Additive White Gaussian Noise AWGN

2.4 Additive White Gaussian Noise AWGN

Di dalam sistem komunikasi yang ideal, noise yang dapat diantisipasi hanya Additive White Gaussian Noise AWGN saja dan tanpa adanya intersymbol interference ISI. Sumber utama dari penurunan performansi ialah thermal noise yang dihasilkan dari sisi receiver. Seringkali, interferensi dari luar yang diterima antena lebih menonjol daripada thermal noise tersebut. Arti dari kata Additive ialah bahwa noise ini bersifat menambah power spectral density dari sinyal transmisi, White artinya memiliki persebaran merata pada semua band, dan memiliki distribusi Gaussian. Maka, dapat dikatakan bahwa AWGN ialah efek dari thermal noise yang dihasilkan dari gerakan-gerakan elektron yang ada di dalam semua komponen-komponen elektrikal, seperti resistor, kabel, dan lain sebagainya[3]. Secara matematika, thermal noise digambarkan sebagai rataan nol dari proses Gaussian acak, dimana sinyal acak ialah hasil total dari variabel-variabel acak dari Gaussian noise dan sinyal dc, yaitu: n a z + = Dimana bentuk pdf dari Gaussian noise dapat dijabarkan sebagai berikut, dimana σ 2 ialah variansi dari n.               − = 2 2 1 exp 2 1 σ π σ n z p 2.2 Universitas Sumatera Utara Model sederhana dari thermal noise ialah jika diasumsikan bahwa nilai power spectral density G n f sama untuk semua frekuensi dan dinotasikan sebagai berikut: 2 N f G n = 2.3 Dimana faktor 2 dimasukkan untuk mengindikasikan bahwa G n f ialah power spectral density untuk dua sisi. Ketika noise power mempunyai spectral density yang uniform, itu diartikan sebagai White noise. Kata “White” digunakan dengan arti yang sama dengan sinar putih, yang mengandung muatan yang sama untuk semua frekuensi di dalam rentang radiasi elektromagnetik EM. Karena thermal noise muncul di semua sistem komunikasi dan merupakan sumber noise yang mutlak untuk sebagian besar sistem, karakteristik dari thermal noise yang Additive, White dan Gaussian adalah yang paling banyak digunakan sebagai noise pada sistem komunikasi. Universitas Sumatera Utara

BAB III CHANNEL CODING

3.1 Umum

Perkembangan pada sistem komunikasi selama belakangan tahun ini mengalami kemajuan yang cukup pesat, terutama pada bidang seluler, satelit dan komunikasi komputer. Pada sistem komunikasi ini, sinyal informasi direpresentasikan sebagai barisan dari bit biner. Bit biner tersebut lalu dimodulasikan ke sinyal gelombang analog dan ditransmisikan melalui kanal komunikasi. Di dalam kanal komunikasi tersebut, terdapat noise dan interferensi yang dapat merusak sinyal yang ditransmisikan. Pada sisi receiver, sinyal yang telah tercampur dengan noise dan interferensi dari kanal komunikasi tersebut di demodulasi kembali menjadi bit biner. Bit-bit error dapat ditemukan selama pentransmisian dan jumlah dari bit-bit error tersebut tergantung dari besar noise dan interferensi di dalam kanal komunikasi. Channel coding pengkodean kanal sering digunakan pada sistem komunikasi digital yang gunanya ialah untuk melindungi informasi digital dari noise dan interferensi dan juga untuk mengurangi jumlah bit-bit error. Channel coding diikutsertakan dalam sistem komunikasi digital seperti yang terlihat pada Gambar 3.1. Channel coding terdiri dari dua buah, yaitu enkoding kanal pada bagian pengirim dan decoding kanal pada bagian penerima. Universitas Sumatera Utara