Proses Termal Pada Produk Pangan

35 Keterangan: n : jumlah sampel yang diperiksa c : jumlah sampel yang tidak memenuhi syarat cfu : colony forming unit jumlah bakteri pembentuk koloni Tabel 2. Standar Udang Masak Beku ICMSF, 1996 Bakteri Standar Udang masak Total Aerobic Plate Counts 10 6 cfu g Staphilococcus aureus 100 cfu g Total Coliform 3.0 MPN g Escherchia coli 25 cfug Salmonella Negative 25 g Listeria monocytogenes Negative 25 g

B. TEKNOLOGI PEMASAKAN

1. Proses Termal Pada Produk Pangan

Proses pemanfaatan panas yang mempelajari hubungan antara pemanasan dengan optimasi proses terutama dari segi keamanan pangan dan nilai gizinya adalah proses termal. Secara umum, beberapa jenis proses termal yang memanfaatkan panas adalah pengalengan, pemanggangan, penggorengan, pateurisasi dan sterilisasi. Beberapa jenis proses termal tersebut dibedakan berdasarkan tujuan yang ingin dicapai pada produk akhir. Pasteurisasi dan sterilisasi bertujuan untuk membunuh mikroba dan menginaktifkan enzim sampai level aman, tetapi kerusakan atribut mutu pada produk akhir diupayakan seminimal mungkin. Selain itu pemasakan juga bertujuan untuk meningkatkan aroma, rasa serta memperbaiki tekstur, nilai gizi dan daya cerna produk seperti pada proses pemanggangan dan penggorengan Harikedua, 1992. Aplikasi proses termal pada udang masak dibedakan menjadi lima yaitu sterilisasi, pasteurisasi, pengasapan, pengeringan dan 36 pemasakan. Perbedaan kelima variasi proses termal tersebut didasarkan pada kestabilan penyimpanan dan keamanan udang. Keamanan udang masak dipengaruhi oleh ketahanan bakteri terhadap proses termal pada produk akhir. Proses sterilisasi pada udang didesain untuk membunuh spora dan bakteri yang tahan terhadap pemanasan sehingga produk hasil sterilisasi dapat stabil pada suhu ruangan . Proses termal yang kedua yaitu pengeringan yang bertujuan untuk mencegah germinasi dan pertumbuhan spora bakteri. Pengasapan pada udang adalah bentuk dari pengeringan, perbedaanya pada pengasapan dapat menambah flavor pada udang. Produk hasil pengeringan dan pengasapan stabil disimpan pada suhu refrigerasi. Proses termal yang ke empat pada udang adalah pasteurisasi yang bertujuan untuk membunuh sel vegetatif dan harus disimpan pada refrigerasi untuk mengontrol pertumbuhan mikroba selama penanganan dan penyimpanan. Sedangkan proses termal yang sering digunakan dalam pengolahan udang adalah pemasakan. Proses pemasakan adalah suatu proses yang bertujuan untuk mengoptimalkan panas agar dapat merusak sel vegetatif sampai level yang dapat diterima untuk keamanan pangan Otwell, S, 2006. Secara rinci, termal proses yang digunakan untuk udang masak berdasarkan target reduksi mikroba dan penyimpanannya dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. Proses Termal Pada Pemasakan Udang Otwell, S, 2006 Proses Termal Target Mikroba Penyimpanan Sterilisasi Spora Suhu Ruang Pengeringan Spora atau sel vegetatif Suhu Ruang atau Refrigerasi Pasteurisasi Sel vegetatif Suhu Refrigerasi Pengasapan Sel vegetatif Suhu Refrigerasi Pemasakan Sel vegetatif Suhu Refrigerasi dan Frozen Berdasarkan besarnya suhu, proses pemanasan secara umum dapat dikelompokkan menjadi 3 jenis yaitu blanching, pasteurisasi dan 37 sterilisasi. Blanching adalah pemanasan awal dengan suhu lebih kecil dari 100 °C selama kurang lebih 10 menit, pasteurisasi adalah pemanasan pada suhu lebih kecil atau sama dengan 100 °C pada selang waktu tertentu tergantung pada jenis bahan. Sedangkan sterilisasi adalah pemanasan pada suhu diatas 100 °C dalam waktu yang relatif lama sehingga mikroba telah mati Toledo, 1991 . Prosedur pemasakan pada produk perikanan menurut AOAC 2000 adalah dengan memanaskan produk sampai suhu pusatnya lebih dari 160 ° F 70 C. Sedangkan menurut FDA 2005, aspek penting yang harus diperhatikan dalam proses pemasakan adalah lamanya siklus pemasakan; suhu steam, air atau media lain yang digunakan sebagai sumber panas; distribusi panas pada mesin; ketebalan produk; suhu pusat bahan pangan sebelum dilakukanya proses pemasakan; ketepatan menggunakan thermocouple; dan ketepatan dalam memonitoring waktu pemasakan.Waktu pemasakan sendiri tergantung dari ukuran produk dan peralatan pemasak yang digunakan. Proses pemasakan dapat mengubah atribut mutu produk, mengubah tekstur, dan karakter fisik produk serta dapat menyebabkan susutnya berat suatu produk pangan karena penurunan air yang terikat, terdenaturasinya protein, dan lain sebagainya tergantung karakteristik produk pangan. Pada proses pengolahan pangan dengan panas, optimasi proses selalu dibutuhkan untuk mendapatkan produk dengan kualitas terbaik dengan proses yang efisien. Pengaruh panas dan waktu yang semakin tinggi akan memberikan efek pembunuhan mikroba yang semakin besar atau kurva pertumbuhan mikroba yang semakin kecil. Tetapi sebaliknya, semakin tinggi suhu dan lama waktu kontak dengan panas atau semakin tinggi suhu dan waktu proses maka akan semakin besar pula kerusakan zat gizinya. Pemilihan waktu dan suhu yang tepat untuk proses pengolahan pangan dengan pemanasan disebut sebagai optimasi proses Wirakartakusumah et al, 1989. Secara lebih rinci dapat dilihat pada Gambar 4. 38 Gambar 4. Pemilihan kondisi optimum dalam proses pemanasan Wirakartakusumah et al , 1989 Dalam proses pengolahan dengan panas, ada beberapa faktor yang mempengaruhi ketahanan mikroba terhadap panas antara lain sifat genetik, pengaruh lingkungan atau media seperti pH, gula, nutrien lain serta fase pertumbuhan mikroba dan faktor lainnya. Secara umum pola pertumbuhan mikroba dapat dilihat pada Gambar 5 dibawah ini. Gambar 5. Pola pertumbuhan mikroba dan daya tahannya terhadap panas Wirakartakusumah, et al, 1989 Dari Gambar diatas, pada fase A-B mikroba inaktif tidak tumbuh dan pada fase ini mikroba tahan terhadap panas, kemudian sampai pada fase tertentu dimana kondisi ini memungkinkan mikroba tumbuh dengan cepat yaitu pada fase C-D. Pada fase ini, umumnya disebut sebagai fase log dimana mikroba paling sensitif atau peka terhadap panas sehingga mikroba mudah rusak oleh perlakuan panas. Pada tahap selanjutnya nutrien yang tersedia telah terbatas atau mulai 39 habis sehingga perkembangan mikroba mulai menurun percepatannya sehingga mencapai fase pertumbuhan tetap atau stasioner E-F. Pada fase ini umumnya mikroba tahan terhadap panas. Pada fase ini selain nutrien sudah terbatas, faktor lain yaitu terjadinya akumulasi produk- produk penghambat. Akhirnya sampai pada suatu fase dimana kematian lebih cepat dari pertumbuhannya, fase ini disebut fase kematian.

2. Proses Pemasakan Udang CPDTO Cooked Peeled Deveined Tail-