Distribusi Temperatur Pada Pipa Evaporator

79 Karena G ∆ selalu berfluktuasi, maka diambil kecepatan massa G rata- rata dari dua iterasi terakhir yaitu pada iterasi ke-9 dan ke-10 sehingga G= 459,349+361,4372 = 410.39 kgm 2 s . Dengan temperatur masuk ke pipa ruang bakar adalah 42,28+39,662 =40.97 C. Sehingga harga kecepatan massa pada pipa ruang bakar G = 410.39 [kgm 2 s]

4.3. Distribusi Temperatur Pada Pipa Evaporator

4.3.1. Pipa Sisi Ruang bakar a.

Distribusi temperatur pada daerah subcooled Dari analisa sirkulasi pipa sisi ruang bakar diatas diketahui G= 474.887 [kgm 2 s]. Sehingga dapat diketahui posisi subcooled pada pipa yaitu : 4 1 fi SAT pf sc T T D c G z − = φ Dimana : T fi = 30 [ C] SAT T = 226 [ C] D = 0.0762 [m] 1 φ = 1 000 000 [Wm 2 ] Maka : ] [ 8.2561 30 226 1000000 4 0762 . 10 6562 . 4 887 . 474 3 m z z sc sc = − × × × × = Panjang pipa efektif pipa sisi ruang bakar adalah 9.91 m. dengan demikian air akan mengalami subcooled dalam pipa. Untuk menghitung distribusi temperatur pada pipa, terlebih dahulu harus diketahui jenis aliran fluida pada pipa. Fluida ber- aliran turbulen jika bilangan Reynold Re 3000, dan ber-aliran laminar jika Re 2000. Bilangan Reynold dapat dihitung dengan persamaan 2-37 seperti berikut ini: f GD µ = Re Dimana : T fi = 30 [ C] f µ = 6 10 3 . 798 − × N sm 2 . 80 maka : 45329.31 10 3 . 798 0762 . 474.887 Re 6 = × × = − Karena Bilangan Reynold Re 3000, maka aliran adalah turbulen. Untuk menghitung temperatur pada dinding pipa, harus diketahui koefisien perpindahan panas konveksi h fo . h fo untuk aliran turbulen dapat dihitung dengan menggabungkan persamaan 2-12 ke persamaan 2-14. Dari tabel uap saturasi, air pada temperatur 30 C didapatkan data : Pr =5.4 dan f k =0.618. sehingga h fo : ] [ 1944.564 0762 . 618 . 4 . 5 45329.31 023 . Pr Re 023 . 2 4 . 8 . 4 . 8 . C m W h h D k h fo fo f fo = × = = Dengan diketahuinya h fo dapat dihitung temperatur fluida pada dinding pipa w T dengan persamaan 2-11, yaitu : C T T h z T T w w fo f w 544.25 1944.564 000 1000 30 = + = + = φ Posisi fluida bertemperatur 30 C pada pipa dapat dihitung dengan menyusun ulang persamaan 2-8, seperti berikut ini: ] [ 00 . 30 3 1000000 4 0.0762 4.179 474.887 4 m z z T z T D c G z fi f pf = − × × × = − = φ Dengan cara yang sama, didapat distribusi temperatur sampai daerah subcooled pada pipa sampai fluida bertemperatur saturasi yaitu 226 C seperti tabel 4.11 berikut ini : 81 Tabel 4.11 Hasil perhitungan distribusi temperatur pada pipa sampai daerah subcooled z T f [ C] Z [m] fo h [Wm 2 0 C] w T [ C] 30 0,0000 1944,56 544,25 50 0,7565 2314,74 482,01 70 1,5166 2660,55 445,86 90 2,2835 2979,54 425,62 110 3,0614 3282,23 414,67 130 3,8557 3563,24 410,64 150 4,6746 3810,35 412,44 170 5,5296 4016,81 418,95 190 6,4354 4192,40 428,53 210 7,4092 4341,62 440,33 226 8,2561 4442,00 451,12 Dari data diatas, karena temperatur fluida pada dinding pipa w T melewati temperatur saturasi, maka akan timbul gelembung-gelembung Nucleat boiling di dinding pipa. Posisi timbulnya gelembung-gelembung ini pada pipa NB z dapat dihitung dengan persamaan 2-15. dan posisi saat gelembung mengalami perkembangan penuh Fully Development Boilling pada pipa FDB z dengan persamaan 2-8.         − ∆ + ∆ = fo ONB SAT i SUB pf NB h T T D c G z 1 4 1 φ 4 _ fi FDB f pf FDB T T D c G z − = φ Dimana : i SUB T ∆ = Beda temperatur saturasi dan temperatur fluida saat masuk pipa sisi ruang bakar = fi SAT T T − ONB SAT T ∆ = Beda temperatur dinding saat terjadi nucleat boiling dengan temperatur saturasi fo h = Koefisien perpindahan panas konveksi pada saat Tw=T SAT =226 C 1 φ = Flux panas pada pipa sisi ruang bakar =1 000 000 [Wm 2 ] 82 FDB f T _ = Temperatur fluida saat gelembung mengalami perkembangan penuh fi T = Temperatur fluida masuk ke pipa sisi ruang bakar pf c = Spesifik panas fluida [Jkg C]. dievalusi pada temperatur fluida D = Diameter pipa sisi ruang bakar = 0.0762 m G = Kecepatan massa pada pipa sisi ruang bakar = 474.887 [kgm 2 s] Pada tabel 4-11 diatas, temperatur fluida f T saat temperatur fluida pada dinding pipa w T sama dengan temperatur saturasi 226 C terletak pada Tw=544.25 C, karena temperatur fluida saat masuk ke pipa langsung mengalami Nucleat boiling : Tabel 4.12 Hasil perhitungan posisi nucleat boiling z T f [ C] Z [m] fo h [Wm 2 0 C] w T [ C] 30 0.0000 1944.56 544.25 maka dapat dihitung koefisien perpindahan panas konveksi fo h pada saat Tw=T SAT =226 C. Dimana data fluida untuk C T f 30 = adalah dari tabel saturasi uap f k = 0.618 [Wm C], Pr =5.4, f µ =798.3x10 -6 [Nsm 2 ] dan bilangan Reynold adalah :. 45329.31 10 798.3 0762 . 887 . 474 Re 6 = × × = = − f GD µ Maka aliran adalah turbulen sehingga : C Wm 1944.56 0762 . 618 . 4 . 5 45329.31 023 . Pr Re 023 . 2 4 . 8 . 4 . 8 . = × × = = fo fo f fo h h D k h Maka didapatkan harga ONB SAT T ∆ dihitung dengan persamaan berikut ini : 62 25 . _ 25 p ONB SCB ONB SAT e T − = ∆ φ Dimana : 83 1 _ φ φ SAT w SUB NB SUB SAT w SUB ONB SCB T T T z T T T T = ∆ ∆ − = ∆ = SAT w T T SUB T = ∆ = 196 30 226 = − = − f SAT T T NB SUB z T ∆ =         × − − − 25 . 6 62 26 10 25 φ φ e h fo =       × − − − 25 . 6 62 26 10 000 000 1 25 1944.56 000 000 1 e NB SUB z T ∆ = 497.81 C Karena NB SUB z T ∆ SAT w T T SUB T = ∆ , maka gelembung-gelembung langsung muncul pada sisi masuk pipa atau ] [ 0 m z NB = yaitu pada C T NB f 30 = dan w T adalah : C T e T T T w SAT SAT w 62 26 25 . 6 44 . 242 44 . 16 226 10 1000000 25 226 = + = × + = ∆ + = − − Gelembung-gelmbung pada dinding pipa akan berkembang penuh, harga FDB SAT T ∆ dihitung dengan persamaan berikut ini : 62 25 . _ 25 p FDB SCB FDB SAT e T − = ∆ φ Dimana : 1 _ φ φ SAT w SUB FDB SUB SAT w SUB FDB SCB T T T z T T T T = ∆ − = ∆ = SAT w T T SUB T = ∆ = 196 30 226 = − = − f SAT T T FDB SUB z T ∆ =         × − − − 25 . 6 62 26 4 . 1 10 25 4 . 1 φ φ e h fo =       × − × − − 25 . 6 62 26 4 . 1 10 000 000 1 25 1944.56 4 . 1 000 000 1 e FDB SUB z T ∆ = 352.21 C 84 Karena FDB SUB z T ∆ SAT w T T SUB T = ∆ maka gelembung langsung berkembang penuh setelah masuk ke pipa. Setelah gelembung berkembang penuh temperatur pada dinding pipa akan konstan sampai mencapai dryoutDNB. Beda temperatur ini dengan temperatur saturasi dihitung dengan : C T e e T SAT p SAT 62 26 6 62 25 . 1 44 . 16 10 1000000 25 25 = ∆ × × × = = ∆ − − − φ Maka temperatur dinding setelah kenaikan temperatur pada dinding pipa dan setelah mengalami perkembangan penuh sampai ke posisi dryout DNB adalah 44 . 242 44 . 16 226 = + = ∆ + = W SAT SAT W T T T T Sehingga didapatkan harga pada tabel 4.13 berikut ini : Tabel 4.13 Hasil perhitungan distribusi temperatur pada pipa pada daerah subcooled z T f [ C] Z [m] fo h [Wm 2 0 C] w T [ C] 30 0,0000 1944,56 242.44 50 0,7565 2314,74 242.44 70 1,5166 2660,55 242.44 90 2,2835 2979,54 242.44 110 3,0614 3282,23 242.44 130 3,8557 3563,24 242.44 150 4,6746 3810,35 242.44 170 5,5296 4016,81 242.44 190 6,4354 4192,40 242.44 210 7,4092 4341,62 242.44 226 8,2561 4442,00 242.44

b. Distribusi temperatur pada daerah postdryout