Tari Serampang Dua Belas Warisan Asli Budaya Melayu Sebagai Salah Satu Atraksi Wisata Di Sumatera Utara

(1)

TARI SERAMPANG DUA BELAS WARISAN ASLI BUDAYA MELAYU

SEBAGAI SALAH SATU ATRAKSI WISATA DI SUMATERA UTARA

KERTAS KARYA

DIKERJAKAN

O

L

E

H

WINNY DWI ASTARI SANTOSA

NIM : 072204046

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS SASTRA

PROGRAM PENDIDIKAN NON GELAR

DALAM PROGRAM STUDI PARIWISATA

MEDAN


(2)

TARI SERAMPANG DUA BELAS WARISAN ASLI BUDAYA MELAYU

SEBAGAI SALAH SATU ATRAKSI WISATA DI SUMATERA UTARA

KERTAS KARYA

DIKERJAKAN

O

L

E

H

WINNY DWI ASTARI SANTOSA

NIM : 072204046

Pembimbing

Drs. Ridwan Azhar, M.Hum.

Kertas karya ini diajukan kepada panitia ujian

Program Pendidikan Non Gelar Fakultas Sastra USU Medan Untuk mendapatkan gelar Diploma III dalam

Program Studi Pariwisata

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS SASTRA

PROGRAM PENDIDIKAN NON GELAR

DALAM PROGRAM STUDI PARIWISATA

BIDANG KEAHLIAN USAHA WISATA

MEDAN

2010


(3)

Disetujui Oleh:

PROGRAM DIPLOMA SATRA DAN BUDAYA

FAKULTAS SASTRA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

PROGRAM STUDI PARIWISATA

KETUA JURUSAN

Drs. Ridwan Azhar M.Hum

NIP 195509231982031001


(4)

PENGESAHAN

Diterima oleh :

PANITIA UJIAN PROGRAM PENDIDIKAN NON GELAR SASTRA DAN BUDAYA FAKULTAS SASTRA USU MEDAN

UNTUK MELENGKAPI SALAH SATU SYARAT UJIAN DIPLOMA III DALAM BIDANG STUDI PARIWISATA

Pada : Tanggal : Hari :

PROGRAM PENDIDIKAN SASTRA DAN BUDAYA FAKULTAS SATRA

UNIVERSITAS SUMATERAUTARA

Dekan

Prof. Syaifuddin, MA, Ph.D, NIP 19650901994031004

Panitia Ujian

No. Nama Tanda Tangan

1. Drs. Ridwan Azhar, M.Hum. ( )

2. Drs. Mukthtar, S.Sos, SE. Par, MA. ( )

3. Zulfan Husairi, S.Sos, MSP. ( )


(5)

ABSTRAK

Kebudayaan daerah merupakan aset yang cukup penting bagi pengembangan kepariwisataan di Indonesia. Hal ini karena kebudayaan nasional kita merupakan puncak-puncak dari kebudayaan daerah yang dapat dijadikan aset bagi pengembangan sektor pariwisata. Dengan berkembangnya kepariwisataan Indonesia, diharapkan semakin baik pula kehidupan perekonomian masyarakat bangsa Indonesia yang cukup memprihatinkan.

Perkembangan ini tentunya membawa dampak positif bagi pemerintah Indonesia khususnya daerah untuk terus mengembangkan, mendayagunakan serta melestarikan segala hal yang dapat dijadikan sebagai daya tarik dan atraksi wisata bagi Indonesia. Salah satunya melalui pentas seni budaya yang disajikan sedemikian rupa untuk menarik minat kunjungan wisatawan. Untuk itu, pembinaan seni budaya mutlak dilakukan agar seni budaya tersebut dapat berkembang sekaligus dapat menjadi aset berhaga bagi dunia pariwisata Indonesia. Key word : Seni tari Melayu, Tari Serampang Dua Belas, Sumatera Utara.


(6)

KATA PENGANTAR

bismillaahirrahmaanirrahiim

Dengan mengucapkan syukur Alhamdulillah kepada Allah SWT atas segala rahmat, taufik dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Kertas Karya yang berjudul “Tari Serampang Dua Belas Warisan Asli Budaya Melayu Sebagai Salah Satu Atraksi Wisata di Sumatera Utara”.

Kertas karya ini diajukan untuk melengkapi tugas-tugas akhir dan sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar Ahli Madya Pariwisata. Dalam menyelesaikan kertas karya ini, penulis banyak menerima bimbingan dan pengarahan yang baik sehingga penulis dapat menyelesaikan kertas karya ini dengan baik walau pun masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih yang tidak terhingga kepada :

1. Bapak Prof. Chairuddin P. Lubis, DTM&H, Sp.A (K), selaku Rektor Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Prof. Syaifuddin, MA, Ph.D, selaku Dekan Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Drs. Ridwan Azhar, M.Hum, selaku Ketua Jurusan D-III Pariwisata Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara dan selaku dosen pembimbing dalam penulisan kertas karya ini.

4. Bapak Zulfan Husairi, S.Sos, MSP, selaku dosen pembaca dalam penulisan kertas karya ini.

5. Bapak Solahuddin Nasution, SE, MSP, selaku Koordinator Praktek Usaha Wisata D-III Pariwisata Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara.


(7)

6. Seluruh Dosen Jurusan Pariwisata yang telah mendidik dan membimbing penulis selama masa perkuliahan, dan para Staff Pegawai dan Pegawai Perpustakaan Dekan Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara.

7. Seluruh teman Usaha Wisata dan Perhotelan D-III Pariwisata 2007 yang telah memberikan motivasi kepada penulis dalam menyelesaikan studi dan kertas karya ini.

Teristimewa dengan setulus hati diucapkan terima kasih kepada kedua orang tua penulis, Ayah yang terkasih Erwin Santosa dan Ibu yang tercinta Sutri Satyani, yang selalu memberikan limpahan kasih sayang, semangat dan haturan do’a untuk berbuat yang terbaik demi masa depan penulis, dukungan moril dan materil serta memberikan segala sesuatu yang dibutuhkan oleh penulis, demikian juga untuk Ridzky Azhari Santosa yang merupakan saudara laki-laki penulis, yang telah membantu dan memberi motivasi kepada penulis dalam menyelesaikan kertas karya ini. Tidak lupa juga penulis mengucapkan terima kasih kepada Anggia Mayang Kencana yang juga telah memberikan motivasi serta terima kasih kepada Thakashi Hady yang juga memberikan motivasi, perhatian, kasih sayang dan keceriaan kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan kertas karya ini.


(8)

Ucapan terima kasih kepada Keluarga Besar Alm. Djubir Hasan yang telah memberikan semangat dan haturan do’a untuk sesuatu yang terbaik demi masa depan penulis. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada Sanggar Tari Daerah Taman Budaya Medan yang telah menbantu dan mendukung dalam memberikan literatur demi penulisan kertas karya ini sehingga penulis termotivasi dalam menyelesaikan kertas karya ini.

Akhirnya, kepada senua keluarga, sahabat dan teman-teman yang tidak dapat disebutkan satu persatu, terima kasih atas do’a, kebaikan, ketulusan dan dukungan kepada penulis selama proses penyelesaian kertas karya ini. Semoga tulisan ini dapat bermanfaat bagi penulis dan pembaca.

Medan, Maret 2010

Penulis

Winny Dwi Astari Santosa


(9)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK... i

KATA PENGANTAR……….. ii

DAFTAR ISI………. v

DAFTAR GAMBAR……… vii

BAB I : PENDAHULUAN……….. 1

1.1. Alasan Pemilihan Judul………... 1

1.2. Batasan Masalah……….. 4

1.3. Tujuan Penulisan……….. 4

1.4. Metode Penelitian……… 5

1.5. Sistematika Penulisan……….. 5

BAB II : URAIAN TEORITIS KEPARIWISATAAN……….. 7

2.1. Pengertian Pariwisata………. 7

2.2. Pengertian Wisatawan……… 8

2.3. Objek dan Daya Tarik Wisata……… 9

2.4. Motif Perjalanan………. 12

BAB III : GAMBARAN UMUM MASYARAKAT MELAYU 14 3.1. Sejarah Masyarakat Melayu……… 14

3.2. Pengertian Masyarakat Melayu………... 18


(10)

BAB IV : TARI SERAMPANG DUA BELAS WARISAN ASLI BUDAYA MELAYU SEBAGAI ATRAKSI WISATA

DI SUMATERA UTARA………. 24

4.1. Asal-Usul Tari Serampang Dua Belas………. 24

4.2. Teknik Dasar Tari Serampang Dua Belas……… 28

4.2.1. Teknik Tangan……….. 28

4.2.2. Teknik Kaki……….. 32

4.2.3. Teknik Kepala……….. 35

4.2.4. Teknik Mata………. 35

4.3. Ragam Gerak dan Busana Penari Tari Serampang Dua Belas……… 36

4.3.1. Ragam Gerak Tari Serampang Dua Belas…… 36

4.3.2. Busana Penari Tari Serampang Dua Belas…... 41

4.4. Tari Serampang Dua Belas Sebagai Atraksi Wisata di Sumatera Utara……….... 42

4.5. Upaya Pemerintah Untuk Melestarikan Tari Serampang Dua Belas……… 48

BAB V : PENUTUP……….. 52

DAFTAR PUSTAKA

DAFTAR RIWAYAT HIDUP


(11)

DAFTAR GAMBAR

• Gambar 4.1 Penari Wanita Tari Serampang Dua Belas……….. 27

• Gambar 4.2. Menyatukan Sapu Tangan……….. 32

• Gambar 4.3. Teknik kaki………. 33

• Gambar 4.3 Busana Penari Pria dan Wanita……… 41


(12)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Alasan Pemilihan Judul

Kebudayaan daerah merupakan aset yang cukup penting bagi pengembangan kepariwisataan di Indonesia. Hal ini karena kebudayaan Nasional merupakan puncak dari kebudayaan daerah yang dapat dijadikan modal untuk mengembangkan sektor pariwisata Indonesia. Dengan berkembangnya kepariwisataan Indonesia diharapkan semakin meningkat pula taraf hidup perekonomian masyarakat Indonesia.

Terciptanya kondisi perekonomian yang baik, maka pemerintah bersama dengan masyarakat berusaha melalui berbagai bidang usaha, salah satunya adalah pengembangan kebudayaan daerah atau seni budaya daerah agar dapat menjadi atraksi wisata yang mampu menarik minat kunjungan wisatawan baik wisatawan mancanegara maupun wisatawan domestik ke Sumatera Utara sehingga dapat memperkenalkan kebudayaan daerah tersebut sekaligus melestarikan warisan sejarah serta meningkatkan pendapatan negara (devisa).

Perkembangan kepariwisataan Indonesia dewasa ini sudah cukup baik yang ditandai dengan naiknya urutan kepariwisataan keperingkat kedua setelah pertanian sebagai penghasil devisa negara terbesar.


(13)

Perkembangan ini tentu saja menjadi pendorong bagi pemerintah Indonesia khususnya daerah untuk terus mengembangkan, meningkatkan dan mendayagunakan segala sesuatu hal yang dapat dijadikan sebagai daya tarik wisata bagi kepariwisataan Indonesia.

Salah satu cara untuk meningkatkan, mengembangkan dan mendayagunakan daya tarik wisata adalah melalui pentas seni dan budaya yang disajikan dengan menarik untuk ditampilkan kepada wisatawan. Untuk itu perlu diadakan pembinaan seni dan budaya mutlak dilakukan agar seni dan budaya Indonesia dapat dikenal oleh dunia internasional.

Pembinaan seni dan budaya itu dapat berupa bimbingan dan penyuluhan kepada kelompok-kelompok seni budaya maupun pewaris aktif dari suatu tradisi budaya agar tetap mempertahankan nilai-nilai budaya daerahnya serta terus aktif mengembangkannya agar dapat :

1. Memperluas kesempatan usaha dan lapangan pekerjaan. 2. Menjadi sumber pendapatan Negara (devisa).

3. Meningkatkan pendapatan langsung pada masyarakat dan pemerintah daerah. 4. Meratakan pendapatan masyarakat.

5. Mendorong pertumbuhan dan pengembangan wilayah, terutama daerah yang memiliki potensi sumber daya alam yang terbatas.


(14)

Medan merupakan salah satu daerah tujuan wisata di Indonesia yang memiliki keanekaragaman seni budaya dan objek wisata yang dapat dijadikan daya tarik wisata, khususnya bagi seni budaya Melayu di Kota Medan dan Sumatera Utara. Seperti yang diketahui bahwa etnis Melayu tersebar di beberapa daerah tingkat II yang merupakan daerah Pesisir Timur Sumatera Utara. Seni budaya Melayu sangat beranekaragam dan memiliki banyak nuansa yang berasal dari berbagai bangsa seperti India dan Arab.

Salah satu usaha pemerintah daerah Kota Medan untuk mengembangkan seni budaya Melayu adalah dengan mengadakan pertunjukan seni budaya secara kolosal seperti pesta budaya Melayu, pembinaan ronggeng, dan lain-lain. Usaha ini tentu saja membawa dampak yang baik sekali bagi usaha pelestarian dan pengembangan kepariwisataan Sumatera Utara khususnya Kota Medan melalui seni budaya masyarakat.

Sehubungan dengan hal di atas, maka kepariwisataan merupakan sarana yang tepat dalam pengembangan seni budaya Melayu di Kota Medan sebagai salah satu cara dalam melestarikan budaya daerah di Sumatera Utara. Untuk itu, penulis memilih judul Tari Serampang Dua Belas Warisan Asli Budaya Melayu sebagai Salah Satu Atraksi Wisata di Sumatera Utara.

Selain alasan yang telah disebutkan di atas, alasan utama memilih judul ini adalah karena seni dan budaya merupakan hal yang penting yang harus menjadi perhatian utama bagi kepariwisataan dalam usaha pengembangan kepariwisataan di Indonesia itu sendiri sebab seni dan budaya mempunyai daya jual yang tinggi dalam menarik minat kunjungan wisatawan.


(15)

1.2. Batasan Masalah

Dilihat dari sudut pandang keanekaragaman permasalahan mengenai pengembangan kepariwisataan yang mempunyai bentuk dan bagian yang beragam yang dapat dijadikan sebagai bahan penulisan kertas karya ini, maka penulis membatasi permasalahan mengenai Tari Serampang Dua Belas Warisan Budaya Melayu Sebagai Salah Satu Atraksi Wisata di Sumatera Utara. Namun demikian pembatasan ini tidak akan mengurangi arti dan penjelasan dari topik yang dibahas, tetapi agar penulis tidak keluar dari masalah yang akan dibahas.

1.3. Tujuan Penulisan

Adapun tujuan penulisan kertas karya ini adalah :

1. Sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan pendidikan non gelar pada program studi D3 Pariwisata di bidang Usaha Wisata pada Fakultas Sastra USU.

2. Memperkenalkan salah satu sisi daya tarik wisata Melayu dalam upaya pengembangan pariwisata Kota Medan melalui revitalisasi seni tari budaya Melayu Deli.

3. Menambah wawasan dan pengetahuan serta dapat menerapkan ilmu yang diperoleh dan mengetahui sejauh mana usaha pemerintah setempat dalam mengembangkan pariwisata daerah.


(16)

1.4. Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian dan pengkajian ini menggunakan dua metode, yaitu :

1. Studi Kepustakaan ( Library Research )

Penulis mengumpulkan data yang berhubungan dengan objek penulisan melalui buku-buku pedoman kepariwisataan, brosur, surat kabar, dan media cetak lainnya yang berkaitan dengan judul tersebut.

2. Penelitian Lapangan ( Field Research )

Penulis melakukan penelitian langsung ke sanggar tari untuk mengetahui secara langsung pembinaan dan pengembangan seni dan budaya Melayu Deli.

3. Browser

Selain memperoleh data-data yang diperlukan melalui studi kepustakaan, penulis juga memperoleh data melalui browsing internet, mengambil data yang berkaitan dengan judul tersebut.

1.5. Sistematika Penulisan

Dalam penulisan kertas karya secara ringkas dan jelas diuraikan dalam lima bab, dimana masing-masing bab terdiri dari sub-sub bahasan yang saling berkaitan penjabarannya, sebagai berikut :

BAB I : Berisikan tentang pendahuluan yang terdiri dari alasan pemilihan

judul, pembatasan masalah, tujuan penulisan, metode penelitian, dan sistematika penulisan.

BAB II : Menguraikan tentang kepariwisataan yang terdiri dari pariwisata,

objek dan daya tarik wisata, industri pariwisata, dan pengertian sarana dan prasarana pariwisata.


(17)

BAB III : Berisikan tentang gambaran umum masyarakat melayu yang terdiri

dari sejarah singkat dan pengertian masyarakat melayu, seni dan budaya serta kepercayaan masyarakat melayu.

BAB IV : Membahas tentang Tari Serampang Dua Belas merupakan warisan

budaya khas Melayu Deli serta hubungan pariwisata dan seni budaya, jenis-jenis budaya Melayu Deli, dan upaya untuk melestarikan serta mengembangkan seni dan budaya Melayu Deli tersebut.


(18)

ABSTRAK

Kebudayaan daerah merupakan aset yang cukup penting bagi pengembangan kepariwisataan di Indonesia. Hal ini karena kebudayaan nasional kita merupakan puncak-puncak dari kebudayaan daerah yang dapat dijadikan aset bagi pengembangan sektor pariwisata. Dengan berkembangnya kepariwisataan Indonesia, diharapkan semakin baik pula kehidupan perekonomian masyarakat bangsa Indonesia yang cukup memprihatinkan.

Perkembangan ini tentunya membawa dampak positif bagi pemerintah Indonesia khususnya daerah untuk terus mengembangkan, mendayagunakan serta melestarikan segala hal yang dapat dijadikan sebagai daya tarik dan atraksi wisata bagi Indonesia. Salah satunya melalui pentas seni budaya yang disajikan sedemikian rupa untuk menarik minat kunjungan wisatawan. Untuk itu, pembinaan seni budaya mutlak dilakukan agar seni budaya tersebut dapat berkembang sekaligus dapat menjadi aset berhaga bagi dunia pariwisata Indonesia. Key word : Seni tari Melayu, Tari Serampang Dua Belas, Sumatera Utara.


(19)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Alasan Pemilihan Judul

Kebudayaan daerah merupakan aset yang cukup penting bagi pengembangan kepariwisataan di Indonesia. Hal ini karena kebudayaan Nasional merupakan puncak dari kebudayaan daerah yang dapat dijadikan modal untuk mengembangkan sektor pariwisata Indonesia. Dengan berkembangnya kepariwisataan Indonesia diharapkan semakin meningkat pula taraf hidup perekonomian masyarakat Indonesia.

Terciptanya kondisi perekonomian yang baik, maka pemerintah bersama dengan masyarakat berusaha melalui berbagai bidang usaha, salah satunya adalah pengembangan kebudayaan daerah atau seni budaya daerah agar dapat menjadi atraksi wisata yang mampu menarik minat kunjungan wisatawan baik wisatawan mancanegara maupun wisatawan domestik ke Sumatera Utara sehingga dapat memperkenalkan kebudayaan daerah tersebut sekaligus melestarikan warisan sejarah serta meningkatkan pendapatan negara (devisa).

Perkembangan kepariwisataan Indonesia dewasa ini sudah cukup baik yang ditandai dengan naiknya urutan kepariwisataan keperingkat kedua setelah pertanian sebagai penghasil devisa negara terbesar.


(20)

Perkembangan ini tentu saja menjadi pendorong bagi pemerintah Indonesia khususnya daerah untuk terus mengembangkan, meningkatkan dan mendayagunakan segala sesuatu hal yang dapat dijadikan sebagai daya tarik wisata bagi kepariwisataan Indonesia.

Salah satu cara untuk meningkatkan, mengembangkan dan mendayagunakan daya tarik wisata adalah melalui pentas seni dan budaya yang disajikan dengan menarik untuk ditampilkan kepada wisatawan. Untuk itu perlu diadakan pembinaan seni dan budaya mutlak dilakukan agar seni dan budaya Indonesia dapat dikenal oleh dunia internasional.

Pembinaan seni dan budaya itu dapat berupa bimbingan dan penyuluhan kepada kelompok-kelompok seni budaya maupun pewaris aktif dari suatu tradisi budaya agar tetap mempertahankan nilai-nilai budaya daerahnya serta terus aktif mengembangkannya agar dapat :

1. Memperluas kesempatan usaha dan lapangan pekerjaan. 2. Menjadi sumber pendapatan Negara (devisa).

3. Meningkatkan pendapatan langsung pada masyarakat dan pemerintah daerah. 4. Meratakan pendapatan masyarakat.

5. Mendorong pertumbuhan dan pengembangan wilayah, terutama daerah yang memiliki potensi sumber daya alam yang terbatas.

6. Memperkokoh kesatuan dan persatuan bangsa.


(21)

Medan merupakan salah satu daerah tujuan wisata di Indonesia yang memiliki keanekaragaman seni budaya dan objek wisata yang dapat dijadikan daya tarik wisata, khususnya bagi seni budaya Melayu di Kota Medan dan Sumatera Utara. Seperti yang diketahui bahwa etnis Melayu tersebar di beberapa daerah tingkat II yang merupakan daerah Pesisir Timur Sumatera Utara. Seni budaya Melayu sangat beranekaragam dan memiliki banyak nuansa yang berasal dari berbagai bangsa seperti India dan Arab.

Salah satu usaha pemerintah daerah Kota Medan untuk mengembangkan seni budaya Melayu adalah dengan mengadakan pertunjukan seni budaya secara kolosal seperti pesta budaya Melayu, pembinaan ronggeng, dan lain-lain. Usaha ini tentu saja membawa dampak yang baik sekali bagi usaha pelestarian dan pengembangan kepariwisataan Sumatera Utara khususnya Kota Medan melalui seni budaya masyarakat.

Sehubungan dengan hal di atas, maka kepariwisataan merupakan sarana yang tepat dalam pengembangan seni budaya Melayu di Kota Medan sebagai salah satu cara dalam melestarikan budaya daerah di Sumatera Utara. Untuk itu, penulis memilih judul Tari Serampang Dua Belas Warisan Asli Budaya Melayu sebagai Salah Satu Atraksi Wisata di Sumatera Utara.

Selain alasan yang telah disebutkan di atas, alasan utama memilih judul ini adalah karena seni dan budaya merupakan hal yang penting yang harus menjadi perhatian utama bagi kepariwisataan dalam usaha pengembangan kepariwisataan di Indonesia itu sendiri sebab seni dan budaya mempunyai daya jual yang tinggi dalam menarik minat kunjungan wisatawan.


(22)

1.2. Batasan Masalah

Dilihat dari sudut pandang keanekaragaman permasalahan mengenai pengembangan kepariwisataan yang mempunyai bentuk dan bagian yang beragam yang dapat dijadikan sebagai bahan penulisan kertas karya ini, maka penulis membatasi permasalahan mengenai Tari Serampang Dua Belas Warisan Budaya Melayu Sebagai Salah Satu Atraksi Wisata di Sumatera Utara. Namun demikian pembatasan ini tidak akan mengurangi arti dan penjelasan dari topik yang dibahas, tetapi agar penulis tidak keluar dari masalah yang akan dibahas.

1.3. Tujuan Penulisan

Adapun tujuan penulisan kertas karya ini adalah :

1. Sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan pendidikan non gelar pada program studi D3 Pariwisata di bidang Usaha Wisata pada Fakultas Sastra USU.

2. Memperkenalkan salah satu sisi daya tarik wisata Melayu dalam upaya pengembangan pariwisata Kota Medan melalui revitalisasi seni tari budaya Melayu Deli.

3. Menambah wawasan dan pengetahuan serta dapat menerapkan ilmu yang diperoleh dan mengetahui sejauh mana usaha pemerintah setempat dalam mengembangkan pariwisata daerah.


(23)

1.4. Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian dan pengkajian ini menggunakan dua metode, yaitu :

1. Studi Kepustakaan ( Library Research )

Penulis mengumpulkan data yang berhubungan dengan objek penulisan melalui buku-buku pedoman kepariwisataan, brosur, surat kabar, dan media cetak lainnya yang berkaitan dengan judul tersebut.

2. Penelitian Lapangan ( Field Research )

Penulis melakukan penelitian langsung ke sanggar tari untuk mengetahui secara langsung pembinaan dan pengembangan seni dan budaya Melayu Deli.

3. Browser

Selain memperoleh data-data yang diperlukan melalui studi kepustakaan, penulis juga memperoleh data melalui browsing internet, mengambil data yang berkaitan dengan judul tersebut.

1.5. Sistematika Penulisan

Dalam penulisan kertas karya secara ringkas dan jelas diuraikan dalam lima bab, dimana masing-masing bab terdiri dari sub-sub bahasan yang saling berkaitan penjabarannya, sebagai berikut :

BAB I : Berisikan tentang pendahuluan yang terdiri dari alasan pemilihan

judul, pembatasan masalah, tujuan penulisan, metode penelitian, dan sistematika penulisan.

BAB II : Menguraikan tentang kepariwisataan yang terdiri dari pariwisata,

objek dan daya tarik wisata, industri pariwisata, dan pengertian sarana dan prasarana pariwisata.


(24)

BAB III : Berisikan tentang gambaran umum masyarakat melayu yang terdiri

dari sejarah singkat dan pengertian masyarakat melayu, seni dan budaya serta kepercayaan masyarakat melayu.

BAB IV : Membahas tentang Tari Serampang Dua Belas merupakan warisan

budaya khas Melayu Deli serta hubungan pariwisata dan seni budaya, jenis-jenis budaya Melayu Deli, dan upaya untuk melestarikan serta mengembangkan seni dan budaya Melayu Deli tersebut.

BAB V : Penutup.


(25)

BAB II

URAIAN TEORITIS KEPARIWISATAAN

2.1. Pengertian Pariwisata

Ditinjau dari segi etimologinya, kata pariwisata berasal dari bahasa Sanksekerta yang terdiri dari dua suku kata, yaitu : Pari, yang memiliki arti keliling, berputar-putar, berkali-kali, dari dan ke. Wisata, yang memiliki arti perjalanan; berpergian. Dengan demikian, Pariwisata berarti perjalanan berkeliling ataupun perjalanan yang dilakukan berkali-kali, berputar-putar dari satu tempat ke tempat yang lain ataupun suatu perjalanan yang sempurna.

Pada tanggal 12-14 Juni 1958, diselenggarakan musyawarah Nasional Tourisme di Tretes, Jawa Timur, yang menghasilkan suatu istilah baru bagi kata Tourisme menjadi kata Pariwisata oleh Bapak Prof. Prijono yang pada saat itu menjabat sebagai Menteri Pendidikan dan Kebudayaan dan diresmikan pemakainnya untuk umum oleh Presiden Soekarno. Dan atas dasar tersebut maka pada tahun 1960, istilah Dewan tourisme Indonesia diganti menjadi Dewan Pariwisata Nasional. (Yoeti,1996 : 130)

Pengertian mengenai pariwisata tersebut di atas belum memberikan pengertian yang jelas dan tidak memiliki ketentuan-ketentuan mengenai batasan-batasan dari pengertian pariwisata tersebut.


(26)

Oleh Karena itu, sebagai bahan pertimbangan dapat kita lihat beberapa pendapat berikut mengenai pengertian pariwisata :

I. Menurut TAP MPRS NO. I-II/1960 disebut bahwa “Kepariwisataan dalam dunia modern pada hakekatnya adalah suatu cara untuk memenuhi kebutuhan manusia dalam member hiburan jasmani dan rohani, setelah beberapa saat bekerja serta mempunyai modal untuk melihat-lihat daerah lain (pariwisata dalam negeri).

II. Herman V. Sculalard, seorang ahli ekonomi Australia 1910, (dalam Sahat, 1997 : 112), menyatakan bahwa “Kepariwisataan merupakan penjumlahan kegiatan terutama yang berkaitan dengan kegiatan perekonomian, secara langsung berhubungan dengan keluar masuknya orang-orang asing ke suatu Negara, daerah maupun kota tertentu.

III. Salah Wahab dalam bukunya yang berjudul “An Introduction On Tourism Teory”, (dalam Yoeti, 1995 : 116) mengemukakan bahwa “Pariwisata adalah suatu aktivitas manusia yang dilakukan secara sadar yang mengadakan pelayanan secara bergantian di antara orang-orang dalam suatu Negara itu sendiri atau di luar negeri (meliputi pandiaman orang-orang dari daerah lain, daerah tertentu suatu negara atau benua) untuk sementara waktu dalam mencari kepuasan yang beraneka ragam dan berbeda dengan apa yang dialaminya dimana ia memperoleh pekerjaan tetap”.

2.2. Pengertian Wisatawan

Wisatawan adalah setiap orang yang melakukan perjalanan dari suatu tempat ke tempat lain dengan tujuan untuk menikmati perjalanan tanpa adanya paksaan. Sebagai bahan perbandingan dapat dilihat batasan wisatawan menurut para ahli kepariwisataan Inggris (dalam Yoeti, 1996 : 160) :

1. F.W. Ogilvie mengatakan bahwa wisatawan adalah semua orang yang memenuhi dua syarat, pertama bahwa mereka meninggalkan rumah kediamannya untuk jangka waktu kurang dari satu tahun, dan kedua bahwa sementara mereka pergi mereka mengeluarkan uang di tempat yang mereka kunjungi tidak untuk mencari nafkah di tempat tersebut.


(27)

2. A.J. Norwal mengatakan bahwa wisatawan adalah seorang yang memasuki wilayah di negeri asing dengan maksud atau tujuan apapun, asalkan bukan untuk tinggal selamanya atau usaha-usaha yang teratur melintasi perbatasan dan mengeluarkan uangnya di negeri yang di kunjungi, yang mana bukan diperoleh di negeri tersebut tetapi di negara lain.

Bila diperhatikan batasan-batasan tersebut maka seseorang itu dapat disebut wisatawan jika :

1. Perjalanan yang dilakukan lebih dari (24) jam. 2. Perjalanan yang dilakukan hanya sementara waktu.

3. Orang yang melakukan perjalanan tersebut tidak bermaksud untuk mencari nafkah di tempat atau daerah yang dikunjungi.

2.3. Objek dan Daya Tarik Wisata

Objek dan daya tarik wisata (tourist attraction) merupakan salah satu unsur pokok dalam pengembangan dunia kepariwisataan yang keberadaannya akan mendorong para wisatawan untuk mengunjunginya. Objek dan daya tarik wisata juga merupakan hal yang sangat penting dalam mensukseskan program pemerintah dalam melestarikan adat dan budaya bangsa sebagai aset yang dapat ditawarkan kepada wisatawan.

Objek dan daya tarik wisata dapat berupa alam, budaya, tata hidup dan sebagainya yang memiliki daya tarik dan nilai jual untuk dikunjungi ataupun dinikmati oleh wisatawan sekaligus merupakan sasaran utama wisatawan dalam mengunjungi suatu daerah atau negara. Dalam pengertian luas bahwa wisatawan dapat disebut sebagai objek daya tarik wisata.


(28)

Menurut UU No. 9/1990, objek dan daya tarik wisata memiliki pengertian tersendiri, yaitu :

a. Objek wisata adalah hal-hal yang menarik untuk dilihat, dirasakan oleh wisatawan yang bersumber pada alam saja.

b. Atraksi wisata adalah segala sesuatu yang menarik ntuk dilihat, dinikmati dan dirasakan oleh wisatawan yang merupakan hasil kerja manusia.

Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 24/1979 :

a. Objek wisata adalah perwujudan dari pada ciptaan manusia atau hidup, seni budaya, serta sejarah bangsa dari tempat atau keadaan alam yang memepunyai daya tarik bagi wisatawan untuk dikunjungi.

b. Atraksi wisata adalah semua yang diciptakan manusia berupa penyajian kebudayaan seperti tari-tarian, kesenian rakyat, upacara adat, dan lain-lain.

Sumber objek wisata sebagai daya tarik wisata dapat dikelompokkan menjadi empat kelompok yang terdiri dari beberapa unsur, yaitu :

a. Nature (alam) yaitu segala sesuatu yang berasal dari alam untuk dimanfaatkan dan diusahakan di tempat objek wisata yang dapat dinikmati dan memberikan kepuasan bagi wisatawan, misalnya keindahan alam, flora dan fauna, dan lain-lain.

b. Culture (kebudayaan) yaitu segala sesutau yang berupa daya tarik yang berasal dari seni dan kreasi manusia berupa kesenian, tari-tarian, upacara adat, keagamaaa, dan lain-lain.


(29)

c. Human (manusia) yaitu segala sesuatu yang merupakan aktivitas atau kegiatan manusia yang khas dan mempunyai daya tarik tersediri yang dapat dijadikan objek wisata, misalnya Suku Dayak di kalimantan, Suku Asmat di Irian Jaya dengan gaya dan cara hidup yang masih primitive sehingga menimbulkan keunikan tersendiri. d. Man Made (ciptaan manusia) yaitu segala sesuatu yang merupakan hasil karya

manusia ynag dapat dijadikan sebagai objek dan daya tarik wisata, misalnya candi-candi, prasasti, monument, kerajinan tangan, dan lain-lain.

Untuk mengembangkan objek wisata yang telah ada, pemerintah telah melakukan usaha pembenahan, misalnya dibidang prasarana yaitu dengan membangun dan merehabilitasi jalan-jalan menuju ke daerah objek wisata.

Ada beberapa syarat teknis dalam menentukan suatu daerah tujuan wisata atau objek wisata yang dapat dikembangkan, yaitu :

a. Adanya objek dan daya tarik wisata yang beraneka ragam (Site and Event Attraction). • Site Atrraction adalah bebrapa hal yang dimiliki oleh objek wisata pada saat objek

wisata itu telah ada atau daya tarik objek wisata itu bersamaan dengan adanya objek wisata tersebut.

• Event Atrraction adalah daya tarik wisata yang dibuat oleh manusia. b. Assebilitas adalah kemudahan untuk mencapai daerah objek wisata.

c. Amenitas adalah tersedianya sarana dan prasarana di objek wisata tersebut.

d. Tourist Organitation adalah adanya lembaga atau badan yang mengelola objek wisata sehingga tetap terpelihara.


(30)

Setiap orang yang melakukan perjalanan biasanya mempunyai alasan tertentu. Demikian pula dengan wisatawan, secara garis besar alasan dan keperluan wisatawan mengunjungi daerah wisata antara lain sebagai berikut :

1. Berdasarkan alasan dan tujuan perjalanan.

a. Business Tourism, yaitu jenis pariwisata yang pengunjungnya dating untuk tujuan berdagang, atau yang berhubungan dengan pekerjaan seperti menghadiri kongres, seminar, convention, symposium, musyawarah kerja, dll.

b. Educational Tourism, yaitu jenis pariwisata yang dilakukan oleh orang-orang yang bertujuan untuk studi atau mempelajari sesuatu bidang ilmu pengetahuan di daerah tujuan wisata yang dituju.

c. Vacational Tourism, yaitu jenis pariwisata yang dilakukan hanya untuk sekedar berlibur saja tanpa ada maksud atau tujuan tertentu.

2. Berdasarkan Waktu Kunjungan Wisata

a. Seasional Tourism, yaitu jenis pariwisata yang berlangsung pada musim-musim tertentu seperti musim panas, dan musim dingin yang biasanya ditandai dengan kegiatan olahraga.

b. Occational Tourism, yaitu jenis pariwisata yang dapat dihubungkan dengan suatu event seperti Galungan (Bali), Pesta Buah dan Bunga (Karo), dll.


(31)

3. Berdasarkan Jenis Objek Wisatanya

a. Cultural Tourism, yaitu jenis pariwisata yang dapat memotivasi seseorang untuk melakukan perjalanan karena adanya daya tarik dari seni budaya suatu daerah tujuan wisata.

b. Recunretional Tourism, yaitu jenis pariwisata yang sering disebut dengan wisata kesehatan dengan tujuan untuk sebauh kesembuhan dari penyakit, yang biasa dilakukan adalah mandi uap, mandi lumpur, dll.

c. Comertial Tourism, jenis pariwisata yang dapat dihubungkan dengan perdagangan international seperti expo, fair exhibition, dll.

d. Sport Tourism, yaitu jenis pariwisata yang dilakukan untuk melihat suatu pesta olahraga seperti World Cup, All England, dll.

e. Political Tourism, yaitu jenis pariwisata yang berhubungan dengan kegiatan politik seperti melihat peristiwa atau mkejadian pada suatu negara (Upacara kenegaraan, peringatan hari kemerdekaan, dll).

f. Social Tourism, yaitu jenis pariwisata social yang dapat dilihat dari segi penyelenggaraannya dan tidak mencari keuntungan seperti study tour, piknik, dll. g. Religion Tourism, yaitu jenis pariwisata yang dilakukan untuk menyaksikan


(32)

BAB III

GAMBARAN UMUM MASYARAKAT MELAYU

3.1. Sejarah Masyarakat Melayu

Bangsa Melayu dipercayai berasal dari golongan Austronesia. Kelompok pertama dikenal sebagai Melayu Proto. Mereka berpindah ke Asia Tenggara pada zaman batu baru (2500 SM). Keturunan pertamanya adalah masyarakat asli di Semenanjung Malaysia, Dayak di Serawak, Batak dan Komering di Sumatera.

Bangsa Melayu merupakan bangsa termuda di antara bangsa-bangsa lain di dunia. Dinamakan Melayu atau Malay karena berasal dari para pedagang muslim yang juga para mubaligh dimana sebagian besar berasal dari pesisir india Barat bagian utara (Gujarat) hingga bagian selatan (Malabar) selama abad 13 – 15 M.

Menurut defenisinya yang sudah lazim sejak awal abad ke 14 M, orang Melayu beragama Islam. Yang dikatakan dengan orang Melayu itu adalah mereka yang beragama Islam, yang menggunakan bahasa melayu sebagai bahasa sehari-hari, dan yang melaksanakan adat budaya Melayu.

Kedatangan bangsa asing (Belanda dan Inggris) yang mulai aktif di Nusantara ini, menganggap semua penduduk nusantara dan semenanjung Malaya oleh karena warna kulit dan profil tubuh yang memiliki kesamaan serta mampu memahami bahasa Melayu selaku lingua franca menyebut bangsa pribumi ini dengan nama bangsa Melayu. (dalam Ismail, 1991 : 10-11)


(33)

Hal ini diikuti pula oleh para sarjana Antropologi/Ethnologi Barat lainnya membuat teori bangsa pribumi di Semenanjung Malaya dan Nusantara berasal dari satu nenek moyang yang datang dari daratan Yunani dan melakukan perpindahan ke wilayah Indo-Cina dan Kamboja. Sejak itulah muncul ras Proto Melayu dan Deutro Melayu.

Adapun ciri-ciri dari ras proto Melayu dan deutro Melayu tersebut adalah : • Ras Negrito : Ciri-ciri rambut spiral atau keriting, warna kulit hitam,

bentuk kepala brachicephal dan tubuh kecil (negrito); misalnya suku Semang.

• Ras Weddoid : Tubuh kecil, warna kulit coklat muda, rambut ikal, bentuk kepala dolicephal dan hidung pesek; misalnya suku Kubu dan suku Toala.

• Ras Proto-Melayu : Rambut tidak keriting, warna kulit coklat muda, bentuk kepala brachiphal; misalnya suku Dayak dan suku Batak.

• Ras Deutro Melayu : Misalnya suku Aceh, Jawa, Bali, Melayu Pesisir dan Minangkabau. (Koentjaraningrat, 1998 : 137).

Suku Melayu Pesisir Timur adalah orang-orang yang menyatukan dirinya dalam suatu perbuatan yang serasi, lalu menamakan dirinya dengan suku Melayu Sumatera Timur serta memakai adat budaya secara sadar dan berkelanjutan. Suku ini berdiam dan bertempat tinggal di daerah pesisir Sumatera Timur yang merupakan kampung halaman mereka secara turun temurun.

Oleh karena itu, masyarakat ini merupakan salah satu penduduk pribumi Sumatera Utara yang sama kedudukannya dengan suku-suku lain yang ada di Sumatera utara, seperti suku Batak Toba, Karo, dan lainya.


(34)

Adapun daerah-daerah yang menjadi tempat tinggal atau kampung halaman bagi suku Melayu yakni :

1. Daerah tingkat II Kodya Binjai 2. Daerah tingkat II Kodya Medan 3. Daerah tingkat II Kabupaten Langkat 4. Daerah tingkat II Kodya Tebing Tinggi 5. Daerah tingkat II Kabupaten Asahan 6. Daerah tingkat II Kodya Tanjung Balai 7. Daerah tingkat II Kabupaten Deli Serdang 8. Daerah tingkat II Kabupaten Labuhan Batu

Kampung halaman masyarakat Melayu yang menyangkut segi kultural adalah : 1. Dimana ia berdiam dan bertempat tinggal,

2. Dimana ia mencari nafkah atau makan,

3. Dimana tempat dasar hidup kebudayaan yang dimiliki.


(35)

Pada umumnya masyarakat Melayu bermata pencaharian sebagi nelayan, sedangkan wanitanya banyak menghabiskan waktu mereka dengan menenun kain songket yang terkenal sampai keluar negeri karena keindahan benang emasnya. Wanita melayu memiliki jiwa entrepreunership tinggi seperti usaha home industry contohnya membuat makanan khas Melayu yaitu kue karas-karas, kue putu, halua (manisan), dan lain-lain.

Masyarakat Melayu memiliki keterbukaan dalam menerima kebudayaan dari luar yang tanpa mereka sadari hal tersebut mengakibatkan mengaburnya ciri khas atau identitas asli masyarakat Melayu itu sendiri. Hal ini disebabkan oleh kelengahan dan kurangnya perhatian masyarakat dalam menyaring pengaruh setiap budaya yang masuk ke dalam budaya mereka.

Suku bangsa Melayu dalam falsafahnya dapat disimpulkan berlandaskan pada lima dasar yaitu :

1. Melayu itu Islam : yang sifatnya universal dan demokratis bermusyawarah.

2. Melayu itu Berbudaya : yang sifatnya rasional dalam bahasa, tari, Pakaian yang tersusun dalam tingkah laku dan sebagainya.

3. Melayu itu Berturai : yaitu tersusun dalam masyarakat yang rukun dan tertib serta mengutamakan kerukunan dan kedamaian.

4. Melayu itu Berilmu : artinya pribadi yang diarahkan pada ilmu pengetahuan dan ilmu kebathinan agar marwah disegani orang untuk kebaikan umum.

5. Melayu itu Berakhlak : artinya setiap pribadi diarahkan untuk memiliki akhlak yang baik dan dapat menjadi contoh


(36)

teladan di masyarakat.

3.2. Pengertian Masyarakat Melayu

Suku bangsa Melayu adalah salah satu dari delapan masyarakat etnis budaya “asli” yang menetap di Provinsi Sumatera Utara. Walaupun terdapat beberapa perbedaan dalam corak adat istiadat serta kebiasaan di antara kelompok masyarakat ini, namun terdapat hal-hal mendasar yang universal, aspek-aspek dimana adat istiadat dan kebiasaan berpengaruh dan berperan dalam perwujudan sikap, karakter, respon, cara pandang dan lainnya merupakan ciri-ciri yang koresponden. Dari sudut kebahasaan, ungkapan, rasa bahasa dan gaya bahasa mendukung pula pemahaman mengenai karakteristik masyarakat penutur dan pemakai bahasa.

Masyarakat Melayu sesungguhnya bukanlah kumpulan masyarakat yang berlandaskan genealogis tetapi lebih merupakan suatu “Melting Pot” asal berbagai suku bangsa ataupun bangsa yang diikat oleh suatu kesatuan dengan landasan agama Islam bahasa Melayu (dengan berbagai dialek, sosiolek, kronolek, tempolek, maupun idiolek), berpakaian, beradat istiadat serta bertradisi Melayu.

Pengertian masyarakat Melayu dapat disimpulkan dalam tiga bidang :

a. Dalam arti luas : Merupakan rumpun melayu yang Masyarakatnya tersebar di daerah Indonesia, Malaysia, Muangthai dan sebagian dari pulau-pulau lautan teduh.


(37)

b. Dalam arti pertengahan : Bangsa Indonesia yang terdiri dari berpuluh puluh suku bangsa, berhimpun dalam satu kesatuan daerah

pemerintahan sendiri yang meliputi bekas Netherland-Indie dahulu. c. Dalam arti sempit : Masyarakat Melayu yang khusus

berdiam di dataran rendah/pantai sumatera timur dan daerah pantai lainnya yang juga dinamakan Melayu Pesisir.

3.3. Adat Istiadat Masyarakat Melayu

Setiap suku bangsa (etnis) pasti mempunyai peraturan adat yang berbeda dengan suku bangsa lainnya sesuai dengan pegangan dan pandangan hidup mereka masing-masing. Adat istiadat ini selalu berkaitan erat dengan sistem dan tata nilai dari budaya mereka masing-masing yang dijadikan panduan dalam bertingkah laku dan berperilaku sosial terhadap masyarakat lainnya.

Masyarakat Melayu seperti halnya kelompok masyarakat lain, memiliki adat istiadat yang berhubungan dengan alam kehidupan mereka yang dikenal dengan istilah Rites de Passage (Ritus Peralihan). Rites de Passage adalah ritus peralihan atau upacara adat dalam menghadapi perubahan kehidupan dari mulai lahir sampai meninggal dunia. Setiap peralihan tersebut selalu disertai dengan upacara khusus, misalnya usia balita memasuki usia remaja selalu disertai dengan upacara-upacara untuk memberikan bekal bagi si anak dalam menghadapi dunia remaja, dan lain-lain.


(38)

Adapun beberapa upacara peralihan dalam kehidupan masyarakat Melayu Deli, yaitu :

1. Adat Melenggang Perut atau Mandi Tian.

Upacara ini dilakukan ketika si ibu mengadung dan usia kandungannya telah mencapai usia 7 bulan. Adat ini harus dilakukan sekurang-kurangnya sekali dalam seumur hidup seorang ibu. Upacara ini dilakukan untuk membuang dan menjauhkan si ibu dari kesialan yang mungkin ada dalam diri si ibu dan sekaligus untuk membetulkan kedudukan si bayi dalam perut si ibu sehingga memudahkan proses melahirkan.

2. Adat Semasa Hamil.

Ketika usia kandungan si ibu mencapai 9 bulan, dianjurkan agar si ibu memasukkan beras, kelapa 1 buah, benang merah, tepak sirih, dan secaran air ke dalam sebuah bakul. Kelapa dibenamkan separuh ke dalam beras dan kelapa tersebut dililitkan benang merah serta sepasang lilin di atas kelapa sawit.

Kemudian ketika si bayi lahir, urinya dimasukkan ke dalam tempurung kelapa dan dicampurkan sedikit garam lalu di tanam di depan rumah.

3. Adat Bercukur.

Setelah bayi berumur 44 hari, maka diadakan acara cukur rambut sebanyak 5 atau 7 helai guna menghilangkan kesialan yang mungkin ada di dalam diri bayi lalu dimandikan dengan air bunga yang dicampur dengan limau purut. Setelah itu bayi ditepung tawari guna mengusir hantu atau setan kemudian barulah rambut si bayi dicukur.


(39)

4. Adat Menjejak Tanah.

Upacara ini dilakukan ketika bayi berumur 7 bulan yang bertujuan agar bayi terhindar dari gangguan makhluk halus. Dalam upacara ini kaki si bayi dicecahkan ke dalam piring-piring kecil yang berisi padi, beras kunyit, dan lain-lain yang telah diberikan ayat-ayat suci terlebih dahulu. Setelah itu barulah bayi menjejakkan kakinya ke tanah depan rumah.

5. Adat Berendoi atau Mengayun Anak.

Upacara ini biasa dilakukan pada saat usia bayi mencapai 1 tahun. Dalam upacara ini si bayi dinyanyikan lagu-lagu nasyid yang bertemakan Ketuhanan dan pembelajaran hidup yang bertujuan agar si anak menjadi pandai dan berguna bagi orang tuanya.

6. Adat Bertindik.

upacara ini dilakukan untuk bayi perempuan dimana tidak ada batasan umur untuk melakukan upacara bertindik ini.

7. Adat Khitanan.

Bagi bayi perempuan upacara ini dilakukan pada saat bayi masih kecil sedangkan bagi bayi laki-laki tidak ada batasan umur dalam melakukan upacara ini.

8. Upacara Kawinan dan Kematian.

Upacara perkawinan ini dilakukan jika anak telah mencapai usia dewasa atau akil baliq. Upacara perkawinan melayu sangat banyak prosesnya, mulai dari merisik hingga naik pelamin dan mandi berdimbar.


(40)

Begitu pula bila seseorang itu meninggal dunia maka seluruh sanak keluarga, anak, cucu akan mengadakan upacara bagi yang meninggal dunia seperti mengadakan kenduri 3 hari, 7 hari, 40 hari, 100 hari dan 1000 hari.

Secara umum, adat pada masyarakat Melayu Deli terbagi atas 4, yaitu :

1. Adat yang Sebenarnya Adat yaitu adat yang tidak lekang karena hujan, tidak lapuk karena panas atau disebut dengan adat pokok, karena tidak dapat diubah atau dihilangkan. Dalam adat terkandung ajaran atau norma-norma sosial masyarakat. Melayu dalam menghadapi arus perkembangan zaman, selain itu berhubungan langsung dengan kehidupan antara keluarga, masyarakat serta tatanan hidup berbangsa dan bernegara. Apabila ditinggalkan/ diubah maka seseorang itu dianggap sebagai orang yang memiliki budi pekerti dan tatanan hidup rimba sehingga dapat disamakan dengan kehidupan hewan atau binatang.

2. Adat yang Teradat yaitu tradisi atau kebiasaan yang berlaku bagi suatu kelompok masyarakat yang berbeda antara satu bangsa dengan bangsa lain walaupun masih di dalam satu etnis. Hal ini terjadi karena pengaruh alam dan lingkungan atau karena adanya pengaruh sentuhan budaya etnis lain (akulturasi budaya) yang disebabkan oleh pembauran masyarakat yang berbeda dalam satu daerah seperti adat perkawinan, adat mengayun anak atau berendoi, dan lain-lain.


(41)

3. Adat yang Diadatkan yaitu tradisi atau kebiasaan yang dijadikan adat karena perkembangan zaman disebabkan adat yang sudah lama dan tidak layak pakai lagi. Atau dapat pula merupakan pengambilan unsur budaya etnis lain karena dipandang lebih efektif seperti upacara proses pernikahan yang sekarang tidak lagi dilakukan seperti upacara merisik, melainkan langsung mengadakan acara peminangan karena telah ada kemufakatan terlebih dahulu.

4. Adat – Istiadat yaitu adat yang boleh digunakan dan boleh juga tidak digunakan bergantung pada situasi dan kondisi yang terjadi. Misalnya dalam menanam padi, dahulu selalu diadakan upacara tolak bala terlebih dahulu sebelum memulai menanam padi. Namun, bagi yang ingin tetap mengadakan upacara tersebut tidak ada pula larangannya.


(42)

BAB IV

TARI SERAMPANG DUA BELAS WARISAN BUDAYA MELAYU SEBAGAI SALAH SATU ATRAKSI WISATA DI SUMATERA UTARA

4.1. Asal Usul Tari Serampang Dua Belas

Tari Serampang Dua Belas merupakan tarian tradisional Melayu yang berkembang di bawah Kesultanan Serdang. Tarian ini diciptakan dan diperkenalkan oleh Sauti pada tahun 1938 pada saat diadakannya pertunjukan “muziek en Tonnel Vereeniging ANDALAS” pimpinan Madong Lubis di Gran Hotel Medan. Kemudian tarian ini digubah ulang oleh penciptanya antara 1950 – 1960. Sebelum bernama Serampang Dua Belas, tarian ini bernama Tari Pulau Sari, sesuai dengan judul lagu yang mengiringi tarian ini, yaitu lagu Pulau Sari.

Sedikitnya ada dua alasan mengapa nama tari pulau sari di ubah menjadi Tari Serampang Dua Belas, yaitu pertama karena nama tari pulau sari di nilai kurang tepat, hal ini disebabkan karena tarian ini bertempo cepat. Menurut Tengku Mira Sinar, nama tarian yang diawali dengan kata “pulau” biasanya bertempo rumba, seperti Tari Pulau Kampai dan Tari Pulau Putri. Sedangkan Tari Serampang Dua Belas memiliki gerakan bertempo cepat seperti tari Serampang Laut.

Berdasarkan hal itulah mengapa Tari Pulau Sari berubah nama menjadi Tari Serampang Dua Belas. Nama Dua Belas sendiri memiliki arti tarian dengan gerakan tercepat di antara lagu yang bernama serampang (Sinar, 2009 : 48).

Alasan kedua adalah penamaan Tari Serampang Dua Belas merujuk pada ragam gerak tarinya yang berjumlah 12, yaitu : pertemuan pertama, cinta meresap, memendam cinta, menggila mabuk kepayang, isyarat tanda cinta, menduga, masih belum percaya, jawaban, pinang-meminang, mengantar pengantin dan pertemuan kasih. (Sinar, 2009 : 49-52)


(43)

Menurut Tengku Mira Sinar (penari Tari Serampang Dua Belas), tarian ini merupakan hasil perpaduan gerak antara tarian Portugis dan Melayu Serdang. Pengaruh Portugis tersebut terlihat pada keindahan gerak tari dan kedinamisan irama musik yang mengiringinya.

Seni budaya Portugis memang mempengaruhi bangsa Melayu, terlihat dari gerak tari tradisionalnya (folklore) dan irama musik tari yang dinamis, dapat kita lihat dari tarian Serampang XII yang iramanya tari lagu dua. Namun kecepatannya (2/4) digandakan, gerakan kaki yang melompat-lompat dan lenggok badan serta tangan yang lincah persis seperti tarian Portugis

Tari Serampang Dua Belas ini merupakan tarian khas Melayu yang memiliki alur cerita. Tari ini berkisah tentang cinta suci antara dua anak manusia yang berawal dari pandangan pertamadan diakhiri dengan pernikahan yang telah direstui oleh kedua orang tua masing-masing.

Oleh karena tarian ini menceritakan bagaimana proses bertemunya dua hati tersebut, maka tarian ini ditarikan berpasangan yaitu laki-laki dan perempuan. Namun dahulu, pada awal perkembangannya tarian ini hanya dibawakan oleh laki-laki karena kondisi masyarakat pada saat itu melarang perempuan tampil di depan umum, terlebih lagi memperlihatkan lenggok-lenggok tubuhnya.

Beberapa waktu kemudian, perempuan telah mendapat izin untuk tampil membawakan tarian ini di depan umum. Dengan diperbolehkannya perempuan memainkan Tari Serampang Dua Belas ini membawa pengaruh positif terhadap perkembangan tarian ini.


(44)

Tari Serampang Dua Belas tidak hanya berkembang dan dikenal oleh masyarakat di wilayah Kesultanan Serdang saja, tetapi juga dikenal ke berbagai daerah di Indonesia, seperti Riau, Jambi, Kalimantan, dan Maluku. Selain wilayah-wilayah di Indonesia, tarian ini juga dikenal dan sering dipentaskan di mancanegara, seperti Malaysia, Singapura, Thailand dan Hongkong.

Keberadaan Tari Serampang Dua Belas yang semakin mendunia ternyata memantik kegelisahan sebagian masyarakat Serdang Bedagai khususnya dan Sumatera Utara pada umumnya. Kekhawatiran tersebut timbul dikarenakan dua hal, yaitu pertama, persebaran Tari Serampang Dua Belas ke berbagai daerah dan negara tidak diimbangi dengan transformasi kualitasnya. Artinya, transformasi Tari Serampang Dua Belas terjadi hanya pada bentuknya saja, bukan kepada tekniknya.

Menurut Jose Rizal Firdaus (Kompas, 1 Juli 2008), salah satu yang mengkhawatirkan dari berkembangnya Tari Serampang Dua Belas adalah adanya pendangkalan dalam hal teknik menari. Hal ini disebabkan oleh orang-orang di luar daerah Deli Serdang yang memainkan tarian ini tidak didukung oleh penguasaan teknik yang benar sehingga terjadi pergeseran teknik tari dari asalnya.

Hal yang kedua yaitu, minimnya kepedulian generasi muda terhadap Tari Serampang Dua Belas. Meluasnya persebaran tarian ini ke berbagai daerah ternyata tidak diimbangi dengan meningkatnya kecintaan generasi muda serdang bedagai terhadap tarian ini yang merupakan tarian yang berasal dari daerah tersebut. Kondisi ini tidak hanya menyebabkan Tari Serampang Dua Belas hilang tetapi juga dapat diklaim oleh pihak lain.


(45)

Gambar 4.1 Penari Wanita Tari Serampang Dua Belas.

Tari Serampang Dua Belas karya Sauti pernah sangat populer di Indonesia. Tari ini dipelajari dan ditarikan di seluruh daerah, tidak saja di Sumatra tetapi juga di pulau Jawa, Kalimantan, Sulawesi sampai ke Maluku. Demam Tari Serampang Dua Belas terjadi pada dekade 50-an hingga 60-an.

Puncaknya adalah Festival Tari Serampang Dua Belas12 Tingkat Nasional pernah diselenggarakan di Surabaya dan di Jakarta. Tahun 1963 Festival Tingkat Nasional III diselenggarakan di Medan, dan pada tahun itu juga Sauti meninggal dunia. Bahkan Tari Serampang Dua Belas sempat masuk ke dunia industri perfilman di masa itu.

Pendangkalan teknik tari Serampang Dua Belas antara lain disebabkan karena semangat untuk menyebar luaskan tari tersebut untuk dapat dipelajari dan ditarikan secara luas, mengorbankan kualitasnya. Tampilnya pelatih-pelatih tari daerah lain yang mempelajari tari Serampang Dua Belas secara instan turut menyumbangkan pergeseran teknik dasar tari Melayu yang menjadi acuan Sauti dalam menata tari Serampang Dua Belas pada dekade 50-an dan 60-an tidak ditunj60-ang deng60-an kesabar60-an untuk menerapk60-an latih60-an teknik tari Seramp60-ang Dua Belas secara detail. Kemudian peserta latihan yang tidak selektif.


(46)

4.2. Teknik Dasar Tari Serampang Dua Belas 4.2.1. Teknik Tangan

Lentik

Jemari dilentikkan selentik-lentiknya (maksimum) sehingga melengkung ke atas. Semakin lentik semakin bagus.

Genggam

Jemari dikepalkan, tetapi hanya jari telunjuk, jari tengah, dan jari manis saja yang merapat ketelapak tangan, sedangkan jari jempol dan kelingking hanya dibengkokkan tetapi tidak sampai merapak ke jemari lainnya maupun ketelapak tangan.

Jumput

Jari telunjuk dan jari jempol saling merapat sedangkan ketiga jari yang lainnya saling menjauh sehingga tidak rapat.

Kecak Pinggang

Kedua tangan dengan teknik genggam, yang kiri persis diletakkan di pinggang sisi kiri badan, dengan jari jempol dirapatkan ke pinggang, siku tangan menjauh dari badan ke sisi kiri membentuk segitiga, sementara tangan kanan dengan teknik genggam pula diletakkan dipinggang sisi kiri depan badan berdekatan dengan genggam tangan kiri. • Tersipu Malu

Tangan kanan dengan teknik jumput memegang kerah baju sebelah kanan dibawah leher, seolah-olah menutup bagian dada yang terbuka karena malu kelihatan.


(47)

Singsing

Tangan kiri dengan teknik jumput memegang kain ditentang paha di atas lutut kaki kiri kemudian menariknya ke atas dengan siku ditarik keluar menjauhi badan membentuk segitiga, lengan atas membentuk sudut 45º dengan tubuh. Demikian pula sebaliknya, jika singsing dilakukan dengan tangan kanan.

Melenggang Wanita

Kedua tangan jemari teknik jumput diayunkan di sisi kanan kiri tubuh kearah depan dan belakang seperti selayaknya orang melenggang, pada saat tangan berada di depan jemari ke arah bawah dengan pergelangan tangan di atas, tenaga diberikan di pergelangan tangan.

Tinggi tangan sejajar dengan pinggang, tetapi patah di siku. Tangan yang sedang berada di belakang menjauhi kearah luar belakang dengan jemari melentik kearah depan. Garis edar pergelangan tangan membentuk garis lengkung yang tidak memotong garis tubuh. Kepala ditolehkan dan mata melihat ke arah tangan yang berada di atas.

Pria

Kedua tangan dengan teknik genggam diayunkan di sisi kanan dan kiri tubuh ke arah depan atas dan bawah agak kebelakang, tetapi tidak terlalu menjauhi dari badan seperti pada gerakan wanita. Pada saat tangan berada di depan, tinggi tangan sejajar dengan peinggang, namun sedikit lebih tinggi dari wanita. Tangan yang satunya diayunkan ke bawah agak kebelakang di sisi tubuh. Kepala ditolehkan dan mata melihat ke arah tangan yang berada di atas.


(48)

Mendayung Wanita

Kedua tangan dengan jemari mempergunakan teknik jendit di mana pergelangan tangan diayunkan di sisi kanan dan kiri tubuh bagian atas, sebagaimana layaknya orang yang sedang mendayung. Posisi lengan atas membentuk sudut 45° dengan tubuh. Saat pergelangan tangan di atas jemari dalam posisi telentang dan kepala ditolehkan ke kanan mendekat ke pergelangan tangan kanan dan mata menatap ke pergelangan tangan. Pada saat yang sama, pergelangan tangan kiri diayunkan menjauh dari tubuh ke sebelah belakang kiri dengan posisi jemari telungkup.

Pria

Kedua tangan dengan jemari mempergunakan teknik genggam (pada masa dahulu jari tengah menjepit ujung kemeja agar tidak melorot). Pergelangan tangan diayunkan di sisi depan kanan dan kiri tubuh. Pada saat pergelangan tangan kanan diatas, maka kepala ditolehkan ke kanan sedang kan mata menatap pergelangan tangan kanan, pada saat yang sama pergelangan tangan kiri diayunkan menjauh ke sisi kiri bawah di bagian depan tubuh. Posisi jemari tetap tertelungkup.

Jepit Sapu Tangan Wanita

Jemari lentik, ujung saputangan diselipkan di antara tiga jari, telunjuk, tengah, dan manis, di mana jari tengah di sebelah bawah dan jari telunjuk serta manis di sebelah atas dan jari jempol turut memegang saputangan dari bawah jari telunjuk. Kedua tangan merentangkan saputangan sehingga merentang tegang.


(49)

Gambar 4.2. Menyatukan Sapu Tangan.

Pria

Jari jempol dan telunjuk menjepit ujung saputangan dan jari tengah serta manis ikut bersama jari telunjuk. Kedua tangan merentangkan saputangan sehingga merentang tegang.

4.2.2. Teknik Kaki

Menapak

Telapak kaki sepenuhnya merapat ke lantai, kecuali jari ujung yang agak diberi tenaga sehingga terangkat dari lantai.

Manumit

Hanya bagian tumit saja yang mencecah ke lantai, sedangkan ujung jari kaki sampai ke bagian tengah tidak cecah ke lantai. Pada posisi yang maksimal, telapak kaki membentuk sudut 45° dengan lantai.

Jinjit

Hanya ujung jari saja yang cecah ke lantai, sedangkan tumit sampai ke bagian tengah telapak kaki tidak cecah ke lantai.


(50)

Langkah Berjalan

Dengan teknik menapak, bergantian kaki kiri dan kanan diangkat setinggi betis bagi lelaki, dan di atas mata kaki bagi wanita. Pada saat kaki kanan diangkat, kaki kiri agak ditekuk pada lututnya, sehingga posisi badan merendah. Demikian sebaliknya.

Geser

Bergerak tanpa melangkah, bias dalam posisi manumit, menapak ataupun jinjit. • Langkah Celatuk

Posisi kaki jinjit, bergantian ujung jari kanan-kiri-kanan mencecah lantai, kemudian tumit kiri dilanjutkan dengan ujung jari kiri-kanan-kiri mencecah lantai kemudian tumit kaki kanan. Demikian seterusnya.

Gambar 4.3. Teknik kaki. • Goncek

Posisi kaki menapak, salah satu kaki digerakkan dengan menumit kemudian jinjit dan kembali menumit.


(51)

Lonjak

Hampir sama dengan goncek tetapi posisi kaki yang tadinya salah satu tetap menapak, maka pada lonjak pergantian gerak dilakukan dengan melonjak, sehingga pada suatu saat tidak ada kaki yang cecah ke lantai.

Langkah Bersilang

Posisi awal kaki menapak, hitungan pertama kaki kanan disilangkan ke depan kaki kiri sambil lutut ditekuk, hitungan kedua kaki kiri jinjit di belakang kaki kanan, hitungan ketiga kaki kanan menapak, hitungan ke empat kaki kiri diletakkan ke sisi kaki kanan sambil lutut ditekuk, hitungan kelima kaki kanan disilang di belakang kaki kiri sambil lutut ditekuk, hitungan ketujuh kaki kanan dilangkahkan menapak, hitungan kedelapan kali kiri diletakkan kaki kanan sambil jinjit.

Langkah Tiga

Posisi awal kaki menapak, hitungan pertama kaki kanan dilangkahkan menyilang di depan kaki kiri sambil lutut ditekuk, hitungan kedua kaki kiri disilangkan jinjit di belakang kaki kanan, hitungan ketiga kaki kanan manumit, hitungan ke empat kaki kiri diangkat menggantung sebetis kaki kanan sementara kaki kanan bergeser manumit agak ke kiri ada aksen pada tapak kaki kiri sehingga tapak kaki kiri bergerak, hitungan kelima kaki kiri pula diletakkan menyilang di depan kaki kanan, hitungan keenam kaki kanan diletakkan menyilang dibelakang kaki kiri, hitungan ketujuh kaki kiri manumit, hitungan kedelapan kaki kanan diangkat menggantung sebetis kaki kiri sementara kaki kiri bergeser menummit ke kanan.


(52)

Meniti Batang

Langkah berjalan mundur, dimana kaki kanan jinjit dan diletakkan di belakang tumit kaki kiri, kemudian kaki kiri jinjit dan diletakkan di belakang tumit kaki kanan dan seterusnya, sehingga membentuk garis baik lurus maupun melengkung.

4.2.3. Teknik Kepala

Tegak

Posisi kepala lurus pandangan mata rata air. • Tunduk

Kepala ditundukkan ke 45° ke bawah. • Dongak

Kepala ditengadahkan ke atas. • Toleh

Kepala diputar ke kanan atau ke kiri. • Teleng

Kepala dijatuhkan ke sisi kiri atau ke kanan tubuh.

4.2.4. Teknik Mata

Tatap

Mata melihat normal. • Kerling

Mata melihat dengan kepala menunduk, baik frontal kedepan ataupun menyerong ke kanan atau ke kiri depan.


(53)

Lirik

Mata melihat dengan sudut mata, baik ke kiri, ke kanan maupun jauh ke belakang kiri atau kanan.

4.3. Ragam Gerak dan Busana Penari Serampang Dua Belas 4.3.1. Ragam Gerak Serampang Dua Belas

Nama Tari Serampang Dua Belas di peroleh dari jumlah ragam gerak yang ada pada tari tersebut dimana setiap gerakan tari memiliki arti atau alur cerita mengenai tahapan-tahapan proses pencaharian jodoh hingga tahap pernikahan. Adapun ragam gerak yang terdapat pada Tari Serampang Dua Belas adalah :

1. Ragam I : Permulaan tari dengan gerakan berputar sembari melompat lompat kecil yang menggambarkan pertemuan pertama antara seorang laki-laki dan seorang perempuan. Gerakan ini bertutur tentang pertemuan sepasang anak muda yang diselingi sikap penuh tanda tanya dan malu-malu. 2. Ragam II : Gerakan tari yang dilakukan sembari berjalan kecil, lalu

berputar dan berbalik ke posisi semula sebagai symbol mulai tumbuh benih-benih cinta antara kedua insan. Ragam II ini bercerita tentang mulai tumbuhnya rasa suka di antara dua hati, akan tetapi mereka belum berani untuk


(54)

3. Ragam III : Pada ragam ini memperlihatkan gerakan berputar sebagai simbol sedang memendam cinta dalam tarian ini tampak pemuda dan pemudi semakin sering bertemu sehingga membuat cinta mereka semakin bersemi.

Namun, keduanya masih memendam rasa tanpa dapat

mengutarakannya. Gerakan dalam tarian ini menggambarkan kegundahan dua insan yang emmendam rasa.

4. Ragam IV : Pada ragam ini dilakukan dengan gerakan tarian seperti orang sedak mabuk sebagai simbol dari dua pasang kekasih yang sedang dimabuk kepayang. Gerak tari yang dimainkan dengan melenggak-lenggok dan terhuyung-huyung seperti orang mabuk. Pada ragam ini proses pertemuan jiwa sudah mulai mendalam dan tarian ini menggambarkan kondisi dua insan yang sedang dimabuk kepayang karena menahan rasa yang tak kunjung padam.

5. Ragam V : Ragam ini dilakukan dengan cara berjalan melenggak- lenggok sebagai symbol member isyarat. Pada raga mini perempuan berusaha mengutarakan perasaan suka dan cinta dengan memberi isyarat gerakan mengikuti pasangan secara teratur. Gerakan tari pada ragam V ini sering juga disebut dengan ragam gila.


(55)

6. Ragam VI : Merupakan gerakan tari dengan sikap goncet-goncet sebagai simbol membalas isyarat dari kedua insan yang sedang dilanda cinta. Pada raga mini digambarkan pihak laki-laki yang mencoba untuk menangkap isyarat yang diberikan oleh perempuan dengan menggerakkan sebelah tangan. Si pemuda dan pemudi kemudian melakukan gerakan tarian dengan langkah yang seirama antara pemuda dan pemudi

7. Ragam VII : Gerakan dimulai dengan menggerakkan sebelah kaki (kaki kiri/kanan) sebagai simbol menduga. Hal ini menggambarkan terjadinya kesepahaman antara dua pasang kekasih dalam menangkap isyarat yang saling diberikan. Dari isyarat ini mereka telah yakin untuk melanjutkan kisah yang telah mereka rajut hingga memasuki jenjang pernikahan. Setelah janji diucapkan, maka sepasang kekasih yang sedang dimabuk asmara tersebut pulang untuk bersiap-siap melanjutkan cerita indah berikutnya.

8. Ragam VIII : Dilakukan dengan gerakan melonjak maju-mundur sebagai simbol proses meyakinkan diri. Gerakan ini dilakukan dengan melompat sebanyak tiga kali sembari maju-mundur. Muda-mudi yang telah berjanji, mencoba kembali meresapi dan mencoba kembali meyakinkan diri untuk memasuki tahap kehidupan selanjutnya.


(56)

Gerakan tari dilakukan dengan gerak suka ria yang

menunjukkan sepasang kekasih sedang asyik bersenda gurau sebelum memasuki tahap pengenalan dengan kedua keluarga besar.

9. Ragam IX : Gerakan tari dimulai dengan melakukan gerakan melonjak sebagai simbol menunggu jawaban. Gerakan tari

menggambarkan upaya muda-mudi untuk meminta restu kedua orang tua mereka agar menerima pasangan yang telah mereka pilih. Kedua muda-mudi tersebut berdebar-debar menunggu jawaban dan restu dari orang tua mereka masing- masing.

10. Ragam X : Ragam ini meggambarkan gerakan saling mendatangi sebagai simbol dari proses peminangan dari pihak laki-laki kepada pihak perempuan. Setelah ada kepastian jawaban dan restu dari orang tua masing-masing, maka pihak laki-laki mengambil inisiatif untuk melakukan peminangan kepada pihak perempuan. Hal ini dilakukan agar cinta yang sudah lama bersemi dapat bersatu dalam sebuah ikatan suci pernikahan.


(57)

11. Ragam XI : Memperlihatkan gerakan jalan beraneka cara sebagai symbol dari proses mengantar pengantin ke pelaminan. Setelah lamaran yang diajukan pihak laki-laki diterima, maka kedua keluarga melangsungkan pernikahan. Gerakan tari biasanya dilakukan dengan gerakan tari yang ceria sebagai ucapan rasa syukur atas menyatunya dua kekasih yang sudah lama

dimabuk asmara menuju pernikahan dengan hati yang bahagia.

12. Ragam XII : Ragam ini merupakan ragam terakhir yang terdapat pada Tari Serampang Dua Belas ini. Ragam ini dimainkan dengan menggunakan sapu tangan sebagai simbol telah menyatunya dua hati yang saling mencintai dalam ikatan pernikahan. Pada ragam ini, gerakan dilakukan dengan sapu tangan yang saling terkait yang menggambarkan dua anak muda yang sudah siap untuk mengarungi biduk rumah tangga tanpa dapat dipisahkan baik dalam keadaan senang maupun susah.

Ragam tarian yang dimainkan dalam Tari Serampang Dua Belas semakin indah dan menarik dengan komposisi pakaian warna warni yang dipakai oleh penarinya. Lenggak-lenggok para penari yang begitu anggun dengan berbalut kain satin yang menjadi ciri khas pakaian adat Melayu di Pesisir Pantai Timur Sumatera. Sapu tangan melengkapi perpaduan pakaian tersebut yang kemudian dipergunakan sebagai media tari pada gerakan penutup Tari Serampang Dua Belas.


(58)

4.3.2 Busana Penari Serampang Dua Belas Wanita

Kain pelekat atau songket dengan baju kebaya panjang atau pun memakai kain dan kebaya dari bahan yang sama yang dikenal dengan istilah satu set. Selendang dililitkan dipinggang. Memakai sanggul dan hiasan bunga disamping dan sapu tangan diselipkan dikerah baju kebaya sebelah kiri. Boleh saja memakai perhiasan berupa bros, kalung, cincin, anting, gelang dan lain-lain selama tidak mengganggu gerakan pada saat menari, termasuk mempertimbangkan kalung agar tidak menyangkut pada saat menarik sapu tangan.

Gambar 4.4. Busana Penari Pria dan Wanita.

Pria

Celana panjang dan baju kurung dengan kerah teluk belanga maupun kerah tegak yang disebut kecak musang. Memakai kain samping dengan bahan kain songket, memakai kopiah dan sapu tangan dilipat diletakkan disaku kiri baju serta memakai sepatu atau sandal.

4.4. Tari Serampang Dua Belas Sebagai Atraksi Wisata di Sumatera Utara


(59)

Seni tari dalam kebudayaan Melayu Sumatera Utara mencakup ide, aktivitas maupun artefak. Seni tari mengekspresikan kebudayaan secara umum. Gerak tarian biasanya diinspirasikan dari pengalaman hidup sehari-hari. Seni tari juga mengikuti norma-norma yang digariskan oleh adat resam. Berbagai gerak mencerminkan halusnya budi masyarakat Melayu Sumatera Utara.

Tarian yang berkembang dalam Kebudayaan Melayu mengadung aspek gerak, irama dan nyanyian ini, biasanya dipertunjukkan dalam upacara adat, upacara ritual, keberhasilan panen, menyambut tamu-tamu penting ataupun sekedar untuk mempererat pengalaman dan meramaikan peristiwa penting, seperti pernikahan. Sementara dalam masyarakat modern, tari selain memiliki fungsi ritual dan religi juga selalu memiliki fungsi estetis, hiburan dan mengarah intelegensia masyarakatnya.

Media ungkap tari adalah gerak. Gerak tari merupakan gerak yang diperhalus dan diberi unsur estetis. Gerak dalam tari berfungsi sebagai media untuk mengkomunikasikan maksud-maksud tertentu dari koreografer. Keindahan tari terletak pada bentuk kepuasan, kebahagiaan, baik dari koreografer, peraga dan penikmat atau penonton. Kompetensi dasar dalam mempelajari seni tari mencakup praktik dasar dan mahir dalam penguasaan gerak tari meliputi tari tradisional maupun tari garapan, kemampuan memahami arah dan tujuan koreografer dalam konsep koreografi kelompok.

Kemampuan memahami dan berkarya tari (koreografi) adalah keterampilan khusus berhubungan dengan kepekaan koreografi, di sisi lain diharapkan memiliki kepekaan memahami aspek-aspek tari dan aspek keindahan secara teknis. Sebagai penyesuaian abad modern, kemampuan memahami dan membuat perangkat multimedia hubungannya dengan tari adalah bentuk penyesuaian sumber daya manusia dalam adaptasinya dengan teknologi.


(60)

Perwujudan ekspresi budaya melalui gerak yang dijiwai serta diikat nilai-nilai budaya menjadi patokan dasar atau standar ukur tari untuk dikaji menjadi bentuk tari-tarian daerah di Indonesia. Sebagai salah satu unsur terpenting kesenian di Indonesia dalam wujud performa gerak, dibutuhkan adanya kehidupan sosial dan spiritual masyarakat pendukungnya. Peran dan fungsi tarian yang begitu penting hingga kini pada puncak kesenian daerah menjadi simbol dan puncak tari sebagai budaya di daerah yang bersangkutan. Jenis tari yang telah menjadi puncak budaya daerah sangat erat untuk dijadikan sebagai tarian yang diunggulkan daerah.di mana tarian tersebut berasal.

Menurut Sheppard (1972 : 82), konsep tari dalam kebudayaan Melayu dibagi menjadi 7, yaitu :

1. Tanduk : Selalu dikaitkan dengan gerakan langkah yang diartikan dengan gerakan langkah kaki.

2. Legal : Gerakan yang umumnya dilakukan oleh tubuh, terutama pinggul.

3. Liok/Liuk : Teknik menggerakkan badan ke bawah sembari miring ke kiri atau kanan yang biasa disebut dengan menggelai atau melayah.

4. Tari : Selalu dikaitkan dengan gerakan tangan, lengan dan jari jemari dengan teknik yang lemah gemulai.


(61)

Di Sumatera Utara, tari-tarian Melayu berdasarkan akar budaya dan fungsinya dapat diklasifikasikan sebagai berikut :

1. Tari-tarian Melayu yang mengekspresikan kegiatan yang berhubungan dengan pertanian, seperti : tari ahoi, mulaka ngerban, mula nukal, mulaka.

2. Tari-tarian Melayu yang mengekspresikan kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan nelayan, seperti : tari lukah, tari jalan, gubang, maka dayu.

3. Tari-tarian yang menirukan atau memisis kegiatan alam sekitar, seperti : ula-ula lembing.

4. Tari-tarian yang berkaitan dengan kekebalan, seperti dabus.

5. Tari-tarian yang berfungsi sebagai hiburan, seperti : tari mak inang, tari tanjung katung, tari serampang dua belas.

6. Tari-tarian yang berkaitan dengan olahraga, seperti pencak silat.

7. Tari-tarian yang berkaitan dengan upacara perkawinan atau khitanan, seperti tari piring atau tari lilin.

8. Tari-tarian yang diciptakan oleh para pencipta tari melayu pada masa-masa lebih akhir dalam sejarah tari melayu yang berdasarkan kepada pembendaharaan tari tradisional, seperti : tari zapin deli, tari zapin serdang, ceracap, dan lain-lain.


(62)

Budaya seni pertunjukan tradisional adalah elemen budaya yang paling nyata yang dapat ditawarkan kepada wisatawan karena seni tari dan musik sebagai pengiringnya lebih mudah untuk diapresiasikan oleh wisatawan tanpa harus memahami seni tersebut secara mendalam dan mudah untuk ditampilkan ke luar negeri dalam wujud misi kesenian untuk promosi pariwisata. Reputasi seni tradisional sudah diakui secara luas baik oleh para spesialis maupun wisatawan kebanyakan. Seni pertunjukan adalah salah satu aset terpenting bagi citra pariwisata budaya.

Dengan keunikan dan ciri khas yang ada pada tarian Serampang Dua Belas ini, dapat memberikan nilai tambah bagi tarian ini sendiri karena semakin banyak pula daerah-daerah yang menjadikan tarian Serampang Dua Belas ini sebagai salah satu atraksi wisata di daerah mereka masing-masing.

Dengan berkembangnya kepariwisataan di Sumatera Utara, masyarakat Melayu dan Pemerintah Propinsi Sumatera berusaha untuk mengenalkan Tari Serampang Dua Belas ini kepada setiap wisatawan yang datang berkunjung ke daerah-daerah di Sumatera Utara baik wisatawan lokal maupun wisatawan mancanegara, bahwa Tari Serampang Dua Belas ini merupakan tarian melayu asli Sumatera Utara (dahulu Sumatera Timur) dan menjadikan tarian Serampang Dua Belas ini sebagai salah satu atraksi wisata di Sumatera Utara.

Dengan dijadikannya Tari Serampang Dua Belas sebagai salah satu atraksi wisata di Sumatera Utara, diharapkan tingkat kunjungan wisatawan ke Sumatera Utara dapat meningkat pesat sehingga dapat menambah pendapatan daerah baik Sumatera Utara maupun daerah-daerah kecil yang ada dalam ruang lingkup Propinsi Sumatera Utara.


(63)

Tari Serampang Dua Belas ini sendiri sering ditampilkan dalam acara-acara pernikahan karena tarian ini merupakan tarian yang memiliki alur cerita tentang proses perkenalan sepasang kekasih hingga ke pernikahan. Dengan menarikan tarian ini di acara pernikahan, diharapkan pernikahan yang sedang berlangsung tersebut dapat menjadi pernikahan yang bahagia dan kedua mempelai dapat mengarungi biduk rumah tangga dengan penuh cinta dan keharmonisan seperti yang dilambangkan oleh Tari Serampang Dua Belas ini.

Selain di acara-acara pernikahan, Tari Serampang Dua Belas ini juga ditampilkan di setiap acara kesenian baik setingkat daerah maupun acara kesenian yang setingkat nasional ataupun internasional. Pada Tahun 2009 yang lalu, pemerintah Sumatera Utara menyelenggarakan acara Gema Pariwisata yang diadakan di Lapangan Merdeka Medan.

Acara yang menyajikan seluruh warisan budaya yang ada di Sumatera Utara tersebut berlangsung meriah dan mendapat perhatian oleh masyarakat lokal dan wisatawan asing yang sedang berkunjung di Kota Medan.

Yang menarik pada acara tersebut adalah dengan diadakannya Tari Serampang Dua Belas yang dimainkan oleh seribu penari yang berasal dari berbagai sanggar tari yang ada. Pertunjukkan seribu penari serampang dua belah itu menjadi puncak acara Gema Pariwisata tersebut dan mendapat antusias orang-orang yang berkunjung.


(64)

Gambar 4.5. Seribu Penari Tari Serampang Dua Belas. dalam Acara Gema Pariwisata Sumatera Utara.

Dengan melihat kesuksesan acara tersebut, hendaknya kita mengambil dampak positif dengan menjadikan Tari Serampang Dua Belas sebagai salah satu atraksi wisata di Sumatera utara sehingga tari ini dapat dikenal oleh wisatawan mancanegara.

Pelestarian dan pengembangan tari tradisi pada intinya harus berpijak pada ukuran kehidupan kesenian, dengan tetap menyadari adanya ukuran-ukuran lain. Dalam tari tradisi diperlukan kelanjutan yang bersifat kreatif serta mengandung unsur pembaharuan, keutuhan, dan kemantapan sesuai dengan jiwa masa kini.

Dalam usaha pembinaan, identitas tari daerah memang perlu dipelihara sebagai suatu perwujudan kenyataan kehidupan budaya daerah yang wajar, tetapi hal ini tidak menutup kemungkinan adanya pengaruh dari daerah lain atau bertambahnya karya-karya tari baru yang tidak memiliki ciri-ciri tradisi daerah yang bersangkutan. Untuk itu, marilah bersama-sama untuk menjaga dan melestarikan serta mempromosikan kebudayaan daerah, seperti Tari Serampang Dua Belas, agar dapat memberikan nilai tambah bagi kepariwisataan Sumatera Utara.

4.5. Upaya Pemerintah Untuk Melestarikan Tari Serampang Dua Belas

Tari tradisional seharusnya tidak diperlakukan sebagai warisan keramat yang tidak dapat diusik, melainkan sebagai kekayaan yang tumbuh dan berkembang sesuai dengan tuntutan perkembangan zaman. Penggarapan tari Melayu baru bukannya tidak diperbolehkan, karena tari Melayu baru tersebut juga tampil dalam Pekan Tari (Seni Pertunjukan) Rakyat Tingkat Nasional yang diselenggarakan oleh Departemen Pendidikan dan Kebudayaan setiap tahun sejak tahun 1977 dan dalam forum Pekan Penata Tari Muda Dewan Kesenian Jakarta.


(65)

(66)

Tari Serampang Dua Belas adalah karya Sauti yang ditata dan diangkat dari gerak dasar tari melayu sumatera timur. Tari ini sempat berkembang dan menyebar dengan pesat ke seluruh tanah air dan negara tetangga. Namun, karena semangat untuk menyebarkan tari tersebut sangat besar sehingga mengakibatkan pendangkalan teknik gerak tari tersebut.

Dengan majunya dunia tari saat ini terutama tari kreasi baru sehingga tari daerah seperti Tari Serampang Dua Belas mulai terlupakan. Untuk itu pemerintah melalui Departemen Pariwisata, Lembaga Pendidikan Tari maupun Perguruan Tinggi saling bekerja sama membuat program pengenalan tari dan budaya daerah dengan memasukan seni tari dalam kurikulum pendidikan, dan sewajarnya jika teknik Tari Serampang Dua Belas tetap dipertahankan dalam kwalitas dasarnya bahkan kesiapan fisik seorang penari Serampang Dua Belas juga harus ditingkatkan.

Untuk itu diperlukan pola Tari Serampang Dua Belas yang disesuaikan dengan kebutuhan masa kini, dengan didahului latihan olah tubuh dan teknik dasar gerak tari melayu. Kemudian pada pelatihan Tari Serampang Dua Belas juga disampaikan sejarah, tema tari dan latar belakang tari tersebut sehingga setiap penari memahami dan menghayati setiap gerakan tari tersebut.

Guna memperkenalkan teknik Tari Serampang Dua Belas yang benar dan mempertahankan kualitas teknik tari tersebut maka pemerintah mengadakan pelatihan-pelatihan kepada guru tari dan menerbitkan buku mengenai teknik Tari Serampang Dua Belas yang dapat dijadikan panduan dalam mempelajari dan mengajarkan Tari Serampang Dua Belas tersebut kepada generasi muda.


(67)

Untuk itu, hendaknya Tari Serampang Dua Belas ini tidak saja dilestarikan tetapi juga dapat memberikan manfaat bagi masyarakat Melayu. Sedikitnya ada empat hal yang harus dilakukan baik oleh pemerintah daerah maupun masyarakat Melayu itu sendiri agar Tari Serampang Dua Belas tidak hilang.

Hal-hal yang harus dilakukan adalah :

1. Menjadikan Tari Serampang Dua Belas sebagai aset daerah dan menjadikannya sebagai salah satu atraksi wisata di Sumatera Utara.

2. Mendekatkan Tari Serampang Dua Belas kepada generasi-generasi muda dengan cara menjadikan Taru Serampang dua Belas ini sebagai salah satu materi muatan local dimana anak-anak tersebut dapat mengenal dan mempelajari sejarah, keberadaan Tari Serampang Dua Belas serta memahami nilai-nilai yang terkandung dalam setiap gerakannya, sehingga diharapkan dapat menimbulkan rasa cinta, bangga dan rasa memiliki terhadap tari tersebut.

3. Menyelenggarakan perlombaan, pertunjukkan seni khususnya Seni Tari Serampang Dua Belas agar tercipta penari-penari yang memiliki kemampuan terbaik sehingga dapat meneruskan upaya pelestarian Tari Serampang Dua Belas agar terjaga kualitas teknik Tari Serampang Dua Belas itu sendiri.

4. Memberikan jaminan kesejahteraan hidup bagi para pelestari kebudayaan sehingga para pelestari budaya tersebut dapat terus bekerja dan mengabdikan hidupnya untuk melestarikan kebudayaan Indonesia baik secara normative maupun secara praktis.


(1)

Untuk itu, hendaknya Tari Serampang Dua Belas ini tidak saja dilestarikan tetapi juga dapat memberikan manfaat bagi masyarakat Melayu. Sedikitnya ada empat hal yang harus dilakukan baik oleh pemerintah daerah maupun masyarakat Melayu itu sendiri agar Tari Serampang Dua Belas tidak hilang.

Hal-hal yang harus dilakukan adalah :

1. Menjadikan Tari Serampang Dua Belas sebagai aset daerah dan menjadikannya sebagai salah satu atraksi wisata di Sumatera Utara.

2. Mendekatkan Tari Serampang Dua Belas kepada generasi-generasi muda dengan cara menjadikan Taru Serampang dua Belas ini sebagai salah satu materi muatan local dimana anak-anak tersebut dapat mengenal dan mempelajari sejarah, keberadaan Tari Serampang Dua Belas serta memahami nilai-nilai yang terkandung dalam setiap gerakannya, sehingga diharapkan dapat menimbulkan rasa cinta, bangga dan rasa memiliki terhadap tari tersebut.

3. Menyelenggarakan perlombaan, pertunjukkan seni khususnya Seni Tari Serampang Dua Belas agar tercipta penari-penari yang memiliki kemampuan terbaik sehingga dapat meneruskan upaya pelestarian Tari Serampang Dua Belas agar terjaga kualitas teknik Tari Serampang Dua Belas itu sendiri.

4. Memberikan jaminan kesejahteraan hidup bagi para pelestari kebudayaan sehingga para pelestari budaya tersebut dapat terus bekerja dan mengabdikan hidupnya untuk melestarikan kebudayaan Indonesia baik secara normative maupun secara praktis.


(2)

Untuk itu diharapkan kerjasama yang baik dan solid antara pemerintah, pemegang adat dan masyarakat melayu agar apa yang diharapkan dan direncanakan serta yang telah dilaksanakan dapat berjalan dengan baik dan lancar sehingga warisan budaya masyarakat Melayu khususnya Melayu di Sumatera Utara dapat terjaga kelestariannya dan dapat menjadi atraksi wisata unggulan bagi Sumatera Utara.


(3)

BAB V PENUTUP

Kesenian merupakan bagian dari kebudayaan masyarakat Melayu yang sangat erat hubungannya. Dengan menjaga nilai-nilai dan identitas yang ada di dalamnya berarti kita telah turut serta dalam usaha pengembangan budaya nasional khususnya bagi budaya Melayu, adat istiadat yang beragam dan membentuk kegiatan dalam tata cara Melayu dalam menyelenggarakan upacara adat. Kesemuanya itu tidak terlepas dari seni tari, suara dan seni musik. Dengan keunikan dan ciri khas yang ada pada budaya Melayu, kita dapat memberikan nilai tambah bagi kepariwisataan khususnya Sumatera Utara sebagai salah satu atraksi wisata di Sumatera Utara. Dengan ini diharapkan pengembangan dunia kepariwisataan akan terus berakar dan pengenalan unsur-unsur kebudayaan asli yang dimiliki kepada dunia internasional dapat menjadikan kebudayaan nasional semakin terpelihara dengan baik.

Atraksi wisata merupakan salah satu media hendaknya dapat menjadi sarana pengembangan budaya Melayu, seperti Tari Serampang Dua Belas, diharapkan para wisatawan yang datang, baik wisatawan domestik maupun wisatawan mancanegara dapat menikmati, mempelajari dan merasa tertarik untuk kembali melakukan kunjungan ke Sumatera Utara dan menjadi media informasi bagi dunia pariwisata internasional melalui wisatawan yang telah mengunjungi dan menikmati atraksi wisata seperti Tari Serampang Dua Belas tersebut.


(4)

Bagi wisatawan domestik diharapkan turut melestarikan kebudayaan Indonesia dengan timbulnya rasa memiliki dan rasa cinta terhadap kebudayaan asli Indonesia. Kecintaan masyarakat akan seni budaya nasional khususnya seni tari tradisional Melayu masih harus terus mendapat pembinaan dan peningkatan guna mendukung suksesnya pelaksanaan kegiatan atraksi wisata yang merupakan salah satu cara untuk melestarikan dan mempromosikan kebudayaan daerah kepada dunia internasional, hendaknya juga terjalin kerjasama yang baik antara pemerintah, masyarakat dan pengusaha yang bergerak di bidang industri pariwisata sehingga apa yang dicita-citakan dapat terlaksana dengan baik.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Data Studi Literatur

1. Basarshah, Tengku Luckman Sinar, SH, 1990. Etnomusikologi dan Tarian Melayu. Medan : Yayasan Kesultanan Serdang.

2. Basarshah, Temgku Luckman Sinar, SH, 2005. Adat Budaya Melayu (Jati Diri dan Kepribadian). Medan : Forkala Provinsi Sumatera Utara.

3. Koentjaraningrat. 1980. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta : Aksara Baru.

4. Nasution, Farizal. 2007. Budaya Melayu. Badan Kepustakaan dan Arsip Daerah Provinsi Sumatera Utara.

5. Nurwanti, S.S.T, M.Hum. 2007. Pengetahuan Tari. Universitas Negeri Medan. 6. Rahmana, Tengku Ari. 2008. Paper Tari Serampang Dua Belas. Medan. 7. Yoeti, Oka. A. 1997. Pengantar Ilmu Kepariwisataan. Bandung : Angkasa. Data Browser

1. http://cetak.kompas.com

2. http://www.wisatamelayu.com/id 3. http://www.waspada.co.id

4. http://www.melayuonline.com


(6)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Winny Dwi Astari Santosa

Tempat/Tanggal Lahir : Medan, 21 Juli 1989 Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Anak ke- : Dua (2) dari dua bersaudara

Alamat : Jl. Pelita 1 Gg. Pepaya No. 6 Medan Nama Orang Tua

• (Ayah) : Erwin Santosa • (Ibu) : Sutri Satyani

Alamat : Jl. Pelita 1 Gg. Pepaya No. 6 Medan Jenjang Pendidikan

• SD : SD Negeri 060877 Medan (1995-2001) Lulus • SLTP : SLTP Negeri 14 Medan (2001-2004) Lulus • SLTA : SMA Negeri 10 Medan (2004-2007) Lulus

• Tahun 2007 diterima menjadi mahasiswi Universitas Sumatera Utara, Fakultas Sastra, D-III Pariwisata.