Implikasi Hasil Penelitian PEMBAHASAN

mengeluarkan pendapatnya sehingga saat mengerjakan soal evaluasi empat siswa tersebut mengalami kesulitan. Rata-rata hasil belajar klasikal siswa menggunakan metode eksperimen berbasis lingkungan meningkat pada setiap siklusnya, yaitu terlihat di siklus I diperoleh prosentase ketuntasan belajar siswa sebesar 65, siklus II sebesar 78, dan siklus III sebesar 89. Hal ini membuktikan bahwa metode eksperimen berbasis lingkungan dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas IV SDN Ngaliyan 01. Hamdani 2011: 60 mengatakan ketuntasan klasikal belajar ideal siswa adalah 85, sehingga ketuntasan klasikal belajar pada siklus ini yaitu 89 sudah mencapai ketuntasan ideal serta sudah melebihi kriteria indikator keberhasilan yang telah ditetapkan dari penelitian ini yaitu 80, sehingga penelitian dinyatakan berhasil dan diakhiri pada siklus III.

4.2.2 Implikasi Hasil Penelitian

Hasil penelitian yang telah dilakukan, jelas terlihat adanya peningkatan baik itu berupa keterampilan mengajar guru, aktivitas belajar siswa, maupun hasil belajar dari sebelum dan setelah menggunakan menggunakan metode eksperimen berbasis lingkungan. Peningkatan keterampilan guru terlihat pada data yang didapat yaitu siklus I mendapat skor 25 kriteria cukup, siklus II mendapat skor 35,5 kriteria baik, dan siklus III mendapat skor 41 kriteria sangat baik. Bagian aktivitas siswa juga meningkat, data yang didapat yaitu siklus I mendapat skor 18,45 kriteria cukup, siklus II mendapat skor 22,6 kriteria baik, dan siklus III mendapat skor 25,2 kriteria baik. Setelah adanya peningkatan keterampilan guru dan aktivitas maka di iringi dengan meningkatnya hasil belajar siswa yaitu pada siklus I 65 siswa tuntas, siklus II 78 siswa tuntas, dan siklus III 89 siswa tuntas. Data keterampilan guru, aktivitas siswa, serta hasil belajar yang diperoleh dari hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunakan metode eksperimen dalam pembelajaran IPA terbukti dapat meningkatkan kualitas pembelajaran tersebut. Kualitas pembelajaran dipengaruhi oleh faktor-faktor yang lebih kompleks. Kegiatan pembelajaran adalah salah satu faktor dari sekian banyak faktor. Uno 2008: 153 menegaskan bahwa kualitas pembelajaran merupakan kegiatan yang dilakukan selama proses pembelajaran ini berjalan dengan baik maka akan menghasilkan luaran yang baik pula, hal ini terbukti saat proses pembelajaran yaitu keterampilan guru dan aktivitas siswa sudah baik maka akan mendapatkan hasil belajar yang baik pula. Pembelajaran IPA di SD terdiri dari konsep-konsep pembelajaran. Konsep ini bersifat abstrak tidak nyata sehingga hal tersebut membuat para siswa akan lebih sulit dalam mempelajari sebuah ilmu dalam pembelajaran IPA. Baharuddin dan wahyuni 2010: 116 menyatakan bahwa guru dapat memfasilitasi proses ini dengan mengajar menggunakan cara-cara yang membuat sebuah informasi menjadi bermakna dan relevan bagi siswa. Untuk itu guru harus memberi kesempatan kepada siswa untuk menemukan atau mengaplikasikan ide-ide mereka sendiri. Metode eksperimen berbasis lingkungan sebagai upaya guru dalam proses pembelajaran IPA untuk memanipulasi konsep-konsep ilmu menjadi lebih nyata guna memperluas pengalaman belajar siswa. Siswa sekolah dasar dalam perkembangannya masih saling bergantung dengan siswa yang lain, hal ini membuat siswa cenderung lebih senang menghadapi permasalahan ataupun melakukan suatu pekerjaan secara bersama-sama dengan temannya, dengan melakukan percobaan berkelompok, siswa akan saling membantu, saling berinteraksi, serta saling bertukar pendapat dengan siswa yang lain untuk mencari jawaban dari percobaan tersebut, hal ini selaras dengan pendapat Slavin 2010: 4 dalam kelas kooperatif, para siswa diharapkan dapat saling membantu, saling mendiskusikan, dan berargumentasi, untuk mengasah pengetahuan yang mereka kuasai saat itu dan menutup kesenjangan dalam pemahaman masing-masing. Upaya tersebut meliputi melakukan proses, mengamati proses, dan hasil dari proses itu. Nur 2001: 4 mendefinisikan eksperimen sebagai usaha sistemik yang direncanakan untuk menghasilkan data untuk menjawab suatu rumusan masalah atau menguji suatu hipotesis. Model pembelajaran kooperatif mewujudkan kegiatan belajar mengajar yang berpusat pada siswa student oriented , pembelajaran kooperatif merujuk pada berbagai macam metode pengajaran di mana para siswa bekerja dalam kelompok-kelompok kecil untuk saling membantu satu sama lainnya dalam mempelajari materi pelajaran. Slavin 2010: 4 berpendapat dalam kelas kooperatif, para siswa diharapkan dapat saling membantu, saling mendiskusikan, dan berargumentasi, untuk mengasah pengetahuan yang mereka kuasai saat itu dan menutup kesenjangan dalam pemahaman masing-masing. Belajar dengan media lingkungan memungkinkan siswa menemukan hubungan yang sangat bermakna antara ide-ide abstrak dan penerapan praktis di dalam konteks dunia nyata. Metode ini sebelum siswa melakukan percobaan, guru terlebih dahulu mengajak siswa keluar ruangan untuk melihat lingkungan nyata yang dikaitkan guru dengan materi yang akan diajarkan sehingga siswa dapat mudah memahami konsep-konsep yang diajarkan. Saat berada di luar ruangan siswa terlihat senang, terlihat seperti sedang bermain yang sebenarnya itu merupkan bagian dari proses pembelajaran. Selaras dengan pendapat Uno 2011: 137 bahwa bangkitnya motivasi belajar intrinsik siswa sangat dipengaruhi oleh motivasi ekstrinsik, yaitu behavior lingkungan. 162 BAB V PENUTUP

5.1 SIMPULAN