Karakteristik Penderita Kanker Paru Rawat Inap di RSU. Pirngadi Medan Tahun 2005-2009
KARAKTERISTIK PENDERITA KANKER PARU RAWAT INAP DI RSU. Dr. PIRNGADI MEDAN
TAHUN 2005-2009
SKRIPSI
Oleh :
NIM. 061000176 MARTA BUTAR BUTAR
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN 2010
(2)
KARAKTERISTIK PENDERITA KANKER PARU RAWAT INAP DI RSU. Dr. PIRNGADI MEDAN
TAHUN 2005-2009
SKRIPSI
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat
Oleh :
NIM. 061000176 MARTA BUTAR BUTAR
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
(3)
HALAMAN PENGESAHAN Skripsi Dengan Judu l:
KARAKTERISTIK PENDERITA KANKER PARU RAWAT INAP DI RSU. Dr. PIRNGADI MEDAN
TAHUN 2005-2009
Yang Dipersiapkan dan Dipertahankan Oleh:
NIM. 061000176 MARTA BUTAR BUTAR
Telah Diuji dan Dipertahankan Dihadapan Tim Penguji Skripsi Pada Tanggal 24 September 2010 dan
Dinyatakan Telah Memenuhi Syarat Untuk Diterima Tim Penguji
Ketua Penguji Penguji I
Prof. dr.Sori Muda Sarumpaet, MPH
NIP. 194904171979021001 NIP. 196404041992031005 Drs. Jemadi, M. Kes
Penguji II Penguji III
Prof. dr.Nerseri, Barus, MPH
NIP. 194508171973022001 NIP. 195908181985032002 drh. Rasmaliah, M. Kes
Medan, November 2010 Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Sumatera Utara Dekan,
NIP. 196108311989031001 Dr. Drs. Surya Utama, MS
(4)
ABSTRAK
Kejadian epidemi dari kematian akibat kanker paru telah diidentifikasi sebagai isu kesehatan utama di negara maju dan negara berkembang. Setiap tahun terdapat lebih dari 1,3 juta kasus insiden kanker paru di dunia yang menyebabkan sekitar 1,1 juta kematian tiap tahunnya dan prognosis kanker paru dengan masa tahan hidup 5 tahun kurang dari 10%.
Untuk mengetahui karakteristik penderita kanker paru rawat inap di RSU Dr. Pirngadi Medan tahun 2005-2009, dilakukan penelitian deskriptif dengan desain case series. Populasi dan sampel berjumlah 175 orang (total sampling). Data diperoleh dari rekam medik.
Trend kunjungan penderita kanker paru rawat inap di RSU. Dr. Pirngadi Medan tahun 2005-2009 menunjukkan peningkatan menurut garis persamaan y=4,4x + 21,8. proporsi umur tertinggi yaitu 61-68 tahun 26,3 %. Sex ratio laki-laki : perempuan yaitu 4:1. Islam 53,7%, Batak 63,4%, SLTA 46,4%, PNS 35,8%, tempat tinggal di Kota Medan 57,7%.
Gejala klinis sesak 84,0%, keluhan utama batuk dan sesak 35,4%, ada penyakit terdahulu 19,4%, TBC 73,5%, bukan biaya sendiri 70,9%, Askes 63,7%, terapi simptomatik 75,4%, Lama rawatan rata-rata adalah 11,1 hari, PBJ 46,9%.
Tidak ada perbedaan proporsi yang bermakna antara jenis kelamin dengan umur penderita ( p=1.000). Tidak ada perbedaan proporsi yang bermakna antara lama rawatan rata dengan keadaan sewaktu pulang (p =0,282). Proporsi penatalaksanaan medis berupa kemoterapi, radioterapi, kemoterapi + radioterapi maupun terapi simptomatik secara bermakna lebih tinggi pada bukan biaya sendiri. (X2 = 9,113, p=0,011; 85,7% vs 14,3% dan 65,2% vs 34,8%). Tidak ada perbedaan
yang bermakna antara keadaan sewaktu pulang dengan sumber pembiayaan (p=0,251).
Pihak rumah sakit diharapkan melengkapi pencatatan kartu status seperti pekerjaan lebih spesifik mengenai kondisi lingkungan kerja penderita dan jenis kanker paru serta memberikan pemahaman kepada penderita tentang penatalaksanaan kanker paru.
Kata Kunci : Kanker Paru, Karakteristik Penderita
(5)
ABSTRACT
The epidemic of lung cancer mortality has been identified as a major health issue confronting both developed and developing countries. Every year there are more than 1.3 million cases of lung cancer incidence in the world which causes about 1.1 million deaths each year and the prognosis of lung cancer with 5-year survival period of less than 10%.
To determine the characteristics of lung cancer patients hospitalized at Dr. Medan Pirngadi 2005-2009, conducted research with a descriptive case series design. Population and sample data is 175 persons (total sampling). Data obtained from medical records.
Trend requests lung cancer patients based on data for 2005-2009 show a increase with the line equation y= 4,4x + 21,8. The proportion of lung cancer patients based on sociodemographic the highest proportion aged 61-68 years 26,3%. Sex ratio male : female is 4:1. Moslems 53.7%, Bataknesse 63.4%, senior high school 46.4%, civil servants 35.8%, reside out of Medan, 57.7%. Clinical symptoms of shortness 84.0%, the main complaint cough and shortnes 35.4%, no previous disease 19.4%, tuberculosis 73.5%, not the costs own 70.9%, Askes 63.7%, symptomatic therapy 75.4%, the average treatment duration was 11.1 days, 46.9% PBJ.
There was no significant difference in proportion between the sexes with age at onset (p = 1.000). There was no significant difference between the proportion of older nursing home razed to the situation when (p = 0.282). The proportion of medical treatment in the form of chemotherapy, radiotherapy, chemotherapy + radiotherapy or symptomatic therapy were significantly higher in the not at their own expense. (X2 = 9.113, p = 0.011; 85.7% vs 14.3% and 65.2% vs. 34.8%). There was no significant difference between the circumstances when home with financing sources (p = 0.251).
The hospital is expected to complete the regristration card for each patient such as occupations and make specific details for working environment and to give understanding for patient about the treatment of lung cancer.
(6)
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : Marta Butar Butar
Tempat/ Tanggal Lahir : Jambi, 09 Oktober 1988
Agama : Kristen Protestan
Status Perkawinan : Belum Kawin Anak ke : 3 dari 3 Bersaudara
Alamat Rumah : Jln. Fatalaside No.32 Kec. Jelutung, Kota Jambi
Riwayat Pendidikan
1. Tahun 1994-2000 : SD Negeri 106 Kota Jambi 2. Tahun 2000-2003 : SLTP Negeri 9 Kota Jambi 3. Tahun 2003-2006 : SMA Negeri 3 Kota Jambi 4. Tahun 2006-2010 : Fakultas Kesehatan Masyarakat
(7)
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas anugerah dan kasihNya, penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul : ” Karakteristik Penderita Kanker Paru Rawat Inap di RSU. Pirngadi Medan Tahun 2005-2009”. Skripsi ini merupakan salah satu syarat yang harus dipenuhi untuk mendapatkan gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat (SKM) di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.
Tulisan ini penulis persembahkan kepada orang tua tercinta Ayahanda alm. Manalsal Butar Butar dan ibunda Nurbaya Magdalena Simanjuntak yang telah membesarkan dan mendidik dengan penuh pengorbanan dan kasih sayang serta memberi dukungan kepada penulis dalam penyelesaian skripsi ini.
Dalam menyelesaikan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan dan dukungan berbagai pihak, untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Dr. Drs. Surya Utama, MS selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.
2. Bapak Prof. dr. Sori Muda Sarumpaet, MPH selaku Ketua Departemen Epidemiologi FKM USU.
3. Ibu Dra. Syarifah, MS selaku dosen pembimbing akademik.
4. Bapak Prof. dr. Sori Muda Sarumpaet, MPH dan Bapak Drs. Jemadi, M. Kes selaku dosen pembimbing skripsi yang telah membimbing dan mengarahkan penulis dalam penyelesaian skripsi ini.
(8)
5. Ibu Prof. dr. Nerseri Barus, MPH dan Ibu drh. Rasmaliah M. Kes selaku dosen penguji yang telah memberikan masukan dan pengarahan untuk penyempurnaan skripsi ini.
6. Direktur dan Kepala bagian Rekam Medik RSU. Dr. Pirngadi Medan beserta staf yang telah memberikan izin penelitian dan telah membantu penulis dalam menyelesaikan penelitian.
7. Seluruh dosen dan pegawai di lingkungan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.
8. Keluarga yang terkasih, ayah dan ibu serta saudara-saudara penulis, Bang Dumardo, Kakak Nelly Erna serta sanak keluarga khususnya keluarga Kak Joshua Manurung yang telah banyak memberi dukungan dalam penyusunan skripsi dan selama mengikuti pendidikan di FKM USU.
9. Sahabat-sahabat penulis yang terkasih, Theosophie (Kak Catrine, Uli, Nata, Lestari dan Shanti), Adelina, Icha, teman-teman peminatan Epidemiologi FKM USU, Kak Fourgelina, teman POMK FKM USU dan teman-teman lain di FKM yang tidak bisa disebutkan satu persatu yang telah membantu penulis di kala menghadapi kesulitan dalam penyusunan skripsi. Penulis menyadari masih terdapat kesalahan dan kekurangan dalam penulisan skirpsi ini. Untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun untuk kesempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi para pembaca.
Medan, September 2010 Penulis
(9)
DAFTAR ISI
Halaman
Halaman Persetujuan ... i
Abstrak ... ii
Abstrack ... iii
Daftar Riwayat Hidup ... vi
Kata Pengantar ... v
Daftar isi ... vii
Daftar Tabel ... x
Daftar Gambar ... xii
BAB 1 PENDAHULUAN ... 1
1.1. Latar belakang ... 1
1.2. Perumusan Masalah ... 4
1.3. Tujuan Penelitian... 4
1.3.1. Tujuan Umum ... 4
1.3.2. Tujuan Khusus ... 4
1.4. Manfaat Penelitian ... 6
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ... 7
2.1. Anatomi dan fungsi Paru ... 7
2.2. Definisi Kanker Paru ... 8
2.3. Klasifikasi Kanker Paru ... 9
2.3.1. Small Cell Lung Cancer (SCLC)……… 9 2.3.2. Non Small Cell Lung Cancer (NSCLC)………. 10
2.4. Gejala klinis Kanker Paru ... 11
2.4.1. Gejala Intrapulmonal... 11
2.4.2. Gejala Intratorakal Ekstrapulmonal... 11
2.4.3. Gejala Estratorakal Non Metastatik... 12
2.4.4. Gejala Ektratorakal Metastatik... 12
2.5. Stadium Klinis ... 12
2.6. Status Performance Penderita Kanker Paru... 14
2.7. Epidemiologi Kanker Paru ... 16
2.7.1. Distribusi dan Frekuensi Kanker Paru ... 16
2.7.2. Determinan Kanker Paru ... 17
2.8. Pencegahan Kanker Paru ... 20
2.8.1. Pencegahan Primordial ... 20
2.8.2. Pencegahan Primer ... 21
2.8.3. Pencegahan Sekunder ... 21
2.8.4. Pencegahan Tersier ... 28
BAB 3 KERANGKA KONSEP ... 29
(10)
3.2. Definisi Operasional ... 29
BAB 4 METODE PENELITIAN ... 35
4.1. Jenis Penelitian ... 35
4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 35
4.2.1. Lokasi Penelitian ... 35
4.2.2. Waktu Penelitian ... 35
4.3. Populasi dan Sampel... 35
4.3.1 Populasi ... 35
4.3.2 Sampel ... 35
4.4. Metode Pengumpulan Sampel ... 36
4.5. Teknik Analisa Data ... 36
BAB 5 HASIL PENELITIAN ... 37
5.1. Gambaran Umum RSU. Dr. Pirngadi Medan ... 37
5.1.1. Kedudukan, Tugas Pokok, dan Fungsi ... 37
5.1.2. Visi ... 38
5.1.3. Misi ... 39
5.2. Tahun dan Kecenderungan ... 39
5.3. Karakteristik Penderita Kanker Paru ... 40
5.3.1. Sosiodemografi ... 40
5.3.2. Keluhan Utama ... 42
5.3.3. Riwayat Merokok ... 44
5.3.4. Jenis Kanker Paru ... 44
5.3.5. Riwayat Penyakit Terdahulu ... 45
5.3.6. Sumber Pembiayaan... 46
5.3.7. Stadium Klinis ... 46
5.3.8. Penatalaksanaan Medis ... 47
5.3.9. Lama Rawatan Rata-rata ... 48
5.3.10 Keadaan Sewaktu Pulang ... 49
5.4. Analisa Statistik ... 53
5.4.1. Jenis Kelamin Berdasarkan Umur ... 53
5.4.2. Lama Rawatan Rata-rata Berdasarkan Keadaan Sewaktu Pulang ... 53
5.4.3. Sumber Pembiayaan Berdasarkan Penatalaksanaan Medis ... 55
5.4.4. Sumber Pembiayaan Berdasarkan Keadaan Sewaktu Pulang .. 55
5.4.5. Keadaan Sewaktu Pulang Berdasarkan Penatalaksanaan Medis ... 56
BAB 6 PEMBAHASAN 6.1. Tahun dan Kecenderungan ... 58
6.2. Karakteristik Penderita Kanker Paru ... 59
(11)
6.2.4. Jenis Kanker Paru ... 68
6.2.5. Riwayat Penyakit Terdahulu ... 68
6.2.6. Sumber Pembiayaan... 70
6.2.7. Stadium Klinis ... 71
6.2.8. Penatalaksanaan Medis ... 71
6.2.9. Lama Rawatan Rata-rata ... 73
6.2.10 Keadaan Sewaktu Pulang ... 73
6.3. Analisa Statistik ... 75
6.3.1. Jenis Kelamin Berdasarkan Umur ... 75
6.3.2. Lama Rawatan Rata-rata Berdasarkan Keadaan Sewaktu Pulang ... 76
6.3.3. Sumber Pembiayaan Berdasarkan Penatalaksanaan Medis ... 78
6.3.4. Sumber Pembiayaan Berdasarkan Keadaan Sewaktu Pulang .. 79
6.3.5. Keadaan Sewaktu Pulang Berdasarkan Penatalaksanaan Medis ... 80
BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN ... 82
7.1. Kesimpulan ... 82
7.2. Saran ... 84 DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
Lampiran 1. Analisa Kecenderungan dengan Metode Kuadrat Terkecil (Least
Squares)
Lampiran 2. Master Data
Lampiran 3. Hasil Pengolahan Data
Lampiran 4. Surat Permohonan Izin Penelitian Lampiran 5. Surat Keterangan Selesai Penelitian
(12)
DAFTAR TABEL
Tabel 5.1. Distribusi Proporsi Penderita Kanker Paru Rawat Inap Berdasarkan Tahun di RSU Dr. Pirngadi Medan Tahun
2005-2009 ... 39 Tabel 5.2. Distribusi Proporsi Penderita Kanker Paru Berdasarkan
Umur dan Jenis Kelamin yang Dirawat Inap di RSU. Dr.
Pirngadi Medan Tahun 2005-2009 ... 40 Tabel 5.3. Distribusi Proporsi Penderita Kanker Paru Berdasarkan
Agama, Suku, Pendidikan, Pekerjaan dan Tempat tinggal yang Dirawat Inap di RSU. Dr. Pirngadi Medan Tahun
2005-2009 ... 41 Tabel 5.4. Distribusi Proporsi Penderita Kanker Paru Rawat Inap
Berdasarkan Gejala Klinis di RSU. Dr. Pirngadi Medan
Tahun 2005-2009 ... 43 Tabel 5.5. Distribusi Proporsi Penderita Kanker Paru Rawat Inap
Berdasarkan keluhan utama di RSU. Dr. Pirngadi
Medan Tahun 2005-2009 ... 43 Tabel 5.6. Distribusi Proporsi Penderita Kanker Paru Rawat Inap
Berdasarkan Riwayat Merokok di RSU. Dr. Pirngadi
Medan Tahun 2005-2009 ... 44 Tabel 5.7. Distribusi Proporsi Penderita Kanker Paru Rawat Inap
Berdasarkan Jenis Kanker Paru di RSU. Dr. Pirngadi
Medan Tahun 2005-2009 ... 44 Tabel 5.8. Distribusi Proporsi Penderita Kanker Paru Rawat Inap
Berdasarkan Riwayat Penyakit Terdahulu di RSU. Dr.
Pirngadi Medan Tahun 2005-2009 ... 45 Tabel 5.9. Distribusi Proporsi Penderita Kanker Paru Rawat Inap
Berdasarkan Jenis Riwayat Penyakit terdahulu di RSU. Dr.
Pirngadi Medan Tahun 2005-2009 ... 45 Tabel 5.10. Distribusi Proporsi Penderita Kanker Paru Rawat Inap
Berdasarkan Sumber Pembiayaan di RSU. Dr. Pirngadi
(13)
Tabel 5.11. Distribusi Proporsi Penderita Kanker Paru Rawat Inap Berdasarkan Sumber Pembiayaan (Bukan Biaya Sendiri)
di RSU. Dr. Pirngadi Medan Tahun 2005-2009 ... 46 Tabel 5.12. Distribusi Proporsi Penderita Kanker Paru Rawat Inap
Berdasarkan stadium Klinis di RSU. Dr. Pirngadi Medan
Tahun 2005-2009 ... 47 Tabel 5.13. Distribusi Proporsi Penderita Kanker Paru Rawat Inap
Berdasarkan Jenis Penatalaksaan medis di RSU. Dr.
Pirngadi Medan Tahun 2005-2009 ... 47 Tabel 5.14. Lama rawatan Rata-rata Penderita Kanker paru Rawat
Inap di RSU. Dr. Pirngadi Medan Tahun 2005-2009 ... 48 Tabel 5.15. Distribusi Proporsi Penderita Kanker Paru Rawat Inap
Berdasarkan Keadaan Sewaktu Pulang di RSU. Dr.
Pirngadi Medan Tahun 2005- 2009 ... 49 Tabel 5.16. Distribusi Proporsi Penderita Kanker Paru Berdasarkan
Agama, Suku, Pendidikan, Pekerjaan dan Tempat tinggal yang Dirawat Inap di RSU. Dr. Pirngadi Medan Tahun
2005-2009 ... 49 Tabel 5.17. Distribusi Proporsi Jenis Kelamin Berdasarkan Umur
Penderita Kanker Paru Rawat Inap di RSU. Dr. Pirngadi
Medan Tahun 2005-2009 ... 53 Tabel 5.18. Lama Rawatan rata-Rata Penderita Kanker Paru
Berdasarkan Keadaan Sewaktu Pulang di RSU. Dr.
Pirngadi Medan tahun 2005-2009 ... 54 Tabel 5.19. Distribusi Proporsi Sumber Pembiayaan Berdasarkan
Penatalaksaan Medis di RSU. Dr. Pirngadi Tahun
2005-2009 ... 55 Tabel 5.20. Distribusi Proporsi Sumber Pembiayaan berdasarkan
Keadaan Sewaktu Pulang di RSU. Dr. Pirngadi Medan
tahun 2005-2009 ... 56 Tabel 5.21. Distribusi Proporsi Keadaan Sewaktu Pulang berdasarkan
Penatalaksanaan Medis di RSU. Dr. Pirngadi Medan tahun
(14)
DAFTAR GAMBAR
Gambar 6.1. Grafik Garis Trend Penderita Kanker Paru Rawat Inap di RSU Dr. Pirngadi Medan Berdasarkan Data Tahun
2005-2009 ... 58 Gambar 6.2. Diagram Bar Distribusi Proporsi Penderita Kanker Paru
Berdasarkan Umur dan Jenis Kelamin yang Dirawat
Inap di RSU. Dr. Pirngadi Medan Tahun 2005-2009 ... 59 Gambar 6.3. Diagram Pie Distribusi Proporsi Penderita Kanker Paru
Berdasarkan Agama yang Dirawat Inap di RSU. Dr.
Pirngadi Medan Tahun 2005-2009 ... 61 Gambar 6.4. Diagram Pie Distribusi Proporsi Penderita Kanker Paru
Berdasarkan Suku yang Dirawat Inap di RSU. Dr.
Pirngadi Medan Tahun 2005-2009 ... 62 Gambar 6.5. Diagram Pie Distribusi Proporsi Penderita Kanker Paru
Berdasarkan Pendidikan yang Dirawat Inap di RSU. Dr.
Pirngadi Medan Tahun 2005-2009 ... 63 Gambar 6.6. Diagram Pie Distribusi Proporsi Penderita Kanker Paru
Berdasarkan Pekerjaan yang Dirawat Inap di RSU. Dr.
Pirngadi Medan Tahun 2005-2009 ... 64 Gambar 6.7. Diagram Pie Distribusi Proporsi Penderita Kanker Paru
Berdasarkan Tempat Tinggal yang Dirawat Inap di RSU.
Dr. Pirngadi Medan Tahun 2005-2009 ... 65 Gambar 6.8. Diagram Bar Distribusi Proporsi Penderita Kanker Paru
Berdasarkan Gejala Klinis yang Dirawat Inap di RSU.
Dr. Pirngadi Medan Tahun 2005-2009 ... 66 Gambar 6.9. Diagram Bar Distribusi Proporsi Penderita Kanker Paru
Berdasarkan Keluhan Utama yang Dirawat Inap di RSU.
Dr. Pirngadi Medan Tahun 2005-2009 ... 67 Gambar 6.10. Diagram Pie Distribusi Proporsi Penderita Kanker Paru
Berdasarkan Riwayat Penyakit Terdahulu yang Dirawat
(15)
Gambar 6.11. Diagram Pie Distribusi Proporsi Penderita Kanker Paru Berdasarkan Keluhan Utama yang Dirawat Inap di RSU.
Dr. Pirngadi Medan Tahun 2005-2009 ... 69 Gambar 6.12. Diagram Pie Distribusi Proporsi Penderita Kanker Paru
BerdasarkanSumber Pembiayaan (Bukan Biaya Sendiri) yang Dirawat Inap di RSU. Dr. Pirngadi Medan Tahun
2005-2009 ... 70 Gambar 6.13. Diagram Pie Distribusi Proporsi Penderita Kanker Paru
Berdasarkan Penatalaksanaan Medis yang Dirawat Inap
di RSU. Dr. Pirngadi Medan Tahun 2005-2009 ... 72 Gambar 6.14. Diagram Pie Distribusi Proporsi Penderita Kanker Paru
Berdasarkan Keadaan Sewaktu Pulang yang Dirawat
Inap di RSU. Dr. Pirngadi Medan Tahun 2005-2009 ... 74 Gambar 6.15. Diagram Bar Jenis Kelamin Berdasarkan Umur Penderita
Kanker Paru Rawat Inap di RSU. Dr. Pirngadi Medan
Tahun 2005-2009 ... 74 Gambar 6.16. Diagram Bar Lama Rawatan Berdasarkan Keadaan
Sewaktu Pulang Penderita Kanker Paru Rawat Inap di
RSU. Dr. Pirngadi Medan Tahun 2005-2009 ... 75 Gambar 6.17. Diagram Bar Proporsi Sumber Pembiayaan Berdasarkan
Penatalaksanaan Medis di RSU. Dr. Pirngadi Medan
Tahun 2005-2009 ... 78 Gambar 6.18. Diagram Bar Proporsi Sumber Pembiayaan Berdasarkan
Keadaan Sewaktu Pulang di RSU. Dr. Pirngadi Medan
Tahun 2005-2009 ... 79 Gambar 6.19. Diagram Bar Proporsi Keadaan Sewaktu Pulang
Berdasarkan Penatalaksanaan Medis di RSU. Dr.
(16)
ABSTRAK
Kejadian epidemi dari kematian akibat kanker paru telah diidentifikasi sebagai isu kesehatan utama di negara maju dan negara berkembang. Setiap tahun terdapat lebih dari 1,3 juta kasus insiden kanker paru di dunia yang menyebabkan sekitar 1,1 juta kematian tiap tahunnya dan prognosis kanker paru dengan masa tahan hidup 5 tahun kurang dari 10%.
Untuk mengetahui karakteristik penderita kanker paru rawat inap di RSU Dr. Pirngadi Medan tahun 2005-2009, dilakukan penelitian deskriptif dengan desain case series. Populasi dan sampel berjumlah 175 orang (total sampling). Data diperoleh dari rekam medik.
Trend kunjungan penderita kanker paru rawat inap di RSU. Dr. Pirngadi Medan tahun 2005-2009 menunjukkan peningkatan menurut garis persamaan y=4,4x + 21,8. proporsi umur tertinggi yaitu 61-68 tahun 26,3 %. Sex ratio laki-laki : perempuan yaitu 4:1. Islam 53,7%, Batak 63,4%, SLTA 46,4%, PNS 35,8%, tempat tinggal di Kota Medan 57,7%.
Gejala klinis sesak 84,0%, keluhan utama batuk dan sesak 35,4%, ada penyakit terdahulu 19,4%, TBC 73,5%, bukan biaya sendiri 70,9%, Askes 63,7%, terapi simptomatik 75,4%, Lama rawatan rata-rata adalah 11,1 hari, PBJ 46,9%.
Tidak ada perbedaan proporsi yang bermakna antara jenis kelamin dengan umur penderita ( p=1.000). Tidak ada perbedaan proporsi yang bermakna antara lama rawatan rata dengan keadaan sewaktu pulang (p =0,282). Proporsi penatalaksanaan medis berupa kemoterapi, radioterapi, kemoterapi + radioterapi maupun terapi simptomatik secara bermakna lebih tinggi pada bukan biaya sendiri. (X2 = 9,113, p=0,011; 85,7% vs 14,3% dan 65,2% vs 34,8%). Tidak ada perbedaan
yang bermakna antara keadaan sewaktu pulang dengan sumber pembiayaan (p=0,251).
Pihak rumah sakit diharapkan melengkapi pencatatan kartu status seperti pekerjaan lebih spesifik mengenai kondisi lingkungan kerja penderita dan jenis kanker paru serta memberikan pemahaman kepada penderita tentang penatalaksanaan kanker paru.
Kata Kunci : Kanker Paru, Karakteristik Penderita
(17)
ABSTRACT
The epidemic of lung cancer mortality has been identified as a major health issue confronting both developed and developing countries. Every year there are more than 1.3 million cases of lung cancer incidence in the world which causes about 1.1 million deaths each year and the prognosis of lung cancer with 5-year survival period of less than 10%.
To determine the characteristics of lung cancer patients hospitalized at Dr. Medan Pirngadi 2005-2009, conducted research with a descriptive case series design. Population and sample data is 175 persons (total sampling). Data obtained from medical records.
Trend requests lung cancer patients based on data for 2005-2009 show a increase with the line equation y= 4,4x + 21,8. The proportion of lung cancer patients based on sociodemographic the highest proportion aged 61-68 years 26,3%. Sex ratio male : female is 4:1. Moslems 53.7%, Bataknesse 63.4%, senior high school 46.4%, civil servants 35.8%, reside out of Medan, 57.7%. Clinical symptoms of shortness 84.0%, the main complaint cough and shortnes 35.4%, no previous disease 19.4%, tuberculosis 73.5%, not the costs own 70.9%, Askes 63.7%, symptomatic therapy 75.4%, the average treatment duration was 11.1 days, 46.9% PBJ.
There was no significant difference in proportion between the sexes with age at onset (p = 1.000). There was no significant difference between the proportion of older nursing home razed to the situation when (p = 0.282). The proportion of medical treatment in the form of chemotherapy, radiotherapy, chemotherapy + radiotherapy or symptomatic therapy were significantly higher in the not at their own expense. (X2 = 9.113, p = 0.011; 85.7% vs 14.3% and 65.2% vs. 34.8%). There was no significant difference between the circumstances when home with financing sources (p = 0.251).
The hospital is expected to complete the regristration card for each patient such as occupations and make specific details for working environment and to give understanding for patient about the treatment of lung cancer.
(18)
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pembangunan kesehatan diarahkan dengan tujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar peningkatan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya dapat terwujud.1 Salah satu upaya kesehatan masyarakat yang dapat dilakukan adalah pengendalian penyakit tidak menular.2
Perhatian terhadap penyakit tidak menular makin hari makin meningkat, karena semakin meningkatnya frekuensi kejadiannya pada masyarakat.3 Selain itu dewasa ini masalah penyakit menular masih tetap dirasakan oleh sebagian besar penduduk negara berkembang.4
Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas), penyakit tidak menular menunjukkan peningkatan kasus dan penyebab kematian. Bila dibandingkan hasil SKRT (Survei Kesehatan Rumah Tangga) 1995, SKRT 2001 dan Riskesdas 2007, terlihat proportionate mortality ratio (PMR) penyakit tidak menular di Indonesia semakin meningkat dari 45,42% tahun 1995 menjadi 48,53% tahun 2001 dan meningkat lagi menjadi 60% tahun 2007.2
Kanker merupakan salah satu penyakit tidak menular yang menjadi masalah kesehatan dan merupakan penyakit yang ditakuti karena keganasannya serta memerlukan pembiayaan yang tinggi untuk penanggulangannya tanpa harapan kesembuhan yang berarti. Penyakit ini sering ditemukan pada stadium lanjut dengan
(19)
Berdasarkan SKRT tahun 2002 penyakit kanker merupakan penyebab kematian keenam di Indonesia setelah kecelakaan lalu lintas, penyakit infeksi, jantung, diare dan stroke. Dengan peningkatan PMR penyakit kanker dari 3,4 % tahun 1980 menjadi 6 % tahun 2001. Berdasarkan Riskesdas tahun 2007, Prevalens
Rate (PR) tumor di Indonesia 4,3 per 1000 penduduk dan kanker merupakan
penyebab kematian ketujuh (5,7%) setelah stroke, tuberkulosis, hipertensi, cedera, perinatal, dan diabetes melitus.5
Kanker paru merupakan salah satu masalah utama di bidang kesehatan pada kurun waktu akhir-akhir ini dan merupakan salah satu tantangan terbesar di bidang onkologi. Tantangan ini disebabkan oleh naiknya insiden kanker paru yang terus menerus terutama pada kebanyakan negara berkembang hingga diperkirakan akan menimbulkan kenaikan drastis kanker paru di negara tersebut pada permulaan abad yang akan datang.6 Setiap tahun terdapat lebih dari 1,3 juta kasus insiden kanker paru di dunia yang menyebabkan sekitar 1,1 juta kematian tiap tahunnya dan prognosis kanker paru dengan masa tahan hidup 5 tahun kurang dari 10%.7
Kejadian epidemi dari kematian akibat kanker paru telah diidentifikasi sebagai isu kesehatan utama di negara maju dan negara berkembang. Pada tahun 2000 lebih dari satu juta orang meninggal akibat kanker paru di seluruh dunia. Proporsi kematian yang terjadi di banyak negara maju 53% dan selebihnya yaitu proporsi kematian 47% terjadi di beberapa negara berkembang.8
Di Thailand, Insidens Rate (IR) kanker paru mengalami peningkatan lebih dari empat kali lipat yaitu 3,9 per 100.000 penduduk pada tahun 1995 menjadi 18,3 per 100.000 penduduk pada tahun 2003.11 Di Korea (tahun 2003-2005) diperkirakan
(20)
terdapat 48.370 kasus kanker paru dengan proporsi laki-laki 73,21% (35.412 kasus) dan proporsi pada wanita 26,79 % (12.958 kasus).10
Pengaruh rokok dan paparan bahan asbestos sering sekali dihubungkan dengan kasus kanker paru.15 Di Amerika Serikat setiap tahunnya, asbestos diperkirakan berhubungan dengan 3.400 sampai 8.500 kasus baru kanker paru.16 Hasil studi di Thailand tahun 2006 terdapat 5.299 kasus kanker paru yang diperkirakan berhubungan dengan rokok.8
Hasil survei penyakit tidak menular oleh Direktorat Jenderal PPM & PL di 5 rumah sakit propinsi di Indonesia (Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Lampung dan Sumatera Selatan) pada tahun 2004, kanker paru menduduki urutan ketiga angka kesakitan dengan proporsi 30% (Depkes RI, 2004).12 Berdasarkan data statistik dari RS. Dharmais Jakarta tahun 2007, kasus kanker paru menduduki urutan ketiga dari 10 besar kanker tersering rawat jalan dengan proporsi 8,93 % (113 kasus).9
Hasil penelitian Nur Tri Utami Kurnia (2008), menunjukkan bahwa penderita kanker paru yang rawat inap di RSU Dr. Pirngadi Medan tahun 2004-2006 berjumlah 108 orang. 13 Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Melindawati BR.G (2009), menunjukkan bahwa penderita kanker paru yang rawat inap di RSUP H. Adam Malik Medan tahun 2004-2008 berjumlah 378 orang, dengan penderita yang meninggal berjumlah 28 orang.14
Berdasarkan survey pendahuluan yang dilakukan diketahui bahwa penderita kanker paru yang rawat inap di RSU. Dr. Pirngadi Medan tahun 2005-2009 berjumlah 175 orang. Pada tahun 2005 jumlah penderita kanker paru yang rawat inap ada 16
(21)
orang, tahun 2006 ada 46 orang, tahun 2007 ada 31 orang, tahun 2008 ada 42 orang dan tahun 2009 ada 40 orang.
Dari latar belakang di atas maka perlu dilakukan penelitian mengenai Karakteristik Penderita Kanker Paru Rawat Inap di RSU. Dr. Pirngadi Medan Tahun 2005-2009.
1.2. Perumusan Masalah
Belum diketahui karakteristik penderita kanker paru yang dirawat inap di RSU. Dr. Pirngadi Medan Tahun 2005-2009.
1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui karakteristik penderita kanker paru yang dirawat inap di RSU. Dr. Pirngadi Medan Tahun 2005-2009.
1.3.2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui trend kunjungan penderita kanker paru rawat inap berdasarkan data tahun 2005-2009.
b. Untuk mengetahui distribusi proporsi penderita kanker paru berdasarkan sosiodemografi meliputi : umur, jenis kelamin, agama, suku, pendidikan, pekerjaan dan tempat tinggal.
c. Untuk mengetahui distribusi proporsi penderita kanker paru berdasarkan keluhan utama.
(22)
d. Untuk mengetahui distribusi proporsi penderita kanker paru berdasarkan riwayat merokok.
e. Untuk mengetahui distribusi proporsi penderita kanker paru berdasarkan jenis kanker paru.
f. Untuk mengetahui distribusi proporsi penderita kanker paru berdasarkan riwayat penyakit terdahulu.
g. Untuk mengetahui distribusi proporsi penderita kanker paru berdasarkan sumber pembiayaan.
h. Untuk mengetahui distribusi proporsi penderita kanker paru berdasarkan stadium klinis.
i. Untuk mengetahui distribusi proporsi penderita kanker paru berdasarkan penatalaksanaan medis.
j. Untuk mengetahui distribusi proporsi penderita kanker paru berdasarkan lama rawatan rata-rata.
k. Untuk mengetahui distribusi proporsi penderita kanker paru berdasarkan keadaan sewaktu pulang.
l. Untuk mengetahui distribusi proporsi jenis kelamin penderita kanker paru berdasarkan umur penderita kanker paru.
m. Untuk mengetahui lama rawatan rata-rata berdasarkan keadaan sewaktu pulang.
n. Untuk mengetahui proporsi sumber pembiayaan berdasarkan penatalaksanaan medis.
(23)
o. Untuk mengetahui proporsi sumber pembiayaan berdasarkan keadaan sewaktu pulang.
p. Untuk mengetahui proporsi keadaan sewaktu pulang berdasarkan penatalaksanaan medis
1.4. Manfaat Penelitian
1.4.1. Sebagai bahan masukan bagi pihak RSU. Dr. Pirngadi Medan tentang karakteristik penderita kanker paru rawat inap di rumah sakit tersebut sehingga dapat meningkatkan pelayanan termasuk dalam penyediaan fasilitas yang dibutuhkan bagi penderita kanker paru.
1.4.2. Menambah wawasan dan pengalaman penulis tentang karakteristik penderita kanker paru rawat inap di RSU. Dr. Pirngadi Medan tahun 2005-2009.
1.4.3. Sebagai sumber informasi atau referensi bagi pihak lain yang ingin melakukan penelitian selanjutnya tentang kanker paru.
(24)
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Anatomi dan Fungsi paru
Paru-paru adalah organ yang berbentuk kerucut dengan apex (puncak) di atas dan muncul sedikit lebih tinggi dari klavikukula di dalam dasar leher.17 Fungsi utama paru sebagai organ adalah untuk pertukaran gas O2 dan CO 2 yang ada di dalam darah dengan udara pernapasan.5
Paru-paru dibagi menjadi beberapa belahan atau lobus oleh fisura. Paru-paru kanan mempunyai tiga lobus dan paru-paru kiri dua lobus. Setiap lobus tersusun atas lobula. Sebuah pipa bronkhial kecil masuk ke dalam setiap lobula dan semakin ia bercabang, semakin menjadi tipis dan akhirnya berakhir menjadi kantong kecil-kecil, yang merupakan kantong-kantong udara paru-paru. Jaringan paru-paru adalah elastik, berpori dan seperti spon.17
Paru-paru dapat dikembangkempiskan melalui dua cara: (1) diafragma bergerak turun naik untuk memperbesar atau memperkecil rongga dada, dan (2) depresi dan elevasi tulang iga untuk memperbesar atau memperkecil diameter anteroposterior rongga dada. Pernapasan normal dan tenang dapat dicapai dengan hampir sempurna melalui metode pertama dari kedua metode tersebut, yaitu melalui gerakan diafragma.18
Jika kemampuan mengembang dinding toraks atau paru menurun sedangkan tahanan saluran napas meningkat, maka tenaga yang diperlukan oleh otot pernapasan guna memberikan perubahan volume serta tenaga yang diperlukan kerja pernapasan
(25)
Jika paru-paru tidak mampu memenuhi kebutuhan oksigen, akhirnya akan menimbulkan sesak nafas.
Gangguan mekanik dari alat pernapasan yang disebabkan oleh beberapa penyakit paru akan meningkatkan kerja otot pernapasan yang melebihi pemasokan energi aliran darah dengan akibat terjadi penumpukan bahan-bahan metabolik. Bahan metabolik merangsang reseptor sensoris yang terdapat di dalam otot dan akan menimbulkan sensasi sesak nafas.6
2.2. Definisi Kanker paru
Kanker paru adalah tumor ganas paru primer yang berasal dari saluran pernafasan. Kanker paru tumbuh dari salah satu jenis sel yang ada di dalam saluran pernafasan yaitu epitel bronkus.19
(26)
Titik tumbuh karsinoma paru berada di percabangan segmen atau subsegmen bronkus. Pada tempat pertumbuhan tumor tampak berupa nodul kecil kemudian tumbuh menjadi gumpalan dan meluas ke arah sentral atau sentripetal dan ke arah pleura. Paru merupakan tempat paling umum untuk metastatis kanker dari berbagai tempat.20 Penyebaran limfatik (karsinomatosa limfangitis) menyebabkan suatu perselubungan linier pada paru, biasanya disertai pembesaran kelenjar getah bening hilus.21
2.3. Klasifikasi Kanker Paru
Klasifikasi kanker paru berdasarkan tujuan pengobatan dibedakan menjadi dua bagian yaitu : 22
2.3.1. Small Cell Lung Cancer (SCLC)
Karsinoma sel kecil biasanya terletak di tengah di sekitar percabangan utama bronki. Karsinoma sel kecil memiliki waktu pembelahan yang tercepat dan prognosis yang terburuk dibandingkan dengan semua karsinoma bronkogenik. Sekitar 70% dari semua pasien memiliki bukti-bukti penyakit yang ekstensif (metastatis ke distal) pada saat diagnosis, dan angka kelangsungan hidup 5 tahun kurang dari 5%.23
Gambaran histologis karsinoma sel kecil yang khas adalah dominasi sel-sel kecil yang hampir semuanya diisi oleh mucus dengan sebaran kromatin dan sedikit sekali/tanpa nucleoli. Bentuk sel bervariasi ada fusiform, polygonal dan bentuk seperti limfosit.22
(27)
2.3.2. Non Small Cell Lung Cancer (NSCLC)
a. Karsinoma Epidermoid/ Karsinoma Sel skuamos
Perubahan karsinoma sel skuamos biasanya terletak sentral di sekitar hilus, dan menonjol ke dalam bronki besar. Diameter tumor jarang melampaui beberapa sentimeter dan cenderung menyebar secara langsung ke kelenjar getah bening hilus, dinding dada dan mediastinum. Karsinoma sel skuamosa seringkali disertai batuk dan hemoptisis akibat iritasi atau ulserasi, pneumonia, dan pembentukan abses akibat obstuksi dan infeksi sekunder. Karena tumor ini cenderung agak lamban dalam bermetastatis, maka pengobatan dini dapat memperbaiki prognosis.23
b. Adenokarsinoma23
Adenokarsinoma memperlihatkan susunan selular seperti kelenjar bronkus dan dapat mengandung mucus. Kebanyakan dari jenis tumor ini timbul di bagian perifer segmen bronkus dan kadang-kadang dapat dikaitkan dengan jaringan parut lokal pada paru dan fibrosis interstisial kronik. Lesi sering kali meluas ke pembuluh darah dan limfe pada stadium dini, dan sering bermetastatis jauh sebelum lesi primer. c. Karsinoma Sel Besar
Karsinoma sel besar adalah sel-sel ganas yang besar dan berdiferensiasi sangat buruk dengan sitoplasma yang besar dan ukuran inti bermacam-macam. Sel-sel ini cenderung timbul pada jaringan paru perifer, tumbuh cepat dengan penyebaran ekstensif dan cepat ke tempat-tempat yang jauh.23
(28)
2.4 Gejala Klinis kanker Paru
Beberapa gejala klinik ada hubungannya dengan jenis histologi kanker paru. Karsinoma epidermoid sering tumbuh sentral, memberikan gejala klinik yang sesuai dengan pertumbuhan endobronkial. Meliputi batuk, sesak nafas akibat obstruksi, atelektasis, wheezing atau post obstuktif pneumonia. Berbeda dengan adeno karsinoma dan large cell carcinoma, yang sering terletak pada bagian perifer memberikan gejala yang berhubungan dengan pertumbuhan tumor di perifer seperti nyeri pleuritis, pleural effusi, atau nyeri dari dinding dada.19
Gejala klinik kanker paru beraneka ragam, secara garis besar dapat dibagi atas :19,6 2.4.1. Gejala Intrapulmonal
Gejala intrapulmonal disebabkan gejala lokal adanya tumor di paru, yaitu melalui gangguan pada pergerakan silia serta ulserasi bronkus yang memudahkan terjadinya radang berulang, disamping dapat mengakibatkan obstuksi saluran napas atau atelektasis.
Gejala dapat berupa batuk lama atau berulang lebih dari 2 minggu yang terjadi pada 70-90% kasus. Batuk darah yang terjadi sebagai akibat ulserasi terjadi pada 6-51% kasus. Nyeri dada terjadi pada 42-67% kasus, sesak nafas yang disebabkan oleh tumor atau obstruksi yang ditimbulkan tumor ataupun karena atelektasis. Keluhan sesak napas terdapat pada 58% kasus.
2.4.2. Gejala Intratorakal Ekstrapulmonal
Gejala intratorakal ekstrapulmonal terjadi akibat penyebaran kanker paru melalui kelenjar limfe, atau akibat penyebaran langsung kanker paru ke mediastnum.
(29)
Gejalanya berupa sindrom Horner, paralisis diafragma, sesak napas, atelektasis, disfagia, sindrom vena cava superior, efusi pleura dan lain-lain.
2.4.3. Gejala Estratorakal Non Metastatik
Gejala estratorakal non metastatik terbagi atas manifestasi neuromuskuler ditemukan pada 4-15% kasus, manifestasi endokrin metabolik terjadi pada 5-12,1% kasus, manifestasi jaringan ikat dan tulang sering terdapat pada jenis karsinoma epidermoid, manifestasi vaskuler dan hematologik jarang ditemukan dan bila ditemukan biasanya berupa migratory thrombophlebitis, purpura dan anemia.
2.4.4 Gejala Ektratorakal Metastatik
Penyebaran kanker paru ekstratorakal dapat terjadi pada beberapa tempat baik secara hematogen maupun limfogen. Lebih dari 50% penderita kanker paru mengalami metastase ekstra torakal, sering pada tempat yang berbeda dan sering ditemui kelainan neurologis fokal, nyeri tulang dan nyeri perut akibat metastase pada hati atau metastase pada kelenjar adrenal.
2.5. Stadium Klinis27
Pembagian stadium klinis kanker paru berdasarkan system TNM menurut
International Union Againts Cancer (IUAC) The American Joint on Cancer Comitee
(30)
Tabel 2.1. Klasifikasi Stadium Klinis Kanker Paru berdasarkan TNM
Stadium TNM
0 Karsinoma In Situ
I IA T1N0M0
IB T2N0M0
II IIA T1N1M0
IIB T2N1M0
III IIIA T3N0M0
T3N1M0 T1N2M0 T2N2M0 T3N2M0
IIIB T4N0M0
T4N1M0 T4N2M0 T1N3M0 T2N3M0 T3N3M0 T4N3M0
IV Setiap T, Setiap N dengan M1
Keterangan :
Tumor Primer (T) Tis : Karsinoma in situ
T1 : Tumor dengan ukuran ≤ 3 cm, dikelilingi oleh pleura paru atau viseral dan tidak ada invasi proksimal ke lobus bronkus pada bronskopkopi.
T2 : Tumor ukuran > 3 cm, melibatkan bronkus utama, perluasan ke pleura viseral, perluasan ke hilus akibat atelektasis atau pneumonitis obstruktif.
T3 : Tumor ukuran berapa saja yang langsung meluas ke dinding dada, diafragma, pleura mediastinalis, dan perikardium parietal atau tumor di bronkus utama
(31)
yang terletak < 2 cm dari distal karina, tetapi tidak melibatkan karina, atau adanya atelektasis/ pneumonitis obstruktif seluruh paru.
T4 : Tumor ukuran berapa saja dan meluas ke mediastinum, jantung, pembuluh darah besar, trakea, esofagus, korpus vertebra, rongga pleura/ perikardium yang disertai efusi pleura/ perikardium, satelit nodul ipsilateral pada lobus yang sama pada tumor primer.
Kelenjar Getah Bening Regional (N)
N0 : Tidak ada metastatis ke kelenjar getah bening regional
N1 : Metastasis ke kelenjar getah bening hilus, dan atau peribronkial, serta kelenjar getah bening pada paru karena perluasan langsung tumor primer.
N2 : Metastasis ke kelenjar getah bening mediastinum atau kelenjar getah bening di bawah karina.
N3 : Metastasis ke kelenjar getah bening hilus kontra lateral, atau skelenus kontra lateral/ipsi lateral, atau kelenjar getah bening supraklavikuler.
Metastasis Jauh (M)
M0 : Tidak ada metastasis jauh.
M1 : Metastasis ke hepar, anak ginjal, tengkorak.
2.6. Status Performance Penderita Kanker Paru
Untuk mengetahui kualitas hidup penderita kanker paru, diperlukan suatu standar. Standar untuk menilai kualitas hidup yang sering dipakai adalah indeks performance dari Karnoffsky. Status performance ini penting untuk menentukan
(32)
rencana terapi yang akan diberikan pada penderita. Selain itu juga penting untuk evaluasi hasil terapi yang telah diberikan pada penderita kanker paru.19
Status performance menurut Karnoffsky adalah sebagai berikut :6,19 a. 100% = Mampu melakukan aktivitas normal, tidak ada keluhan. b. 90% = Mampu melakukan aktivitas normal, gejala penyakit ringan.
c. 80% = Dengan usaha mampu melakukan aktivitas normal dengan gejala penyakit cukup didapatkan.
d. 70% = Tidak mampu bekerja, mampu merawat dirinya sendiri.
e. 60% = Untuk merawat dirinya sendiri terkadang membutuhkan pertolongan. f. 50% = Membutuhkan banyak pertolongan untuk merawat dirinya sendiri,
serta memerlukan perawatan medik.
g. 40% = Penderita cacat, memerlukan perawatan khusus.
h. 30% = Penderita cacat berat, memerlukan perawatan di rumah sakit. i. 20% = Sakit berat, harus dirawat di rumah sakit
j. 10% = Hampir meninggal k. 0% = Meninggal.
(33)
2.7. Epidemiologi Kanker Paru 2.7.1. Frekuensi dan Distribusi a. Orang
Kanker paru merupakan salah satu jenis kanker yang paling sering ditemukan pada laki-laki dibanding perempuan.28 Berdasarkan hasil penelitian Cancer Research UK (United Kingdom) tahun 2003 di Inggris (tahun 1999), IR kanker paru pada laki-laki 70,4 per 100.000 penduduk sedangkan pada wanita 34,9 per 100.000 penduduk. Menurut Hasil penelitian SEER (Surveilance Epdemiology and End Result) tahun 2003, Insidens Rate kanker paru tahun 2000 di Amerika Serikat pada laki-laki 79,7 per 100.000 penduduk sedangkan pada wanita 49,7 per 100.000 penduduk.8
Survei epidemiologi kanker paru pada umumnya melaporkan bahwa kurang lebih 90% kasus kanker paru terjadi pada penderita berusia diatas 40 tahun.19 Kurang dari 5% pasien kanker paru berumur di bawah 40 tahun.25 Laporan SEER Cancer
Statistics tahun 2000-2004, Insidens Rate kanker paru pada usia ≥ 65 tahun 358,7 per
100.000 penduduk sedangkan usia < 65 tahun 17,3 per 100.000 penduduk. b. Tempat
Cause Spesifik Death Rate (CSDR) kanker paru antara negara satu dengan
negara yang lain berbeda. Hal ini berhubungan dengan kebiasaan merokok di negara tersebut. Angka kematian karena kanker paru CSDR per 100.000 penduduk pada pria usia 45 tahun atau lebih pada tahun 1972, di Sri lanka 4, Mesir 7, Taiwan 47, Jepang 75, Australia 184, Amerika Serikat 194, Belanda 281, dan Inggris 310. 19
(34)
c. Waktu
Data penderita kanker paru dari RSUP Persahabatan Jakarta menunjukkan peningkatan dari tahun ke tahun. Pada tahun 1970-1976 ditemukan 382 kasus, tahun 1980-1984 sebanyak 374 kasus,tahun 1984-1988 sebanyak 666 kasus dan tahun 1998 ditemukan 273 kasus.27
Data penderita kanker paru dari RS. Dharmais Jakarta tahun 2004 sebanyak 86 kasus mengalami peningkatan menjadi 111 kasus pada tahun 2006 dan 113 kasus pada tahun 2007.9
2.7.2. Determinan a. Umur
Berdasarkan hasil survei kanker paru yang dikutip dari Alsagaf (1995), dilaporkan bahwa 90% kasus kanker paru terjadi pada usia ≥ 40 tahun. Di Amerika, penderita kanker paru terbanyak pada usia ≥ 4 0 tahu n yaitu sebesar 9 0 %, d an di Indonesia sebesar 84,4%. 19
b. Jenis Kelamin
Kanker paru lebih sering terjadi pada laki-laki dibandingkan dengan perempuan.41 Survei epidemiologis kanker paru atas dasar jenis kelamin pada umumnya melaporkan perbandingan kasus laki-laki dibanding wanita adalah 5:1 (A.S, 70,6 : 14,4 per 100.000 penduduk; R.S. Dr. Soetomo, Surabaya 39:8).19
Hasil penelitian Liauw KM & Chen CJ (982-1994) dengan desain kohort Dikalangan kaum pria, kebiasaan merokok secara bermakna berhubungan dengan peningkatan risiko kematian akibat kanker paru 3 kali (RR(risiko relatif)=3) dan pada
(35)
c. Pengaruh Genetik dan Status Imunologi
Kanker paru dapat di pengaruhi oleh keadaan genetik. Normalnya, pertumbuhan sel berjalan dalam beberapa tahapan dan di kontrol oleh gen (pembawa informasi) yang sebagian bertindak sebagai pemicu, penghambat pertumbuhan dan gen pengontrol proses lain dalam sel agar berjalan baik. Gangguan pada gen atau proses pertumbuhan itu dapat menyebabkan sel tumbuh tidak terkendali. Pada beberapa kondisi tidak semua gangguan itu berkembang cepat namun dapat berhenti sebelum berubah menjadi ganas (tumor jinak). Namun, ketika gangguan semakin berat dan bermetastasis ke organ lain maka hal inilah yang dikatakan sebagai kanker.33
Status imunologi penderita yang dipantau dari celular mediated menunjukkan adanya korelasi antara derajat differensiasi sel, stadium penyakit, tanggapan terhadap pengobatan serta prognosis. Penderita yang alergi umumnya tidak memberikan tanggapan yang baik terhadap pengobatan dan lebih cepat meninggal.6
d. Rokok
Insidens kanker paru berhubungan erat dengan kebiasaan merokok.31 Merokok merupakan faktor risiko utama kanker paru. Pada rokok terdapat zat karsinogen dan zat pemicu timbulnya kanker.32 Risiko relatif terjadinya kanker paru pada perokok adalah 20 kali dibandingkan dengan non perokok. 6,15
Dari data Susenas 2001 dapat dilihat prevalensi perokok di Indonesia pada penduduk umur di atas 10 tahun (27,7 %). Prevalensi perokok cenderung meningkat selama 5 tahun terakhir. Pola merokok bergeser pada kelompok umur yang lebih muda (15-19 tahun). Prevalensi merokok menurut jenis kelamin didapatkan pada
(36)
penduduk laki-laki (54,5%) dan perempuan (1,2%). Dari mereka yang merokok sebanyak 92 % menyatakan kebiasaannya merokok di dalam rumah ketika bersama anggota rumah tangga lainnya. Hal ini memberikan gambaran bahwa sebagian besar dari anggota rumah tangga dapat dikategorikan sebagai perokok pasif.44
Beberapa data epidemiologi yang dilaporkan meningkatkan risiko kanker paru adalah jumlah rokok yang dikonsumsi yaitu lebih dari 20 batang sehari, lama merokok lebih dari 10 tahun, dan kebiasaan merokok dengan cara menghisap dalam-dalam.Merokok dalam jangka panjang yaitu 10-20 tahun, dengan jumlah merokok 1-10 batang/hari meningkatkan risiko 15 kali, 20-30 batang/hari meningkatkan risiko 40-50 kali serta 40-50 batang/hari meningkatkan risiko 70-80 kali. Jika seorang perokok menghentikan kebiasaan merokok, maka baru akan menunjukkan risiko yang sama dengan bukan perokok 10-13 tahun kemudian.6,15
e. Paparan Industri6
Pemaparan terhadap zat kimia tertentu di tempat kerja jelas berhubungan dengan perkembangan kanker paru. Angka Insiden paru pun meningkat pada pekerja yang terpapar beberapa bentuk nikel dan asbestos.
Asbestos adalah fibrosis paru yang berkembang secara perlahan akibat menghirup debu asbestos berkonsentrasi tinggi atau akibat pemaparan yang lama. Asbestos tingkat lanjut sering dihubungkan dengan kanker paru terutama dikalangan perokok. Asbestos dapat meningkatkan risiko kanker paru 6-10 kali. Para pekerja di industri bahan-bahan radioaktif seperti penambang uranium mempunyai risiko menderita kanker paru 4 kali lebih besar dari pada populasi umum. Paparan industri
(37)
Pekerjaan yang meningkatkan risiko kanker paru antara lain penambang nikel, industri ion exchange resins yang menggunakan chloromethyl ether dan bis (chloromethyl) ether, penambang biji kromit, industri pemakai arsenikum, gas mostar, jelaga, tir dan hidrokarbon aromatik polisiklik.
World Health Organization (WHO) pada tahun 2004 mengeluarkan pedoman tentang karsinogen di tempat kerja dan perkiraan risiko relatif terhadap kejadian kanker paru. Menurut Steenland et all (1996), Risiko relatif untuk kanker paru akibat pajanan karsinogen di tempat kerja (tidak termasuk radon) diperkirakan 1,6. Orang yang terpapar arsenik dan asbestos dengan dosis rendah memiliki risiko 1,2 kali untuk menderita kanker paru (RR 1,22-1,32; 95% Cl).46
f. Penyakit lain15
Tuberkulosis paru banyak dikaitkan sebagai faktor predisposisi kanker paru. Melalui mekanisme hiperplasi, metaplasi, karsinoma in situ kanker paru sebagai akibat adanya jaringan parut tuberkulosis.
2.8. Pencegahan Kanker Paru 2.8.1 Pencegahan Primodial
Tujuan pencegahan primodial adalah untuk mencegah timbulnya pola hidup berisiko tinggi. Pencegahan primodial pada kanker paru adalah dengan mencegah gaya hidup merokok untuk mencegah timbulnya peningkatan kejadian kanker paru.34 Pencegahan atau pengurangan merokok dapat juga ditempuh melalui penerapan kebijaksanaan dan regulasi tentang rokok. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan pada pasal 114 menyebutkan bahwa setiap
(38)
orang yang memproduksi atau memasukkan rokok ke wilayah Indonesia wajib mencantumkan peringatan kesehatan dan pada pasal 115 menyebutkan kawasan tanpa rokok antara lain fasilitas pelayanan kesehatan, tempat proses belajar mengajar, tempat anak bermain, tempat ibadah, angkutan umum, tempat kerja, tempat umum serta tempat lain yang ditetapkan.35
2.8.2 Pencegahan Primer
Pencegahan primer adalah usaha untuk mencegah timbulnya kanker dengan menghilangkan dan melindungi diri dari kontak dengan zat karsinogen dan faktor-faktor yang dapat menimbulkan kanker.36 Pencegahan primer terhadap kanker paru adalah dengan tidak merokok sejak usia dini, apabila sudah merokok hendaklah segera berhenti merokok, menjauhi perokok22 dan bila bekerja di tempat yang ada polusi udara seperti debu sebaiknya menggunakan alat pelindung diri (masker).36 2.8.3. Pencegahan Sekunder
Pencegahan sekunder adalah usaha untuk mencegah timbulnya kerusakan lebih lanjut. Pencegahan sekunder adalah dengan deteksi dini, diagnosis kanker paru serta penatalaksanaan klinis dengan segera.36
a. Deteksi Dini
Deteksi dini kanker ialah usaha untuk menemukan adanya kanker yang masih dapat disembuhkan, yaitu kanker yang belum lama tumbuh, masih kecil, masih lokal, masih belum menimbulkan kerusakan yang berarti, pada golongan masyarakat tertentu dan pada waktu tertentu. Deteksi dini kanker paru dapat dilakukan dengan X-foto toraks dan Sitologi sputum.36
(39)
b. Diagnosa kanker Paru b.1 Anamnesis
Anamnesis dapat memberikan petunjuk adanya kanker paru. Keluhan dan gejala klinis permulaan yang merupakan petunjuk ke arah karsinoma paru terutama pada golongan resiko tinggi. Batuk disertai dengan dahak yang banyak, purulenta dan kadang-kadang bercampur dengan darah. Sesak napas dengan suara pernapasan yang nyaring (wheezing) mirip dengan serangan asma bronkial. Rasa nyeri di rongga dada. Pada umumnya keadaan lemah, berat badan menurun, anoreksia dan tidak ada kemauan merokok yang sebelumnya adalah perokok.20
b.2 Pemeriksaan fisik
Salah satu bentuk yang paling sering ditemukan pada kanker paru adalah terjadinya osteoatropati dari ujung-ujung jari yakni berupa clubbing fingers (jari-jari tabuh).24 Selain itu, ada ditemukan beberapa kelainan yang dapat memperkuat kecurigaan adanya kanker paru seperti perubahan bentuk dinding toraks dan deviasi trakea, tumor yang letaknya di perifer meluas pada jaringan bawah kulit berupa penonjolan, kelenjar getah bening teraba terutama di daerah supraklavikula dan terjadi perluasan tumor ke permukaan pleura yang dapat menyebabkan efusi pleura.20
Pada stadium lanjut kelainan yang terjadi dapat berupa paralisis dari pita suara (serak), obstruksi vena cava, sindroma Horner, gangguan neurologik seperti paralisis hemidiafragma dan metastase ke kulit dan lain-lainnya.25
b.2.1 Laboratorium24
Pemeriksaan laboratorium dilakukan untuk mengetahui adanya resiko imunologi terhadap sel tumor. Pemeriksaan laboratorium pada kanker paru ditujukan
(40)
pada 5 hal, antara lain : Untuk menilai kerusakan yang ditimbulkan oleh kanker terhadap paru. Kerusakan pada paru dapat dinilai dengan pemeriksaan faal paru yang bertujuan untuk menilai adanya kegagalan pernapasan. Selain itu untuk menilai berbagai kelainan elektrolit Na, K, Cl, Ca, P yang disebabkan oleh kanker dan untuk menilai kerusakan yang ditimbulkan oleh kanker paru pada organ- organ yang lainnya. Kemudian juga ditujukan untuk menilai kerusakan yang ditimbulkan oleh kanker paru pada jaringan tubuh yang disebabkan oleh tumor primer atau metastasisnya serta untuk menilai reaksi imunologi yang terjadi.
b.2.2 Radiologi
Pemeriksaan radiologi digunakan dalam menegakkan diagnosis pada kanker paru terutama pada kelompok berisiko tinggi (high risk group).24 Pemeriksaan foto dada merupakan pemeriksaan awal sederhana yang dapat mendeteksi adanya kanker paru. Pemeriksaan dengan computer tomograph pada dada lebih sensitif dari pada pemeriksaan foto dada biasa, karena dapat mendeteksi kelainan atau nodul dengan diameter minimal 3 mm. Pemeriksaan dengan Magnetic Resonance Imaging (MRI) dilakukan untuk menilai kelainan tumor yang menginvasi ke dalam medula spinal dan mediastinum namun biayanya cukup mahal.22
b.2.3 Sitologi Sputum
Secara umum pemeriksaan sitologi sputum dapat dilakukan untuk diagnosis kanker paru sampai 80% kanker yang terletak di sentral, tetapi kurang dari 20% di perifer.20
(41)
sputum dianjurkan sebagai pemeriksaan rutin dan screening untuk diagnosis dini kanker paru. Ketepatan diagnosis sitologi sputum pada karsinoma epidermoid adalah 84,5%, karsinoma sel kecil sebesar 70% dan adenokarsinoma sebesar 57%.24
Pemeriksaan sitologi tidak selalu memberikan hasil positif, hal ini bergantung pada letak tumor terhadap bronkus, jenis tumor, teknik mengeluarkan sputum, jumlah sputum yang diperiksa dan waktu pemeriksaan sebaiknya keadaan sputum harus segar.22
b.2.4 Bronkoskopi 19
Bronkoskopi serat optik/bronkoskop fiber optik merupakan teknik yang sering digunakan untuk mendiagnosis definitif kanker paru. Dengan bronkoskopi kita dapat mengetahui perubahan bronkus, mengetahui perubahan permukaan mukosa, mengetahui perubahan karina dan untuk mengetahui penderajatan kanker.
Ketepatan dari diagnostik bronskopi tergantung dari letak lokasi tumor, secara keseluruhan akurasinya 60-80%. Untuk kanker paru dengan diameter lebih besar dari 2 cm dan terletak di sentral memiliki ketepatan 90% sedangkan untuk kanker paru dengan diameter kurang dari 2 cm dan terletak di perifer ketepatannya hanya sekitar 15-20%.
b.2.5 Biopsi Aspirasi Jarum halus (BAJAH) 20
Biopsi asirasi jarum halus (BAJAH) transtorakal banyak dipergunakan untuk diagnosis kanker paru terutama yang terletak di perifer atau pemeriksaan yang dilakukan bila semua pemeriksaan yang biasanya dilakukan telah gagal dalam menegakkan diagnosis terutama pada lesi yang terletak pada tepi paru.
(42)
Prosedur dan teknik ini relatif sederhana dan akurasi diagnosisnya tinggi. Peranan radiologi sangat penting terutama untuk menentukkan ukuran dan letak, juga menuntun jarum mencapai massa tumor. Penentuan letak tumor bertujuan untuk memilih titik masuk jarum di kulit dinding toraks yang berdekatan pada tumor.
b.2.6. Mediastinoskopi
Mediastinokopi dilakukan untuk melihat tumor yang bermetastasis ke kelenjar getah bening, hilus dan mediastinum.22 Pada penderita kanker paru dengan pemeriksaan non invasif (Magnetic Resonance Imaging, Tomografi dan Computed
Tomography scan) menunjukkan adanya nodul pada mediastinum lalu dilakukan
mediastinoskopi cervial yang memberikan hasil positif 85-90%. Sedangkan bila mediastinoskopi tersebut dilakukan tanpa pemeriksaan non invasif terlebih dahulu, memberikan hasil positif antara 25-40%.19
b.2.7 Torakoskopi
Dengan Torakoskopi ini memungkinkan untuk dilakukan pengambilan cairan pleura, biopsi pleura yang lebih terarah, biopsi pada tumor yang terletak di hilus dan biopsi pada kelenjar di hilus.26
Biopsi tumor di daerah pleura memberikan hasil yang lebih baik dengan cara torakoskopi. Untuk tumor yang terletak di permukaan pleura viseralis dengan cara
Video Assisted Thorascoscopy dan komplikasi yang terjadi amat kecil.22
c. Penatalaksanaan Kanker Paru c.1. Pembedahan
(43)
paru yang tumbuh terbatas pada paru yaitu stadium I (TI N0 M0 atau T2 N0 M0), kecuali pada kanker paru jenis SCLC. Luas reseksi atau pembedahan tergantung pada luasnya pertumbuhan tumor di paru. Pembedahan dapat dilakukan pada stadium lanjut, akan tetapi lebih bersifat paliatif. Pembedahan paliatif dimaksudkan untuk mereduksi tumor agar radioterapi lebih efektif, dengan demikian kualitas hidup penderita kanker paru dapat menjadi lebih baik.20
Di Indonesia hanya 10-25% penderita menjalani pembedahan dengan angka tahan hidup penderita kanker yang dibedah 1 tahun 56,6%, 2 tahun 16,4% dan 5 tahun 2,4%.37
Pembedahan untuk mengobati kanker paru dapat dilakukan dengan cara:20 c.1.1 Wedge Resection, yaitu melakukan pengangkatan bagian paru yang berisi tumor, bersamaan dengan margin jaringan normal.
c.1.2 Lobectomy, yaitu pengangkatan keseluruhan lobus dari satu paru.
c.1.3 Pneumonectomy, yaitu pengangkatan paru secara keseluruhan. Hal ini akan menurunkan fungsi paru. Tindakan ini hanya dilakukan jika diperlukan dan jika pasien memang sanggup bernafas dengan satu paru.
c.2. Radioterapi
Radioterapi berperan cukup besar pada penatalaksanaan kanker paru primer sebagai terapi kombinasi dengan pembedahan dan kemoterapi. Kemoterapi dapat berupa ajuvan disusul dengan radioterapi, atau sekwensial dengan radioterapi atau kemoterapi dapat diberikan bersamaan dengan radiasi hiperfraksinasi.
Radioterapi pada kanker paru sebagai terapi kuratif maupun terapi paliatif. Radioterapi sebagai terapi kuratif dilakukan pada tumor yang tumbuh terbatas pada
(44)
paru, tumor tidak dapat dioperasi karena memiliki risiko tinggi dan pasien menolak melakukan operasi. Radioterapi paliatif pada kanker paru berfungsi sebagai terapi untuk dapat meningkatkan kualitas hidup. Radioterapi banyak digunakan untuk metastasis tumor pada tulang atau infiltrasi pada dinding torak yang menimbulkan rasa nyeri. 20
c.3. Kemoterapi
Kemoterapi digunakan sebagai terapi baku untuk pasien mulai dari stadium IIIa dan sebagai pengobatan paliatif. Kemoterapi dilakukan terutama untuk kasus tumor yang menyebar dan saat radioterapi dan pembedahan tidak menunjukkan hasil yang baik. Pada karsinoma sel skuamosa pemberian kemoterapi sangat responsif. Pada NSCLC, kemoterapi berperan sebanyak 50% pada penderita dengan stadium lanjut dan 40% pada penderita yang mengalami penurunan sesudah pembedahan atau radiasi. 22
Tujuan pemberian kemoterapi paliatif adalah mengurangi atau menghilangkan gejala yang diakibatkan oleh perkembangan sel kanker tersebut sehingga diharapkan akan dapat meningkatkan kualitas hidup penderita.37
c.4. Immunoterapi 6
Beberapa penelitian menunjukkan adanya hasil yang baik pada pemberian imunoterapi untuk kasus karsinoma bronkogenik. Imunosupresi paling banyak terjadi pada keadaan metastasis dan sangat sedikit terjadi pada tumor yang operabel.
Keuntungan imunoterapi adalah peningkatan angka kelangsungan hidup dan menghindari toksik hematologi akibat sitostatika. Beberapa imunoterapi yang
(45)
digunakan adalah Imuno modulator seperti Thymosin dan Transfer Factor dan imun stimulator seperti methanol extraction residues dan BCG.
2.8.4. Pencegahan Tersier
Pencegahan tersier ialah usaha mencegah terjadinya kecacatan atau komplikasi akibat dari kanker. Pencegahan tersier kanker paru adalah dengan rehabilitasi, baik itu rehabilitasi mental maupun rehabilitasi sosial dan fisik. Rehabilitasi mental dilakukan bagi penderita kanker paru yang mengalami depresi mental akibat kurang pengertiannya terhadap kanker atau salah persepsi akan penyakit kanker tersebut.36
Dalam menghadapi penderitaan fisik dan mental akibat penyakit yang parah seperti kanker, umumnya pasien akan memiliki penerimaan diri yang rendah, harga diri yang rendah, merasa putus asa, bosan, cemas, frustasi, tertekan, dan takut kehilangan seseorang.38 Rehabilitasi mental dapat berupa tindakan konseling, bimbingan mental dari psycholog, ahli agama atau tokoh masyarakat. Rehabilitasi sosial penting sekali artinya supaya penderita setelah pulang dari rumah sakit dapat hidup kembali secara normal di masyarakat.36
(46)
BAB 3
KERANGKA KONSEP
3.1. Kerangka Konsep
Berdasarkan kajian teoritis yang telah dikemukakan, maka disusun kerangka konsep penelitian seperti gambar di bawah ini :
3.2. Definisi Operasional
3.2.1. Penderita kanker paru adalah seseorang yang dinyatakan sakit/ menderita kanker paru berdasarkan diagnosa dokter dan tercatat pada kartu status.
KARAKTERISTIK PENDERITA KANKER PARU
1. Sosio Demografi a. Umur
b. Jenis kelamin c. Agama d. Suku e. Pendidikan f. Pekerjaan g. Tempat tinggal 2. Keluhan utama 3. Riwayat merokok 4. Jenis kanker paru
5. Riwayat penyakit terdahulu 6. Sumber pembiayaan
7. Stadium klinis
8. Penatalaksanaan medis 9. Lama rawatan rata-rata 10. Keadaan sewaktu pulang
(47)
3.2.2. Sosiodemografi
a. Umur adalah usia penderita kanker paru yang dihitung berdasarkan tahun sejak penderita itu lahir sampai pada saat dirawat inap sesuai dengan yang tercatat dalam pada kartu status yang kemudian dikategorikan dengan menggunakan rumus Sturges .
Untuk analisa statistik, umur dikategorikan menjadi:19 1. < 40 tahun
2. ≥ 40 tahun
b. Jenis Kelamin adalah jenis kelamin penderita kanker paru sesuai dengan yang tercatat pada kartu status, yang digolongkan atas:
1. Laki-laki 2. Perempuan
c. Agama adalah Kepercayaan yang dianut dan diyakini oleh penderita kanker paru sesuai dengan yang tercatat pada kartu status, yang digolongkan atas :
1. Islam
2. Kristen Protestan 3. Kristen Katolik 4. Budha
5. Hindu 6. Konghucu
d. Suku adalah ras atau etnik yang melekat pada penderita kanker paru sesuai yang tercatat pada kartu status, yang digolongkan atas :
1. Batak 2. Jawa 3. Padang 4. Aceh 5. Melayu 6. Nias 7. Tiong-Hoa
(48)
e. Pendidikan adalah keterangan mengenai pendidikan formal tertinggi penderita kanker paru sesuai dengan yang tercatat pada kartu status, yang digolongkan atas:
1. Tidak sekolah 2. SD
3. SLTP 4. SLTA 5. Akademi/PT
f. Pekerjaan adalah kegiatan yang dilakukan penderita kanker paru sehari-hari sesuai yang tercatat pada kartu status, yang digolongkan atas :
1. Pegawai negeri (PNS dan TNI/POLRI) 2. Pegawai swasta
3. wiraswasta 4. lain-lain
g. Tempat tinggal adalah Daerah dimana penderita kanker paru tinggal menetap sesuai dengan yang tercatat pada kartu status, yang digolongkan atas:
1. Kota Medan 2. Luar Kota Medan
3.2.3. Keluhan utama adalah keadaan berupa gejala-gejala klinis yang dialami oleh penderita kanker paru yang menyebabkan datang berobat dan dirawat inap sesuai yang tercatat pada kartu status, yang digolongkan atas:
a. Gejala klinis : 1. Batuk 2. Sesak 3. Nyeri dada 4. Batuk darah
(49)
b. Keluhan utama : 1. Batuk
2. Sesak
3. Batuk dan sesak 4. Nyeri dada
5. Batuk dan nyeri dada 6. Sesak dan nyeri dada 7. Batuk, sesak dan nyeri dada 8. Batuk darah
9. Batuk darah dan sesak 10. Batuk darah dan nyeri dada 11. Batuk darah, sesak dan nyeri dada
3.2.4. Riwayat Merokok adalah kebiasaan merokok penderita kanker paru sesuai yang tercatat pada kartu status, yang digolongkan atas :
1. Merokok 2. Tidak merokok
3.2.5. Jenis Kanker Paru adalah jenis kanker paru yang diderita berdasarkan hasil pemeriksaan yang tercatat pada kartu status yang digolongkan atas :21
1. Small Cell Lung Cancer (SCLC) 2. Non Small Cell Lung Cancer (NSCLC)
3.2.6. Riwayat penyakit terdahulu adalah keterangan mengenai ada atau tidaknya penyakit yang pernah diderita sebelum dia menderita kanker paru sesuai yang tercatat pada kartu status, yang digolongkan atas :
1. TBC
2. Bronkitis kronik 3. Asma
Untuk analisa statistik, riwayat penyakit terdahulu dikategorikan atas: 1. Ada
(50)
3.2.7. Sumber pembiayaan adalah jenis sumber biaya yang digunakan oleh penderita kanker paru selama dirawat di rumah sakit sesuai dengan yang tercatat pada kartu status, yang dikategorikan atas :
Sumber Pembiayaan (bukan biaya sendiri) : 1. Asuransi Kesehatan (Askes)
2. Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas)
Untuk analisa statistik, sumber pembiayaan dikategorikan atas : 1. Biaya Sendiri
2. Bukan Biaya Sendiri
3.2.8. Stadium klinis adalah pentahapan klinis kanker paru berdasarkan histoptologi yang tercatat pada kartu status, yang digolongkan atas :21,26
1. Stadium Ia : T1 N0 M0 2. Stadium Ib : T2 N0 M0 3. Stadium IIa : T1 N1 M0 4. Stadium II b : T2 N1 M0
5. Stadium IIIa : T1-3 N2 M0 atau T3 N1 M0
6. Stadium IIIb : T4 setiap N M0 atau setiap T N3 M0 7. Stadium IV : Setiap T setiap N dengan M1
Untuk analisa statistik, Stadium klinis dikategorikan atas : 1. Stadium dini (stadium Ia-IIb)
2. Stadium lanjut (stadium IIIa-IV)
3.2.9. Penatalaksanaan Medis adalah tindakan yang dilakukan untuk menanggulangi penderita kanker paru sesuai dengan yang tercatat pada kartu status, yang digolongkan atas :
1. Kemoterapi 2. Radioterapi
3. Kemoterapi + Radioterapi 4. Pembedahan
(51)
Untuk analisa statistik, Penatalaksanaan medis dikategorikan atas : 1. Kemoterapi, Radioterapi, Kemoterapi + Radioterapi
2. Pembedahan, Kemoterapi + Pembedahan 3. Terapi Simptomatik
3.2.10. Lama rawatan rata-rata adalah lamanya penderita kanker paru dirawat inap di rumah sakit dihitung sejak hari pertama masuk sampai hari terakhir perawatan menurut catatan pada kartu status yang kemudian dinyatakan dalam bentuk rata-rata
3.2.11. Keadaan sewaktu pulang adalah keadaan dan kondisi penderita kanker paru waktu keluar dari rumah sakit sesuai yang tercatat pada kartu status, yang digolongkan atas :
1. Pulang Berobat jalan (PBJ)
2. Pulang Atas Permintaan Sendiri (PAPS) 3. Meninggal
(52)
BAB 4
METODE PENELITIAN
4.1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah studi deskriptif dengan desain case
series.
4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2.1. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di RSU. Dr. Pirngadi Medan dengan pertimbangan tersedianya data rekam medis penderita kanker paru rawat inap di rumah sakit tersebut tahun 2005-2009.
4.2.2. Waktu penelitian
Penelitian ini dilakukan pada bulan Februari sampai Agustus 2010.
4.3. Populasi dan Sampel 4.3.1. Populasi
Populasi penelitian ini adalah data semua penderita kanker paru yang dirawat inap di RSU Dr. Pirngadi Medan tahun 2005-2009 yang dicatat dalam kartu status dengan jumlah 175 data.
4.3.2. Sampel
Sampel adalah data penderita kanker paru yang dirawat inap di RSU. Dr. Pirngadi Medan tahun 2005-2009, dengan besar sampel adalah sama dengan populasi
(53)
4.4. Metode Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan dengan mengambil data sekunder penderita kanker paru yang diperoleh dari kartu status bagian rekam medis RSU. Dr. Pirngadi medan dari tahun 2005-2009, kemudian data tersebut dicatat sesuai dengan variabel yang diteliti.
4.5. Teknik Analisa Data
Data yang telah dikumpulkan, diolah dengan menggunakan komputer program
Statistical Product and Service Solution (SPSS). Data dianalisa dengan menggunakan
uji Chi-square, Koreksi yates, Anova dan Kruskal Wallis. Hasil pengolahan data disajikan dalam bentuk narasi, tabel, diagram pie dan bar.
(54)
BAB 5
HASIL PENELITIAN
5.1 Gambaran Umum RSU. Dr. Pirngadi Medan47
Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan telah didirikan sejak zaman penjajahan Belanda yang diresmikan pada tahun 1930. Pada tahun 1942, Jepang masuk ke Indonesia dan rumah sakit diambil alih dan pemerintahan Jepang mempercayakan rumah sakit tersebut kepada seorang putera Indonesia yaitu Dr. Raden Pirngadi Gongo Putro. Pada tahun-tahun berikutnya rumah sakit ini banyak mengalami perubahan-perubahan nama hingga akhirnya menjadi RSU Dr. Pirngadi Medan.
5.1.1. Kedudukan, Tugas Pokok, dan Fungsi
Berdasarkan peraturan daerah Kota medan No:30 tahun 2002 dan Keputusan Walikota No: 55 tahun 2002 menyebutkan tentang tugas pokok dan fungsi, badan pelayanan kesehatan RSU Dr. Pirngadi Kota Medan. Badan pelayanan kesehatan RSU Dr. Pirngadi Medan mempunyai tugas untuk melaksanakan upaya kesehatan secara berdaya guna dan berhasil guna dengan mengutamakan upaya penyembuhan pemulihan yang dilaksanakan secara serasi, terpadu dengan upaya peningkatan serta pencegahan dan melaksanakan upaya rujukan, sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Badan Pelayanan Kesehatan RSU Dr. Pirngadi Kota Medan mempunyai fungsi sebagai berikut:
(55)
c. Menyelenggarakan pelayanan dan asuhan keperawatan. d. Menyelenggarakan pelayanan rujukan.
e. Menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan f. Menyelenggarakan penelitian dan pengembangan g. Mengelola administrasi dan keuangan
h. Melaksanakan seluruh kewenangan yang ada sesuai dengan bidang tugasnya.
i. Melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Kepala Daerah. Organisasi dipimpin oleh seorang Kepala Badan yang membawahi 5 (lima) Kepala Bidang, 1 (satu) Sekretaris, 20 (dua puluh) Kepala Sub Bagian/Sub Bidang serta 20 (dua puluh) Ketua Staf Medis Fungsional (SMF) dan 18 (delapan belas) Kepala Instalasi.
5.1.2 Visi
Visi Badan Pelayanan RSU Dr. Pirngadi Kota Medan adalah terwujudnya : Badan Pelayanan Kesehatan Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Kota Medan MANTAP Tahun 2010 (Mandiri, Tanggap dan Profesional).
Penjelasan dari visi tersebut di atas adalah sebagai berikut :
1. Mandiri dalam pendanaan dan pelaksanaan pelayanan keada masyarakat. 2. Tanggap terhadap tuntutan masyarakat, perubahan pola penyakit dan
kemajuan IPTEK di bidang kesehatan.
(56)
5.1.3. Misi
Misi Badan Pelayanan Kesehatan RSU Dr. Pirngadi Kota Medan adalah : 1. Meningkatnya upaya pelayanan medik, non medik dan perawatan secara
professional
2. Meningkatkan peran rumah sakit sebagai tempat pendidikan, penelitian dan pengembangan iptek.
3. Mewujudkan rumah sakit sebagai pusat rujukan se Sumatera Utara.
4. Meningkatkan pelaksanaan administrasi dan manajemen RS yang berkualitas, transparan dan akuntabel.
5.2. Tahun dan Kecendrungan
Proporsi penderita kanker paru rawat inap berdasarkan tahun di RSU Dr. Pirngadi Medan tahun 2005-2009 dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 5.1. Distribusi Proporsi Penderita Kanker Paru Rawat Inap Berdasarkan Tahun di RSU Dr. Pirngadi Medan tahun 2005-2009.
Tahun f %
2005 2006 2007 2008 2009
16 46 31 42 40
9,1 26,3 17,7 24,0 22,9
Jumlah 175 100,0
Berdasarkan tabel 5.1 dapat dilihat bahwa proporsi penderita kanker paru rawat inap tertinggi pada tahun 2006 26,3% dan terendah tahun 2005 9,1%. Trend
(57)
penderita kanker paru rawat inap di RSU Dr. Pirngadi Medan berdasarkan data tahun 2005-2009 menunjukkan peningkatan dengan persamaan garis y = 4,4x + 21,8.
Frekuensi kasus dari tahun 2005-2009 meningkat sebanyak 40-16 = 24 kasus dengan simple rasio peningkatan adalah 40/16= 2,5 kali dan persentase peningkatan sebesar (40-16)/40 x 100% = 60%
5.3. Karakteristik Penderita Kanker Paru 5.3.1 Sosiodemografi
Proporsi penderita kanker paru rawat inap berdasarkan umur dan jenis kelamin di RSU Dr. Pirngadi Medan tahun 2005-2009 dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 5.2 Distribusi Proporsi Penderita Kanker Paru Berdasarkan Umur dan Jenis Kelamin yang Dirawat Inap di RSU. Dr. Pirngadi Medan Tahun 2005-2009
Umur (Tahun)
Jenis kelamin
Jumlah Laki-laki Perempuan
f % f % f %
29-36 37-44 45-52 53-60 61-68 69-76 77-85 6 9 20 34 41 25 5 3,4 5,1 11,4 19,5 23,4 14,3 2,9 2 4 12 9 5 3 0 1,1 2,3 6,9 5,1 2,9 1,7 0 8 13 32 43 46 28 5 4,5 7,4 18,3 24,6 26,3 16,0 2,9
Jumlah 140 80,0 35 20,0 175 100,0
Berdasakan tabel 5.2. dapat dilihat bahwa umur termuda 29 tahun dan tertua 85 tahun. Proporsi umur penderita kanker paru tertinggi pada kelompok umur 61-68
tahun 26,3% (laki-laki 23,4% dan perempuan 2,9%) dan terendah kelompok umur 77-85 tahun 2,9% (laki-laki 2,9% dan perempuan 0%). Sex ratio penderita kanker
(58)
paru 140/35 atau 4:1 menunjukkan jumlah penderita kanker paru lebih tinggi laki-laki daripada perempuan.
Tabel 5.3. Distribusi Proporsi Penderita Kanker Paru Berdasarkan Agama, Suku, Pendidikan, Pekerjaan dan Tempat tinggal yang Dirawat Inap di RSU. Dr. Pirngadi Medan Tahun 2005-2009
Sosiodemografi f %
Agama Islam Kristen Budha 94 80 1 53,7 45,7 0.6
Jumlah 175 100,0
Suku Batak Jawa Padang Aceh Melayu Nias Tiong-Hoa 111 32 11 9 9 2 1 63,4 18,3 6,3 5,1 5,1 1,2 0,6
Jumlah 175 100,0
Pendidikan Tercatat Tidak tercatat 140 35 80,0 20,0
Jumlah 175 100,0
Pendidikan Tercatat Tidak sekolah SD SLTP SLTA Akademi/PT 7 26 23 65 19 5,0 18,6 16,4 46,4 13,6
Jumah 140 100,0
Pekerjaan Tercatat Tidak Tercatat 151 24 86,3 13,7
(59)
Pekerjaan Tercatat
Pegawai negeri (PNS dan TNI/POLRI) Pensiunan PNS
Pegawai swasta Wiraswasta Petani
IRT/Tidak bekerja
54 10 51 11 25
35,8 6,6 33,8
7,3 16,5
Jumlah 151 100,0
Tempat tinggal Kota Medan Luar Kota Medan
101 74
57,7 42,3
Jumlah 175 100,0
Berdasakan tabel 5.3. dapat dilihat bahwa proporsi agama tertinggi adalah agama Islam 53,7% dan terendah Budha 0,6%. Proporsi suku tertinggi adalah suku Batak 63,4% dan terendah Tiong-Hoa 0,6%. Proporsi pendidikan tercatat 80,0%. Proporsi pendidikan tertinggi adalah SMA 46,4% dan terendah tidak sekolah 5,0%. Proporsi pekerjaan tercatat 86,3%. Proporsi pekerjaan tertinggi adalah pegawai negeri (PNS dan TNI/POLRI) Pensiunan PNS 35,8% dan terendah pegawai swasta 6,6%. Proporsi tempat tinggal tertinggi adalah di Kota Medan 57,7%.
5.3.2. Keluhan Utama
Proporsi gejala klinis dan keluhan utama yang dirasakan penderita kanker paru yang dirawat inap di RSU Dr. Pirngadi Medan tahun 2005-2009 dapat dilihat pada tabel 5.4 dan 5.5.
(1)
Descriptives
Statistic Std. Error
lama rawatan Mean 11.09 .794
95% Confidence
Interval for Mean
Lower Bound
9.52
Upper Bound
12.65
5% Trimmed Mean 9.91
Median 8.00
Variance 110.228
Std. Deviation 10.499
Minimum 1
Maximum 59
Range 58
Interquartile Range 10.00
Skewness 1.822 .184
Kurtosis 3.701 .365
keadaan sewaktu pulang
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid PBJ 82 46.9 46.9 46.9
PAPS 51 29.1 29.1 76.0
Meninggal 42 24.0 24.0 100.0
Total 175 100.0 100.0
2. Analisa Statistik
Crosstabs
(2)
umur penderita kanker paru * Jenis kelamin penderita kanker paru Crosstabulation
Jenis kelamin penderita
kanker paru Total Laki-laki perempuan Umur penderita
kanker paru
< 40 tahun Count
10 2 12
Expected Count 9.6 2.4 12.0
% within umur
penderita kanker paru 83.3% 16.7% 100.0%
% within Jenis kelamin
penderita kanker paru 7.1% 5.7% 6.9%
% of Total 5.7% 1.1% 6.9%
>=40 tahun Count 130 33 163
Expected Count 130.4 32.6 163.0
% within umur
penderita kanker paru 79.8% 20.2% 100.0%
% within Jenis kelamin
penderita kanker paru 92.9% 94.3% 93.1%
% of Total 74.3% 18.9% 93.1%
Total Count 140 35 175
Expected Count 140.0 35.0 175.0
% within umur
penderita kanker paru 80.0% 20.0% 100.0%
% within Jenis kelamin
penderita kanker paru 100.0% 100.0% 100.0%
% of Total 80.0% 20.0% 100.0%
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. (2-sided)
Exact Sig. (2-sided)
Exact Sig. (1-sided)
Pearson Chi-Square .089(b) 1 .765
Continuity
Correction(a) .000 1 1.000
Likelihood Ratio .093 1 .760
Fisher's Exact Test 1.000 .556
Linear-by-Linear
Association .089 1 .766
N of Valid Cases 175
a Computed only for a 2x2 table
b 1 cells (25.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 2.40.
Oneway
(3)
Test of Homogeneity of Variances lama rawatan
Levene
Statistic df1 df2 Sig.
4.443 2 172 .013
ANOVA lama rawatan
Sum of
Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups 290.504 2 145.252 1.323 .269
Within Groups 18889.211 172 109.821
Total 19179.714 174
NPar Tests
Kruskal-Wallis Test
Ranks
keadaan sewaktu pulang N Mean Rank
lama rawatan PBJ 82 94.37
PAPS 51 81.00
Meninggal 42 84.06
Total 175
Test Statistics(a,b)
lama rawatan
Chi-Square 2.534
Df 2
Asymp. Sig. .282
a Kruskal Wallis Test
b Grouping Variable: keadaan sewaktu pulang
Penatalaksanaan medis * sumber biaya Crosstabulation
sumber biaya Total
N Mean
Std. Deviation
Std. Error
95% Confidence Interval for
Mean Minimum Maximum
Lower Bound Upper Bound
PBJ 82 11.87 10.032 1.108 9.66 14.07 1 49
PAPS 51 9.08 8.590 1.203 6.66 11.49 1 48
Meninggal 42 12.00 13.111 2.023 7.91 16.09 1 59
(4)
Biaya sendiri
Bukan biaya sendiri
Penatalaksanaan medis
Kemo, Radioterapi, Kemo + Radioterapi
Count
5 30 35
Expected Count 10.2 24.8 35.0
% within
Penatalaksanaan
medis 14.3% 85.7% 100.0%
% within sumber
biaya 9.8% 24.2% 20.0%
% of Total 2.9% 17.1% 20.0%
bedah, Kemo+bedah Count 0 8 8
Expected Count 2.3 5.7 8.0
% within
Penatalaksanaan
medis .0% 100.0% 100.0%
% within sumber
biaya .0% 6.5% 4.6%
% of Total .0% 4.6% 4.6%
Terapi simptomatik Count 46 86 132
Expected Count 38.5 93.5 132.0
% within
Penatalaksanaan
medis 34.8% 65.2% 100.0%
% within sumber
biaya 90.2% 69.4% 75.4%
% of Total 26.3% 49.1% 75.4%
Total Count 51 124 175
Expected Count 51.0 124.0 175.0
% within
Penatalaksanaan
medis 29.1% 70.9% 100.0%
% within sumber
biaya 100.0% 100.0% 100.0%
% of Total 29.1% 70.9% 100.0%
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. (2-sided)
Pearson Chi-Square 9.113(a) 2 .011
Likelihood Ratio 11.814 2 .003
Linear-by-Linear
Association 6.892 1 .009
N of Valid Cases
175
a 1 cells (16.7%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 2.33.
Crosstabs
(5)
keadaan sewaktu pulang * sumber biaya Crosstabulation
sumber biaya Total Biaya
sendiri
Bukan biaya
sendiri
keadaan sewaktu pulang
PBJ Count
26 56 82
Expected Count 23.9 58.1 82.0
% within keadaan
sewaktu pulang 31.7% 68.3% 100.0%
% within sumber biaya
51.0% 45.2% 46.9%
% of Total 14.9% 32.0% 46.9%
PAPS Count 17 34 51
Expected Count 14.9 36.1 51.0
% within keadaan
sewaktu pulang 33.3% 66.7% 100.0%
% within sumber biaya
33.3% 27.4% 29.1%
% of Total 9.7% 19.4% 29.1%
Meninggal Count 8 34 42
Expected Count 12.2 29.8 42.0
% within keadaan
sewaktu pulang 19.0% 81.0% 100.0%
% within sumber biaya
15.7% 27.4% 24.0%
% of Total 4.6% 19.4% 24.0%
Total Count 51 124 175
Expected Count 51.0 124.0 175.0
% within keadaan
sewaktu pulang 29.1% 70.9% 100.0%
% within sumber biaya
100.0% 100.0% 100.0%
% of Total 29.1% 70.9% 100.0%
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. (2-sided)
Pearson Chi-Square 2.768(a) 2 .251
Likelihood Ratio 2.932 2 .231
Linear-by-Linear
Association 1.687 1 .194
N of Valid Cases
175
a 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 12.24. Penatalaksanaan Medis*Keadaan Sewaktu Pulang Crosstabulation
(6)
Chi-Square Tests
Value df Asymp. Sig. (2-sided)
Pearson Chi-Square 9.787(a) 4 .044
Likelihood Ratio 10.456 4 .033
Linear-by-Linear Association 7.817 1 .005
N of Valid Cases
175
a 3 cells (33.3%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 1.92.
PBJ PAPS Meninggal
Penatalaksanaan medis Kemo, Radioterapi, Kemo + Radioterapi
Count
24 8 3 35
Expected Count 16.4 10.2 8.4 35.0
% within
Penatalaksanaan
medis 68.6% 22.9% 8.6% 100.0%
% within keadaan
sewaktu pulang 29.3% 15.7% 7.1% 20.0%
% of Total 13.7% 4.6% 1.7% 20.0%
bedah, Kemo+bedah Count 3 2 3 8
Expected Count 3.7 2.3 1.9 8.0
% within
Penatalaksanaan
medis 37.5% 25.0% 37.5% 100.0%
% within keadaan
sewaktu pulang 3.7% 3.9% 7.1% 4.6%
% of Total 1.7% 1.1% 1.7% 4.6%
Terapi simptomatik Count 55 41 36 132
Expected Count 61.9 38.5 31.7 132.0
% within
Penatalaksanaan
medis 41.7% 31.1% 27.3% 100.0%
% within keadaan
sewaktu pulang 67.1% 80.4% 85.7% 75.4%
% of Total 31.4% 23.4% 20.6% 75.4%
Total Count 82 51 42 175
Expected Count 82.0 51.0 42.0 175.0
% within
Penatalaksanaan
medis 46.9% 29.1% 24.0% 100.0%
% within keadaan
sewaktu pulang 100.0% 100.0% 100.0% 100.0%