Lusianna M. E. Hutagalung : “Ngaben” Upacara Kematian Sebagai Salah Satu Atraksi Wisata Budaya Di Bali, 2009. USU Repository © 2009
BAB IV “NGABEN” UPACARA KEMATIAN SEBAGAI SALAH SATU ATRAKSI
WISATA BUDAYA DI BALI
4.1 Upacara Kematian “Ngaben”
Dalam ajaran agama Hindu, kewajiban orang tua adalah menyucikan pribadi anaknya secara utuh lahir maupun batin. Dalam keluarga Hindu upacara ini dilakukan
dengan formal sesuai dengan ritual upacara keagamaan yang disebut dengan upacara Manusia Yadnya. Upacara Manusia Yadnya dilakukan dari bayi berada 7 tujuh
bulan didalan kandungan megedong-gedongan, kelahiran bayi mapag rare, kepus pungsed nelahin, bayi berumur 42 hari tutug kambuhan, telung sasih nyambutin,
tumbuh gigi ngempugin, ketus gigi dapetan, upacara selanjutnya adalah upacara otonan dimana bayi berumur 210 hari yang disebut dengan otonan tuwun, yang
artinya bayi untuk pertama kali secara resmi boleh diturunkan menginjak tanah, serta ketika anak laki-laki berumur 14 tahun dan atau anak wanita sudah mengalami datang
bulan yang pertama maka diadakan upacara Ngeraja Sewala atau Metatah. Upacara Metatah ini menandakan bahwa anak yang sudah meningkat remaja
sudah memiliki sifat-sifat utama sebagai ciri sudah makin dewasa. Sifat-sifat utama itu adalah suatu kemampuan yang secara bertahap menghilangkan kebiasaan-
kebiasaan buruk. Kebiasaan buruk inilah yang merupakan perwujudan dari sifat-sifat Sad Ripu. Perwujudan Sad Ripu ini akan bisa ditekan dengan bimbingan orang tua
serta guru-guru yang ada, sehingga kebiasaan buruk Sad Ripu akan berubah menjadi
Lusianna M. E. Hutagalung : “Ngaben” Upacara Kematian Sebagai Salah Satu Atraksi Wisata Budaya Di Bali, 2009. USU Repository © 2009
Sad Guna. Pada saat Metatah, gigi yang dipapar adalah gigi yang berada dibagian rahang atas yang merupakan lambang dari sifat kedewaan, sedangkan gigi dibagian
rahang bawah adalah merupakan lambang dari sifat-sifat keraksasaan. Hidup yang baik adalah hidup yang mampu menguasai sifat-sifat keraksasaan
dengan bantuan kekuataan dari sifat kedewaan. Orang-orang yang mampu menguasai sifat-sifat keraksasaanlah yang akan mendapat karunia dari Ida Sang Hyang Widhi
Wasa. Kalau orang tua yang mampu membina anaknya akan menumbuhkan sifat-sifat baik, luhur dan menghilangkan sifat-sifat buruk itulah orang tua yang berhasil
sesungguhnya. Dan puncak kewajiban orang tua terhadap jenjang kehidupan anaknya adalah mengawinkan anaknya pawiwahan.
Didalam Upanisad disebutkan “Matri Deva Bhava, Pitri Deva Bhava” yang berarti bahwa ayah dan ibu ibarat dewa didalam keluarga, karena itu berbakti kepada
orang tua dan leluhur merupakan kewajiban suci bagi setiap putra atau yang disebut seputra. Anak harus berbakti kepada orang tuanya, baik semasa hidupnya maupun
setelah orang tua meninggal dunia. Pada saat orang tuanya meninggal, anak yang seputra mempunyai kewajiban untuk menyucikan roh leluhurnya. Upacara untuk
menyucikan roh leluhurnya inilah dalam ajaran Agama Hindu Bali disebut dengan upacara Pitra Yadnya. Proses ritual dari upacara ini melalui dua proses yaitu upacara
yang bertujuan mengembalikan unsur Panca Mahabhuta yang disebut Ngaben, serta upacara Atma Wedana dimana didalamnya termasuk upacara ngangget dan bingin,
mepegat, meajar-ajar serta ngelinggihang dimana upacara ini bertujuan untuk melepaskan atma dari ikatan sukma sarira. Blog; Ir. I Nengah Sudarsana,2008
Lusianna M. E. Hutagalung : “Ngaben” Upacara Kematian Sebagai Salah Satu Atraksi Wisata Budaya Di Bali, 2009. USU Repository © 2009
Jadi upacara kematian Ngaben harus dilakukan oleh seorang anak atau setiap putra atau yang disebut seputra. Upacara Ngaben dilakukan sebagai kewajiban untuk
menyucikan roh leluhur atau orang tua mereka yang telah meninggal dunia sesuai dengan ajaran agama Hindu.
4.2 Beberapa Pendapat Tentang Upacara Ngaben