan untuk mendukung pembangunan tersebut. Salah satunya adalah dengan perbaikan dalam sistem pembiayaan yang sesuai untuk sektor agribisnis.

Saat ini sistem keuangan yang ada terdiri dari sistem keuangan konvensional dan sistem keuangan syariah. Hal ini diatur dalam pasal 1 ayat (1) UU No.7 Tahun 1992 tentang Perbankan. Secara umum sistem keuangan yang digunakan di Indonesia yaitu sistem keuangan konvensional. Hal tersebut terlihat pada sistem bunga yang masih berlaku di lembaga-lembaga keuangan di Indonesia.

Karakteristik usaha di sektor agribisnis terutama on-farm memiliki masa grace periode, artinya dalam usahatani terdapat masa rentang antara masa tanam dengan masa panen. Selain itu, produk agribisnis bersifat perishable, bulky, dan voluminous, sehingga memiliki tingkat risiko yang tinggi. Berdasarkan karakteristik tersebut, lembaga keuangan syariah berpeluang besar untuk diterapkan pada sektor agribisnis. Usaha agribisnis yang penuh risiko membutuhkan pembiayaan yang lebih fleksibel terutama dalam pembagian keuntungan atau kerugian dalam berusaha.

Ashari dan Saptana (2005) menyatakan bahwa pengembangan lembaga pembiayaan sistem syariah dengan prinsip mudharabah dan musyarakah sebagai lembaga alternatif dalam pembiayaan sektor agribisnis merupakan alternatif yang strategis karena secara konseptual relevan dengan sektor agribisnis. Alasannya adalah pembiayaan sistem bagi hasil berbasis syariah memiliki ciri bebas bunga, berprinsip bagi hasil dan risiko, serta perhitungan bagi hasil dilakukan setelah periode transaksi.

Dalam rangka mendukung hal tersebut, maka diperlukan lembaga perbankan yang mampu memberikan layanan secara luas kepada masyarakat


(22)

khususnya untuk sektor agribisnis. Kebutuhan masyarakat akan adanya lembaga perbankan syariah dirasa cukup tinggi. Dalam upaya untuk memenuhi tuntutan tersebut, maka dalam sistem perbankan nasional dimungkinkan adanya pendirian bank syariah yang salah satu jenisnya adalah Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS). Keberadaan BPRS dimaksudkan untuk dapat memberikan layanan perbankan secara cepat, mudah dan sederhana kepada masyarakat khususnya pengusaha menengah, kecil dan mikro baik di perdesaan maupun perkotaan yang selama ini belum terjangkau oleh layanan bank umum.

BPRS sebagai salah satu lembaga kepercayaan masyarakat yang kegiatan usahanya berdasarkan Prinsip Syariah, dituntut agar selalu dapat mengemban amanah dari para pemilik dana dengan cara menyalurkannya untuk usaha produktif dalam rangka meningkatkan taraf hidup masyarakat. Dalam menjalankan kegiatan usahanya, BPRS harus selalu memegang teguh prinsip kehati-hatian serta mampu menerapkan Prinsip Syariah secara konsisten, sehingga tercipta BPRS yang sehat yang mampu memberikan layanan terbaik kepada masyarakat.

Dalam menciptakan BPRS yang sehat diperlakukan kebijakan yang komprehensif, transparan dan mengandung kepastian hukum, diantaranya berkaitan dengan pengaturan kepemilikan dan permodalan, kepengurusan, perluasan jaringan, serta kegiatan usaha BPRS. Dengan diberlakukannya Undang-undang Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah, terdapat beberapa perubahan pengaturan yang terkait dengan kelembagaan dan kegiatan usaha BPRS.

Berdasarkan data BI (2010), sampai bulan Februari tahun 2010, jumlah bank syariah di Indonesia mencapai 32 bank, terdiri atas tujuh Bank Umum Syariah (Islamic Commercial Bank), 25 Unit Usaha Syariah (Islamic Business Unit) dari bank umum konvensional dan memiliki jumlah kantor yang ada sebanyak 1.146 kantor. Selain Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah juga telah ada 142 Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (Islamic Rural Bank) dan memiliki 265 kantor (Tabel 2).


(23)

Tabel 2. Jaringan Kantor Perbankan Syariah (Islamic Banking Network) di Indonesia Tahun 2006-2010 (dalam unit)

Keterangan : *) Data hingga Februari 2010

Sumber : Statistik Perbankan Syariah BI (2010), diolah

Berdasarkan Tabel 2, diketahui bahwa jumlah kantor BPRS memiliki persentase laju pertumbuhan pertahun terbesar yaitu sebesar 25,73 persen. Hal tersebut menunjukkan bahwa BPRS memiliki potensi untuk lebih dikembangkan agar dapat menjangkau masyarakat khususnya pengusaha menengah, kecil dan mikro baik di perdesaan maupun perkotaan yang selama ini belum terjangkau oleh layanan bank umum. Diharapkan dengan adanya peningkatan jumlah BPRS di wilayah-wilayah perdesaan maka dapat turut menggerakkan sektor riil yang ada di wilayah tersebut.

BPRS merupakan salah satu perbankan syariah yang memiliki fokus dalam pembiayaan pada sektor agribisnis. Munculnya BPRS yang berpihak kepada pengusaha mikro, kecil dan menengah termasuk sektor agribisnis tentu memberikan dampak yang positif tersendiri bagi para pengusaha tersebut. BPRS dipandang sebagai salah satu alternatif bagi pengusaha kecil untuk memperoleh sumber pembiayaan. Pada tahun 2006 hingga 2009 penyaluran pembiayaan BPRS pada sektor usaha kecil dan menengah masih lebih besar dibandingkan sektor usaha lainnya. Namun, jumlah pembiayaan yang diberikan BPRS kepada sektor usaha kecil dan menengah mengalami penurunan pada bulan Februari 2010 (Tabel 3).

Jaringan Kantor Perbankan Syariah 2006 2007 2008 2009 2010* Laju %/Thn Bank Umum Syariah

- Jumlah Bank - Jumlah Kantor

3 349 3 401 5 581 6 711 7 852 20,67 23,59 Unit Usaha Syariah

- Jumlah Bank Umum Konvensional yang Memiliki UUS

- Jumlah Kantor

20 183 26 196 27 241 25 287 25 294 6,34 14,08 Bank Pembiayaan Rakyat Syariah

- Jumlah Bank - Jumlah Kantor

105 105 114 185 131 202 138 225 142 265 9,17 25,73


(24)

Tabel 3. Pembiayaan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah berdasarkan Golongan Pembiayaan di Indonesia Tahun 2006-2010 (Juta Rupiah)

GOLONGAN

PEMBIAYAAN 2006 2007 2008 2009 2010

Laju %/Tahun Usaha Kecil dan

Menengah 380.079 575.028 657.359 833.076 801.715 22.14

Persentase 61.75 64.60 52.31 52.85 48.47

-Selain Usaha Kecil

dan Menengah *) 235.392 315.044 599.291 753.843 852.160 40.72

Persentase 38.25 35.40 47.69 47.83 51.53

-Total 615.471 890.072 1.256.650 1.576.229 1.653.875 29.04

Keterangan : *) Sektor Ekonomi : Lain-lain, Jenis Penggunaan : Konsumsi, plafond > Rp. 5 Miliar Data hingga Februari 2010

Sumber : Statistik Perbankan Syariah BI (2010), diolah

Perkembangan BPRS tidak hanya dapat dilihat dari perkembangan jumlah bank dan kantornya saja dalam kurun waktu lima tahun terakhir ini, tetapi dapat juga dilihat dari perkembangan pembiayaan yang diberikan oleh BPRS terhadap berbagai sektor ekonomi di Indonesia (Tabel 4). Jumlah pembiayaan yang disalurkan BPRS semakin meningkat dari tahun 2006 sampai Februari 2010. Dari sisi penyaluran dana yang diberikan pada akhir tahun 2006 berjumlah Rp 615.469 Juta dan pada bulan Februari 2010 telah menjadi Rp 1.653.875 Juta. Pembiayaan BPRS di sektor pertanian kurang lebih sebesar 3,77 persen dari total pembiayaan yang diberikan BPRS kepada sektor ekonomi di Indonesia. Kecilnya persentase pembiayaan syariah yang disalurkan BPRS pada sektor pertanian lebih disebabkan oleh masih adanya anggapan bahwa pertanian adalah salah satu sektor usaha yang memiliki risiko yang sangat tinggi, sehingga pihak perbankan masih berhati-hati dalam menyalurkan dananya untuk sektor ini. Pembiayaan untuk sektor pertanian semakin meningkat setiap tahunnya. Pada Tabel 4 dapat diketahui bahwa pembiayaan untuk sektor pertanian pada tahun 2006-2010 memiliki kecenderungan naik dengan laju pertumbuhan sebesar 38,42 persen pertahun. Hal ini menyiratkan bahwa sektor pertanian telah menunjukan usaha yangprofitable.


(25)

Tabel 4. Data Pembiayaan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah di Indonesia Tahun 2006-2010 Berdasarkan Sektor Ekonomi (Juta Rupiah)

Sektor Ekonomi 2006 2007 2008 2009 2010* Laju

%/Tahun Pertanian, Kehutanan,

dan Sarana Pertanian 17.720 24.436 41.613 54.486 62.417 38,42

Pertambangan 485 944 1.287 998 833 23,00

Perindustrian 12.465 12.447 15.885 20.420 21.511 15,34 Listrik, Gas, dan Air 748 367 1.146 1.055 1.052 38,28

Konstruksi 6.570 16.051 26.536 48.178 45.308 71,31

Perdagangan,

Restoran, dan Hotel 255.559 295.195 370.907 486.018 518.063 19,70 Pengangkutan,

Pergudangan, dan Komunikasi

8.704 9.075 17.697 17.289 19.344 27,21 Jasa Dunia Usaha 72.194 99.050 140.989 176.760 184.240 27,29 Jasa

Sosial/Masyarakat 5.632 6.402 22.609 16.451 17.553 61,57 Lain-lain 235.392 422.148 617.942 765.264 783.555 37,99 Total 615.469 886.117 1.256.610 1.586.919 1.653.875 29,07 Keterangan : *) Data hingga Februari 2010

Sumber : Statistik Perbankan Syariah BI (2010), diolah

TingkatNon Performing Loan(NPL) pada sektor pertanian yang memiliki persentase yang relatif lebih kecil dibandingkan dengan sektor lainnya (Tabel 5). Berdasarkan data tersebut, diharapkan pihak perbankan mulai tertarik untuk lebih fokus dalam menyalurkan pembiayaan kepada sektor pertanian dan agribisnis pada umumnya.

Tabel 5. Data Pembiayaan Non Lancar Bank Pembiayaan Rakyat Syariah di Indonesia Tahun 2006-2010 (Juta Rupiah)

Sektor Ekonomi 2006 2007 2008 2009 2010* Laju

%/Tahun Pertanian, Kehutanan, dan

Sarana Pertanian 1.472 1.783 3.839 3.741 5.150 42.89

Pertambangan 10 270 1 309 248 8320.16

Perindustrian 1.377 1.652 2.317 3.090 2.641 19.76

Listrik, Gas, dan Air 43 1 214 75 52 5276.68

Konstruksi 158 908 4.526 4.484 4.810 219.87

Perdagangan, Restoran, dan

Hotel 30.305 38.045 39.224 45.737 52.491 15.00

Pengangkutan, Pergudangan, dan Komunikasi

491 705 1.538 1.705 1.952 46.77

Jasa Dunia Usaha 6.802 8.593 16.421 10.416 13.544 27.72 Jasa Sosial/Masyarakat 449 254 676 516 1.812 87.55

Lain-lain 9.988 20.139 36.568 41.539 41.065 48.92

Total 51.096 72.349 105.322 111.612 123.764 26.01

Keterangan : *) Data hingga Februari 2010


(26)

Dari Tabel 4 dan 5, dapat diketahui bahwa penyaluran pembiayaan pada BPRS semakin meningkat, kolektibilitas pembiayaan yang lancar (performing loan) pada tahun 2006 sebesar Rp. 564.373 Juta meningkat hingga sebesar Rp. 1.530.111 Juta pada Februari tahun 2010. Hal ini menunjukkan BPRS mengalami perkembangan yang signifikan selama kurun waktu lima tahun (2006-2010). Namun, perkembangan BPRS yang semakin bertambah jumlahnya harus tetap dapat dikendalikan. Dengan kata lain, BPRS harus mampu berkembang tidak hanya dari segi kuantitas lembaganya saja, melainkan juga pada segi kualitas yang pada akhirnya akan diarahkan pada efisiensi dan efektivitas kerja. Namun, kriteria efisiensi dari segi ekonomis tidak dapat digunakan sepenuhnya untuk mengevaluasi pembiayaan pada sektor agribisnis. Oleh karena itu, kriteria efektivitas dirasa lebih tepat untuk digunakan dalam mengevaluasi program pembiayaan sejenis ini, dalam pengertian sejauh mana program pembiayaan sejenis ini dapat menjangkau target mereka dengan cepat dan luas.

Dilihat dari segi perkembangannya, pembiayaan syariah yang ada pada BPRS dapat menjadi alternatif pembiayaan untuk sektor agribisnis. Oleh karena itu, perlu dikaji secara lebih mendalam mengenai skim pembiayaan syariah yang terdapat pada BPRS (dalam penelitian ini adalah BPRS Amanah Ummah). BPRS Amanah Ummah merupakan BPRS yang pertama kali berdiri di Indonesia pada tahun 1992 di Kabupaten Bogor. BPRS Amanah Ummah memiliki skim pembiayaan syariah untuk sektor agribisnis dan memiliki nasabah yang bekerja pada sektor on-farm (budidaya) dan off-farm (sektor hulu dan hilir yang mencakup perdagangan dan agroindustri). Selain itu, perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui sejauh mana tingkat efektivitas pembiayaan syariah pada sektor agribisnis sekaligus mengetahui seberapa besar pengaruh pembiayaan syariah yang diberikan terhadap kinerja usaha pada sektor agribisnis. Selanjutnya, dilakukan pula penelitian untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi realisasi pembiayaan syariah untuk sektor agribisnis.

1.2. Perumusan Masalah

Lembaga Keuangan Mikro Syariah (LKMS) atau dalam hal ini BPRS sebagai lembaga keuangan dengan sistem syariah yang berfokus di tingkat mikro. BPRS memiliki akses terhadap usaha menengah kecil dan mikro (UMKM), salah


(27)

satunya adalah sektor agribisnis. Namun, masih sedikit lembaga keuangan yang mau berkontribusi untuk memajukan sektor agribisnis dalam skala mikro. UMKM mampu memberikan kontribusi yang besar bagi pembangunan perekonomian Indonesia. Hal ini dapat dilihat dari jumlah UMKM yang mencapai lebih dari 90 persen dengan unit terbesarnya dimiliki Usaha Mikro di sektor agribisnis (Kementerian Negara Koperasi dan UKM, 2008). UMKM seringkali kesulitan dalam mendapatkan fasilitas pembiayaan dari lembaga keuangan. Mempertimbangkan kondisi tersebut, maka diperlukan suatu sistem pembiayaan terhadap sektor agribisnis yang bisa membantu dalam pengembangan usaha secara berkelanjutan (sustainability).

Pembiayaan sistem syariah yang ada pada saat ini mulai mengarahkan penyaluran dana dalam pembiayaan pada sektor agribisnis. Hal tersebut dapat dilihat pada Tabel 4, pembiayaan syariah yang disalurkan oleh BPRS untuk sektor pertanian, kehutanan dan sarana pertanian mengalami laju pertumbuhan pertahun yang cukup besar yaitu sekitar 38,42 persen. Berdasarkan hal tersebut dapat dikatakan bahwa pembiayaan syariah untuk sektor agribisnis menarik untuk dikaji lebih dalam.

Pembiayaan sistem syariah yang diterapkan BPRS untuk sektor agribisnis salah satunya dengan prinsip syirkah. Prinsip ini merupakan prinsip kemitraan usaha yang menerapkan sistemprofit-loss sharingdalam operasionalnya terutama untuk sektor agribisnis. Karakteristik produk agribisnis yang memiliki tingkat risiko tinggi mengharuskan ketepatan dalam sistem pembiayaannya. Dalam hal ini BPRS sebagai lembaga formal bank mencoba menyediakan sistem pembiayaan khusus agribisnis dalam skim syariah. Pembiayaan yang disediakan oleh BPRS akan ditujukan bagi sektor riil tetapi hingga saat ini pembiayaan pada sektor riil masih menjadi permasalahan yang dapat menghambat sektor tersebut.

BPRS Amanah Ummah adalah salah satu BPRS yang juga memiliki skim pembiayaan untuk agribisnis. Adapun skim pembiayaan yang tersedia di BPRS Amanah Ummah antara lain pembiayaanMurabahah, Musyarakah, Mudharabah, Istishna, Ijarah, Qard, dan Qard Rahn. Berdasarkan data pada Tabel 6, dalam perkembangannya BPRS Amanah Ummah lebih banyak menggunakan akad Murabahah(jual-beli) dalam pembiayaan yang diberikan kepada nasabah. Hal ini


(28)

menjadi permasalahan, apakah dengan penggunaan akadMurabahah pembiayaan kepada sektor agribisnis dapat berjalan dengan baik, padahal karakteristik produk agribisnis yang memiliki risiko tinggi lebih tepat jika pembiayaan dilakukan dengan menggunakan akad Mudharabah maupun Musyarakah (investasi atau modal kerja) dimana terjadi pembagian risiko antara nasabah dengan pihak perbankan.

Tabel 6. Pembiayaan Per Akad PT. BPRS Amanah Ummah Tahun 2006-2008 (dalam ribu rupiah)

JENIS AKAD

2006 2007 2008

Nominal Nasabah Nominal Nasabah Nominal Nasabah Murabahah 17.854.611 1.193 22.113.014 1.254 28.400.565 1.305

Istishna - - - - 686.383 2

Musyarakah 250.000 1 150.000 1 -

-Mudharabah 6.000 1 - - -

-Ijarah 590.553 26 497.058 32 772.323 29

Qard 345.378 15 496.434 15 73.335 7

Qard Rahn - - 1.252.106 135 1.142.356 524

JUMLAH 19.046.542 1.236 24.508.612 1.437 34.074.962 1.867

Sumber: Data Laporan Keuangan Tahunan BPRS Amanah Ummah (2007–2009)

Belum banyaknya akad yang berbasis bagi hasil (Mudharabah dan Musyarakah) pada BPRS Amanah Ummah menjadi suatu permasalahan, padahal kedua akad tersebut merupakan pembeda yang sangat jelas antara bank syariah dengan bank konvensional. Ada beberapa faktor yang menyebabkan pembiayaan berbasis bagi hasil masih relatif sedikit dibandingkan dengan akad pembiayaan yang berbasis jual beli dan sewa, pertama, masyarakat atau nasabah belum siap karena pembiayaan berbasis bagi hasil memerlukan administrasi pencatatan usaha yang cukup lengkap, kedua, sumber daya manusia (SDM) bank syariah yang belum siap karena memerlukan keahlian khusus dalam menganalisa dan membina usaha nasabahnya. Oleh karena itu, bank syariah harus lebih selektif dan hati-hati (prudent) mencari usaha yang benar-benar halal, aman dan menguntungkan karena keuntungan yang konkret dan benar-benar terjadi itulah yang akan dibagikan.

Berdasarkan data yang diperoleh, BPRS Amanah Ummah memiliki nasabah yang berusaha di bidang agribisnis baik itu pada bidang on-farm (budidaya) maupun off-farm (sektor hulu dan hilir, mencakup perdagangan dan agroindustri). Berdasarkan data yang diperoleh pada Tabel 7, diketahui bahwa


(29)

perbandingan jumlah nasabah antara sektor on-farm dan off-farm memiliki perbedaaan yang sangat besar. Oleh karena itu, perlu dilihat seberapa besar efektivitas pembiayaan syariah untuk sektor agribisnis dan apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi realisasi pembiayaan syariah yang diberikan.

Sektor on-farm umumnya memiliki karakteristik biaya yang dipengaruhi oleh sifat kegiatan produksi yang lebih berisiko karena sangat tergantung pada alam, unit operasi yang kecil, kebutuhan konsumsi rumah tangga dan usaha yang bercampur dan adanya periode tidak menghasilkan yang panjang dan investasi besar (perkebunan dan kehutanan). Sebaliknya, sektor off-farm memiliki karakteristik biaya dengan risiko yang lebih sedikit, unit yang lebih besar, dan tingkat pengembalian yang cepat.

Tabel 7. Pembiayaan Per-Sektor Ekonomi PT. BPRS Amanah Ummah Tahun 2006-2008 (dalam ribu rupiah)

SEKTOR USAHA

2006 2007 2008

Nominal Nasabah Nominal Nasabah Nominal Nasabah

Pertanian 154.099 7 610.389 8 814.799 7

Industri 640.085 9 796.793 10 669.022 8

Jasa 3.275.323 141 3.454.213 219 3.254.441 106

Perdagangan 10.525.096 785 12.275.309 914 19.053.922 1.115 Lain-lain 4.451.939 294 7.371.908 376 10.282.778 631 JUMLAH 19.046.542 1.236 24.508.612 1.527 34.074.962 1.867

Sumber: Data Laporan Keuangan Tahunan BPRS Amanah Ummah (2007–2009)

Melihat perbedaan karakteristik tersebut, perlu dilakukan kajian secara faktual untuk melihat seberapa besar pembiayaan syariah memberikan pengaruh yang berbeda terhadap kinerja usaha pada sektor agribisnis baikon-farm maupun off-farm. Berdasarkan uraian di atas maka dalam hal ini ada beberapa permasalahan yang harus dijawab dalam penelitian ini, yaitu:

1. Bagaimana tingkat efektivitas penyaluran pembiayaan sistem syariah di sektor agribisnis yang ada pada BPRS Amanah Ummah?

2. Bagaimana pengaruh pembiayaan syariah yang telah diterapkan oleh BPRS Amanah Ummah terhadap kinerja usaha di sektor agribisnis (baik on-farm maupunoff-farm)?

3. Apa sajakah faktor-faktor yang mempengaruhi realisasi pembiayaan sistem syariah untuk sektor agribisnis pada BPRS Amanah Ummah?


(30)

1.3. Tujuan Penelitian

Berkaitan dengan permasalahan di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Menganalisis efektivitas penyaluran pembiayaan sistem syariah untuk sektor agribisnis pada BPRS Amanah Ummah.

2. Menganalisis pengaruh pembiayaan sistem syariah terhadap kinerja usaha di sektor agribisnis (on-farmmaupunoff-farm) pada BPRS Amanah Ummah. 3. Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi dalam realisasi pembiayaan

sistem syariah untuk sektor agribisnis pada BPRS Amanah Ummah. 1.4. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang ingin didapatkan dalam penelitian ini adalah: 1. Tersedianya informasi bagi pihak BPRS mengenai tingkat efektivitas

pembiayaan syariah yang disalurkannya yang dapat dimanfaatkan sebagai acuan bagi peningkatan kualitas penyaluran pembiayaan syariah kepada nasabah.

2. Tersedianya informasi mengenai kondisi skim pembiayaan syariah untuk sektor agribisnis yang efektif yang dapat diterapkan oleh BPRS. Hasil penelitian dapat menjadi bahan kajian lembaga keuangan lainnya untuk mengembangkan pertanian skala mikro melalui pembiayaan.

3. Tersedianya informasi bagi pihak nasabah, lembaga keuangan, lembaga penjamin maupun pemerintah untuk menunjukkan pembiayaan syariah pada sektor agribisnis dapat mencapai tingkat efektivitas terbaik agar semua pihak baik itu pemerintah, lembaga keuangan dan lembaga penjamin memperoleh kemaslahatan bersama. Begitu pula jika diterapkan pada sektor pertanian secara luas, sehingga mampu mengembangkan sektor pertanian yang menjadi tugas utama pembangunan bangsa ini.

4. Tersedianya informasi untuk mengetahui faktor-faktor yang tepat untuk dijadikan sebagai acuan dalam realisasi dan penyaluran skim pembiayaan syariah untuk sektor agribisnis, pada lembaga keuangan bermanfaat dalam mekanisme pembiayaan sedangkan pihak nasabah bermanfaat dalam proses pemanfaatannya.


(31)

1.5. Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup dari penelitian ini adalah penelitian dilakukan dengan mengkaji lebih dalam mengenai pembiayaan syariah yang telah dilakukan oleh BPRS Amanah Ummah, Leuwiliang, Bogor. Pada penelitian ini, pembatasan dilakukan pada sektor agribisnis (on-farm maupun off-farm) yang mencakup pertanian dalam arti luas dan agroindustri yang memanfaatkan fasilitas skim pembiayaan syariah terutama dengan akad Murabahah baik itu dari sisi penawaran melalui efektivitas mekanisme penyaluran pembiayaan syariah pada BPRS Amanah Ummah menurut pendapat BPRS dan keragaan pembiayaan syariah pada nasabah serta sisi permintaan melalui kinerja usaha pada sektor agribisnis oleh nasabah setelah menerima pembiayaan syariah. Selain itu, dilihat pula faktor-faktor yang mempengaruhi realisasi pembiayaan syariah pada sektor agribisnis di BPRS Amanah Ummah. Data didapatkan melalui data internal BPRS Amanah Ummah dan berdasarkan informasi yang diperoleh secara langsung dan objektif melalui nasabah. Untuk data kinerja usaha pada sektor on-farm dan off-farm didapatkan melalui wawancara langsung kepada nasabah pembiayaan syariah pada BPRS Amanah Ummah. Data yang dicari berkaitan dengan kondisi skim pembiayaan syariah pada sektor agribisnis. Ada beberapa kriteria yang digunakan dalam menentukan responden yang dipilih, yaitu masih aktif menjadi nasabah pembiayaan di BPRS Amanah Ummah, sedang dan masih menjalani usaha sesuai dengan pengajuan pembiayaan yang dilakukan, telah mendapatkan hasil usaha dari pembiayaan yang dilakukan. Hal ini dilakukan untuk melihat kondisi usaha nasabah sebelum dan sesudah mendapatkan pembiayaan syariah pada BPRS Amanah Ummah.


(32)

II TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Perbedaan Syariah dengan Konvensional

2.1.1. Perbandingan Kinerja Bank Syariah dengan Bank Konvensional Kusafarida (2003) dalam skripsinya meneliti tentang perbandingan kinerja keuangan dan efektivitas penyaluran kredit pada BPR konvensional dan BPR Syariah. Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat kondisi dan perkembangan kedua usaha BPR, melihat tingkat kesehatan kedua BPR dan membandingkan kinerja keuangannya, serta menganalisis efektivitas penyaluran kredit yang merupakan faktor kunci dalam menentukan keberhasilan kinerja suatu lembaga keuangan.

Pada penelitian ini, Kusafarida melihat kinerja dari kondisi keuangan dan efektivitas penyalurannya. BPR dengan sistem syariah menunjukkan kemampuan yang lebih tinggi dalam meningkatkan serta mengembangkan kegiatan operasionalnya. Berdasarkan hasil perhitungan analisis likuiditas, BPR Bali Dayaupaya Mandiri memiliki rasio yang fluktuatif dibanding BPRS Amanah Ummah. Krisis perekonomian Indonesia yang terjadi di tahun 1997-1998 berpengaruh pada tingkat kesehatan BPR Bali Dayaupaya Mandiri, sedangkan BPRS Amanah Ummah dengan sistem bagi hasilnya, menunjukkan kinerja yang stabil dan mampu mempertahankan pergerakan grafik rasio-rasio keuangan yang relatif konstan.

Berdasarkan analisis efektivitas penyaluran kredit yang dilakukan berdasarkan penilaian skor keefektifan tanggapan nasabah responden, maka kedua BPR tergolong kepada kategori efektif. Skor BPR Bali Dayaupaya Mandiri adalah 567 dan BPRS Amanah Ummah 586. Dengan demikian, penilaian keefektifan berdasarkan tanggapan nasabah, BPRS Amanah Ummah relatif lebih efektif dari BPR Bali Dayaupaya Mandiri.

Berdasarkan penilaian menurut pihak bank yang didasarkan pada besarnya jumlah pinjaman dan jangkauan pelayanan, BPRS relatif lebih efektif dari BPR Bali Dayaupaya Mandiri. Jika dilihat dari luas jangkauan pelayanan, sektor yang dibiayai oleh BPRS Amanah Ummah lebih banyak dari BPR Bali Dayaupaya


(33)

Mandiri. Namun dari besarnya tingkat kolektibilitasnya BPR Bali Dayaupaya Mandiri adalah lebih baik.

Dari berbagai analisis yang dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa BPR dengan sistem syariah memiliki kemampuan yang lebih besar dalam memfasilitasi permodalan bagi UMKM. Selain itu, sistem bagi hasil yang diberlakukan pada sistem syariah terbukti mampu mempertahankan kinerja bank dalam kondisi yang stabil.

Rindawati (2007) melakukan penelitian untuk melihat perbandingan kinerja keuangan perbankan syariah dengan perbankan konvensional. Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan kinerja keuangan perbankan syariah dengan perbankan konvensional pada periode 2001-2007 dengan menggunakan rasio keuangan. Rasio keuangan yang digunakan terdiri dari CAR, NPL, ROA, ROE, BOPO dan LDR. Berdasarkan dari kriteria sampel yang telah ditentukan, diperoleh dua kelompok sampel penelitian, yaitu dua bank umum syariah dan enam bank umum konvensional. Alat analisis yang digunakan untuk membuktikan hipotesis dalam penelitian ini adalahindependent sample t-test.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan, diketahui bahwa Bank Syariah memiliki keunggulan dalam analisis rasio NPL dan LDR dibandingkan dengan Bank Konvensional. Akan tetapi, Bank Syariah memiliki kelemahan dalam analisis rasio CAR, ROA, ROE, dan BOPO dibandingkan dengan Bank Konvensional. Setelah diperoleh hasil dari rasio masing-masing bank, tahap selanjutnya adalah menganalisa kinerja bank secara keseluruhan dengan menjumlahkan rasio masing-masing bank yang sebelumnya telah diberi bobot

nilai yang sudah ditentukan. Variabel tersebut diberi nama “Kinerja”. Hasil penjumlahan variabel “Kinerja” tersebut kemudian diolah dengan SPSS menggunakanindependent sample t-test.

Kesimpulan yang didapat dari penelitian ini adalah Bank Syariah mempunyai rata-rata (mean) “Kinerja” sebesar 87,96 persen, lebih besar dibanding dari mean “Kinerja” Bank Konvensional yang sebesar 81,84 persen. Hal ini berarti bahwa selama periode Juni 2001-Maret 2007 secara keseluruhan perbankan syariah memiliki kinerja (CAR, NPL, ROA, ROE, BOPO, dan LDR) lebih baik dibanding dengan perbankan konvensional.


(34)

Berdasarkan kedua hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa kinerja BPR syariah lebih baik dibandingkan dengan BPR konvensional. Hal ini terlihat dari kemampuan BPR syariah yang lebih besar dalam memfasilitasi permodalan bagi UMKM. Selain itu, sistem bagi hasil yang diberlakukan pada sistem syariah terbukti mampu mempertahankan kinerja bank dalam kondisi yang stabil. Bank Syariah juga memiliki kinerja keuangan yang lebih baik dibandingkan dengan Bank Konvensional. Hal ini terlihat dari hasil analisis rasio keuangan secara keseluruhan yang lebih tinggi dibandingkan dengan Bank Konvensional.

2.1.2. Perbandingan Kinerja Usaha dengan Pembiayaan Syariah dan Konvensional

Permana (2007) melakukan penelitian mengenai analisis perbandingan pengembangan usaha budidaya ikan konsumsi dengan pembiayaan syariah dan kredit konvensional. Dalam penelitiannya, ia menggunakan studi kasus dengan satuan kasus yaitu pembudidaya ikan konsumsi yang mendapatkan pembiayaan syariah, kredit konvensional serta modal pribadi. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui perbandingan usaha budidaya ikan konsumsi dengan bantuan pembiayaan syariah dan kredit konvensional, dengan menganalisis tingkat keuntungan, kelayakan finansial, serta analisis sensitivitas.

Dalam penelitiannya, Permana (2007) menggunakan analisis pendapatan usaha serta R-C Ratio pada budidaya ikan konsumsi. Bantuan pembiayaan dan kredit diuji dengan kelayakan usahanya dengan menggunakan analisis kriteria investasi yaitu NPV, Net B/C, dan IRR juga diadakan analisis sensitivitas dari adanya perubahan harga bahan baku atau suku bunga. Kelayakan usaha yang diketahui dari analisis finansial menunjukkan bahwa pembiayaan ini turut berperan dalam pengembangan usaha budidaya ikan konsumsi. Kelayakan usaha dapat diketahui dari analisis finansial serta memberikan informasi bagi hasil yang layak dan mampu dibayar pembudidaya ikan berdasarkan besarIRR.

Penyaluran pembiayaan yang efektif dapat meningkatkan pendapatan para pembudidaya ikan yang dapat dinilai dari semakin layaknya usaha ini, selain itu ia melakukan analisis dengan sensitivitas terhadap perubahan atau kenaikan harga bahan baku serta perubahan suku bunga. Selain itu, untuk melihat perbandingan


(35)

antara pembiayaan syariah dengan kredit konvensional, juga dikembangkan usaha dengan modal pribadi jika mendapatkan pembiayaan syariah dan kredit konvensional dengan menggunakan analisis finansial.

Secara garis besar mekanisme pemberian kredit usaha antara perbankan syariah dan konvensional hampir sama. Hanya saja yang membedakan adalah dari produk serta sistem pengembalian pinjaman yang digunakan. Perbankan konvensional menggunakan sistem suku bunga sedangkan perbankan syariah menggunakan sistem bagi hasil atau margin. Berdasarkan hasil analisis usaha setelah pengembangan menunjukkan bahwa analisis usaha pengembangan dengan menggunakan pembiayaan syariah dengan sistem Musyarakah memiliki keuntungan usaha yang lebih besar jika dibandingkan dengan kredit konvensional. Pengembangan usaha yang dilakukan dengan menggunakan pembiayaan sistem Musyarakah juga memiliki nilai NPV, Net B/C, dan IRR yang lebih besar diandingkan dengan usaha yang dikembangkan dengan bantuan kredit konvensional, sehingga usaha dengan bantuan pembiayaan syariah memiliki kelayakan yang lebih baik jika dibandingkan dengan perbankan konvensional. Selain itu, analisis sensitivitas yang dilakukan terhadap pembudidaya ikan konsumsi menunjukkan bahwa usaha dengan bantuan pembiayaan syariah memiliki sensitivitas yang lebih baik jika dibandingkan dengan usaha yang dikembangkan dengan kredit konvensional.

Hal ini menunjukkan bahwa program pengembangan agribisnis di Indonesia akan berjalan dengan lebih baik jika pola-pola pembiayaan yang diberikan menggunakan pola syariah. Berdasarkan hasil penelitian tersebut, diketahui bahwa pola pembiayaan dengan menggunakan sistem syariah ternyata lebih baik untuk diterapkan pada sektor pertanian secara luas (dalam hal ini sektor perikanan) dibandingkan dengan pola kredit konvensional. Hal ini terbukti dari analisis usaha yang dilakukan menunjukkan bahwa pengembangan usaha dengan menggunakan pembiayaan syariah menghasilkan keuntungan usaha yang lebih besar, memiliki nilai kriteria investasi yang lebih baik, dan lebih tahan terhadap sensitivitas terhadap perubahan harga bahan baku maupun perubahan suku bunga.


(36)

2.2. Pengaruh Pembiayaan BPRS terhadap Pertumbuhan Usaha

Hartati (2005) dalam skripsinya meneliti mengenai pengaruh pembiayaan terhadap pertumbuhan penjualan, laba dan aset nasabah di BPRS Amanah Ummah. Pembiayaan Murabahah sebagai bentuk akad-akad jual beli masih merupakan produk pembiayaan yang dominan pada BPRS, karena dinilai lebih sederhana dan menguntungkan bagi kedua belah pihak. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui karakteristik nasabah pembiayaan Murabahah, mengetahui perbedaan kondisi penjualan dari sektor perdagangan sebelum dan sesudah mendapatkan pembiayaan Murabahah dan mengkaji pengaruh pembiayaanMurabahahterhadap pertumbuhan laba dan aset nasabah.

Data yang diperoleh dianalisis secara kualitatif mencakup pembahasan deskriptif dari karakteristik nasabah dan dianalisis secara kuantitatif menggunakan metode analisis statistik uji T-tes sampel berpasangan untuk mengetahui perbedaan laba dan aset sebelum dan sesudah mendapatkan pembiayaan, serta dilakukan juga analsisi korelasi product moment dari Pearson untuk mengetahui hubungan pembiayaanMurabahahterhadap laba dan aset.

Nasabah pembiayaan Murabahah diklasifikasikan menjadi sektor perdagangan, industri, jasa dan lain-lain. Responden nasabah BPRS Amanah Ummah sebagian besar terdiri dari usaha kecil menengah yang tidak memiliki laporan keuangan utama seperti neraca, laporan rugi laba dan laporan perubahan modal, hanya sebagian yang memiliki pembukuan sederhana dalam bentuk pencatatan penjualan perhari yang diakumulasikan setiap bulan.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kondisi penjualan rata-rata perhari pada responden sektor perdagangan 90 persen mengalami kenaikan setelah mendapatkan pembiayaanMurabahahdan 10 persen tidak mengalami perubahan, hal itu disebabkan karena jenis usaha yang bukan merupakan kebutuhan pokok dan faktor minat konsumen yang berbeda-beda. Rata-rata laba dan aset nasabah mengalami perbedaan yang signifikan antara sebelum dan sesudah mendapatkan pembiayaan Murabahah dari BPRS Amanah Ummah. Pembiayaan Murabahah dengan variabel besarnya pembiayaan berpengaruh positif terhadap laba dan aset nasabah setelah mendapat pembiayaan, dengan derajat hubungan laba sebesar 0,785 dan derajat hubungan aset sebesar 0,792. Dapat disimpulkan bahwa


(37)

semakin besar pembiayaan Murabahah yang diperoleh nasabah maka semakin tinggi laba dan aset usaha nasabah.

Penelitian yang akan dilakukan kali ini memiliki perbedaan dalam ruang lingkup penelitian. Penelitian yang akan dilakukan pada PT. BPRS Amanah Ummah mencakup analisis efektivitas pembiayaan syariah pada sektor agribisnis yang dilihat dari sisi penyaluran menurut pihak bank, keragaan pembiayaan syariah pada pihak nasabah dan pemanfaatan pembiayaan syariah oleh nasabah melalui pengaruh pembiayaan syariah terhadap perubahan keuntungan nasabah serta melakukan analisis faktor-faktor yang mempengaruhi realisasi pembiayaan syariah pada sektor agribisnis. Adapun persamaan yang ada adalah dalam hal metode analisis terhadap pengaruh pembiayaan syariah yang dilakukan, yaitu melalui metode uji beda T-tes.

2.3. Efektivitas Pembiayaan

Pembiayaan adalah istilah syariah dalam lembaga keuangan mikro ataupun makro untuk meyalurkan dananya. Menurut Aryati (2006) dalam skripsinya menyatakan bahwa efektif atau tidaknya suatu penyaluran pembiayaan pada BMT dapat dinilai berdasarkan beberapa parameter antara lain: persyaratan peminjaman, prosedur peminjaman, prosedur peminjaman, realisasi kredit, besar kecilnya biaya administrasi, pelayanan petugas bank, lokasi bank, jaminan/agunan, pengetahuan dan partisipasi nasabah/nasabah, serta memberikan dampak positif.

Syafar (2006) menyatakan bahwa untuk menolong permodalan usaha masyarakat perdesaan, efektivitas harus terlebih dahulu dicapai namun tanpa mengabaikan aspek efisiensi. Lembaga keuangan yang ditujukan untuk masyarakat seharusnya suatu lembaga pemerintah untuk melayani golongan miskin, sehingga memiliki tingkat efektivitas yang baik dalam kecepatan dalam mencapai sasaran.

Efektivitas pembiayaan dapat dinilai dari efektivitas pengajuan pembiayaan, penyaluran pembiayaan, penggunaan/pemanfaatan pembiayaan dan pengembalian pembiayaan tersebut. Efektivitas pembiayaan dapat diukur dengan cara melihat kemantapan prosedur pembiayaan atau efektivitas pembiayaan menurutshahibul maalberdasarkan faktor-faktor sebagai berikut:


(38)

1. Jumlah nasabah yang menunjukkan bahwa sistem pembiayaan dapat diterima dan mampu menjangkau sasaran secara luas.

2. Keragaman mata pencaharian nasabah yang menunjukkan jangkauan pembiayaan yang dijalankan.

3. Frekuensi pinjaman nasabah, sebagai tingkat keseringan nasabah dalam mengambil pembiayaan.

4. Frekuensi tunggakan, sebagai tingkat keseringan nasabah dalam menunggak pembayaran dalam satu proses peminjaman.

5. Pelayanan pembiayaan, sejauh mana tingkat pelayanan yang dilakukan, mulai dari pengajuan pembiayaan sampai realisasi pembiayaan.

Efektivitas pembiayaan menurut Mudharib berdasarkan beberapa parameter, antara lain (Syafar, 2006):

1. Prosedur pembiayaan yang menunjukkan kemudahan bagi nasabah untuk memahaminya.

2. Persyaratan pembiayaan yang menunjukkan kesanggupan/kemudahan bagi nasabah pembiayaan untuk memenuhinya, termasuk ada/tidak adanya jaminan.

3. Waktu pencairan atau realisasi yang menunjukkan kecepatan pihak BMT untuk mewujudkan pembiayaan yang diajukan.

4. Lokasi BMT yang menunjukkan kemudahan bagi nasabah pembiayaan untuk mengakses sumber permodalan yang disediakan.

5. Dampak pembiayaan yang menunjukkan tingkat kemanfaatan pembiayaan. Hasil analisis akan menunjukkan dua kemungkinan yaitu baik atau kurang baik. Jika terbukti bahwa hasil penelitian menunjukkan pengelolaan pembiayaan agribisnis syariah baik maka hal ini akan tercermin pada diri pelakushahibul maal maupunmudharib. Namun, jika hasil evaluasi ternyata menunjukkan pengelolaan pembiayaan agribisnis kurang baik, maka harus ada umpan balik (feed back) kepada pihak shahibul maal guna memberikan solusi dan strategi dalam melaksanakan perbaikan-perbaikan atas kekurangan pengelolaan pembiayaan tersebut.


(39)

Kurnia (2009) menyatakan salah satu indikator yang digunakan dalam melihat keberhasilan suatu program pembiayaan dan program-program sejenis adalah perubahan pendapatan sasaran program pembiayaan. Program pembiayaan selain berorientasi pada peningkatan produk atau optimalisasi penggunaan sumberdaya yang lain, pada akhirnya juga dimaksudkan meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan sasaran program. Program keuangan juga dikatakan efektif apabila dapat menghapuskan hambatan-hambatan yang ada. Keberhasilan suatu program keuangan tidak hanya dilihat dari jumlah pembiayaan yang dapat disalurkan oleh lembaga keuangan, tetapi juga dilihat dari tingkat pengembaliannya karena tingkat pengembalian pembiayaan akan mempengaruhi program keuangan selanjutnya.

Faktor-faktor yang diduga mempengaruhi peluang pengembalian pembiayaan oleh nasabah BMT Renggani (1998) diacu dalam Syafar (2006): 1. Faktor ekonomi yaitu jumlah pinjaman, jumlah selisih pendapatan dan

pengeluaran keluarga, biaya transportasi ke BMT danborrowing cost.

2. Faktor-faktor non ekonomi yaitu tingkat pendidikan nasabah, jangka waktu realisasi pembiayaan dan jenis penggunaan pembiayaan.

Tingkat pengembalian pembiayaan merupakan kemampuan nasabah dalam membayar kembali pembiayaannya. Selain itu, efektivitas program pembiayaan juga dapat ditunjukkan dengan penunggakkan yang terjadi. Hasil penelitian tim Unibraw (1998) diacu dalam Syafar (2006) menunjukkan bahwa penyebab lemahnya pengembalian pembiayaan oleh petani dapat disebabkan oleh beberapa hal, yaitu: prosedur yang berbelit, rendahnya hasil usaha (pendapatan rendah), penyimpangan penggunaan pembiayaan (untuk memenuhi kebutuhan konsumsi), tidak adanya hukuman atas keterlambatan dalam pengembalian pembiayaan, kurangnya perangsang pengembalian, adanya permintaan pembiayaan fiktif dan rendahnya efektivitas penagihan oleh petugas pembiayaan.

Sedangkan, menurut Hidayat (2004) menyatakan bahwa efektif atau tidaknya suatu penyaluran pembiayaan dapat dinilai berdasarkan beberapa parameter, antara lain persyaratan peminjaman, prosedur peminjaman, realisasi kredit, besar kecilnya biaya administrasi, pelayanan petugas bank, lokasi bank,


(40)

jaminan/agunan, pengetahuan dan partisipasi nasabah/nasabah, serta dapat memberikan dampak positif.

Dalam penelitian yang akan dilakukan pada BPRS Amanah Ummah ini efektivitas pembiayaan dilihat dari:

1. Prosedur pembiayaan, melalui mekanisme penyaluran pembiayaan

2. Pengaruh pembiayaan terhadap kinerja usaha nasabah, melalui pemanfaatan pembiayaan oleh nasabah.

Pembiayaan yang diberikan kepada nasabah untuk modal atau tambahan modal usaha dikatakan efektif apabila prosedur pembiayaan telah sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan, pembiayaan yang diberikan dapat meningkatkan pendapatan dan keuntungan usaha nasabah. Analisis keefektifan pembiayaan ini dilakukan untuk menilai sejauh mana kinerja pembiayaan yang telah dilakukan BPRS Amanah Ummah, Leuwiliang, Bogor.

2.4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pembiayaan Syariah

Pembiayaan dilihat dari tahap-tahap pembiayaan yang dilakukan oleh Lembaga Keuangan kepada nasabah, yaitu a) Prosedur pengajuan pembiayaan, b) Pelaksanaan penyaluran pembiayaan, c) Pelaksanaan pemanfaatan atau penggunaan dana pembiayaan, dan d) Pelaksanaan pengembalian pembiayaan.

Irvansyah (2005) dalam penelitiannya membahas mengenai analisis faktor-faktor yang mempengaruhi pembiayaan menurut pihak UKM dan menurut pihak BMT. Faktor-faktor yang mempengaruhi pembiayaan menurut pihak UKM (permintaan pembiayaan) antara lain adalah a) Pengetahuan Prosedur, b) Tingkat kesulitan prosedur, c) Tingkat pengembalian/Nisbah yang diharapkan oleh Lembaga Keuangan, d) Besarnya jaminan, dan e) Minat. Sedangkan Faktor-faktor yang mempengaruhi pembiayaan menurut pihak BMT adalah a) Kredibilitas UKM yang terbagi dalam 5C (Character, Capital, Collateral, Capacity, Condition), b) Tingkat profit, c) Besarnya biaya dana (biaya operasional, biaya administrasi, dan besarnya bagi hasil untuk nasabah penyimpan dana ke BMT), dan d) Pencatatan keuangan UKM. Berdasarkan penelitiannya, Irvansyah menyimpulkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi jumlah pembiayaan dan


(41)

berpengaruh nyata adalah tingkat pengembalian yang diharapkan, tingkat besarnya jaminan, pengaruh jaminan dan pencatatan keuangan.

Indriyani (2007) menjelaskan bahwa ada tujuh faktor yang mempengaruhi pengajuan pembiayaan, yaitu: prosedur pembiayaan yang ditetapkan BPRS (persyaratan, biaya administrasi, jangka waktu pembayaran, besar angsuran, jangka waktu pencairan, nisbah bagi hasil), karakter nasabah (keberanian mengambil risiko, pengetahuan tentang prosedur, kredibilitas, informasi yang lengkap), atribut bank (sikap dan penampilan karyawan, lokasi, jam dan hari buka, pengalaman mengajukan), pengaruh lingkungan disekitar nasabah (teman, media, promosi), karakter usaha (keuntungan dan prospek), pengalaman usaha nasabah, dan kebutuhan akan tambahan modal usaha nasabah

Sedangkan, Kurnia (2009) menjelaskan bahwa ada beberapa faktor yang diduga mempengaruhi pembiayaan syariah untuk sektor agribisnis, antara lain pengalaman usaha, profit usaha, frekuensi pembiayaan, nisbah bagi hasil, tahun pendidikan, komposisi modal, dan sektor usaha. Berdasarkan penelitiannya, Kurnia menyatakan bahwa faktor yang signifikan mempengaruhi realisasi pembiayaan untuk sektor agribisnis adalah nisbah bagi hasil.

Adapun dalam penelitian yang dilakukan pada BPRS Amanah Ummah kali ini juga akan membahas analisis faktor-faktor yang mempengaruhi realisasi pembiayaan syariah pada sektor agribisnis. Ada delapan faktor yang diduga memiliki pengaruh dalam realisasi pembiayaan syariah pada sektor agribisnis. Faktor-faktor tersebut antara lain: jumlah tanggungan keluarga, keuntungan usaha, frekuensi pembiayaan, nisbah bagi hasil, tahun pendidikan, komposisi modal usaha, pengetahuan mengenai akad, dan sektor usaha nasabah.


(42)

III KERANGKA PEMIKIRAN

3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis

3.1.1. Pembiayaan Syariah

Secara umum istilah pembiayaan pada sistem syariah sama dengan istilah kredit pada sistem konvensional. Definisi pembiayaan itu sendiri dijelaskan pada pasal 1 ayat 25 UU No. 21 Tahun 2008, pembiayaan berdasarkan prinsip syariah adalah penyediaan dana atau tagihan yang dipersamakan dengan itu berupa: transaksi bagi hasil dalam bentuk mudharabah dan musyarakah, transaksi sewa-menyewa dalam bentuk ijarah atau sewa beli dalam bentuk ijarah muntahiya bittamlik, transaksi jual beli dalam bentuk piutang murabahah, salam, dan

istishna’, transaksi pinjam meminjam dalam bentuk piutang qardh, dan transaksi sewa-menyewa jasa dalam bentuk ijarah untuk transaksi multijasa berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara Bank Syariah dan/atau UUS dan pihak lain yang mewajibkan pihak yang dibiayai dan/atau diberi fasilitas dana untuk mengembalikan dana tersebut setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan ujrah, tanpa imbalan, atau bagi hasil.

Pembiayaan syariah pada sektor agribisnis merupakan suatu program yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan kaum petani melalui pemberian modal agar menjadi lebih baik dalam melakukan usaha pertaniannya. Berdasarkan hal tersebut, kriteria efisiensi dalam arti ekonomis tidak sepenuhnya dapat digunakan dalam mengevaluasi program pembiayaan sejenis ini. Sehingga, penilaian dengan kriteria efektivitas dirasakan lebih tepat dibandingkan dengan kriteria efisiensi, dalam pengertian sejauh mana program pembiayaan dengan jenis seperti ini dapat menjangkau target mereka dengan cepat dan luas.

Dalam memberikan pembiayaan kepada nasabah, terdapat prinsip-prinsip penilaian pembiayaan yang harus dipenuhi oleh pemohon pembiayaan karena terdapat unsur kepercayaan dan risiko yang dipertaruhkan. Untuk memperkecil risiko pembiayaan yang mungkin terjadi, maka pembiayaan harus dinilai dengan memperhatikan (Rivai dan Veithzal, 2008), yaitu: pemberian pembiayaan kepada seorang costumer agar dapat dipertimbangkan terlebih dahulu harus terpenuhi persyaratan yang dikenal dengan prinsip 6C, yaitu:


(1)

155

Lampiran 2. Uji Normalitas pada Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Realisasi Pembiayaan Syariah pada Sektor Agribisnis

3 2 1 0 -1 -2 -3 99 95 90 80 70 60 50 40 30 20 10 5 1 SRES1 P e rc e n t

Mean - 0.01111

StDev 1.048

N 38

KS 0.138

P- Valu e 0.069

Probability Plot of SRES1

Normal

Lampiran 3. Uji Heteroskedastisitas pada Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Realisasi Pembiayaan Syariah pada Sektor Agribisnis 600000000 500000000 250000000 200000000 150000000 110000000 100000000 85000000 80000000 40000000 30000000 20000000 18000000 15000000 10000000 9000000 8000000 7000000 6000000 5000000 4000000 400 300 200 100 0 R e a lis a s i P e m b ia y a a n

95% Bonferroni Confidence I nt ervals for St Devs

Test Statistic 5.90 P- Valu e 0.552

Test Statistic 1.87 P- Valu e 0.138

Bar tlett's Test

Lev en e's Test


(2)

(3)

Gambar 2. Struktur Organisas

Kabid Operasional

Kabag SIM

Kepala Kantor Kas

PEMBK Head Teller

Teller

Deposito Umum & Inventaris

(OB) Satpam Dewan Pengawas

Syariah

sasi PT. BPRS Amanah Ummah Tahun 2009

Rapat Umum Pemegang Saham

(RUPS)

CS

Kabid Umum & Personalia Umum &

Inventaris

Satpam Sopir Personalia

& Keuangan Sekretariat

Kepala Kantor Cabang Wakil Kepala Kantor Cabang

Kabid Marketing

Legal Officer

Gadai Emas Supervisor

Account

Officer Remedial Dewan

Pengawas Syariah

Direksi Internal

Audit Dewan

Komisaris

Kabid Marketing

Gadai Emas

Kabag ADMP

Funding Officer Internal


(4)

Lampiran 4. Data Faktor-Faktor Analisis Regresi Berganda

No. Realisasi Pembiayaan (Rp)

Jumlah Tanggungan Keluarga (Orang)

Keuntungan Usaha (Rp/Tahun)

Frekuensi Pembiayaan

(Kali)

Nisbah Bagi Hasil/Margin

(Rp/Tahun)

Tahun Pendidikan

(Tahun)

Komposisi Modal Usaha (%)

Pengetahuan Mengenai

Akad

Sektor Usaha

1 150.000.000,00 6 504.503.325,00 1 18.000.00000 12 30,28 0 1

2 5.000.000,00 3 3.968.499,84 4 900.000,00 16 58,36 0 1

3 80.000.000,00 4 16.604.333,20 10 8.800.000,00 16 35,31 1 1

4 110.000.000,00 4 77.464.000,04 10 12.100.000,00 16 34,80 1 1

5 20.000.000,00 7 134.905.000,00 2 3.840.000,00 6 81,43 0 1

6 15.000.000,00 1 136.945.000,00 3 1.800.000,00 12 86,00 1 1

7 600.000.000,00 5 695.179.999,70 2 93.600.000,00 12 54,49 0 1

8 500.000.000,00 6 610.853.999,80 3 78.000.000,00 6 70,76 1 1

9 18.000.000,00 5 143.607.500,00 2 3.240.000,00 12 42,05 0 0

10 7.000.000,00 3 48.537.999,99 1 1.428.000,00 9 65,32 0 0

11 10.000.000,00 3 63.534.999,96 2 1.800.000,00 12 55,62 1 0

12 250.000.000,00 5 503.592.000,00 3 39.000.000,00 9 64,34 1 0

13 5.000.000,00 3 46.884.999,96 1 1.020.000,00 12 55,85 0 0

14 18.000.000,00 4 52.167.999,96 2 3.672.000,00 6 52,27 0 0

15 15.000.000,00 4 129.330.000,00 3 2.700.000,00 12 67,25 0 0

16 100.000.000,00 4 261.319.000,00 4 12.000.000,00 12 49,80 1 0

17 5.000.000,00 7 41.988.000,00 1 1.020.000,00 6 100,00 0 0

18 15.000.000,00 2 68.257.500,00 1 2.340.000,00 12 100,00 0 0

19 40.000.000,00 4 85.419.999,96 1 5.280.000,00 12 51,54 1 0

20 5.000.000,00 3 54.969.999,96 2 840.000,00 9 43,16 1 0

21 15.000.000,00 3 47.929.999,92 2 3.060.000,00 6 48,20 1 0

22 8.000.000,00 3 52.704.000,00 2 1.536.000,00 6 60,06 0 0

23 9.000.000,00 3 98.076.000,10 2 1.944.000,00 12 57,75 0 0

24 200.000.000,00 4 665.505.000,10 3 28.800.000,00 12 48,63 1 0

25 7.000.000,00 3 155.463.000,00 1 1.020.000,00 9 100,00 0 0

26 5.000.000,00 4 49.212.000,00 1 1.080.000,00 9 100,00 1 0

27 4.000.000,00 3 45.300.000,00 3 864.000,00 15 70,56 1 0

28 4.000.000,00 2 45.337.999,92 1 912.000,00 12 57,83 0 0

29 85.000.000,00 3 252.385.000,10 3 19.380.000,00 12 52,12 0 0

30 40.000.000,00 4 638.520.000,00 10 9.120.000,00 12 51,59 1 0

31 7.000.000,00 3 86.103.600,00 3 1.596.000,00 6 60,95 0 0

32 5.000.000,00 3 78.725.000,04 2 1.140.000,00 12 57,10 0 0

33 5.000.000,00 5 29.461.250,04 1 900.000,00 12 50,53 0 0

34 100.000.000,00 4 275.785.000,00 10 18.000.000,00 6 100,00 1 0

35 10.000.000,00 6 71.177.000,04 4 2.160.000,00 6 49,63 0 0

36 5.000.000,00 4 50.649.999,96 4 900.000,00 6 55,46 0 0

37 6.000.000,00 6 62.940.000,00 1 1.008.000,00 6 54,00 0 0


(5)

ii

RINGKASAN

ARIES ANGGRIAWAN. Analisis Efektivitas dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Realisasi Pembiayaan Syariah pada Sektor Agribisnis (Studi Kasus : PT. BPRS Amanah Ummah, Leuwiliang, Bogor). Skripsi. Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor (Di bawah bimbingan DWI RACHMINA).

Indonesia merupakan salah satu negara agraris terbesar di dunia. Menurut BPS, hingga bulan Februari 2009 ada sekitar 104.485.444 penduduk Indonesia yang telah bekerja. Kurang lebih 43.029.493 (41,20 persen) dari total penduduk yang bekerja tersebut bekerja pada sektor agribisnis. Sektor agribisnis masih memegang peranan penting bagi perekonomian nasional. Menurut data BPS sektor agribisnis yang meliputi pertanian dalam arti luas dan agroindustri memiliki kontribusi bagi output nasional (PDB) pada tahun 2009 yang sangat besar yaitu 31,40 persen (tidak termasuk perdagangan dan jasa berbasis produk pertanian). Salah satu permasalahan yang ada pada sektor agribisnis adalah masalah pembiayaan.

Karakteristik produk agribisnis yang memiliki masa grace period,

perishable, bulky, dan voluminous, memiliki tingkat risiko yang tinggi. Usaha

agribisnis yang penuh risiko ini membutuhkan pembiayaan yang lebih fleksibel terutama dalam pembagian keuntungan atau kerugian dalam berusaha, salah satunya dengan menggunakan pembiayaan syariah. Pembiayaan syariah dianggap sesuai dengan sektor agribisnis karena secara konseptual relevan dengan sektor agribisnis.

Salah satu perbankan syariah yang fokus dalam pembiayaan sektor agribisnis adalah Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS). Keberadaan BPRS dimaksudkan untuk dapat memberikan layanan perbankan secara cepat, mudah dan sederhana kepada masyarakat khususnya pengusaha menengah, kecil dan mikro baik di perdesaan maupun perkotaan yang selama ini belum terjangkau oleh layanan bank umum. Dilihat dari segi perkembangannya, pembiayaan syariah yang ada pada BPRS dapat menjadi alternatif pembiayaan untuk sektor agribisnis. BPRS harus mampu berkembang tidak hanya dari segi kuantitas lembaganya saja, melainkan juga pada segi kualitas yang pada akhirnya akan diarahkan pada efisiensi dan efektivitas kerja. Namun, kriteria efisiensi dalam arti ekonomis tidak sepenuhnya dapat digunakan dalam mengevaluasi program pembiayaan sejenis ini. Sehingga, penilaian dengan kriteria efektivitas dirasakan lebih tepat dibandingkan dengan kriteria efisiensi, dalam pengertian sejauh mana program pembiayaan dengan jenis seperti ini dapat menjangkau target mereka dengan cepat dan luas.

Penelitian ini dilaksanakan di PT. BPRS Amanah Ummah, Leuwiliang, Kabupaten Bogor. Data yang digunakan terbagi ke dalam dua bagian yaitu data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui observasi lapangan, penyebaran kuisioner, dan wawancara lansung dengan pihak terkait baik pihak internal maupun eksternal. Pihak internal yaitu pihak BPRS yang berkompeten dan dapat memberikan informasi yang akurat mengenai penyaluran pembiayaan di sektor pertanian. Sedangkan pihak eksternal yaitu responden dari pihak petani dan pedagang yang memiliki usaha agribisnis serta modal usahanya diperoleh dari


(6)

iii pembiayaan sistem syariah BPRS Amanah Ummah, Leuwiliang, Bogor. Data sekunder diperoleh dari berbagai arsip dan administrasi BPRS Amanah Ummah, Bank Indonesia (BI), Badan Pusat Statistik (BPS), Departemen Pertanian, Kementerian Negara Koperasi dan UKM, Masyarakat Ekonomi Syariah, serta studi literatur terkait di IPB dan melalui internet yang diperlukan untuk menunjang pembuatan laporan penelitian ini.

Efektivitas penyaluran pembiayaan, dapat dikatakan bahwa penyaluran pembiayaan telah berjalan dengan efektif. Efektivitas penyaluran pembiayaan ini dilihat melalui dua sisi yaitu efektivitas penyaluran menurut kriteria bank dan keragaan pembiayaan syariah yang terjadi pada nasabah. Efektivitas penyaluran pembiayaan menurut kriteria bank telah berjalan dengan sangat efektif, karena seluruh kriteria yang ada mendukung kriteria efektif dan proporsi pembiayaan yang diberikan bank telah sesuai dengan proporsi sektor usaha yang ada di daerah Leuwiliang. Sedangkan, efektivitas penyaluran pembiayaan berdasarkan keragaan pembiayaan syariah pada nasabah dapat dikatakan telah berjalan dengan efektif, karena lima dari enam kriteria yang ada telah mendukung kriteria efektif.

Efektivitas pengaruh pembiayaan terhadap kinerja usaha diketahui bahwa seluruh nasabah agribisnis sektor on-farm mampu memanfaatkan pembiayaan yang diterima untuk kebutuhan usaha yang dilakukan. Sedangkan, pada sektor off-farm terdapat 20 persen nasabah yang tidak memanfaatkan pembiayaan yang diterima sesuai dengan pengajuan. Pembiayaan syariah memberikan pengaruh yang lebih besar terhadap kinerja usaha pada sektoron-farmdibandingkan dengan sektor off-farm. Hal tersebut dapat dilihat dari hasil analisis menggunakan uji T-tes dua sampel berpasangan yang dilakukan dengan membandingkan keuntungan usaha nasabah sebelum dan sesudah mendapatkan pembiayaan syariah.

Faktor-faktor yang mempengaruhi realisasi pembiayaan syariah pada sektor agribisnis, diketahui bahwa terdapat empat variabel yang mempengaruhi secara signifikan realisasi pembiayaan pada sektor agribisnis. Variabel tersebut antara lain nisbah bagi hasil/margin, komposisi modal usaha, pengetahuan mengenai akad pembiayaan, dan sektor usaha yang dimiliki nasabah.

Saran yang dapat diajukan bagi PT. BPRS Amanah Ummah diantaranya : Pertama, proporsi pembiayaan syariah untuk sektor agribisnis perlu ditingkatkan, sehingga akan mampu meningkatkan pangsa pasarnya untuk sektor agribisnis serta mampu menjadi alternatif pembiayaan bagi sektor agribisnis. Kedua, pembiayaan syariah pada sektor on-farmharus lebih ditingkatkan, karena terbukti memiliki tingkat efektivitas pembiayaan yang lebih tinggi dibandingkan dengan sektor off-farm. Ketiga, PT. BPRS Amanah Ummah harus menentukan jenis pembiayaan yang tepat bagi calon nasabah agar pemanfaatan pembiayaan yang ada tidak disalahgunakan oleh nasabah. Keempat, PT. BPRS Amanah Ummah harus lebih meningkatkan pelayanan dan pembinaan untuk nasabah. Karena, secara tidak langsung akan meningkatkan kualitas pembiayaan yang diberikan kepada nasabah.