Sirkulasi pada pipa pipa ketel uap

58 Keterangan gambar: 2 φ = Flux panas pada pipa-pipa konveksi 1 φ = Flux panas pada pipa-pipa waterwall Konv IN = Laju aliran massa masuk pipa-pipa konveksi LR IN = Laju aliran massa masuk pipa-pipa layar ruang bakar LR OUT = Laju aliran massa keluar pipa-pipa layar ruang bakar RB IN = Laju aliran massa masuk pipa-pipa ruang bakar RB OUT = Laju aliran massa keluar pipa-pipa ruang bakar SRB IN = Laju aliran massa masuk pipa-pipa sisi ruang bakar SRB OUT = Laju aliran massa keluar pipa-pipa sisi ruang bakar T Konv IN = Temperatur masuk drum atau masuk pipa-pipa konveksi T Konv OUT = Temperatur keluar pipa-pipa konveksi T LR OUT = Temperatur keluar pipa-pipa layar ruang bakar T RB OUT = Temperatur keluar pipa-pipa ruang bakar T SRBIN = Temperatur masuk pipa-pipa sisi ruang bakar T SRBOUT = Temperatur keluar pipa-pipa sisi ruang bakar

4.2. Sirkulasi pada pipa pipa ketel uap

Dari data ketel uap pada bab 3, Sirkulasi ketel adalah sirkulasi alami Natural Circulating Water. Dalam sirkulasi alami, penyebab mengalirnya fluida pada pipa adalah karena perbedaan kerapatan fluida pada pipa. Dalam ketel uap ini sirkulasi air pada pipa pipa ketel uap terdiri dari dua sirkulasi gambar 4-3, yaitu sirkulasi antara pipa downcomer dengan pipa sisi ruang bakar dan sirkulasi pipa- pipa konveksi dengan pipa pipa waterwall pipa layar ruang bakar dan pipa ruang bakar

4.2.1. Sirkulasi antara Pipa downcomer dengan pipa sisi ruang bakar

Pada sirkulasi pipa downcomer dengan pipa sisi ruang bakar, pipa yang dipanasi adalah pipa sisi ruang bakar dengan flux panas 1 φ = 1 MWm 2 , sedangkan pipa downcomer tidak mengalami pemanasan, sehingga pada pipa downcomer kerapatan fluida adalah konstan. Pada sirkulasi ini kecepatan massa G pada pipa sisi ruang bakar dihitung dengan menggunakan persamaan 2-43. Namun karena 59 kerapatan pada pipa downcomer konstan d out _ ρ = d in _ ρ sehingga     − d in d out _ _ 1 1 ρ ρ = 0. Sehingga persamaan 2-43 menjadi : ww ww d out ww ww ww ww ww d d d d d d ww d NWL K D L f K D L f g z Z G ρ ρ ρ ρ ρ ρ ρ ρ 2 1 1 2 2 2 _ Φ +     − + + + − = Dimana : G = Kecepatan massa fluida, untuk perhitungan awal dipakai persamaan fg i G φ = i fg = Panas Laten untuk penguapan untuk tekanan 26 Bar dari tabel Saturasi Uap didapatkan i g =2802.6 kJkg dan i f = 971.660 kJkg. i g - i f = 1830,940 x 10 3 Jkg s m kg G G 2 3 546 . 10 1830,940 000 000 1 = × = NWL Z = Ketinggian permukaan air ketel pipa sisi ruang bakar Z NWL-SRB = 6.156 m d ρ = Kerapatan rata-rata fluida pada pipa downcomerkonveksi. Karena pipa downcomer tidak dipanasi maka kerapatannya adalah sama dengan kerapatan fluida cair pada drum uap, yaitu kerapatan air pada 30 C = 995.6193 kgm 3 . ww ρ = Kerapatan fluida cair pada pipa sisi ruang bakar. Karena pipa sisi ruang bakar dipanasi dengan flux panas 1 φ , maka ada kemungkinan terjadi Dryout, atau fluida tidak mencapai temperatur saturasi sehingga untuk mengetahui kerapatan fluida waterwall harus diketahui temperatur fluida keluar pipa dengan cara meng- iterasi persamaan diatas. 60 z = Tinggi pipa pada saat terjadi dryout atau jika tidak terjadi dryout, ketinggian permukaan air ketel pada pipa sisi ruang bakar Z NWL- SRB = 6.156 m. g = Gravitasi = 9.81 ms 2 . d L = Panjang pipa downcomer = 11.398 m diambil yang terpanjang ww L = Panjang pipa sisi ruang bakar L tot-SRB = 10.430 m d D = Diameter pipa downcomer = 0.125 m ww D = Diameter pipa sisi ruang bakar = 0.0762 m d f = Koefisien gesek pada pipa downcomer ww f = Koefisien gesek pada pipa sisi ruang bakar d K = Koefisien Kerugian karena hambatan hambatan pada pipa downcomer ww K = Koefisien Kerugian karena hambatan hambatan pada pipa sisi ruang bakar Φ = Konstanta dua fasa pada pipa sisi ruang bakar 61 Gambar 4. 4 Sirkulasi pipa downcomer dan sisi ruang bakar

d. Koefisien gesek