Identifikasi Variabel Penelitian Metode Analisis Data

BAB III METODE PENELITIAN

Unsur yang paling penting di dalam suatu penelitian adalah metode penelitian, karena melalui proses tersebut dapat ditentukan apakah hasil dari suatu penelitian dapat dipertanggungjawabkan Hadi, 2000. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif yang bersifat korelasional, yang bertujuan untuk untuk melihat hubungan antara satu varibel dengan variabel lain. Pembahasan dalam penelitian ini meliputi identifikasi variabel penelitian, defenisi operasional variabel penelitian, populasi dan metode pengambilan sampel, metode pengambilan data, validitas dan reliabilitas, dan metode analisis data.

A. Identifikasi Variabel Penelitian

Identifikasi variabel penelitian digunakan untuk menguji hipotesa penelitian. Dalam penelitian ini, variabel-variabel yang digunakan yaitu : 1. Variabel terikat : Kecemasan berbicara di depan umum 2. Variabel bebas : Self-efficacy

B. Definisi Operasional 1. Kecemasan berbicara di depan umum

Kecemasan berbicara di depan umum adalah suatu keadaan tidak nyaman yang sifatnya tidak menetap pada diri individu, baik ketika membayangkan maupun pada saat berbicara di depan orang banyak. Kecemasan berbicara di Astrid Indi Dwisty Anwar : Hubungan Antara Self-Efficacy Dengan Kecemasan Berbicara Di Depan Umum Pada Mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara, 2009. depan yang dimaksud peneliti dalam penelitian ini adalah kecemasan yang terjadi pada individu ketika melakukan presentasi di depan kelas. Kecemasan berbicara di depan umum diukur dengan menggunakan skala kecemasan berbicara di depan umum yang disusun berdasarkan komponen- komponen kecemasan berbicara di depan umum yang dikemukakan oleh Rogers 2004, yaitu komponen fisik, komponen proses mental, dan komponen emosional. Semakin tinggi nilai yang diperoleh dari skala kecemasan berbicara di depan umum berarti semakin tinggi pula kecemasan berbicara yang dimiliki dan sebaliknya semakin rendah nilai yang diperoleh dari skala kecemasan berbicara di depan umum menunjukkan semakin rendah pula kecemasan berbicara yang dimiliki.

2. Self-efficacy

Self-efficacy merupakan keyakinan atau kepercayaan individu terhadap kemampuan yang dimilikinya dalam melaksanakan dan menyelesaikan tugas yang dihadapinya sehingga dapat mengatasi rintangan dan mencapai tujuan yang diharapkannya. Self-efficacy diukur dengan menggunakan skala self-efficacy yang disusun berdasarkan aspek-aspek self-efficacy yang dikemukakan oleh Bandura 1997, yaitu tingkat LevelMagnitude, keadaan umum generality, dan kekuatan strength. Semakin tinggi nilai yang diperoleh dari skala self-efficacy berarti semakin tinggi pula self-efficacy yang dimiliki dan sebaliknya semakin rendah Astrid Indi Dwisty Anwar : Hubungan Antara Self-Efficacy Dengan Kecemasan Berbicara Di Depan Umum Pada Mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara, 2009. nilai yang diperoleh dari skala self-efficacy menunjukkan semakin rendah pula self-efficacy yang dimiliki.

C. Populasi, Sampel, Dan Metode Pengambilan Sampel 1. Populasi dan sampel

Dalam penelitian masalah populasi dan sampel yang dipakai merupakan salah satu faktor yang harus diperhatikan. Populasi adalah sejumlah individu yang paling sedikit memiliki sifat yang sama Hadi, 2000. Populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara. Menyadari luasnya keseluruhan populasi dan keterbatasan yang dimiliki penulis maka subjek penelitian yang dipilih adalah sebagian dari keseluruhan populasi yang dinamakan sampel. Sampel merupakan sebagian dari populasi atau sejumlah penduduk yang jumlahnya kurang dari jumlah populasi. Sampel sedikitnya harus memiliki satu sifat yang sama dengan populasi Hadi, 2000. Selain itu, Hadi juga menambahkan bahwa syarat utama agar hasil penelitian dapat digeneralisasikan maka sebaiknya sampel penelitian harus benar-benar mencerminkan keadaan populasinya atau dengan kata lain harus benar-benar representatif. Adapun karakteristik sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah: a. Mahasiswa Fakultas Psikologi USU angkatan 2005 sd 2008 Burgoon dan Ruffner dalam Dew i Andrianto, 2003 menyebutkan bahwa pengalaman individu merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kecemasan berbicara di depan umum. Ini dapat berarti bahwa semakin ke atas Astrid Indi Dwisty Anwar : Hubungan Antara Self-Efficacy Dengan Kecemasan Berbicara Di Depan Umum Pada Mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara, 2009. tingkat perkuliahan seorang mahasiswa Fakultas Psikologi USU maka pengalaman berbicara di depan umum dalam hal ini melakukan presentasi di depan kelas akan semakin banyak. Dengan kata lain angkatan atau stambuk dapat mewakili pengalaman individu dalam melakukan presentasi. Mengingat mahasiswa angkatan 2009 baru mengikuti kegiatan perkuliahan selama satu semester dimana pengalaman melakukan presentasi di depan kelas belum terlalu banyak, dan untuk menghindari kesenjangan yang terlalu tinggi dengan angkatan-angkatan di atasnya, maka peneliti membatasi subjek penelitiannya hanya dari mahasiswa angkatan 2005 sampai dengan 2008 saja. b. Masih aktif dalam perkuliahantidak sedang dalam masa Penundaan Kegiatan Akademik PKA

2. Metode pengambilan sampel

Metode pengambilan sampel adalah cara yang digunakan untuk mengambil sampel dari populasi dengan menggunakan prosedur tertentu, dalam jumlah yang sesuai dengan memperhatikan sifat-sifat dan penyebaran populasi agar diperoleh sampel yang benar-benar dapat mewakili populasi Hadi, 2000. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik nonprobability sampling, yaitu teknik pengembilan sampel yang tidak memberi peluang atau kesempatan sama bagi setiap unsur atau anggota populasi untuk dipilih menjadi sampel Sugiyono, 2007. Teknik nonprobability sampling yang digunakan adalah teknik sampling purposive, yaitu teknik penentuan sampel dengan pertimbangan-pertimbangan tertentu Sugiyono, 2007. Pada penelitian ini Astrid Indi Dwisty Anwar : Hubungan Antara Self-Efficacy Dengan Kecemasan Berbicara Di Depan Umum Pada Mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara, 2009. peneliti tidak mengambil sampel dari setiap angkatan mahasiswa Fakultas Psikologi USU yang masih aktif yaitu dari angkatan 2003 sampai dengan 2009, namun peneliti hanya mengambil sampel dari angkatan 2005, 2006, 2007, dan 2008 saja. Peneliti mempertimbangkan beberapa hal dalam pengambilan sampel ini. Sampel dari angkatan 2003 dan 2004 tidak diambil karena alasan terlalu sedikitnya jumlah mahasiswa dan kesulitan untuk menemui mahasiswa dari angkatan tersebut. Angkatan 2009 tidak diikutsertakan karena mengingat mahasiswa angkatan 2009 baru mengikuti kegiatan perkuliahan selama satu semester dimana pengalaman melakukan presentasi di depan kelas belum terlalu banyak, dan untuk menghindari kesenjangan yang terlalu tinggi dengan angkatan- angkatan di atasnya, maka peneliti membatasi subjek penelitiannya hanya dari mahasiswa angkatan 2005 sampai dengan 2008 saja.

3. Jumlah sampel penelitian

Azwar 2007 menyatakan bahwa secara tradisional, statistik menganggap jumlah sampel yang lebih dari 60 orang sudah cukup banyak. Sampel dalam penelitian ini adalah 184 orang. Pengambilan jumlah sampel mengacu pada tabel Nomogram Herry King dengan taraf kesalahan 5. Jumlah mahasiswa dari angkatan 2005 sampai dengan 2008 adalah 416 orang. Taraf kesalahan 5 berarti interval kepercayaannya adalah 95, sehingga faktor pengalinya adalah 1,195. Dengan melihat nomogram Herry King tersebut, maka dari angka 416 ditarik garis lurus melewati taraf kesalahan 5 dan ditemukan titik angka di atas 40, Astrid Indi Dwisty Anwar : Hubungan Antara Self-Efficacy Dengan Kecemasan Berbicara Di Depan Umum Pada Mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara, 2009. kurang lebih ada di titik 37. Maka jumlah sampel yang diambil adalah 0,37 x 416 x 1,195 = 183,9 dibulatkan menjadi 184 orang.

D. Metode Pengambilan Data

Metode pengumpulan data yang dilakukan pada penelitian ini adalah melalui metode skala. Metode skala digunakan mengingat data yang ingin diukur berupa konsep psikologis yang dapat diungkap secara tidak langsung melalui indikator- indikator perilaku yang diterjemahkan dalam bentuk aitem-aitem pernyataan Azwar, 2000. Menurut Hadi 2002, skala psikologis mendasarkan diri pada laporan – laporan pribadi self report. Selain itu skala psikologis memiliki kelebihan dengan asumsi sebagai berikut : 1. Subjek adalah orang yang paling tahu tentang dirinya. 2. Apa yang dikatakan oleh subjek tentang kepada peneliti adalah benar dan dapat dipercaya. 3. Interpretasi subjek tentang pernyataan –pernyataan yang diajukan sama dengan apa yang dimaksud oleh peneliti. Selain itu metode skala psikologis digunakan dalam penelitian atas dasar pertimbangan: 1. Metode skala psikologis merupakan metode yang praktis. 2. Dalam waktu yang relatif singkat dapat dikumpulkan data yang banyak. 3. Metode skala psikologis merupakan metode yang dapat menghemat tenaga dan ekonomis. Astrid Indi Dwisty Anwar : Hubungan Antara Self-Efficacy Dengan Kecemasan Berbicara Di Depan Umum Pada Mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara, 2009. Penelitian ini menggunakan penskalaan model Likert. Penskalaan ini merupakan model penskalaan pernyataan sikap yang menggunakan distribusi respons sebagai dasar penentuan nilai sikap Azwar, 2000. Prosedur penskalaan dengan metode Likert didasari oleh dua asumsi yaitu : 1. Setiap pernyataan sikap yang disepakati sebagai pernyataan yang favorable mendukung atau yang unfavorable tidak mendukung. 2. Jawaban dari individu yang mempunyai sikap positif harus diberi bobot yang lebih tinggi daripada jawaban yang diberikan oleh responden yang mempunyai sikap negatif. Dalam penelitian ini, akan digunakan dua buah skala, yaitu skala kecemasan berbicara di depan umum dan skala self-efficacy.

1. Skala kecemasan berbicara di depan umum

Alat ukur yang digunakan untuk mengukur kecemasan berbicara di depan umum adalah skala kecemasan berbicara di depan umum yang dirancang sendiri oleh peneliti dengan berdasarkan pada komponen-komponen kecemasan berbicara di depan umum yang dikemukakan oleh Rogers 2004, yaitu komponen fisik, komponen proses mental, dan komponen emosional. Model skala ini menggunakan model skala Likert. Aitem-aitem dalam skala ini merupakan pernyataan dengan empat pilihan jawaban, yaitu SL selalu, SR sering, KD kadang, dan TP tidak pernah. Skala disajikan dalam bentuk pernyataan favorable dan unfavorable. Skor yang diberikan bergerak dari 1 sampai 4. Bobot penilaian untuk pernyataan favorable yaitu : SL = 4, SR = 3, KD Astrid Indi Dwisty Anwar : Hubungan Antara Self-Efficacy Dengan Kecemasan Berbicara Di Depan Umum Pada Mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara, 2009. = 2, TP = 1, sedangkan bobot penilaian untuk pernyataan unfavorable yaitu : SL = 1, SR = 2, KD = 3, TP = 4. Semakin tinggi skor yang dicapai seseorang berarti semakin tinggi kecemasan yang dimilikinya ketika harus berbicara di depan umum. Sebaliknya, semakin rendah skor yang dicapai seseorang maka semakin rendah pula tingkat kecemasan yang dimilikinya dalam berbicara di depan umum. Penyusunan alat ukur ini untuk lebih jelasnya dijabarkan dalam bentuk Blue Print pada tabel berikut ini : Tabel 2. Blue Print Skala Kecemasan Berbicara di Depan Umum No Aspek Indikator perilaku Jumlah aitem F Fav Unfav 1. Komponen fisik 1. Jantung jantung cepat 2. Suara yang bergetar 3. Kaki gemetar 4. Kejang perut 5. Sulit bernafas 6. Berkeringat 3 3 3 3 3 4 2 2 2 2 2 1 30 2. Komponen proses mental 1. Sering mengulang kata atau kalimat 2. Sulit untuk mengingat fakta secara tepat 3. Melupakan hal-hal yang penting 4. Tidak tahu apa yang harus diucapkan selanjutnya 3 3 3 3 2 2 2 2 20 3. Komponen Emosional 1. Munculnya rasa tidak mampu 2. Munculnya rasa takut 3. Munculnya rasa kehilangan kendali 2 3 3 3 2 15 Total 39 26 65 Astrid Indi Dwisty Anwar : Hubungan Antara Self-Efficacy Dengan Kecemasan Berbicara Di Depan Umum Pada Mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara, 2009.

2. Skala self-efficacy

Alat ukur yang digunakan untuk mengukur self-efficacy adalah skala self- efficacy yang dirancang sendiri oleh peneliti dengan berdasarkan pada aspek- aspek self-efficacy yang dikemukakan oleh Bandura 1997, yaitu level, generality, dan strength. Model skala ini menggunakan model skala Likert. Aitem-aitem dalam skala ini merupakan pernyataan dengan empat pilihan jawaban, yaitu SS sangat sesuai, S sesuai, TS tidak sesuai, STS sangat tidak sesuai. Skala disajikan dalam bentuk pernyataan favorable dan unfavorable. Skor yang diberikan bergerak dari 1 sampai 4. Bobot penilaian untuk pernyataan favorable yaitu : SS = 4, S = 3, TS = 2, STS = 1, sedangkan bobot penilaian untuk pernyataan unfavorable yaitu : SS = 1, S = 2, TS = 3, STS = 4. Semakin tinggi skor yang dicapai seseorang berarti semakin tinggi self- efficacy yang dimilikinya. Sebaliknya, semakin rendah skor yang dicapai seseorang berarti semakin rendah self-efficacy yang dimilikinya. Penyusunan alat ukur ini untuk lebih jelasnya dijabarkan dalam bentuk Blue Print pada tabel berikut ini : Tabel 3. Blue Print Skala Self-Efficacy No Aspek Jumlah Item Total Fav Unfav 1. Level 10 10 20 2. Generality 10 10 20 3. Strength 10 10 20 T O T A L 60 Astrid Indi Dwisty Anwar : Hubungan Antara Self-Efficacy Dengan Kecemasan Berbicara Di Depan Umum Pada Mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara, 2009.

E. Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur 1. Validitas

Validitas adalah sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsi ukurnya. Valid tidaknya suatu alat ukur tergantung pada mampu tidaknya alat ukur tersebut mencapai tujuan pengukuran yang dikehendaki dengan tepat Azwar, 2000. Validitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah validitas isi content validity. Validitas ini merupakan validitas yang diestimasi lewat pengujian terhadap isi tes dengan analis rasional atau lewat professional judgment Azwar, 2000. Professional jugement di dalam penelitian ini adalah dosen pembimbing penelitian ini.

2. Reliabilitas

Reliabilitas alat ukur menunjukkan derajat keajegan atau konsistensi alat yang bersangkutan, bila diterapkan beberapa kali pada kesempatan yang berbeda Hadi, 2000. Reliabilitas alat ukur yang dapat dilihat dari koefisien reliabilitas merupakan indikator konsistensi atau alat kepercayaan hasil ukur, yang mengandung makna kecermatan pengukur Azwar, 2000. Uji reliabilitas alat ukur dalam penelitian ini menggunakan pendekatan internal consistency Cronbach’s alpha coefficient yang hanya memerlukan satu kali pengenaan tes tunggal pada sekelompok individu sebagai subjek dengan tujuan untuk melihat konsistensi di dalam tes itu sendiri. Teknik ini dipandang ekonomis, praktis, dan berefisiensi tinggi, sehingga hasil penelitian dapat digeneralisasikan pada populasi Azwar, 2000. Astrid Indi Dwisty Anwar : Hubungan Antara Self-Efficacy Dengan Kecemasan Berbicara Di Depan Umum Pada Mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara, 2009.

3. Daya beda aitem

Uji daya beda aitem dilakukan untuk melihat sejauh mana aitem mampu membedakan antara individu atau kelompok yang memiliki satu atau yang tidak memiliki atribut yang diukur. Dasar kerja yang digunakan dalam analisis aitem ini adalah dengan memilih aitem yang mengukur hal yang sama dengan yang diukur oleh tes secara keseluruhan Azwar, 2007. Pengujian daya beda aitem ini menghendaki dilakukannya komputasi koefisien korelasi antara distribusi skor pada setiap aitem dengan suatu kriteria yang relevan yaitu distribusi skor skala itu sendiri. Komputasi ini menghasilkan koefisien korelasi item total yang dapat dilakukan dengan menggunakan formula koefisien korelasi Pearson Product Moment. Prosedur pengujian ini akan menghasilkan koefisen korelasi aitem total yang dikenal dengan indeks daya beda aitem Azwar, 2007.

4. Hasil uji coba alat ukur

Uji coba skala self-efficacy dan kecemasan berbicara di depan umum dilakukan terhadap 170 mahasiswa dari beberapa fakultas di USU meliputi Fakultas Kesehatan Masyarakat, Fakultas Ilmu Soasial dan Ilmu Politik, Fakultas Ekonomi, dan Program Studi Keperawatan. Astrid Indi Dwisty Anwar : Hubungan Antara Self-Efficacy Dengan Kecemasan Berbicara Di Depan Umum Pada Mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara, 2009. a. Hasil uji coba skala self-efficacy Hasil ujicoba skala self-efficacy menunjukkan bahwa alat ukur valid dan reliabel, dimana nilai koefisien reliabilitas alpha sebesar 0,907 dengan kisaran nilai corrected item total correlation yang bergerak dari 0,305 – 0,570. Jumlah aitem skala self-efficacy yang di ujicobakan adalah 60 aitem. setelah dilakukan ujicoba jumlah aitem yang baik adalah sebanyak 39 aitem dengan koefisien korelasi r xx minimal 0,300. Jumlah aitem yang baik tersebut didasarkan pendapat Azwar 2000 yang menyatakan bahwa semua aitem yang mencapai koefisien korelasi minimal 0,300, daya pembedanya dianggap memuaskan. Distribusi aitem yang dipakai pada skala self-efficacy dapat dilihat pada tabel 4. Tabel 4. Distribusi Aitem-aitem Skala Self-efficacy setelah uji coba No. Aspek Aitem Jlh F UF 1. Level 2, 13, 14, 25, 26, 37, 38, 50 7, 8, 19, 20, 31, 32, 44, 55 16 2. Generality 3, 4, 16, 27, 28, 39, 51, 52 9, 10, 22, 33, 34, 46, 57 15 3. Strength 5, 29, 41 12, 23, 24, 35, 47 8 Total 19 20 39 Sebelum skala digunakan untuk penelitian, terlebih dahulu aitem disusun kembali seperti pada tabel 5. Astrid Indi Dwisty Anwar : Hubungan Antara Self-Efficacy Dengan Kecemasan Berbicara Di Depan Umum Pada Mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara, 2009. Tabel 5. Distribusi Aitem-aitem Skala Self-efficacy pada saat penelitian No. Aspek Aitem Jlh F UF 1. Level 1, 10, 11, 18, 19, 28, 29, 35 5, 6, 13, 14, 23, 24, 32, 38 16 2. Generality 2, 3, 12, 20, 21, 30, 36, 37 7, 18, 15, 25, 26, 33, 39 15 3. Strength 5, 29, 41 12, 23, 24, 35, 47 8 Total 19 20 39 a. Hasil uji coba skala kecemasan berbicara di depan umum Hasil ujicoba skala kecemasan berbicara di depan umum menunjukkan bahwa alat ukur valid dan reliabel, dimana nilai koefisien reliabilitas alpha sebesar 0,948 dengan kisaran nilai corrected item total correlation yang bergerak dari 0,324 – 0,669. Jumlah aitem skala kecemasan berbicara di depan umum yang di ujicobakan adalah 65 aitem. setelah dilakukan ujicoba jumlah aitem yang baik adalah sebanyak 52 aitem dengan koefisien korelasi r xx minimal 0,300. Jumlah aitem yang baik tersebut didasarkan pendapat Azwar 2000 yang menyatakan bahwa semua aitem yang mencapai koefisien korelasi minimal 0,300, daya pembedanya dianggap memuaskan. Distribusi aitem yang dipakai pada skala kecemasan berbicara di depan umum dapat dilihat pada tabel 6. Astrid Indi Dwisty Anwar : Hubungan Antara Self-Efficacy Dengan Kecemasan Berbicara Di Depan Umum Pada Mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara, 2009. Tabel 6. Distribusi Aitem-aitem Skala Kecemasan berbicara di depan umum setelah uji coba No. Aspek Indikator perilaku Aitem Jlh F UF 1. Komponen Fisik Jantung jantung cepat 1, 14, 10 25 4 Suara yang bergetar 3, 21, 27 8, 15 5 Kaki gemetar 4, 16, 30 9, 26 5 Kejang perut 5, 10, 17 - 3 Sulit bernafas 2, 11, 18 13, 29 5 Berkeringat 7, 19, 23, 28 - 4 2. Komponen Proses Mental Sering mengulang kata atau kalimat 31, 37, 42 34 4 Sulit untuk mengingat fakta secara tepat 33,44, 48 39, 50 5 Melupakan hal- hal yang penting 32, 41, 45 36 4 Tidak tahu apa yang harus diucapkan selanjutnya 35, 43, 49 40, 47 5 3. Komponen Emosional Munculnya rasa tidak mampu 54, 57 51, 60 4 Munculnya rasa takut 56, 59, 64 - 3 Munculnya rasa kehilangan kendali 52 - 1 Total 37 15 52 Astrid Indi Dwisty Anwar : Hubungan Antara Self-Efficacy Dengan Kecemasan Berbicara Di Depan Umum Pada Mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara, 2009. Sebelum skala digunakan untuk penelitian, terlebih dahulu aitem disusun kembali seperti pada tabel 7. Tabel 7. Distribusi Aitem-aitem Skala Kecemasan berbicara di depan umum pada saat penelitian No. Aspek Indikator perilaku Aitem Jlh F UF 1. Komponen Fisik Jantung jantung cepat 1, 12, 40 21 4 Suara yang bergetar 23, 31, 45 7, 13 5 Kaki gemetar 4, 14, 26 33, 38 5 Kejang perut 9, 15, 39 - 3 Sulit bernafas 10, 16, 27 26, 46 5 Berkeringat 17, 24, 44, 52 - 4 2. Komponen Proses Mental Sering mengulang kata atau kalimat 2, 22, 48 30 4 Sulit untuk mengingat fakta secara tepat 5, 29, 42 20, 34 5 Melupakan hal- hal yang penting 18, 36, 51 32 4 Tidak tahu apa yang harus diucapkan selanjutnya 8, 19, 43 35, 41 5 3. Komponen Emosional Munculnya rasa tidak mampu 47, 49 3, 28 4 Munculnya rasa takut 6, 37, 50 - 3 Munculnya rasa kehilangan kendali 11 - 1 Total 37 15 52 Astrid Indi Dwisty Anwar : Hubungan Antara Self-Efficacy Dengan Kecemasan Berbicara Di Depan Umum Pada Mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara, 2009.

F. Prosedur Pelaksanaan Penelitian

Prosedur pelaksanaan penelitian terdiri dari tiga tahap. Ketiga tahap tersebut yaitu persiapan penelitian, pelaksanaan penelitian, dan pengolahan data.

1. Persiapan penelitian

Tahap persiapan penelitian terdiri dari: a. Pembuatan alat ukur Sebelum alat ukur dibuat maka hal pertama yang dilakukan oleh peneliti adalah menentukan aspek-aspek dari suatu alat ukur. Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini ada dua, yaitu skala self-efficacy dan skala kecemasan berbicara di depan umum. Skala skala self-efficacy disusun berdasarkan pada aspek-aspek self-efficacy yang dikemukakan oleh Bandura 1997. Skala self- efficacy yang disusun oleh peneliti berjumlah 60 aitem. Skala kecemasan berbicara di depan umum disusun berdasarkan pada komponen-komponen kecemasan berbicara di depan umum yang dikemukakan oleh Rogers 2004. Skala perilaku diet yang disusun oleh peneliti berjumlah 65 aitem. b. Uji coba alat ukur Setelah alat ukur disusun, maka tahap selanjutnya yang dilakukan adalah melakukan uji coba alat ukur. Uji coba alat ukur dilakukan pada tanggal 3 November 2009 sampai 10 Oktober 2009 kepada 170 mahasiswa dari beberapa Astrid Indi Dwisty Anwar : Hubungan Antara Self-Efficacy Dengan Kecemasan Berbicara Di Depan Umum Pada Mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara, 2009. fakultas di USU meliputi Fakultas Kesehatan Masyarakat, Fakultas Ilmu Soasial dan Ilmu Politik, Fakultas Ekonomi, dan Program Studi Keperawatan. c. Revisi alat ukur Setelah peneliti melakukan uji coba alat ukur maka peneliti menguji validitas dan reliabilitas skala. Setelah diketahui aitem-aitem yang memenuhi validitas dan reliabilitasnya, maka kemudian peneliti menyusun aitem-aitem tersebut ke dalam alat ukur yang digunakan untuk mengambil data penelitian. Skala dibuat dalam bentuk buku dari kertas berukuran A4 yang dibagi dua dengan huruf Times New Roman ukuran 14.

2. Pelaksanaan penelitian

Pengambilan data penelitian dilakukan pada tanggal 18 November 2009 sampai dengan 24 November 2009 kepada 184 mahasiswa Fakultas Psikologi USU dari angkatan 2005 sampai dengan 2008.

G. Metode Analisis Data

Analisis data yang digunakan untuk melihat hubungan antara self-efficacy dengan kecemasan berbicara di depan umum adalah dengan menggunakan korelasi Pearson product moment. Cara penghitungannya dibantu dengan menggunakan program SPSS 16.0 for windows. Sebelum dilakukan analisa data terlebih dahulu akan dilakukan uji asumsi terhadap hasil penelitian yang meliputi uji normalitas dan linearitas. Astrid Indi Dwisty Anwar : Hubungan Antara Self-Efficacy Dengan Kecemasan Berbicara Di Depan Umum Pada Mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara, 2009. 1. Uji normalitas Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah distribusi dari penelitian masing-masing variabel yaitu variabel bebas dan terikat telah menyebar secara normal. Uji Normalitas sebaran dianalisis dengan menggunakan Kolmogorov-Smirnov, dengan bantuan SPSS for windows versi 16. 2. Uji linearitas Uji linearitas digunakan untuk mengetahui apakah distribusi data penelitian, yaitu variabel bebas self-efficacy dan variabel terikat kecemasan berbicara di depan umum memiliki hubungan linear. Uji linearitas dilakukan dengan menggunakan analisa varians ANAVA dan Scatter Plot dengan bantuan SPSS for windows versi 15. Astrid Indi Dwisty Anwar : Hubungan Antara Self-Efficacy Dengan Kecemasan Berbicara Di Depan Umum Pada Mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara, 2009.

BAB IV ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini akan diuraikan mengenai keseluruhan hasil penelitian. Pembahasan akan dimulai dengan memberikan gambaran umum subjek penelitian dilanjutkan dengan analisa dan pembahasan hasil penelitian.

A. Gambaran Umum Subjek Penelitian

Populasi penelitian ini adalah mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara. Subjek penelitian adalah mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara angkatan 2008, 2007, 2006, dan 2005 berjumlah 184 orang. Dari 184 orang subjek diperoleh gambaran subjek sebagai berikut.

1. Jenis Kelamin Subjek Penelitian

Berdasarkan jenis kelamin subjek penelitian maka diperoleh gambaran penyebaran subjek seperti terdapat pada tabel berikut: Tabel 8.Gambaran Subjek Berdasarkan Jenis Kelamin Jenis Kelamin N Persentase Perempuan 159 86,4 Laki – laki 25 13,6 Total 184 100 Astrid Indi Dwisty Anwar : Hubungan Antara Self-Efficacy Dengan Kecemasan Berbicara Di Depan Umum Pada Mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara, 2009.

Dokumen yang terkait

Hubungan antara Self-efficacy dengan Self-regulated Learning pada Mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara

10 89 124

HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN KECEMASAN SAAT BERBICARA DIDEPAN UMUM PADA MAHASISWA FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS Hubungan antara Konsep Diri dengan Kecemasaan saat Berbicara di Depan Umum pada Mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah S

0 3 13

HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN KECEMASAN SAAT BERBICARA DI DEPAN UMUM PADA MAHASISWA FAKULTAS Hubungan antara Konsep Diri dengan Kecemasaan saat Berbicara di Depan Umum pada Mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta.

0 4 17

HUBUNGAN ANTARA SELF-EFFICACY DENGAN KECEMASAN MENGHADAPI UJIAN SKRIPSI PADA MAHASISWA PSIKOLOGI Hubungan antara Self-Efficacy dengan Kecemasan Menghadapi Ujian Skripsi pada Mahasiswa Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta.

0 4 13

HUBUNGAN ANTARA SELF-EFFICACY DENGAN KECEMASAN MENGHADAPI UJIAN SKRIPSI PADA MAHASISWA PSIKOLOGI Hubungan antara Self-Efficacy dengan Kecemasan Menghadapi Ujian Skripsi pada Mahasiswa Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta.

0 4 18

HUBUNGAN ANTARA BERPIKIR POSITIF DENGAN KECEMASAN BERBICARA DI DEPAN UMUM Hubungan Antara Berpikir Positif Dengan Kecemasan Berbicara Di Depan Umum.

0 2 15

HUBUNGAN ANTARA BERPIKIR POSITIF DENGAN KECEMASAN BERBICARA DI DEPAN UMUM Hubungan Antara Berpikir Positif Dengan Kecemasan Berbicara Di Depan Umum.

3 13 13

HUBUNGAN ANTARA KEPERCAYAAN DIRI DENGAN KECEMASAN BERBICARA DI DEPAN UMUM PADA MAHASISWA PSIKOLOGI

1 1 13

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. KECEMASAN BERBICARA DI DEPAN UMUM 1. Pengertian Kecemasan Berbicara - HUBUNGAN ANTARA KETERAMPILAN KOMUNIKASI, KEPERCAYAAN DIRI DAN SELF EFFICACY DENGAN KECEMASAN BERBICARA DI DEPAN UMUM P ADA MAHASISWA KEPERAWATAN S1 ANGKATAN 2

0 1 27

KECEMASAN BERBICARA DI DEPAN UMUM DITINJAU DARI SELF-EFFICACY MAHASISWA BARU UKWMS SKRIPSI

0 0 20