glikosida, flavonoid, fenolik, steroid, triterpenoid, tanin Galingging, 2009, eutherol, eleutherine, isoeleutherine, eleuthosides A, B dan C Shibuya, et al.,
1997. Senyawa triterpenoid mempunyai banyak kegunaan, antara lain dapat
mengobati diabetes, gangguan menstruasi, patukan ular, gangguan kulit, kerusakan hati dan malaria Robinson, 1995, antiradang Aguirre, et al., 2006,
analgesik Delporte, et al., 2007 dan sitotoksik Atenza, dkk, 2009. Pemeriksaan karakterisasi simplisia perlu dilakukan untuk mengetahui
apakah simplisia yang digunakan memenuhi persyaratan Materia Medika Indonesia MMI. Berdasarkan hal di atas penulis tertarik untuk melakukan
karakterisasi simplisia, skrining fitokimia dan mengisolasi senyawa triterpenoid dari umbi bawang sabrang. Isolasi dilakukan secara kromatografi, meliputi
kromatografi lapis tipis KLT, kromatografi kolom dan KLT preparatif, serta karakterisasi isolat secara spektofotometri ultraviolet dan spektofotometri
inframerah.
2.2 Perumusan Masalah
1. Apakah senyawa triterpenoid yang terdapat pada ekstrak etanol dapat
difraksinasi dengan n-heksan dari umbi bawang sabrang Eleutherinae bulbus sehingga dapat diisolasi dengan kromatografi kolom menggunakan campuran
pelarut yang sesuai? 2.
Apakah senyawa triterpenoid hasil isolasi dapat dikarakterisasi secara spektrofotometri ultraviolet dan spektrofotometri inframerah?
Universitas Sumatera Utara
2.3 Hipotesis
1. Senyawa triterpenoid yang terdapat pada ekstrak etanol dapat difraksinasi
dengan n-heksan dari umbi bawang sabrang Eleutherinae bulbus sehingga dapat diisolasi dengan kromatografi kolom menggunakan campuran pelarut
yang sesuai. 2.
Senyawa triterpenoid hasil isolasi dapat dikarakterisasi secara
spektrofotometri ultraviolet dan spektrofotometri inframerah.
2.4 Tujuan
Tujuan penelitian ini dilakukan adalah untuk: 1.
Mengisolasi senyawa triterpenoid yang terdapat pada fraksi n-heksan umbi bawang sabrang Eleutherinae bulbus yang difraksinasi dari ekstrak etanol.
2. Karakterisasi
senyawa triterpenoid hasil isolasi menggunakan
spektrofotometer ultraviolet dan spektrofotometer inframerah.
Universitas Sumatera Utara
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Uraian Tumbuhan 2.1.1 Habitat
Terna bawang sabrang berasal dari Amerika tropis, di Jawa dipelihara sebagai tanaman hias dan di beberapa tempat tumbuh jalang antara 600 hingga
1500 m di atas permukaan laut Ogata, 1995. Di Kalimantan Tengah bawang sabrang sudah dibudidayakan sebagai salah satu tanaman obat Galingging, 2009.
2.1.2 Morfologi Tumbuhan
Tumbuhan bawang sabrang merumpun sangat kuat, tinggi 26 hingga 50 cm. Umbi berwarna merah menyala dengan permukaan licin. Bunga berwarna
putih, mekar jam lima sore hari, dan jam tujuh menutup kembali. Daun hijau berbentuk pita Galingging, 2009; Ogata, 1995. Daun tunggal, letak daun
berhadapan, warna daun hijau muda, bentuk daun sangat panjang dan meruncing acicular, tepi daun halus tanpa gerigi entire, pangkal daun berbentuk runcing
acute dan ujung daun meruncing acuminate permukaan daun atas dan bawah halus glabrous, tulang daun paralelsejajar Krismawati, 2004.
2.1.3 Sistematika Tumbuhan
Sistematika dari tumbuhan bawang sabrang Tjitrosoepomo, 2007 adalah sebagai berikut:
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Universitas Sumatera Utara
Sub Divisi : Angiospermae
Kelas :
Monocotyledoneae Ordo
: Liliales Famili
: Iridaceae Genus
: Eleutherine Spesies
: Eleutherine palmifolia L. Merr.
2.1.4 Nama Daerah
Nama daerah dari tumbuhan bawang sabrang adalah sebagai berikut: bawang kapal Sumatera, brambang sabrang, luluwan sapi, teki sabrang,
bebawangan beureum, bawang siem Jawa Depkes, 1985.
2.1.5 Kandungan Kimia
Bawang sabrang mengandung senyawa-senyawa yang meliputi alkaloid, glikosida, flavonoid, fenolik, triterpenoidsteroid dan tanin Galingging, 2009.
2.1.6 Khasiat
Dalam pengobatan tradisional, umbi tanaman ini dapat menyembuhkan beberapa penyakit, antara lain kanker usus, kanker payudara, diabetes mellitus,
tekanan darah tinggi, stroke, menurunkan kolesterol Galingging, 2009, menyembuhkan penyakit weil, radang usus, disentri, sembelit, luka, bisul dan
diuretik. Daunnya dapat digunakan untuk menurunkan demam dan antimuntah Ogata, 1995. Menurut Arung, dkk 2009, umbi tanaman ini dapat berkhasiat
sebagai antimelanogenesis.
Universitas Sumatera Utara
2.2 Uraian Kimia Triterpenoid
Triterpenoid adalah senyawa yang kerangka karbonnya berasal dari enam satuan isoprena dan secara biosintesis diturunkan dari hidrokarbon C
30
asiklik, yaitu skualena Harbone, 1987. Kebanyakan senyawa terpenoid terdapat bebas
dalam jaringan tanaman, tetapi banyak diantaranya yang terdapat sebagai glikosida Sastrohamidjojo, 1996, alkohol, aldehid Harbone, 1987 dan ester
asam aromatik Robinson, 1995.
Isoprena Sejauh ini triterpenoid monosiklik dan disiklik belum ditemukan,
sedangkan trisiklik langka. Senyawa triterpenoid tetrasiklik menarik perhatian karena kemungkinan ada kaitan biogenesis dengan steroid, misalnya lanosterol,
senyawa antara biosintesis steroid pada hewan Robinson, 1995. Steroid adalah senyawa yang memiliki kerangka siklopentanafenantren. Pada umumnya, gugus
metil berada pada C-10 dan C-13. Rantai samping alkil dapat juga berada pada C- 17. Sterol adalah steroid yang memiliki gugus hidroksi pada C-3. Atom karbon
tambahan dapat berada pada rantai samping. IUPAC, 1989.
Lanosterol
Universitas Sumatera Utara
Triterpenoid pentasiklik paling tersebar luas, umumnya pada tumbuhan berbiji, baik dalam bentuk bebas maupun sebagai glikosida. Sering ditemukan
bentuk nonglikosida sebagai ekskresi dan dalam kutikula sebagai pelindung terhadap air. Salah satu contohnya yang banyak terdapat pada tumbuhan adalah β-
amirin Robinson, 1995.
β-amirin Triterpenoid memiliki beberapa aktivitas fisiologi, antara lain untuk
penyakit diabetes, gangguan menstruasi, patukan ular, gangguan kulit, kerusakan hati dan malaria. Beberapa senyawa menunjukkan aktivitas antibakteri atau
antivirus Robinson, 1995. Senyawa ini merupakan senyawa yang tidak berwarna, berbentuk kristal, bertitik leleh tinggi dan optik aktif, yang umumnya
sukar dicirikan karena tidak mempunyai kereaktifan kimia. Kebanyakan triterpena dan sterol memberikan warna hijau-biru dengan pereaksi Liebermann-Burchard
Harbone, 1987.
2.3 Ekstraksi