BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Uji Identifikasi menggunakan Spektrofotometer FTIR
Baku kloramfenikol yang diperoleh dari PT. Universal sebelum digunakan sebagai baku pembanding terlebih dahulu diidentifikasi menggunakan
Spektrofotometer FTIR pada rentang bilangan gelombang 4000 – 500 cm
-1
. Spektrum Inframerah kloramfenikol dapat dilihat pada gambar 1 bawah
ini:
Gambar 1. Spektrum Inframerah Kloramfenikol baku PT. Universal
Dari hasil pengukuran diperoleh bentuk spektrum kloramfenikol baku PT. Universal sama dengan bentuk spektrum baku pembanding kloramfenikol BPFI.
Pada daerah sidik jari didapat bilangan gelombang yang hampir sama dengan bilangan gelombang yang terdapat di dalam literatur yaitu 1681, 847, 1072, 1515,
816, 1562 cm
-1
Clarke’s.
Universitas Sumatera Utara
Pada daerah gugus fungsi, terdapat bilangan gelombang 3342,64
cm
-1
ini menunjukkan adanya gugus OH dan pada 3477,66 cm
-1
adanya gugus amin sekunder dan pada 3080,32 cm
-1
terdapatnya stretching CH aromatis. Dari data spektrum yang diperoleh dapat diambil kesimpulan baku yang
diidentifikasi adalah kloramfenikol.
4.2 Uji Kualitatif dan Kuantitatif Kloramfenikol menggunakan KCKT
Uji identifikasi pada awalnya dilakukan dengan menggunakan fase gerak dan laju alir yang sesuai menurut Farmakope Indonesia edisi IV 1995, dengan
kolom yang sama yaitu C18 tetapi berbeda dalam ukuran kolom. Kromatogram hasil identifikasi dapat dilihat pada gambar 2.
Gambar 2. Kromatogram hasil penyuntikan larutan kloramfenikol BPFI dengan
konsentrasi 125 mcgml, fase gerak Air-Metanol-Asam asetat glasial 55 : 45 : 0,1.
Pada gambar diatas terlihat dari hasil penyuntikan kloramfenikol baku pembanding BPFI diperoleh dua kromatogram. Ini kemungkinan disebabkan
Universitas Sumatera Utara
kolom yang kotor. Untuk mengatasi hal ini telah dilakukan pencucian kolom, ternyata juga memberikan hasil yang sama. .
Menurut Connors 1992. Kloramfenikol dalam larutan air pada suhu kamar peka terhadap reaksi fotodegradasi, mudah terhidrolisa dan stabil pada pH
2 sampai 7. Dapat diambil kesimpulan terdapatnya kromatogram selain dari kromatogram kloramfenikol, kemungkinan ini disebabkan larutan kloramfenikol
telah terhidrolisa, maka untuk mengatasi hal ini fase gerak air diganti dengan buffer Gifford pada pH 6. Kromatogram hasil percobaan dapat dilihat pada
gambar 3.
Gambar 3. Kromatogram hasil penyuntikan larutan kloramfenikol BPFI dengan
konsentrasi 125 mcgml, fase gerak buffer Gifford pH 6-Metanol- Asam asetat glasial 55 : 45 : 0,1.
Dari gambar diatas diperoleh satu kromatogram yang merupakan kromatogram dari kloramfenikol baku pembanding dengan waktu retensi 8,316
menit.
Universitas Sumatera Utara
4.2.1 Penentuan perbandingan fase gerak
Untuk mengetahui perbandingan fase gerak, waktu tambat dan tekanan kolom pada kondisi yang optimum, maka terlebih dahulu dilakukan orientasi
perbandingan fase gerak. Orientasi dilakukan dengan cara menyuntikkan larutan 125 mcgml Kloramfenikol baku pembanding ke dalam sistem KCKT dengan
variasi perbandingan fase gerak buffer Gifford pH 6-Metanol-Asam asetat glasial dengan perbandingan 55 : 45 : 0,1, 45 : 55 : 0,1 dan 65 : 35 : 0,1, dideteksi
pada panjang gelombang 280 nm, dengan laju alir 1 mlmenit dan 1,5 mlmenit. Dicatat waktu tambat, theoritical plate dan tailing factor. Hasil orientasi dapat
dilihat pada tabel 1 dan gambar pada lampiran 4.
Tabel 1. Hasil optimasi fase gerak dengan parameter data waktu tambat, theoretical plat dan tailing factor
NO Perbandingan FaseGerak
buffer Gifford pH 6- Metanol-Asam asetat glasial
Laju alir mlmenit
Waktu tambat
menit Theoritical
plate Tailing
Factor
1. 55 : 45 : 0,1
1 1,5
9,370 8,316
1155,314 1265,485
3,396 3,141
2. 45 : 55 : 0,1
1 1,5
5,776 3,848
1153,342 1033,729
3,510 3,231
3. 65 : 35 : 0,1
1 1,5
17,129 11,492
1152,596 1176,452
3,494 3,246
Dari tabel diatas dapat dilihat perbandingan fase gerak yang terbaik adalah 55 : 45 : 0,1 dengan laju alir 1,5 mlmenit, meskipun waktu tambat yang diberikan
relatif lebih lama 8,316 tetapi memberikan theoritical plate yang lebih besar dan tailing faktor yang relatif kecil.
Selanjutnya kondisi kromatogram terpilih ini digunakan untuk identifikasi dan kuantitatif.
Universitas Sumatera Utara
4.2.2 Uji Kualitatif Kloramfenikol menggunakan KCKT
Hasil uji kualitatif kloramfenikol BPFI pada penyuntikan dengan konsentrasi 125 mcgml diperoleh kromatogram dengan waktu tambat
kloramfenikol 8,316 menit dapat dilihat pada gambar 4. Waktu tambat yang diperoleh dari pengujian BPFI dibandingkan dengan waktu tambat yang diperoleh
sampel yang akan di analisa.
Gambar 4. Kromatogram hasil penyuntikan larutan kloramfenikol BPFI dengan
konsentrasi 125 mcgml, fase gerak buffer Gifford pH 6-Metanol- Asam asetat glasial 55 : 45 : 0,1.
Hasil pengujian untuk sampel diperoleh waktu tambat yang hampir sama dengan Kloramfenikol BPFI. Waktu tambat rata-rata kapsul Kloramfenikol PT.
Indofarma 8,429 menit, Kloramfenikol PT. Kimia farma 8,411 menit, Kloramfenikol PT. Universal 8,328 menit, Kloramfenikol PT. Kalbe farma
8,362 menit dan Kloramfenikol PT. Sanbe farma 8,529 menit. Dapat diambil kesimpulan bahwa sampel mengandung kloramfenikol.
Universitas Sumatera Utara
4.2.3 Penentuan linieritas kurva kalibrasi
Penentuan linieritas kurva kalibrasi kloramfenikol BPFI ditentukan berdasarkan luas puncak pada konsentrasi 75, 100, 125, 150, 175 mcgml,
diperoleh hubungan yang linier dengan koefisien korelasi r = 0,9994 dan persamaan regrasi Y = 37721, 976 X – 156851,2. Kurva kalibrasi kloramfenikol
dapat dilihat pada gambar 5 dibawah ini:
Gambar 5. Kurva kalibrasi kloramfenikol BPFI
Universitas Sumatera Utara
4.2.4 Penetapan kadar sampel
Sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Snyder dan Kirland 1979 yaitu pengukuran kadar lebih baik dengan cara pengukuran luas puncak
dibandingkan dengan pengukuran tinggi puncak. Maka dalam hal ini yang digunakan adalah nilai dari luas puncak.
Kloramfenikol sukar larut dalam air, untuk mempermudah kelarutannya ditambahkan metanol.
Kadar dapat dihitung dengan mensubtitusikan luas puncak pada Y dari persamaan regresi Y = 37721, 976 X – 156851,2.
Hasil perhitungan kadar setelah dilakukan uji statistik dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Data kadar Kloramfenikol dalam sediaan kapsul
NO
Kapsul Rentang Kadar
Kloramfenikol kapsul
1.
Kloramfenikol PT. Indofarma 105,2 ± 0,26
2.
Kloramfenikol PT. Kimia Farma 101,01± 0,88
3.
Kloramfenikol PT. Universal 94,68± 0,56
4.
Kalmicetine PT. Kalbe farma 101,19± 0,76
5.
Colsancetine PT. Sanbe farma 103,80± 0,93
Dari tabel diatas terlihat bahwa dari kelima sampel yang diteliti semuanya memenuhi persyaratan kadar yang tertera dalam FI edisi IV 1995.
Universitas Sumatera Utara
4.3 Hasil uji validasi
Pada penelitian ini dilakukan uji validasi metode, dengan metode penambahan bahan baku Standard Addition Method terhadap sampel kapsul
Kalmicetin PT. Kalbe Farma. Uji ini meliputi uji akurasi dengan parameter persen perolehan kembali recovery dan uji presisi dengan parameter RSD
Relatif Standar Deviasi, batas deteksi LOD dan batas quantitasi LOQ. Uji akurasi dengan parameter persen perolehan kembali dilakukan dengan
membuat 3 konsentrasi analit dengan rentang spesifik 80, 100, 120, masing- masing dengan 3 replikasi dan setiap rentang spesifik mengandung 70 analit dan
30 baku pembanding. Data hasil pengujian perolehan kembali kapsul kloramfenikol PT. Kalbe Farma dengan metode penambahan bahan baku
Standar Addition Method dapat dilihat pada table 3 di bawah ini.
Tabel 3. Data hasil perolehan kembali Kloramfenikol dengan metode
penambahan bahan baku Standard Addition Method
No Rentang Spesifik
Luas area perolehan kembali
7478904 100,57
1. 80 7480168
100,62 7478140
100,52 9360617
99,32 2. 100
9362048 99,37
9365495 99,49
11293294 99,24
3. 120 11290387
99,15 11290059
99,14 Kadar rata-rata Recovery
Standar Deviasi Relatif tandar Deviasi RSD
99,71 0,6519
0,6538
Universitas Sumatera Utara
Dari data diatas diperoleh persen perolehan kembali kloramfenikol
99,71
dengan Relatif Standar Deviasi RSD
0,6538 . Nilai RSD
yang diizinkan adalah
≤ 2 dan batas rata – rata yang diperoleh adalah 98 – 102 . Maka dapat disimpulkan bahwa metode yang digunakan dalam penelitian ini mempunyai
akurasi dan presisi yang memenuhi syarat WHO, 1992. Batas deteksi LOD dan batas kuantitasi LOQ yang diperoleh dari penelitian ini sebesar 4,8337 mcgml
dan 16,1123 mcgml.
Universitas Sumatera Utara
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan
Penetapan kadar kloramfenikol dalam sediaan kapsul dapat dilakukan secara Kromatografi Cair Kinerja Tinggi menggunakan kolom C18 4,6 mm x 25
cm dengan fase gerak buffer Gifford pH 6-Metanol-Asam asetat glasial dengan perbandingan 55 : 45 : 0,1, laju alir 1,5 mlmenit, pada panjang gelombang 280
nm. Metode ini memberikan uji validasi dengan parameter akurasi dan presisi yang memenuhi syarat.
Hasil penetapan kadar kloramfenikol dari kelima sampel, semuanya memenuhi persyaratan kadar yang tertera dalam FI edisi IV 1995.
5.2 Saran