Genus dan proporsi karang keras

stasiun berkisar antara 0,02 mdet - 0,05 mdet. Kecepatan arus terbesar terjadi di sekitar DPL 4 yaitu sebesar 0,05 mdetik karena DPL 4 terletak pada daerah yang terbuka. Kecepatan arus terkecil terdapat di DPL 3 pada stasiun 4 yaitu antara 0,02 mdetik karena pada stasiun 4 letaknya terlindungi oleh pulau.

4.2. Genus dan proporsi karang keras

Berdasarkan hasil pengamatan, jumlah genus karang keras di semua stasiun ditemukan 18 genus karang keras yaitu : Acropora, Diploastrea, Echinopora, Favites, Fungia, Galaxea, Heliofungia, Heliopora, Hydnophora, Lobophyllia, Goniastrea, Merulina, Millepora, Montipora, Pocilopora, Porites, Seriatopora dan Stylopora. Karang genus Porites terdapat di semua stasiun pengamatan. Genus karang yang ditemukan beserta komposisinya dapat dilihat di Tabel 6. Jumlah genus yang ditemukan di semua stasiun berkisar antara 3 – 9 genus. Jumlah genus yang paling banyak ditemukan di stasiun 6 pada kedalaman 6 m sebanyak 9 genus, sedangkan genus yang paling sedikit juga ditemukan di stasiun 6 pada kedalaman 3 m sebanyak 3 genus. Berdasarkan hasil pengamatan di stasiun 1 pada kedalaman 3 m terdapat 7 genus karang keras HC yang terdiri dari Acropora 0,48 , Echinopora 24,3 , Favites 1,82 , Galaxea 0,62 , Hydnophora 2,22 , Montipora 11,2 ,dan Porites 0,28 Tabel 6. Karang dengan bentuk pertumbuhan lembaran-lembaran yang menonjol mendominasi di daerah ini. Sedangkan di stasiun 1 pada kedalaman 6 m terdapat 7 genus karang keras terdiri dari Acropora 13,08 , Seriatopora 0,16 , Pocillopora 0,78 , Hydnophora 1,46 , Millepora 0,14 , Montipora 3,74 , Porites 4,34 . Tabel 6. Genus karang yang ditemukan serta persen penutupannya Persen penutupan St 1 St 2 St 3 No. Genus Lifeform 1 2 3 4 5 1 Acropora ACB, ACD, ACT 0,48 13,08 10,34 17,74 11,16 2 Dipolastrea CM 3 Echinopora CF 24,3 4 Favites CM 1,82 0,66 5 Fungia CMR 0,64 6 Galaxea CS 0,62 7 Helio-fungia CMR 8 Heliopora CHL 9 Hydnopora CB 2,22 1,46 10 Lobophylia CM 11 Merulina CE 12 Millepora CME 0,14 3,38 0,58 13 Montipora CF, CM, CE 11,2 3,74 39,64 1,4 0,64 14 Pocillopora CB 0,78 1,5 15 Porites CS, CM 0,28 4,34 0,8 14,9 11,66 16 Seriatopora CB 0,16 17 Stylopora CB, CM 18 Goniastrea CM Total 40,92 23,7 50,78 39,56 24,7 Hal ini berbeda dengan hasil pengamatan di stasiun 2. Karang keras yang terdapat di stasiun 2 sebanyak 3 genus karang keras yang terdiri dari Acropora 13,08 , Montipora 39,64 , dan Porites 0,8 . Karang dengan bentuk pertumbuhan lembaran mendominasi daerah ini. Berdasarkan hasil pengamatan di stasiun 3 pada kedalaman 3 m terdapat 6 genus karang keras yang terdiri dari Acropora 17,74 , Fungia 0,64 , Millepora 3,38 , Pocillopora 1,5 , Galaxea 0,62 , Hydnophora 2,22 , Montipora 1,4 dan Porites 14.9 . Karang jenis Acropora mendominasi daerah ini. Sedangkan pada kedalaman 5 m terdapat 5 genus karang keras yang terdiri dari Acropora 11,16 , Favites 0,66 , Millepora 0,58 , Montipora 0,64 dan Porites 11,66 . Pada kedalaman ini juga didominasi oleh karang Porites. Sama halnya dengan stasiun 2, pada stasiun 4 terdapat 3 genus karang keras yang terdiri dari Pocillopora 0,32 , Porites 11,06 dan Stylopora 4,4 . Daerah ini didominasi oleh karang porites. Untuk hasil pengamatan yang dilakukan di stasiun 5 ditemukan sebanyak 6 genus karang keras yang terdiri dari Echinopora 44,86 , Fungia 0,28 , Helio-fungia 0,54 , Hydnophora 1,08 , Lobophylia 0,62 dan Porites 1,02 . Pada stasiun ini di dominasi oleh karang Echinopora dengan pertumbuhan karang yang berbentuk lembaran-lembaran yang menonjol. Hasil pengamatan yang dilakukan di stasiun 6 pada kedalaman 3 m ditemukan sebanyak 2 genus karang. Di kedalaman ini jumlah genus yang paling sedikit ditemukan dibandingkan dengan stasiun yang lain yang terdiri dari Heliopora 3,16 dan Porites 3,72 sedangkan di kedalaman 6 m ditemukan jumlah genus karang keras yang paling banyak dibandingkan dengan stasiun yang lain yang berjumlah 9 genus karang keras yang terdiri dari Acropora 1,48 , Diploastrea 1, 4 , Echinopora 4,02 , Favites 0,3 , Lobophylia 0,45 , Merulina 0,88 , Millepora 0,9 , Porites 3,26 dan Goniastrea 0,6 . Pada stasiun ini di kedalaman 3 m didominasi oleh karang keras genus Porites sedangkan pada kedalaman 6 m didominasi oleh karang keras Echinopora dengan bentuk pertumbuhan berbentuk lembaran-lembaran yang menonjol. Proporsi kemunculan karang keras seluruh stasiun pengamatan berkisar antara 1,67 – 50 Gambar 10. Nilai proporsi di titik pengamatan 9 merupakan yang tertinggi yaitu sebesar 50 dari total genus karang yang ditemukan di seluruh titik pengamatan. Walaupun persen penutupan terumbu karangnya rendah di titik pengamatan ini tetapi pada saat pengambilan data ditemukan jumlah genus karang yang lebih banyak dibandingkan dengan titik pengamatan yang lain. Sedangkan proporsi kemunculan karang keras yang terendah terdapat di titik pengamatan 3 dan 6 sebesar 1,67 dari total genus karang yang ditemukan di seluruh stasiun pengamatan. 10 20 30 40 50 P r o p o r si ke m unc ul a n H C Titik pengamatan Proporsi 38.89 38.89 1.667 33.33 27.78 1.667 33.33 11.11 50 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Gambar 10. Histogram proporsi kemunculan genus karang keras Proporsi nilai karang digunakan untuk mengetahui kemunculan karang keras di suatu daerah dan keanekaragaman relatif karang keras. Semakin besar nilai proporsi kemunculan karang keras berarti semakin banyak dan beranekaragam genus yang terdapat di daerah tersebut. Nilai proporsi kemunculan karang keras berbanding lurus dengan jumlah genus yang ditemukan di tiap-tiap stasiun Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Suhendra 2002, nilai proporsi kemunculan karang keras berkisar antara 0 – 50 , dan penelitian yang dilakukan oleh Muttaqin 2006, proporsi kemunculan karang keras berkisar antara 14,29 – 73,64 . Dari hasil penelitian diketahui bahwa proporsi kemunculan karang keras mengalami penurunan dibandingkan dengan penelitian yang sebelumnya.

4.3. Persentase penutupan substrat dasar

Dokumen yang terkait

Partisipasi Masyarakat Dalam Pengawasan Terumbu Karang di Pulau Sebesi Kabupaten Lampung Selatan

0 10 102

Struktur Komunitas Ikan Karang Dan Keterkaitannya Dengan Persentase Penutupan Karang Hidup Dl Ekosistem Terumbu Karang Daerah Perlindungan Laut Pulau Sebesi, Lampung

0 10 60

Studi Kondisi Ekosistem Terumbu Karang di Daerah Perlindungan Laut Pulau Sebesi, Lampung

0 19 86

Studi Kesukaan (Preferensi) Ikan Karang Terhadap Karakteristik Tipe Substrat Dasar Di Kawasan Perairan Pulau-Pulau Lima (Pulau Lima, Pulau Buyut, Pulau Kasenga dan Pulau Bamijo) Bagian Barat Pulau Belitung

0 17 93

Perubahan Temporal Presentase Penutupan Substrat Dasa, Kondisi Komunitas Ikan Karang, Dan Preferensi Ikan Karang Di Pulau Pramuka, Kepulauan Seribu, Tahun 2001 - 2003

0 13 93

Kajian Struktur Komunitas dan Interaksi Substrat Dasar Terumbu Karang dengan Ikan Karang di Daerah Perlindungan Laut. Pulau Sebesi, Teluk Lampung, Kabupaten Lampung Selatan, 2002-2003.

0 18 83

Analisis teknis terhadap pemanfaatan sumberdaya ikan karang menggunakan bubu lipat dan bubu kawat di Perairan Karang Pulau Sebesi, Lampung Selatan

0 15 63

Tingkat keramahan unit penangkapan ikan karang dan krustasea terhadap lingkungan di pulau Sebesi Lampung

0 10 84

Partisipasi Masyarakat Dalam Pengawasan Terumbu Karang di Pulau Sebesi Kabupaten Lampung Selatan

0 6 92

Evaluasi Program Mata Pencaharian Alternatif Pada Pengelolaan Daerah Perlindungan Laut Di Pulau Sebesi,Kabupaten Lampung Selatan, Provinsi Lampung.

0 0 2