Waktu dan lokasi penelitian Alat dan bahan Metode Pengambilan Data 1 Terumbu karang

3. BAHAN DAN METODE

3.1. Waktu dan lokasi penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 28 Juni – 2 Juli 2007 yang berlokasi di DPL Pulau Sebesi, Lampung. Pulau Sebesi secara geografis berada pada posisi 05 55’37,43” - 05 58’44,48” LS dan 105 27’ 30.50” - 105 30’47,54” BT Gambar 6.

3.2. Alat dan bahan

Alat-alat yang digunakan dalam pengamatan ekosistem terumbu karang di lapangan adalah sebagai berikut Tabel 1. Tabel 1. Alat pengambilan data karang dan ikan karang. Pengambilan data Metode Alat Karang Line Intercept Transect LIT Ikan karang Sensus visual - Peralatan selam SCUBA - Sabak - Pensil - Roll meter - GPS - Kamera bawah air - Kapal Bahan yang digunakan adalah air laut untuk mengukur parameter perairan yang terdiri dari faktor fisika dan kimia perairan yang mempunyai peranan penting pada pola distribusi terumbu karang dalam suatu zona perairan 3.3. Metode Pengambilan Data 3.3.1 Terumbu karang Pengamatan terumbu karang pada suatu ekosistem, dilakukan dengan menggunakan metode LIT English et al., 1994. Gambar 6. Peta Lokasi Penelitian Pengambilan data di stasiun pengamatan dilakukan dengan menggunakan transek garis sepanjang 50 m kemudian pengambilan data dilakukan pada dua kedalaman, yaitu kedalaman 3 m yang mewakili kedalaman dangkal dan kedalaman 6-7 m mewakili kedalaman yang lebih dalam. Pada daerah yang landai pengamatan dilakukan pada kedalaman 4-5 m. Pemasangan transek diletakkan sejajar dengan garis pantai dan mengikuti kontur. Penyelam mengikuti transek dan mencatat transisi karang yang menyinggung transek dalam sentimeter dan mencatat kode bentuk hidupnya life form Tabel 2 disertai keterangan genus. Tabel 2. Kategori lifeform dan kodenya Kategori Kode Keterangan Branching ACB Percabangan ± 2º. Cth: Acropora palmata, Encrusting ACE Biasanya seperti pelat dari bentuk Acropora yang belum dewasa Submassive ACS Kokoh berbentuk bonggol baji Digitate ACD Percabangan tidak sampai 2º Acropora Tabulate ACT Pelat datar seperti meja Branching CB Percabangan ± 2º Encrusting CE Sebagian besar menempel pada substrat sebagai pelat laminar Foliose CF Karang menempel pada satu atau lebih titik, bentuk menyerupai daun Massive CM Berbentuk bola atau batu besartanggul Submassive CS Membentuk kolom kecil, baji atau bonggol Mushroom CMR Soliter Millepora CME Karang api Heliopora CHL Karang biru Non- Acropora Tubipora CTU Karang merah Death coral DC Baru saja mati, warna putih hingga putih kotor Death coral with algae DCA Karang mati yang telah ditumbuhi alga Soft coral SC Karang lunak Sponge SP Spons Zoanthid ZO Zoanthid Fauna lain Others OT Ascidians , anemon, gorgonian, kima raksasa, bulu babi, dll Lanjutan Tabel 2 Algae Assemblage AA Terdiri lebih dari satu alga Coralline Algae CA Halimeda HA Macroalgae MA Warna merah, coklat, dll Alga Turf Algae TA Alga filamen yang lembut, sering ditemukan dalam wilayah damselfish Sand S Pasir Rubble R Pecahan karang tak beraturan Silt SI Lanau Water WA Celah lebih dari 50 cm Abiotik Rock RC Tapakan karang termasuk kapur, batuan gunung Sumber : English et al., 1994 Pengamatan biota pengisi habitat dasar didasarkan pada bentuk pertumbuhan tabel 2, tingkat famili, genus, atau spesies biota dan komponen abiotik lain yang ditemukan sepanjang transek garis Gambar 7. Penyelam berenang sepanjang transek dan mencatat transisi dalam sentimeter dan karang yang tersinggung oleh transek dicatat kode bentuk hidupnya disertai keterangan genus Gambar 8. Sumber : English et al., 1994 Gambar 7. Pengambilan data karang dengan metode LIT Sumber : English et al., 1994 Gambar 8. Cara pencatatan data koloni karang pada metode transek garis

3.3.2. Ikan karang

Ikan-ikan yang ada di terumbu karang diambil pada dua kedalaman yang berbeda yaitu 3 m untuk mewakili daerah dataran terumbu reef flat dan 10 m yang dianggap sebagai lereng terumbu reef slop. Pengamatan ini menggunakan metode sensus visual sepanjang 50 m. Batas pengamatan data ikan adalah 2,5 m ke arah kiri dan ke arah kanan sehingga luasan pengamatan yang didapat pada tiap stasiunnya adalah 250 m 2 . Pencatatan data ikan karang ini adalah dengan mengidentifikasi spesies ikan yang dijumpai dan jumlahnya Gambar 9. Sumber : English et al., 1994 Gambar 9. Pengambilan data ikan karang dengan metode sensus visual

3.3.3. Kualitas air

Kualitas perairan dapat diketahui dengan melakukan pengukuran beberapa parameter fisika yang berpengaruh terhadap terumbu karang. Parameter-parameter ini dilakukan secara insitu dalam pengukurannya dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. Parameter fisik dan alat yang digunakan. Parameter Unit Alat Metode Suhu C Termometer air raksa Dimasukkan ke kolom perairan kemudian diukur Salinitas 00 Refraktometer Menggunakkan sample air, kemudian diterawang Kecepatan arus mdetik Floating droudge, dan stopwatch Diletakkan di permukaan perairan, di daerah buritan kapal, kemudian diukur Kecerahan m Secchi disk Ditenggelamkan dan diukur Kedalaman m Depth gauge Melihat depth gauge sewaktu penyelaman Posisi Lintang dan bujur GPS Pengukuran pada saat sebelum penyelaman 3.4. Analisis data 3.4.1.

Dokumen yang terkait

Partisipasi Masyarakat Dalam Pengawasan Terumbu Karang di Pulau Sebesi Kabupaten Lampung Selatan

0 10 102

Struktur Komunitas Ikan Karang Dan Keterkaitannya Dengan Persentase Penutupan Karang Hidup Dl Ekosistem Terumbu Karang Daerah Perlindungan Laut Pulau Sebesi, Lampung

0 10 60

Studi Kondisi Ekosistem Terumbu Karang di Daerah Perlindungan Laut Pulau Sebesi, Lampung

0 19 86

Studi Kesukaan (Preferensi) Ikan Karang Terhadap Karakteristik Tipe Substrat Dasar Di Kawasan Perairan Pulau-Pulau Lima (Pulau Lima, Pulau Buyut, Pulau Kasenga dan Pulau Bamijo) Bagian Barat Pulau Belitung

0 17 93

Perubahan Temporal Presentase Penutupan Substrat Dasa, Kondisi Komunitas Ikan Karang, Dan Preferensi Ikan Karang Di Pulau Pramuka, Kepulauan Seribu, Tahun 2001 - 2003

0 13 93

Kajian Struktur Komunitas dan Interaksi Substrat Dasar Terumbu Karang dengan Ikan Karang di Daerah Perlindungan Laut. Pulau Sebesi, Teluk Lampung, Kabupaten Lampung Selatan, 2002-2003.

0 18 83

Analisis teknis terhadap pemanfaatan sumberdaya ikan karang menggunakan bubu lipat dan bubu kawat di Perairan Karang Pulau Sebesi, Lampung Selatan

0 15 63

Tingkat keramahan unit penangkapan ikan karang dan krustasea terhadap lingkungan di pulau Sebesi Lampung

0 10 84

Partisipasi Masyarakat Dalam Pengawasan Terumbu Karang di Pulau Sebesi Kabupaten Lampung Selatan

0 6 92

Evaluasi Program Mata Pencaharian Alternatif Pada Pengelolaan Daerah Perlindungan Laut Di Pulau Sebesi,Kabupaten Lampung Selatan, Provinsi Lampung.

0 0 2