14
proses pembelajaran bisa terjadi di mana saja, dan kapan saja tidak dibatasi oleh jarak, ruang, dan waktu.
Menurut Darsono dalam Hamdani, 2011:23, menyatakan pembelajaran merupakan usaha guru membentuk tingkah laku yang diinginkan dengan
menyediakan lingkungan atau stimulus. Aliran kognitif mendefinisikan pembelajaran pembelajaran sebagai caraguru memberikan kesempatan kepada
siswa untuk berpikir. Menurut Briggs dalam Anni, 2009:191 pembelajaran adalah seperangkat
peristiwa yang mempengaruhi peserta didik sedemikian rupa sehingga peserta didik itu memperoleh kemudahan.
Dari beberapa definisi tentang pembelajaran tersebut dapat disimpulkan bahwa pembelajaran adalah proses belajar yang terjadi antara siswa dengan guru,
siswa dengan lingkungan sekitarnya, yang bertujuan untuk mempermudah siswa mendapatkan hasil belajar yang optimal. Selain itu, proses pembelajaran
merupakan jantungnya dari pendidikan untuk mengembangkan kemampuan, membangun watak dan peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa.
2.1.3 Kualitas Pembelajaran
Kualitas pembelajaran merupakan kegiatan pembelajaran yang dilakukan dengan baik serta menghasilkan luaran yang baik pula. Dari sisi guru, kualitas
dapat dilihat seberapa optimal guru memfasilitasi proses belajar siswa. Dari sisi siswa kualitas adalah untuk membelajarkan siswa. Sedangkan dari sudut
15
kurikulum dan bahan belajar, kualitas dilihat dari keluwesan dan relevan, serta bahan ajar mampu menyediakan aneka stimuli dan fasilitas belajar. Perubahan
pembelajaran menawarkan suatu cara pandang yang berbeda terhadap pembelajaran, dan semua komponen-komponennya, yaitu berdasarkan kualitas.
Dengan demikian, faktor kualitas harus tampak dalam setiap komponen pembelajaran kualitas. Kualitas dalam pembelajaran dicapai secara bertahap,
dimulai dari sesuatu yang kecil, sederhana, tapi berhasil, terus menerus diperbaiki, dikembangkan dan diperkaya, serta terus menerus dievaluasi dan direfleksikan.
Kualitas pembelajaran dicapai sebagai upaya bersama dari berbagai pihak secara sistematik, dimulai dari upaya-upaya sederhana dan kecil yang menjadi model
atau “best practice” dan sebagai landasan dasar dari sistem pendidikan Sukamto,
2004. Hamdani 2011:194 mengartikan kualitas pembelajaran sebagai
pembelajaran bermutu atau pembelajaran yang efektif. Pembelajaran efektif adalah pembelajaran yang berhasil mencapai tujuan atau sasarannya. Tingkat
pencapaian tujuan pembelajaran berupa peningkatan pengetahuan, keterampilan dan
pengembangan sikap
melalui proses
pembelajaran. Keberhasilan
pembelajaran yang dilakukan oleh guru dan siswa ditentukan oleh tingkat keberhasilan dalam mencapai kompetensi belajar
Dari uraian diatas kualitas pembelajaran dapat meningkatkan keterampilan guru dan aktivitas siswa dalam proses pembelajaran, selain itu juga dapat
16
meningkatkan daya fikir siswa menjadi lebih aktif dan kreatif serta menciptakan motivasi hasil belajar yang lebih optimal.
2.1.3.1 Indikator dan Strategi Kualitas Pembelajaran
Menurut Sukamto 2004:7-9, menyatakan secara kasat mata indikator kualitas pembelajaran dapat dilihat antara lain dari perilaku pembelajaran guru,
perilaku dan dampak belajar siswa, iklim pembelajaran, materi pembelajaran, media pembelajaran, sistem pembelajaran.
2.1.3.1.1
Perilaku pembelajaran guru
Perilaku pembelajaran guru dilihat dari kinerja guru diantaranya, menguasai disiplin ilmu berhubungan dengan keluasan dan kedalaman,
metodologi dasar keilmuan, jangkauan dan substansi, serta mampu memilih, menata, mengemas dan mempresentasikan materi sesuai kebutuhan peserta didik,
menguasai pengelolaan pembelajaran yang mendidik berorientasi pada peserta didik ditunjukkan dari kegiatan merencanakan, melaksanakan, mengevaluasi dan
memanfaatkan hasil evaluasi pembelajaran untuk membentuk kompetensi peserta didik yang diharapkan.
2.1.3.1.2
Perilaku dan dampak belajar siswa
Perilaku dan dampak peserta didik dapat dilihat dari kompetensi peserta didik yaitu, memiliki persepsi dan sikap positif terhadap belajar, mengintegrasikan
pengetahuan dan keterampilan serta membangun sikapnya, membangun kebiasaan berfikir, bersikap dan belajar produktif.
2.1.3.1.3
Iklim Pembelajaran
Iklim pembelajaran berupa suasana kelas yang kondusif bagi tumbuh dan berkembanganya
kegiatan pembelajaran
yang menarik,
menantang,
17
menyenangkan dan bermakna, perwujudan nilai dan semangat keteladanan, prakarsa, dan kreativitas guru.
2.1.3.1.4
Materi pembelajaran
Materi pembelajaran yang berkualitas terlihat dari kesesuaian dengan tujuan pembelajaran dan kompetensi yang harus dikuasai siswa, adanya
keseimbangan antara keluasan dan kedalaman materi dengan waktu yang tersedia, materi pembelajaran yang sistematis dan kontekstual, dapat mengakomodasi
partisipasi aktif peserta didik dalam belajar semaksimal mungkin. 2.1.3.1.5
Media pembelajaran
Media pembelajaran dilihat dari pengalaman belajar yang bermakna, mampu memfasilitasi proses interaksi antara peserta didik dan guru, peserta didik
dengan peserta didik yang lainnya..
2.1.3.1.6
Sistem pembelajaran
Sistem pembelajaran mampu menunjukkan kualitasnya jika sekolah dapat menonjolkan ciri khas keunggulannya, memiliki penekanan dan kekhususan,
responsif terhadap tantangan internal maupun eksternal, memiliki perencanaan yang matang, ada semangat perubahan dan mampu membangkitkan upaya kreatif
dan inovatif dari semua sivitas akademika melalui berbagai aktivitas pengembangan.
Menurut Sukamto 2004:11, untuk mengukur kualitas pembelajaran ada tiga strategi yaitu, 1 strategi pengorganisasian adalah cara mengorganisasikan isi
mata pelajaran yang telah dipilih untuk mengajar. 2 Strategi penyampaian adalah metode untuk menyampaikan kepada peserta didik untuk menerima dan merespon
18
pendapat dari peserta didik. 3 Strategi pengelolaan adalah cara menata dan berinteraksi antar siswa.
Menurut Depdiknas 2004:15 indikator kualitas pembelajaran yang dapat dilihat antara lain: dari perilaku guru keterampilan guru, perilaku siswa
aktivitas siswa, dampak belajar siswa hasil belajar siswa, iklim pembelajaran, materi pembelajaran yang berkualitas, media pembelajaran yang berkualitas.
Dalam penelitian ini difokuskan pada tiga 3 indikator saja yaitu : keterampilan guru, aktifitas siswa, dan hasil belajar.
2.1.4.
Keterampilan Guru Menurut Anni 2004:13 penguasaan keterampilan pembelajaran, guru
profesional dituntut mampu mengaitkan kemampuan yang telah dimiliki dan yang akan dipelajari oleh siswa. Pembelajaran bukan berarti proses transmisi
pengetahuan kepada siswa, sebab kalau demikian, buku ajar ini tidak ada gunanya.
Menurut Muhammad Ali 2007: 4 guru memegang peranan sentral dalam proses pembelajaran, setidaknya menjalankan tiga macam tugas utama, yaitu:
a. Merencanakan, yang meliputi perencanaan tujuan pembelajaran yang ingin
dicapai, bahan belajar, model pembelajaran, dan alat evaluasi.
b. Melaksanakan pengajaran.
c. Memberikan balikan.
Keterampilan guru dalam pembelajaran mengelola pembelajaran pada dasarnya merupakan bentuk-bentuk perilaku yang bersifat mendasar dan khusus
19
yang harus dimiliki oleh seorang guru sebagai modal awal untuk melaksanakan kegiatan pembelajaran secara terencana dan profesional Rusman, 2011:80.
Menurut Usman 2009:74-107 dalam kegiatan belajar mengajar guru memiliki peran yang sangat penting. Untuk itu guru harus menguasai sedikitnya
delapan keterampilan mengajar, yaitu : 2.1.4.1.7
Keterampilan bertanya Bertanya merupakan salah satu cara untuk memunculkan aktualisasi siswa
dalam pembelajaran. Jika pertanyaan tersusun dengan baik dan teknik melontarkan pertanyaan tepat akan memberikan dampak positif terhadap aktivitas
dan kreativitas siswa. Maka dari itu guru harus mampu menguasi keterampilan bertanya yang benar.
Menurut Rusman
2011:83, komponen-komponen
keterampilan bertanyaan meliputi: 1 pertanyaan jelas dan mudah dimengerti siswa, 2
pemberian acuan jawaban, 3 pemindahan giliran, 4 penyebaran, dan 5 pemberian waktu berfikir.
2.1.4.1.8 Keterampilan memberi penguatan
Menurut Rusman 2011:84, penguatan berarti respon terhadap tingkah laku yang dapat meningkatkan kemungkinan berulangnya kembali tingkah laku
tersebut. Secara psikologis individu membutuhkan penghargaan atas segala usaha yang dilakukan. Bentuk-bentuk penguatan yang dapat dilakukan guru meliputi
penguatan verbal dan penguatan non verbal. Penguatan verbal berupa pujian yang diucapkan misalnya seratus, bagus, pintar, betul, dan sebagainya. Sedangkan
20
penguatan non verbal misalnya berupa gerakan sentuhan, elusan, mendekati, dan isyarat senyuman, mengangguk, tepukan, jempol, dan sebagainya.
2.1.4.1.9 Keterampilan mengadakan variasi
Menurut Djamarah 2005:124-130 keterampilan mengadakan variasi dalam proses pembelajaran meliputi tiga aspek yaitu: 1 variasi gaya mengajar
variasi suara, pausing, pindah posisi, gesturing, 2 variasi media dan bahan ajar variasi media pandang, variasi media dengar, dan variasi media taktil, dan 3
variasi pola interaksi pola satu arah, dua arah, dan segala arah. 2.1.4.1.10
Keterampilan menjelaskan Dalam menyajikan suatu penjelasan hendaknya memperhatikan kejelasan
materi yang disampaikan dan menggunakan contoh berupa penggunaan media pembelajaran. Komponen-komponen keterampilan menjelaskan adalah: 1
merencanakan dan menganalisis isi materi dan penerima pesan, dan 2 penyajian suatu penjelasan. Penyajian suatu penjelasan dapat ditingkatkan hasilnya dengan
memperhatikan hal-hal berikut: 1 kejelasan, 2 penggunaan contoh, 3 penggunaan tekanan, dan 4 penggunaan balikan Rusman, 2011:86-88.
2.1.4.1.11 Keterampilan membuka dan menutup pelajaran.
Rusman 2011:80 bahwa keterampilan guru dalam membuka pelajaran meliputi memotivasi dan menarik perhatian siswa, memberikan acuan dengan
menyampaikan tujuan pembelajaran, dan melakukan apersepsi. Sedangkan komponen menutup pelajaran menurut Permendiknas No 41
Tahun 2007 adalah: 1 bersama-sama siswa atau sendiri membuat kesimpulan
21
pembelajaran, 2 melakukan penilaian dan refleksi terhadap kegiatan pembelajaran, 3 memberikan umpan balik terhadap hasil pembelajaran, dan 4
merencanakan kegiatan tindak lanjut. Kegiatan ini dimaksud untuk memberikan gambaran menyeluruh tentang apa yang telah dipelajari siswa, mengetahui tingkat
pencapaian siswa dan tingkat keberhasilan guru dalam proses pembelajaran Djamarah, 2005:138-140.
2.1.4.1.12 Keterampilan membimbing diskusi kelompok kecil
Menurut Rusman 2011:89, diskusi kelompok adalah suatu proses teratur yang melibatkan sekelompok siswa dalam interaksi tatap muka yang informal
dengan berbagai pengalaman, pengambilan kesimpulan dan pemecahan masalah atau pengambilan keputusan. Komponennya antara lain memusatkan perhatian
siswa pada tujuan dan topik diskusi, memperluas masalah atau urun pendapat, menganalisis pandangan siswa, meningkatkan urunan siswa, menyebarkan
kesempatan berpartisipasi, menutup diskusi. 2.1.4.1.13
Keterampilan mengelola kelas Menurut Usman 2009:97, pengelolaan kelas adalah keterampilan guru
untuk menciptakan dan memelihara kondisi belajar yang optimal dalam proses pembelajaran. Keterampilan yang berhubungan dengan penciptaan dan
pemeliharaan belajar yang optimal bersifat preventif. Dan komponennya antara lain menunjukkan sikap tanggap, memberi perhatian, memusatkan perhatian
kelompok, memberikan petunjuk yang jelas, menegur, memberi penguatan, modifikasi tingkah laku.
22
2.1.4.1.14 Keterampilan mengajar kelompok kecil dan perseorangan
Pengajaran kelompok kecil dan perorangan merupakan suatu bentuk pembelajaran yang memungkinkan guru memberikan perhatian terhadap setiap
peserta didik, dan menjalin hubungan yang lebih akrab antara guru dengan peserta didik maupun antara peserta didik dengan peserta didik.
Keterampilan mengajar kelompok kecil dan perorangan dapat dilakukan dengan:
a. Mengembangkan keterampilan dalam pengorganisasian, dengan
memberikan motivasi dan membuat variasi dalam pemberian tugas. b.
Membimbing dan memudahkan belajar, yang mencakup penguatan, proses awal, supervisi, dan interaksi pembelajaran.
c. Pemberian tugas yang jelas, menantang dan menarik.
Dengan memiliki beberapa keterampilan mengajar yang telah diuraikan di atas diharapkan guru tidak lagi menjadi figur yang menakutkan bagi peserta
didiknya, sehingga peserta didik akan senantiasa memiliki perasaan yang nyaman jika berada dalam proses pembelajaran dan akan senantiasa memiliki motivasi
yang tinggi untuk mengikuti pembelajaran selama berada di sekolah. Kedelapan keterampilan dalam penelitian ini diobservasikan sesuai keperluan pendekatan
Contextual Teaching and Learning CTL. Indikator keterampilan guru dalam penelitian ini adalah keterampilan membuka dan menutup pelajaran, keterampilan
bertanya, keterampilan memberi penguatan, keterampilan mengadakan variasi,
23
keterampilan menjelaskan, keterampilan membimbing diskusi kelompok kecil, keterampilan mengelola kelas, mengajar kelompok kecil dan perorangan.
2.1.5.2 Aktivitas Siswa
Aktivitas guru dalam pembelajaran akan berpengaruh terhadap aktivitas belajar siswa. “Pada prinsipnya belajar adalah berbuat, tidak ada belajar jika tidak
ada aktivitas. Itulah mengapa aktivitas merupakan prinsip yang sangat penting dalam interaksi belajar mengajar”Sardiman, 2001:93. Dalam aktivitas belajar
ada beberapa prinsip yang berorientasi pada pandangan ilmu jiwa, yaitu pandangan ilmu jiwa lama dan modern. Menurut pandangan ilmu jiwa lama,
aktivitas didominasi oleh guru sedangkan menurut pandangan ilmu jiwa modern, aktivitas didominasi oleh siswa.
Peserta didik adalah suatu organisme yang hidup. Dalam dirinya terkandung banyak kemungkinan dan potensi yang hidup dan sedang berkembang.
Dalam diri masing-masing siswa tersebut t erdapat “prinsip aktif” yakni keinginan
berbuat dan bekerja sendiri. Prinsip aktif mengendalikan tingkah lakunya. Pendidikanpembelajaran perlu mengarahkan tingkah laku menuju ke tingkat
perkembangan yang diharapkan. Potensi yang hidup perlu mendapat kesempatan berkembang ke arah tujuan tertentu..
Sudjana 2005:105, bahwa kegiatan belajaraktivitas belajar sebagai proses terdiri atas enam unsur yaitu tujuan belajar, peserta didik yang termotivasi,
tingkat kesulitan belajar, stimulus dari lingkungan, peserta didik yang memahami situasi, dan pola respons peserta didik.
24
Isjoni 2010:20, bahwa dalam kelompok kooperatif siswa belajar berdiskusi, saling membantu, bekerjasama menuntaskan masalah belajar.
Diendrich dalam Sardiman, 2011:101 menggolongkan aktivitas belajar siswa adalah sebagai berikut
a. Kegiatan-kegiatan visual
Membaca, melihat gambar-gambar, mengamati eksperimen, demonstrasi, pameran, mengamati orang lain bekerja, atau bermain.
b. Kegiatan-kegiatan lisan oral
Mengemukakan suatu fakta atau prinsip, menghubungkan suatu kejadian, mengajukan pertanyaan,
memberi saran,
mengemukakan pendapat,
berwawancara, diskusi. c.
Kegiatan-kegiatan mendengarkan Mendengarkan penyajian bahan, mendengarkan percakapan atau diskusi
kelompok, mendengarkn suatu permainan instrument musik, mendengarkan siaran radio.
d. Kegiatan-kegiatan menulis:
Menulis cerita, menulis laporan, memeriksa karangan, bahan-bahan kopi, membuat sketsa, atau rangkuman, mengerjakan tes, mengisi angket.
e. Kegiatan-kegiatan menggambar
Menggambar, membuat grafik, diagram, peta, pola. b.
Kegiatan-kegitan metric
25
Melakukan percobaan, memilih alat-alat, melaksanakan pameran, membuat model, menyelenggarakan permainan simulasi, menari, berkebun.
c. Kegiatan-kegiatan mental
Merenungkan, mengingat, memecahkan masalah, menganalisis faktor- faktor, menemukan hubungan - hubungan, membuat keputusan.
d. Kegiatan-kegiatan emosional
Minat, membedakan, berani, tenang dan sebagainya. Kegiatan-kegiatan dalam kelompok ini terdapat pada semua kegiatan dan bersifat tumpang
tindih . Indikator Aktivitas Siswa dalam penelitian ini adalah kesiapan dalam
menerima pelajaran, menanggapi apersepsi, memperhatikan penjelasan guru, siswa aktif bertanya dan menjawab pertanyaan, siswa tertib saat pembentukan
kelompok, aktif dalam diskusi kelompok, melaksanakan praktikum, melaporkan hasil praktikum, menanggapi hasil diskusi, menyimpulkan hasil diskusi.
2.1.5.3 Hasil Belajar
Menurut Rifa’i 2009:85-86, hasil belajar merupakan perubahan perilaku
yang diperoleh peserta didik setelah mengalami kegiatan belajar. Perolehan aspek- aspek perubahan perilaku tersebut tergantung pada apa yang dipelajari oleh
peserta didik. Dalam peserta didikan, perubahan perilaku yang harus dicapai oleh peserta didik setelah melaksanakan kegiatan belajar dirumuskan dalam tujuan
peserta didikan.
26
Gerlach dalam Rifa’i, 2009:85, tujuan peserta didikan merupakan bentuk harapan yang dikomunikasikan melalui pernyataan dengan cara
menggambarkan perubahan yang diinginkan pada diri peserta didik, yakni pernyataan tentang apa yang diinginkan pada diri peserta didik setelah
menyelesaikan pengalaman belajarnya. Hasil belajar merupakan perubahan perilaku yang diperoleh peserta didik
setelah mengalami kegiatan belajar. Perolehan aspek-aspek perubahan perilaku tersebut tergantung pada apa yang telah dipelajari oleh peserta didik. Dalam
pembelajaran, perubahan perilaku harus dicapai oleh pembelajar setelah melaksanakan aktifitas belajar dirumuskan dalam pembelajaran Anni, 2009:85.
Pada umumnya tujuan pembelajaran mengikuti pengklasifikasian hasil belajar yang dilakukan oleh Bloom pada tahun 1956 yaitu cognitive, affektive, dan
psychomotor. Kognitif cognitive adalah ranah yang menekankan pada pengembangan kemampuan dan keterampilan intelektual. Ranah afektif affective
berkaitan dengan sikap dan nilai. Sedangkan psikomotor psychomotor adalah ranah yang berkaitan dengan kegiatan motorik. Ada lima tingkatan dalam ranah
afektif yaitu: 1 menerimamemperhatikan receiving, 2 menjawab responding, 3 menilai valuing, 4 mengaturmengorganisasi organization, 5 karakterisasi
dengan suatu nilai atau kompleks nilai Anni, 2004:6-10. Bloom Aunurrahman, 2010:49
– 53 menyampaikan tiga taksonomi sebagai tiga ranah belajar : ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotorik.
Ranah kognitif berupa menghafal remember, memahami understand,
27
menerapkan apply, menganalisis analyse, mengevaluasi evaluate, dan membuatcreate. Ranah afektif berupa Receiving Penerimaan, Responding
Jawaban, Valuing Penilaian, Organization Organisasi, dan Characterization
Karakteristik. Ranah psikomotorik berupa initiatory, pre-routine dan routinized. Dalam kegiatan belajar, tujuan yang harus dicapai oleh setiap individu
dalam belajar memiliki beberapa peranan penting, yaitu: a.
memberikan arah pada kegiatan peserta didikan. Bagi pendidik, tujuan peserta didikan akan mengarahkan pemilihan strategi dan jenis kegiatan yang tepat.
Kemudian bagi peserta didik, tujuan itu mengarahkan peserta didik untuk melakukan kegiatan belajar yang diharapkan dan mampu menggunakan
waktu seefisien mungkin.
b.
Untuk mengetahui kemajuan belajar dan perlu tidaknya pemberian peserta didikan pembinaan bagi peserta didik remidial teaching. Dengan tujuan
peserta didikan itu pendidik akan mengetahui seberapa jauh peserta didik telah menguasai tujuan peserta didikan tertentu, dan tujuan peserta didikan
mana yang belum dikuasai.
c.
Sebagai bahan komunikasi. Dengan tujuan peserta didikan, pendidik dapat mengkomunikasikan tujuan peserta didikannya kepada peserta didik,
sehingga peserta didik dapat mempersiapkan diri dalam mengikuti proses peserta didikan.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar mempengaruhi perubahan perilaku setelah mengalami proses pembelajaran. Peserta didikan
28
merupakan hasil belajar yang diinginkan pada diri peserta didik dan lebih rumit karena tidak bisa diukur secara langsung.
Pada penelitian ini, peneliti memfokuskan penelitian pada ranah kognitif. Sehingga peneliti akan melakukan pengolahan data
berdasarkan tes yang diberikan kepada siswa setelah melaksanakan pembelajaran dengan pendekatan Contextual Teaching and Learning CTL, pembelajaran yang akan
menentukan tingkat ketuntasan belajar siswa.
2.1.6 Pembelajaran Matematika