dibiarkan selama 120 jam terlindung dari cahaya sambil sering diaduk, disaring. Diperoleh filtrat hasil maserasi maserat. Pengerjaan dilakukan  berulangkali
hingga maserat tidak memberikan warna. Maserat yang diperoleh digabungkan, kemudian diuapkan dengan bantuan penguap vakum putar pada suhu ± 40
C sampai diperoleh ekstrak kental. Ekstrak etanol yang diperoleh ditambahkan air
suling, lalu difraksinasi dengan n-heksan. Dilakukan berulang kali sampai fraksi n-heksan  memberikan hasil negatif terhadap pereaksi Liebermann-Burchard.
Fraksi  n-heksan diuapkan. Bagan ekstraksi dapat dilihat pada lampiran 10 halaman 39.
3.8 Analisa Fraksi n-heksan Secara KLT
Terhadap fraksi n-heksan dilakukan analisa secara KLT dengan fase diam plat pralapis tipis silika gel GF
254
, menggunakan  fase gerak n-heksan-etilasetat dengan  berbagai  perbandingan  yaitu  9:1, 8:2, 7:3, 6:4, 5:5. Sebagai
penampak bercak digunakan pereaksi Liebermann-Burchard. Cara kerja :
Fraksi  n-heksan ditotolkan pada plat pralapis tipis silika gel GF
254
, kemudian dimasukkan ke dalam bejana  yang telah jenuh dengan uap fase gerak.
Setelah elusi selesai, plat dikeluarkan dan dikeringkan, amati  bercak yang terjadi dan hitung harga Rf-nya. Plat  kemudian disemprot dengan penampak bercak
Liebermann-Burchard, dipanaskan di oven pada suhu 110 C selama 15-20 menit.
Amati bercak yang terjadi dan hitung harga Rf-nya.
3.9 Pemisahan Fraksi n-heksan Dengan Kromatografi Kolom
Universitas Sumatera Utara
Terhadap  fraksi  n-heksan dilakukan pemisahan dengan kromatografi kolom menggunakan fase diam silika gel 60 mesh 70-230 ASTM dengan ukuran
partikel 0,063-0,200 dan fase gerak n-heksan-etilasetat 7:3. Cara kerja :
Seperangkat alat kromatografi kolom dirangkai dan ke dalam dasar kolom dimasukkan kapas yang telah dicuci dengan metanol  sebagai filter. Silika gel
disuspensikan dengan fase gerak n-heksan-etilasetat 7:3, diaduk sampai gelembung udara habis, lalu dimasukkan ke dalam kolom yang telah diisi dengan
fase gerak yang sama. Dinding kolom diketuk-ketuk untuk menghilangkan gelembung udara sambil dialiri dengan fase gerak sampai memadat. Kolom yang
telah dikemas dibiarkan selama 24 jam, kemudian kran kolom dibuka sampai genangan pelarut setinggi fase diam. Fraksi  n-heksan dilarutkan dengan sedikit
fase gerak  dan ditambahkan sedikit fase diam  dan  aduk rata, setelah fase gerak menguap  dimasukkan ke dalam kolom secara perlahan-lahan  dengan kran
tertutup. Setelah sampel turun tepat setinggi fase diam, melalui dinding kolom secara perlahan-lahan dialirkan fase gerak sambil kran kolom dibuka. Tetesan
yang keluar diatur agar sama dengan tetesan pelarut dari reservoir. Hasil elusi eluat ditampung dalam vial masing-masing  sebanyak 5 ml kemudian elusi
dihentikan setelah eluat memberikan hasil negatif terhadap  pereaksi Liebermann- Burchard. Selanjutnya  terhadap eluat dipantau dengan  KLT  menggunakan  plat
pralapis tipis silika gel GF
254
dengan  fase gerak n-heksan-etilasetat 7:3. Setelah dielusi,  disemprot dengan pereaksi Liebermann-Burchard,  dan untuk pola
kromatogram yang sama hasilnya digabungkan menjadi satu fraksi.
Universitas Sumatera Utara
3.10  Pembuatan Plat KLT
Sebanyak 10  g silika gel GF
254
dimasukkan ke dalam lumpang  porselen kering, ditambahkan 20  ml air suling, diaduk perlahan-lahan dengan alu sampai
diperoleh suspensi homogen tanpa ada gumpalan ataupun gelembung udara dengan jangka waktu pengadukan tidak lebih dari 90 detik. Suspensi dituang ke
plat kaca berukuran 20 x 20 cm yang telah dicuci dengan metanol terlebih dahulu, dibiarkan kering, kemudian diaktifkan dalam oven pada suhu 110
o
selama 30 menit. Plat disimpan di tempat yang tidak lembab dan bebas dari uap
laboratorium.
3.11  Pemisahan Isolat dengan KLT Preparatif