1
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Sebagai makhluk yang diciptakan dengan sempurna, sejatinya manusia menguasai
empat aspek
keterampilan berbahasa
untuk kepentingan
berkomunikasi dengan individu di luar dirinya. Rajiman membagi keempat keterampilan tersebut di atas kepada keterampilan menyimak, keterampilan
berbicara, keterampilan membaca, dan keterampilan menulis Tarigan, 1986:1. Keempat aspek tersebut sangat berkaitan dan tidak dapat dipisahkan satu sama
lainnya. Empat keterampilan berbahasa yang tercangkup dalam pembelajaran bahasa
yaitu keterampilan membaca, keterampilan menulis, keterampilan menyimak, dan keterampilan berbicara. Keterampilan membaca dan menyimak termasuk
keterampilan bahasa yang reseptif. Artinya, ketika kita membaca dan menyimak, bahan atau sumbernya telah tersedia dan dapat langsung menerima informasi dari
kegiatan membaca dan menyimak tersebut. Sedangkan keterampilan menulis dan berbicara merupakan keterampilan yang bersifat produktif. Kedua keterampilan
ini menuntut kita untuk dapat menuangkan ide-ide dalam bentuk lisan maupun tulisan Tarigan, 1983: 3-4.
Keempat keterampilan berbahasa di atas memiliki peranan penting dan saling menunjang dalam kegiatan pembelajaran bahasa. Dalam pelaksanaan kegiatan
pembelajaran bahasa, keempat keterampilan tersebut digunakan secara terpadu.
Kegiatan menulis dapat dilakukan setelah keterampilan membaca atau kegiatan keterampilan berbicara dilaksanakan setelah keterampilan menyimak dengan cara
mengungkapkan lagi secara lisan segala sesuatu yang telah disimak. Keempat keterampilan tersebut pada dasarnya merupakan satu kesatuan, merupakan catur
tunggal Tarigan, 1983:1. Bahasa Arab merupakan salah satu bahasa asing yang lambat laun mulai
dipelajari oleh para pembelajar di dunia. Di Indonesia pun bahasa ini mulai dipelajari, terlebih lagi bahwa mayoritas masyarakat Indonesia beragama Islam,
yang memiliki kitab Al-Qur ’an yang diturunkan dengan bahasa Arab.
Salah satu keterampilan berbahasa Arab yang harus diajarkan kepada siswa, khususnya siswa SMP Islam kelas VIII adalah keterampilan menulis.
Keterampilan menulis bahasa Arab merupakan keterampilan yang paling sulit bahkan dapat dikatakan lebih sulit dari keterampilan berbicara. Hal itu disebabkan
kemampuan menulis menghendaki penguasaan berbagai unsur kebahasaan dan unsur di luar bahasa itu sendiri yang akan menjadi isi karangan Nurgiyantoro,
1994:296. Berdasarkan studi awal pretes dan wawancara yang dilakukan dengan guru
bidang studi bahasa Arab SMP Islam Moga kabupaten Pemalang, diketahui bahwa tingkat kemampuan menulis siswa SMP Islam Moga belum mencapai taraf
maksimal, yaitu pembelajaran di kelas yang kurang efektif, sehingga sebagian besar nilai siswa belum mencapai nilai ketuntasan minimal. Siswa mengalami
kesulitan menulis bahasa Arab, yakni kesulitan menyusun kata-kata, baik dalam bentuk kalimat maupun paragraf. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor, selain
karena siswa merasakan bahwa pelajaran bahasa Arab merupakan mata pelajaran yang membosankan, faktor penyebab lainnya di antaranya adalah faktor metode
yang digunakan oleh guru. Metode pembelajaran bahasa Arab yang dipergunakan guru selama ini adalah metode ceramah. Metode tersebut cenderung
membosankan, sehingga siswa tidak memiliki semangat untuk mempelajari bahasa Arab. Hal ini bisa dilihat melalui observasi dan hasil pretes yang
dilakukan, hanya terdapat satu dari 33 siswa yang mencapai nilai diatas nilai ketuntasan minimal yaitu 75, keadaan kelas yang pasif, dan siswa yang enggan
bertanya. Selain itu, faktor lain yang mempengaruhi yaitu latar belakang siswa yang berbeda-beda, artinya ada siswa yang sudah mengenal bahasa Arab sejak
MI, ada juga siswa yang berasal dari SD yang tidak terdapat mata pelajaran bahasa Arab sebagai salah satu mata pelajaran yang diajarkan. Namun tidak
menutup kemungkinan pula, siswa yang berasal dari MI pun mengalami kesulitan dalam belajar bahasa Arab karena faktor rendahnya minat belajar, sarana dan
prasarana yang kurang memadai. Mengacu pada permasalahan tersebut, guru perlu mengambil langkah atau
strategi dalam proses belajar mengajar dengan teknik yang lebih tepat dan sesuai dengan kondisi serta kebutuhan siswa agar tujuan pembelajaran yang diharapkan
dapat tercapai. Siswa dapat belajar dengan baik jika siswa belajar dengan kondisi yang ideal dengan kasih sayang, kehangatan, dorongan, dan dukungan. Bila hal
itu terus berlanjut, kesenangan dan kecepatan belajar dapat melekat erat dalam diri siswa Suyatno 2004:11. Kondisi awal ini menjadi dasar peneliti menggunakan
model pembelajaran quantum teaching teknik TANDUR.
Quantum Teaching sendiri berawal dari sebuah upaya Dr Georgi Lozanov, pendidik asal Bulgaria, yang bereksperimen dengan suggestology. Prinsipnya,
sugesti dapat dan pasti mempengaruhi hasil belajar. Pada perkembangan selanjutnya, Bobbi de Porter penulis buku best seller Quantum Learning dan
Quantum Teaching, murid Lozanov, dan Mike Hernacki, mantan guru dan penulis, mengembangkan konsep Lozanov menjadi Quantum Learning. Metode
belajar ini diadopsi dari beberapa teori. Antara lain sugesti, teori otak kanan dan kiri, teori otak triune, pilihan modalitas visual, auditorial, dan kinestetik dan
pendidikan holistik. Menurut Omaha Boy, guru dari Universitas Rutgers menyatakan bahwa pembelajaran kuantum menyediakan landasan bagi pengajar
untuk menciptakan lingkungan, sikap dan struktur menuju kesuksesan belajar. Sedangkan menurut Samuel Betances, seorang konsultan pendidikan dari
Northeastern Illnois University, menyatakan bahwa strategi pembelajaran kuantum akan mampu mengubah setiap kelas menjadi tempat belajar yang
menggembirakan Wena, 2008:167. Berlandaskan dari beberapa penelitian tersebut, peneliti memilih metode quantum teaching teknik TANDUR pada siswa
kelas VIII SMP Islam Moga khususnya dalam pembelajaran menulis Bahasa Arab, diharapkan setelah diterapkannya metode ini, siswa dapat memahami
kaidah penulisan yang benar dan dapat menuangkan ide dalam bentuk tulisan Bahasa Arab dengan suasana belajar yang menyenangkan.
Model pembelajaran quantum teaching sebagai salah satu alternatif dalam pembelajaran bahasa Arab, dalam hal ini adalah dalam pembelajaran menulis,
diharapkan mampu membawa siswa dalam suasana yang nyaman dan
menyenangkan. Siswa akan lebih bebas mengemukakan pendapat, gagasan, ide, dan pikiran dalam kegiatan belajar siswa. Dalam kegiatan pembelajaran
keteladanan, ketulusan, kongruensi, dan kesiapsiagaan seorang guru akan memberdayakan dan mengilhami siswa untuk membebaskan potensi milik mereka
sebagai pelajar Bobbi DePorter dkk, 2007: 114. Salah satu teknik yang terkandung dalam model pembelajaran quantum
teaching adalah teknik TANDUR. Teknik TANDUR merupakan singkatan dari T Tumbuhkan minat belajar, dalam hal ini guru memberikan contoh teks yang
dapat membuat siswa tertarik, agar keinginan untuk menulis dapat tumbuh. A Alami, ciptakan atau datangkan pengalaman umum yang dapat dimengerti
semua siswa. N Namai, sediakan kata kunci, konsep, model, rumus, strategi, sebuah masukan. D Demonstrasikan, guru memberikan kesempatan bagi siswa
untuk menunjukan bahwa mereka tahu. U Ulangi, tunjukan kepada siswa cara mengulang materi dan menegaskan
“Aku tahu dan aku juga memang tahu”. R Rayakan, akhiri setiap proses pembelajaran dengan merayakannya. Prisip dari
rayakan yaitu, “Jika layak dipelajari, maka layak pula dirayakan”. Hal ini juga
dapat memberi motivasi bagi siswa untuk melakukan tugasnya lebih baik lagi. Pembelajaran kuantum, juga bersandar pada suatu konsep, yaitu
“Bawalah dunia siswa ke dunia guru, dan antarkan dunia guru ke dunia siswa. Hal ini berarti
bahwa langkah pertama seorang guru dalam kegiatan pembelajaran adalah memahami atau memasuki dunia siswa. Kegiatan ini dilakukan dengan cara
mengaitkan apa yang akan diajarkan guru dengan sebuah peristiwa. Setelah kaitan
itu terbentuk, siswa dapat dibawa ke dunia guru, dan memberi siswa pemahaman tentang isi pembelajaran Wena, 2008:161.
Proses belajar mengajar, dilakukan tanpa unsur paksaan yang disesuaikan dengan keadaan siswa. Antara siswa yang satu dan yang lainnya mempunyai
tingkat kemampuan, pengalaman, serta tingkat ekonomi yang berbeda, sehingga siswa dapat mengekspresikan kemampuan dirinya sesuai dengan kemampuan dan
pengetahuan yang dimiliki serta mampu meningkatkan prestasi belajar siswa. Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa pembelajaran kuantum mampu:
68 meningkatkan motivasi belajar, 73 meningkatkan skor nilai, 81 meningkatkan rasa percaya diri, 84 meningkatkan harga diri, dan 98
melanjutkan penggunaan keterampilan Porter, Reardon Nourie dalam Wena, 2008:167. Sehubungan dengan penjelasan-penjelasan di atas, maka peneliti
memilih judul “PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS BAHASA
ARAB DENGAN MODEL PEMBELAJARAN QUANTUM TEACHING TEKNIK TANDUR PADA SISWA KELAS VIII SMP ISLAM MOGA
KABUPATEN PEMALANG TAHUN 2011 ”.
1.2. Rumusan Masalah