2.2.6. Rectum
Bagian ini merupakan lanjutan dari usus besar, yaitu colon  sigmoid  dengan panjang sekitar  15 cm. Rectum  memiliki tiga kurva lateral serta kurva dorsoventral.
Mukosa dubur lebih halus dibandingkan dengan usus besar.
24
Rectum memiliki 3 buah valvula : superior kiri, medial kanan dan inferior kiri. 23 bagian distal rectum terletak di rongga pelvic dan terfiksir, sedangkan 13 bagian
proksimal terletak dirongga abdomen dan relatif mobile. Kedua bagian ini dipisahkan oleh  peritoneum reflectum  dimana bagian anterior lebih panjang dibanding bagian
posterior.  Saluran anal anal canal adalah bagian terakhir dari usus, berfungsi sebagai pintu masuk ke bagian usus yang lebih proksimal, dikelilingi oleh spinkter
ani eksternal dan internal  serta otot-otot yang mengatur pasase isi rectum kedunia luar. Spinkter ani eksterna terdiri dari 3 sling : atas, medial dan depan.
25
2.3. Fungsi Colon dan Rectum
Usus besar atau colon mengabsorbsi 80 sampai 90 air dan elektrolit dari kimus yang tersisa dan mengubah kimus dari cairan menjadi massa semi padat. Usus
besar hanya memproduksi mucus. Sekresinya tidak mengandung enzim atau hormon pencernaan. Sejumlah bakteri dalam colon mampu mencerna sejumlah kecil selulosa
dan memproduksi sedikit kalori nutrien bagi tubuh dalam setiap hari. Bakteri juga memproduksi vitamin K, riboflavin, dan tiamin,  dan berbagai gas.  Usus besar
mengekskresi zat sisa dalam bentuk feses.
26
Fungsi utama dari rectum dan canalis anal  ialah untuk mengeluarkan massa feses yang terbentuk dan melakukan hal tersebut dengan cara yang terkontrol. Fungsi
Universitas Sumatera Utara
rectum  berhubungan dengan defekasi sebagai hasil refleks. Apabila feses masuk ke dalam  rectum, terjadi peregangan rectum  sehingga menimbulkan gelombang
peristaltik pada colon descendens dan colon sigmoid mendorong feses ke arah anus, sfingter ani internus  dihambat dan sfingter ani internus  melemas sehingga terjadi
defekasi. Feses tidak keluar secara terus menerus dan sedikit demi sedikit dari anus berkat adanya kontraksi tonik otot sfingter ani internus dan externus.
27,28
2.4. Epidemiologi
2.4.1.  Distribusi dan Frekuensi
a. Orang
Sekitar 75 dari kanker colorectal  terjadi pada orang yang tidak memiliki faktor risiko tertentu. Sisanya sebesar 25 kasus terjadi pada orang dengan faktor-
faktor risiko yang umum, sejarah keluarga atau pernah menderita kanker colorectal atau polip, terjadi sekitar 15-20 dari semua kasus. Faktor-faktor risiko penting
lainnya adalah kecenderungan genetik tertentu, seperti Hereditary Nonpolyposis Colorectal  Cancer  HNPCC; 4-7 dari semua kasus dan Familial Adenomatosa
Polyposis  FAP, 1 serta Inflammatory Bowel Disease  IBD; 1 dari semua kasus.
10
b. Tempat dan Waktu
Kanker  colorectal  merupakan salah satu penyakit yang mematikan. Berdasarkan laporan World Cancer Report  WHO,  diperkirakan 944.717 kasus
ditemukan di seluruh dunia pada tahun 2000. Insiden yang tinggi pada kasus kanker colorectal ditemukan di Amerika Serikat, Kanada, Jepang, negara bagian Eropa, New
Universitas Sumatera Utara
Zealand, Israel, dan Australia, sedangkan insiden yang rendah itu ditemukan di Aljazair dan India. Sebagian besar kanker colorectal terjadi di negara-negara industri.
Insiden  kanker  colorectal  mulai mengalami kenaikan di beberapa negara seperti di Jepang, Cina Shanghai dan di beberapa negara Eropa Timur.
8
Menurut  American Cancer Society  pada tahun 2008 di Amerika Serikat diperkirakan sekitar 148.810
orang didiagnosis menderita kanker colorectal  dan 49.960 mengalami kematian dengan CFR 33,57.
6
Eropa, sebagai salah satu negara maju memiliki angka kesakitan kanker colorectal  yang tinggi. Pada tahun 2004, terdapat 2.886.800 kasus dan 1.711.000
kematian karena kanker dengan CFR 59,27, kanker colorectal menduduki peringkat kedua pada angka insiden dan mortalitas.
29
Insidens kanker colorectal  di Indonesia cukup tinggi, demikian juga angka kematiannya. Pada tahun 2002 kanker colorectal  menduduki peringkat kedua pada
kasus kanker yang terdapat pada pria, sedangkan pada wanita kanker colorectal menduduki peringkat ketiga dari semua kasus kanker. Pada kebanyakan kasus kanker,
terdapat variasi geografik pada insidens yang ditemukan, yang mencerminkan perbedaan sosial ekonomi dan kepadatan penduduk, terutama antara negara maju dan
berkembang.
30
Universitas Sumatera Utara
2.4.2.  Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
Adapun beberapa faktor yang mempengaruhi kejadian kanker colorectal
yaitu:
a. Umur
Kanker colorectal sering terjadi pada usia tua. Lebih dari 90 penyakit ini menimpa penderita di atas usia 40 tahun, dengan insidensi puncak pada usia 60-70
tahun lansia. Kanker colorectal ditemukan di bawah usia 40 tahun yaitu pada orang yang memiliki riwayat colitis ulseratif atau polyposis familial.
20
b. Faktor Genetik
Meskipun sebagian besar kanker colorectal kemungkinan disebabkan oleh faktor lingkungan, namun faktor genetik juga berperan penting. Ada beberapa
indikasi bahwa ada kecenderungan faktor keluarga pada terjadinya kanker colorectal. Risiko terjadinya kanker colorectal  pada keluarga pasien kanker colorectal  adalah
sekitar 3 kali dibandingkan pada populasi umum.
31
Banyak kelainan genetik yang dikaitkan dengan keganasan kanker colorectal diantaranya sindrom poliposis. Namun demikian sindrom poliposis hanya
terhitung 1 dari semua kanker colorectal. Selain itu terdapat Hereditary Non- Poliposis  Colorectal  Cancer  HNPCC atau Syndroma Lynch  terhitung 2-3 dari
kanker colorectal.
32
c. Faktor Lingkungan
Kanker  colorectal  timbul melalui interaksi yang kompleks antara faktor genetik dan faktor lingkungan. Sejumlah bukti menunjukkan bahwa lingkungan
berperan penting pada kejadian kanker colorectal. Risiko mendapat kanker colorectal
Universitas Sumatera Utara
meningkat pada masyarakat yang bermigrasi dari wilayah dengan insiden kanker colorectal  yang rendah ke wilayah dengan risiko kanker colorectal  yang tinggi. Hal
ini menambah bukti bahwa lingkungan sentrum perbedaan pola makanan berpengaruh pada karsinogenesis.
32
d. Faktor Makanan
Makanan mempunyai peranan penting pada kejadian kanker colorectal. Mengkonsumsi serat sebanyak 30 grhari terbukti dapat menurunkan risiko timbulnya
kanker colorectal sebesar 40 dibandingkan orang yang hanya mengkonsumsi serat 12 grhari. Orang yang banyak mengkonsumsi daging merah misal daging sapi,
kambing atau daging olahan lebih dari 160 grhari 2 porsi atau lebih akan mengalami peningkatan risiko kanker colorectal  sebesar 35 dibandingkan orang
yang mengkonsumsi kurang dari 1 porsi per minggu.
33
Menurut Daldiyono et al. 1990, dikatakan bahwa serat makanan terutama yang terdiri dari selulosa, hemiselulosa  dan lignin sebagian besar tidak dapat
dihancurkan oleh enzim-enzim dan bakteri di  dalam  tractus  digestivus. Serat makanan ini akan menyerap air di dalam colon, sehingga volume feses menjadi lebih
besar dan akan  merangsang syaraf pada rectum, sehingga menimbulkan  keinginan untuk defekasi. Dengan  demikian tinja yang mengandung serat akan  lebih mudah
dieliminir atau dengan kata lain  transit time yaitu kurun waktu antara masuknya makanan dan dikeluarkannya sebagai sisa  makanan yang tidak dibutuhkan tubuh
menjadi  lebih singkat. Waktu transit yang pendek, menyebabkan  kontak antara zat- zat iritatif dengan  mukosa  colorectal  menjadi singkat, sehingga  dapat mencegah
terjadinya penyakit di  colon  dan  rectum. Di samping menyerap air,  serat makanan
Universitas Sumatera Utara
juga menyerap asam empedu  sehingga hanya sedikit asam empedu yang dapat merangsang mukosa colorectal, sehingga  timbulnya karsinoma colorectal  dapat
dicegah.
34
e. Polyposis Familial
Polyposis Familial  diwariskan sebagai sifat dominan autosom. Insiden pada populasi umum adalah satu per 10.000. Jumlah total polip bervariasi 100-10.000
dalam setiap usus yang terserang. Bentuk polip ini biasanya mirip dengan polip adenomatosun bertangkai atau berupa polip sesil, akan tetapi multipel tersebar pada
mukosa colon. Sebagian dari poliposis ini asimtomatik dan sebagian disertai keluhan sakit di abdomen, diare, sekresi lendir yang meningkat dan perdarahan kecil yang
mengganggu penderita. Polip cenderung muncul pada masa remaja dan awal dewasa dan risiko karsinoma berkembang di pasien yang tidak diobati adalah sekitar 90
pada usia 40 tahun.
35,36
f. Polip Adenoma
Polip Adenoma sering dijumpai pada usus besar. Insiden terbanyak pada umur sesudah dekade ketiga, namun dapat juga dijumpai pada semua umur dan laki-
laki lebih banyak dibanding dengan perempuan. Polip adenomatosum lebih banyak pada  colon  sigmoid  60, ukuran bervariasi antara 1-3 cm, namun terbanyak
berukuran 1 cm. Polip terdiri dari 3 bagian yaitu puncak, badan dan tangkai. Polip dengan ukuran 1,2 cm atau lebih dapat dicurigai adanya adenokarsinoma. Semakin
besar diameter polip semakin besar kecurigaan keganasan. Perubahan dimulai dibagian puncak polip, baik pada epitel pelapis mukosa maupun pada epitel kelenjar,
Universitas Sumatera Utara
meluas ke bagian badan dan tangkai serta basis polip. Risiko terjadinya kanker meningkat seiring dengan meningkatnya ukuran dan jumlah polip.
21
g. Adenoma Vilosa
Adenoma vilosa jarang terjadi, berjumlah kurang dari 10 adenoma colon. Terbanyak dijumpai di daerah rectosigmoid  dan biasanya berupa massa papiler,
soliter, tidak bertangkai dan diameter puncak tidak jauh berbeda dengan ukuran basis polip. Adenoma vilosa mempunyai insiden kanker sebesar 30-70. Adenoma dengan
diameter lebih dari 2 cm, risiko menjadi kanker adalah 45. Semakin besar diameter semakin tinggi pula insiden kanker.
36,37
h. Colitis Ulserosa
Perkiraan  kejadian kumulatif dari kanker colorectal  yang berhubungan dengan colitis ulserosa adalah 2,5 pada 10 tahun, 7,6 pada 30 tahun, dan 10,8
pada 50 tahun.Colitis ulserosa dimulai dengan mikroabses pada kripta mukosa colon dan beberapa abses bersatu membentuk ulkus. Pada stadium lanjut timbul
pseudopolip yaitu penonjolan mukosa colon  yang ada diantara ulkus. Perjalanan penyakit yang sudah lama, berulang-ulang, dan lesi luas disertai adanya pseudopolip
merupakan resiko tinggi terhadap karsinoma. Pada kasus demikian harus dipertimbangkan tindakan kolektomi. Tujuannya adalah mencegah terjadinya
karsinoma preventif dan menghindari penyakit yang sering berulang-ulang. Karsinoma yang timbul sebagai komplikasi colitis ulserosa  sifatnya lebih ganas,
cepat tumbuh dan metastasis.
36,38
Universitas Sumatera Utara
2.5. Gambaran Klinis
Karsinoma  colon  dan  rectum  dapat menyebabkan ulserasi, atau perdarahan, menimbulkan obstruksi bila membesar, atau menembus invasi keseluruh dinding
usus dan kelenjar-kelenjar regional. Kadang-kadang bisa terjadi perforasi dan menimbulkan abses di peritonium. Keluhan dan gejala tergantung juga dari lokasi dan
besarnya tumor.
39
2.5.1.  Karsinoma Colon Sebelah Kanan
Penting untuk diketahui bahwa umumnya pasien dengan karsinoma pada caecum  atau pada ascending colon  biasanya memperlihatkan gejala nonspesifik
seperti kekurangan zat besi anemia. Kejadian anemia ini biasanya meningkatkan kemungkinan terjadinya karsinoma colon  yang belum terdeteksi, yang lebih
cenderung berada di proksimal daripada di colon  distal. Beberapa tanda gejala yang terlihat yaitu berat badan yang menurun dan sakit perut pada bagian bawah yang
relatif sering, tetapi jarang terjadi pendarahan di anus. Pada 50-60 pasien terdapat massa yang teraba di sisi kanan perut.
35
2.5.2.  Karsinoma colon sebelah kiri
Jika karsinoma terletak pada bagian distal, maka kemungkinan besar akan ada gangguan pada kebiasaan buang air besar, serta adanya darah di feses. Beberapa
karsinoma pada transversa colon  dan  colon  sigmoid  dapat teraba melalui dinding perut.
35
Karsinoma  sebelah  kiri lebih cepat menimbulkan obstruksi, sehingga terjadi obstipasi. Tidak jarang timbul diare paradoksikal, karena tinja yang masih encer
dipaksa melewati daerah obstruksi partial.
39
Universitas Sumatera Utara
2.5.3.  Karsinoma Rectum
Sering terjadi gangguan defekasi, misalnya konstipasi atau diare. Sering terjadi perdarahan yang segar dan sering bercampur lendir, berat badan menurun.
Perlu diketahui bahwa rasa nyeri tidak biasa timbul pada kanker rectum. Kadang- kadang menimbulkan tenesmus dan sering merupakan gejala utama.
29
2.6. Patologi
Pada umumnya, dalam perjalanan penyakit, pertumbuhan adenokarsinoma usus besar sebelah kanan dan kiri berbeda. Adenokarsinoma usus besar kanan
caecum,  colon  ascenden,  transversum  sampai batas flexura lienalis, tumor cenderung tumbuh eksofitik atau polipoid. Pada permulaan, massa tumor berbentuk
sesil, sama seperti tumor colon kiri. Akan tetapi kemudian tumbuh progresif, bentuk polipoid yang mudah iritasi dengan simtom habit bowel: sakit di abdomen yang
sifatnya lama. Keluhan sakit, sering berkaitan dengan makananminuman atau gerakan peristaltik dan kadang-kadang disertai diare ringan. Berat badan semakin
menurun dan anemia karena adanya perdarahan kecil tersembunyi. Konstipasi jarang terjadi, mungkin karena volum  colon  kanan lebih besar. Suatu saat dapat dipalpasi
massa tumor di rongga abdomen sebelah kanan.
21
Karsinoma usus besar kiri colon  transversum  batas  flexura lienalis,  colon descenden, sigmoid dan rectum tumbuh berbentuk cincin menimbulkan napkin-ring.
Pada permulaan, tumor tampak seperti massa berbentuk sesil, kemudian tumbuh berbentuk plak melingkar yang menimbulkan obstipasi. Kemudian bagian tengah
Universitas Sumatera Utara
mengalami ulserasi yang menimbulkan simtom diare, tinja campur lendir dan darah, konstipasi dan tenesmus mirip dengan sindrom disentri.
21
Gambar 2.2. Kanker colorectal
2.7. Stadium