Penanganan Limbah Cair Kelapa sawit

Wira Susi Sihaloho : Analisa Kandungan Amonia Dari Limbah Cair Inlet Dan Outlet Dari Beberapa Industri Kelapa Sawit, 2009. Parameter Satuan Jumlah BOD5 mgl 20.000-30.000 COD mgl 35.000-45.000 Padatan terlarut mgl 28 Padatan total mgl 48 Nitrogen total mgl 105 Fosfat mgl 216 Minyaklemak mgl 1.500-2.000 pH mgl 4

2.4.3. Penanganan Limbah Cair Kelapa sawit

Penanganan limbah cair secara umum dapat dikelompokkan menjadi enam bagian antara lain : penanganan pendahuluan pretreatment, penanganan pertama primary treatment, penanganan kedua secondary treatment, penanganan ketiga tertiary treatment, pembunuhan kuman desinfaction, dan pembuangan lanjutan ultimate disposal. Penanganan buangan cair tidak harus melalui tahap-tahap seperti diatas, tetapi sesuai dengan kebutuhan. Penanganan pendahuluan dan penanganan pertama mencakup proses pemisahan bahan-bahan mengapung dan mengendap, baik secara fisik maupun kimia. Penanganan kedua umumnya mencakup proses biologi, untuk mengurangi bahan-bahan organik melalui mikroorganisme yang ada didalamnya. Penanganan ketiga merupakan kelanjutan dari penaganan sebelum bila masih bila terdapat bahan yang berbahaya. Beberapa jenis penanganan ketiga ini adalah penyaringan pasir, penyerapan, vakum filter, dan lain-lain. Wira Susi Sihaloho : Analisa Kandungan Amonia Dari Limbah Cair Inlet Dan Outlet Dari Beberapa Industri Kelapa Sawit, 2009. Penanganan lanjutan dilakukan untuk menangani umpur yang dihasilkan ada penanganan sebelumya. Limbah lumpur aktif maupun limbah organik lainnya dapat ditangani dengan proses pencernaan aerobik. Beberapa keuntungan proses pencernaan aerobik antara lain hasil pencernaan aerobik tidak berbau, bersifat seperti humus, dan mudah dikeringkan. Selain itu, pencernaan aerobik lebih mudah dilakukan dan biayanya lebih murah dari pada pencernaan aerobik. a. Penanganan secara aerobik Penanganan secara aerobik terutama digunakan pada pengolahan air buangan tahap kedua. Tujuan pengolahan air buangan secara biologis adalah mengurangi jumlah kandungan bahan padat yang tersuspensi dan mengubahnya menjadi bentuk padatan yang dapat diendapkan oleh flokulasi mikroorganisme. Jumlah bahan padat terlarut akan dikurangi dengan meminimalkan persentase bahan padat yang tersuspensi Biodegradasi merupakan suatu aktivitas mikroorganisme dalam menguraikan senyawa kompleks menjadi senyawa sederhana. Dengan tersedianya oksigen, oksidasi biologis secara aerobik mempunyai peranan penting, karena bahan organik akan disintesis menjadi sel-sel baru dan sebagian lagi akan dikonversi menjadi produk akhir CO 2, H 2 O, NH 3 yang stabil. Reaksi kimia dalam suasana aerobik akan berlangsung lebih cepat dibandigkan dalam suasana anaerobik. Bakteri autotrof aerobik akan mengubah amonia menjadi nitrat yang disebut proses nitrifikasi. Reaksi ini terdiri dari dua tahap berikut: 2NH 4 + 3O 2 →  2NO 2 + 4H + 2H 2 O Wira Susi Sihaloho : Analisa Kandungan Amonia Dari Limbah Cair Inlet Dan Outlet Dari Beberapa Industri Kelapa Sawit, 2009. 2NO 2 + O 2 →  2NO 3 Reaksi keseluruhan : NH 4 + 2O 2 →  NO 3 + 2H +H 2 O Penghilangan amonia dari limbah cair bersifat sangat penting, karena amonia bersifat racun bagi biota akuatik. Proses reaksi ini membutuhkan pemasokan oksigen yang cukup besar. b.Penanganan secara anaerobik Penanganan limbah cair kelapa sawit secara anaerobik akan mengurangi beban lingkungan dan akan meghasilkan berbagai gas diantaranya metana, karbondioksida, dan hidrogen sulfida. Reaksi oksidasi reduksi pembentukan metana secara lengkap dan besarnya energi yag dihasilkan dapat dituliskan sebagai berikut : 1. CH 3 CH 2 OH + H 2 O →  CH 3 COO + H + 2H 2 1,42 2. 2H 2 + 2 1 CO 2 →  2 1 CH 4 + H 2 O -15,63 3. CH 3 COO + H →  CH 4 + CO 2 -6,77 CH 3 CH 2 OH 2 3 →  CH 4 + 2 1 CO 2 -20,98 Proses anaerobik layak diterapkan untuk industri limbah cair dengan konsentrasi COD lebih dari 3.000 mgl. Hal yang perlu diperhatikan adalah terdapatnya hidrokarbon halogenasi, sianida, dan berbagai logam berat yang dapat meracuni campuran mikroorganisme perombak limbah sehingga konsentrasinya harus beada dibawah level yang mampu ditolerir oleh mikroorganisme perombak secara anaerobik.

2.5. Nitrogen