Hakikat IPA HAKIKAT PEMBELAJARAN IPA di SD

semesta melalui pengamatan yang tepat pada sasaran, serta menggunakan prosedur yang benar dan dijelaskan dengan penalaran yang sahih sehingga dihasilkan kesimpulan yang betul. IPA mengandung tiga unsur yaitu: proses usaha manusia memahami alam semesta, prosedur cara yang dilakukan memahami alam dan produk kesimpulan atau hasil dari belajar. Ilmu Pengetahuan Alam IPA didefinisikan sebagai kumpulan pengetahuan yang tersusun secara terbimbing. Hal ini sejalan dengan kurikulum KTSP Depdiknas, 2006 bahwa “IPA berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta, konsep, atau prinsip saja tetapi merupakan suatu proses penemuan”. http:www.sekolahdasar.net201105hakekatpembelajaran-ipa-di-sekolah.html IPA dapat definisikan sebagai ilmu pengetahuan tentang alam dengan segala isinya yang merupakan usaha dan hasil dari temuan manusia yang diperoleh dari langkah-langkah ilmiah, yaitu dengan melakukan observasi, eksperimentasi, penyimpulan, penyusunan teori, dan demikian seterusnya yang saling berkaitan antara cara yang satu dengan cara yang lain untuk menemukan suatu kesempurnaan.

2.2.2 Hakikat IPA

Trowbridge and Sund, 1973 menyatakan bahwa Science is both of knowledge and a process. IPA sebagai produk dan proses. IPA tidak hanya fakta, tetapi juga proses, dalam memecahkan suatu masalah ahli IPA sering berusaha mengambil sikap atau metode tertentu yang memungkinkan usaha mencapai hasil yang diharapkan. Sikap tersebut dikenal dengan nama sikap ilmiah. Sikap tersebut dikenal dengan nama sikap ilmiah. Nokes 1941 juga menjelaskan bahwa IPA merupakan pengetahuan teoritis yang diperoleh dengan metode khusus Wasih Djojosoediro, 2010: 4. Pada Hakikatnya, IPA dapat dipandang dari segi produk, proses, pengembangan sikap dan tekhnologi. Artinya belajar IPA memiliki dimensi proses, dimensi hasil produk, dimensi pengembangan sikap ilmiah, dan IPA sebagai teknologi. Keempat dimensi tersebut bersifat saling terkait. Sulistyorini 2007: 9-10 mengemukakan bahwa proses belajar Mengajar IPA seharusnya mengandung tiga dimensi IPA yaitu: 2.2.2.1 IPA sebagai Produk Merupakan akumulasi hasil upaya para perintis IPA terdahulu dan umumnya telah tersusun secara lengkap dan sistematis dalam bentuk buku teks. IPA sebagai produk juga merupakan hasil yang diperoleh dari suatu pengumpulan data yang disusun secara lengkap dan sistematis. Contoh IPA sebagai produk dalam penelitan ini adalah manfaat angin untuk menggerakkan kincir angin dan menggerakkan perahu layar. 2.2.2.2 IPA sebagai Proses IPA disusun dan diperoleh melalui metode ilmiah. Jadi yang dimaksud oleh proses IPA tidak lain adalah metode ilmiah. Untuk anak SD, metode ilmiah dikembangkan secara bertahap dan berkesinambungan, dengan harapan bahwa pada akhirnya akan terbentuk paduan yang lebih utuh sehingga anak SD dapat melakukan penelitian sederhana. Tahapan pengembangan yang di sesuaikan dengan tahapan dari suatu proses penelitian eksperimen yang meliputi observasi, klasifikasi, interprestasi hasil, memprediksi, hipotesis awal, mengendalikan variabel yang direncanakan, merencanakan dan melaksanakan penelitian, inferensi, aplikasi dan komunikasi. Contoh IPA sebagai proses dalam penelitian ini adalah pada saat siswa melakukan percobaan, mengamati hasilnya, dan menuliskan hasil percobaan untuk mencari jawaban dari permasalahan yang dihadapi. 2.2.2.3 IPA Sebagai Pemupukan sikap Sains sebagai sikap yaitu memotivasi siswa untuk mengembangkan pentingnya mencari jawaban dan penjelasan rasional tentang fenomena alam dan fisik serta melibatkan dalam aktivitas pembelajaran. Menurut Wynne Harlen dalam Hendro Darmodjo 1993, setidaknya ada sembilan aspek sikap dari ilmiah yang ada dan dapat dikembangkan pada anak usia SD, yaitu : 1 Sikap ingin tahu; 2 Sikap ingin mendapatkan sesuatu yang baru; 3 Sikap tidak berprasangka sebelum mencoba; 4 Sikap mawas diri; 5 Sikap bertanggung jawab; 6 Sikap kerja sama; 7 Sikap tidak mudah putus asa; 8 Sikap kedisiplinan diri; 9 Sikap berfikir bebas. Contoh IPA sebagai pemupukan sikap dalam penelitian ini adalah Saling bekerja sama, jujur, menghargai pendapat teman, teliti dan bertanggung jawab terhadap hasil pekerjaannya. 2.2.2.4 IPA sebagai teknologi Hakikat IPA dari waktu ke waktu mengalami perkembangan. Tidak lepas dari perkembangan pelaksanaan metode ilmiah yang bergantung kepada kemajuan teknologi pada saat itu. Perkembangan teknologi yang berhubungan dengan kehidupan sehari-hari menjadi bagian penting dari belajar IPA. IPA bersifat praktis sebagai bekal yang berguna dalam kehidupan sehari-hari. Kegiatan observasi dan eksperimen banyak dipengaruhi oleh penggunaan peralatan atau instrumen yang digunakan, karena banyak fenomena alam yang tidak dapat secara langsung diamati oleh manusia dengan panca indera tanpa menggunakan bantuan teknologi. Contoh IPA sebagai teknologi dalam penelitian ini adalah pembuatan terasering pada tanah yang miring untuk mencegah terjadinya tanah longsor. Belajar IPA tidak hanya terdiri dari satu konsep, belajar IPA terdiri dari empat konsep yaitu konsep IPA sebagai proses, IPA sebagai produk, IPA sebagai pemupukan sikap ilmiah dan IPA sebagai teknologi. Perpaduan dari keempat konsep inilah yang akan mengantarkan kita untuk bisa menggali lebih dalam lagi unsur-unsur yang terkandung di dalam pembelajaran IPA yang akan bermuara pada meningkatnya kualitas pembelajarn IPA, di mana guru akan berperan sebagai fasilitator yaitu memfasilitasi pembelajaran, innovator yaitu sebagai pembaharu, transformator yaitu sebagai penyalur ilmu, dan evaluator yaitu sebagai penilai yang akan mendukung siswa supaya lebih aktif dan kreatif dalam pembelajaran, sehingga tujuan pembelajaran akan tercapai secara maksimal.

2.2.3 Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar SD