9 Syamsiah et al., 1992 dalam Maulani, 2005 menyatakan bahwa air
yang mengisi bendung berasal dari curah hujan sebesar 30 dan aliran permukaan sebesar 70 .
C. KONSERVASI SUMBERDAYA AIR
Dari tahun ke tahun selalu terjadi degradasi lahan dan sumberdaya air, yang berdampak negatif terhadap makhluk hidup di dalamnya. Untuk
mengatasi degradasi tersebut, perlu adanya suatu usaha perbaikan, pelestarian dan pengawetan tanah dan air yang lebih dikenal dengan istilah konservasi
lahan dan air. Konservasi air pada prinsipnya adalah penggunaan air yang jatuh ke
permukaan tanah untuk pertanian seefisien mungkin, dan pengaturan waktu aliran sehingga tidak terjadi banjir yang merusak dan terdapat cukup air pada
waktu musim kemarau Arsyad, 2000 dalam Maulani, 2005. Teori-teori yang berkembang mengenai konservasi sumberdaya air perlu diselaraskan dengan
kebutuhan dan kondisi aktual yang ada, agar hal tersebut dapat diterapkan secara komprehensif sehingga sesuai dengan hasil yang diharapkan. Dalam
penerapannya perlu mempertimbangkan kondisi fisik, sosial, kultural dalam masyarakat, agar tidak terjadi benturan-benturan dalam pelaksanaannya.
Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi 2002 dan 2003 telah melakukan pendekatan konservasi air melalui penerapan dan pengembangan
channel reservoir dam parit. Penerapan dam parit secara umum dapat
meningkatkan produktivitas tanah dimana areal tanam meningkat demikian juga intensitas tanam meningkat. Dam parit pada prinsipnya adalah memanen
hujan dan aliran permukaan water harvesting yang mengalir karena melebihi daya tampung suatu DAS yang akan digunakan sebagai sumber air irigasi
pada musim kemarau. Fungsi dam parit lainnya, dapat mengurangi banjir atau dapat mengurangi debit puncak dan memperlambat waktu respon DAS.
Kebutuhan air terus meningkat dari tahun ke tahun, maka perlu adanya solusi untuk mengatasi kekurangan supply air ini. Pendekatan konservasi air
melalui pembangunan bendungan kecil sederhana merupakan solusi yang
10 ditawarkan selanjutnya dilanjutkan dengan optimasi penggunaan air dalam arti
pasokan dan distribusi penggunaan air.
D. BENDUNGAN KECIL
Pengertian bendung dengan bendungan sering diartikan sama. Namun bendung sendiri merupakan bangunan penahan air yang dibangun melintang
sungai, digunakan untuk meninggikan level muka air. Sedangkan pengertian bendungan adalah setiap bangunan penahan air buatan, jenis urugan atau jenis
lainnya yang menampung air atau dapat menampung air, termasuk pondasi, bukittebing tumpuan, serta bangunan pelengkap. Bendungan kecil merupakan
bangunan penyimpan air yang dibangun di daerah depresi yang hanya berukuran kecil, Departemen Pekerjaan Umum, 1997. Kolam bendungan
akan menyimpan air di musim hujan, dan kemudian dimanfaatkan oleh suatu desa hanya selama musim kemarau untuk memenuhi kebutuhan dengan urutan
prioritas : penduduk, pertanian, dan industri. Jumlah kebutuhan tersebut akan menentukan tinggi tubuh bendung, dan kapasitas tampung bendungan.
Batasan bendungan kecil sebagai berikut : 1.
Tinggi tubuh bendungan maksimum 10 m untuk tipe urugan, dan 6 m untuk tipe graviti atau komposit.
2. Kapasitas tampung bendungan maksimum 100 000 m
3
3. Luas daerah tadah hujan maksimum 100 ha ≈ 1 km
2
Dimusim hujan bendungan tidak beroperasi karena air di luar bendungan tersedia cukup banyak untuk memenuhi ketiga kebutuhan di atas.
Oleh karena itu, pada setiap akhir musim hujan sangat diharapkan kolam bendungan dapat terisi penuh air sesuai dengan desain. Untuk menjamin
fungsi dan keamanannya bendungan mempunyai beberapa bagian yaitu : 1.
Tubuh bendungan berfungsi menutup lembah atau cekungan depresi sehingga air dapat tertahan di udiknya.
2. Kolam bendungan berfungsi menampung air hujan.
3. Alat sadap berfungsi mengeluarkan air kolam bila diperlukan distribusi,
berupa rangkaian pipa atau saluran terbuka.
11 4.
Tandon air harian di atau dekat pemukiman desa secara gravitasi dan bertekanan, sehingga pemberian air tidak menerus tidak kontinyu
5. Pelimpah spillway berfungsi mengalirkan banjir limpasan dari kolam
ke lembah untuk mengamankan tubuh bendungan atau dinding kolam bendungan terhadap luapan.
Pemilihan lokasi bendungan kecil hendaknya mempertimbangkan : 1.
Dipilih pada daerah yang beralur sempit, kedua sisi lereng relatif curam sehingga dapat menampung air yang banyak, daerah dangkal yang sedikit
sehingga kehilangan air akibat rembesan dan penguapan kecil. 2.
Pemilihan lokasi disesuaikan dengan keperluan, misalnya untuk keperluan domestik, irigasi kebun pekarangan dan minuman ternak, maka
pembangunan pada lokasi yang sedekat mungkin dengan pemakai. Jika air permukaan merupakan sumber utama, maka daerah tangkapan
harus cukup luas agar aliran permukaan cukup besar sehingga mencukupi suplai. Sifat fisik daerah tangkapan yang berpengaruh langsung terhadap
ketersediaan air adalah kemiringan lereng, infiltrasi, vegetasi penutup lahan dan kapasitas permukaan. Hubungan kapasitas tampung bendungan embung
dengan luas daerah tangkapan dan luas tanaman yang diairi dapat dilihat pada Tabel berikut.
Tabel 1. Ukuran dan distribusi bendungan kecil embung untuk pertanian
Ukuran Embung
m
2
Kapasitas Tampung
m
3
Luas Daerah Tangkapan Air
m
2
Luas Tanaman yang Diairi
ha
50 100
150 200
250 300
350 400
450 500
75 180
260 362
440 543
620 724
800 905
207 518
725 1036
1243 1554
1761 2072
2279 2589
0.6 1.49
2.08 2.98
3.57 4.47
5.06 5.96
6.85 7.44
Sumber : Puslitbang Tanaman Pangan, 1994 dalam Irvan Susanto, 2002
12 Tanaman yang diairi adalah jagung dan semangka biji dengan cara siram di
sekitar akarnya Untuk mempertahankan kedalaman dan volume air, maka aliran yang
masuk hendaknya bebas dari sedimen. Perlindungan yang terbaik adalah dengan pencegahan erosi pada daerah tangkapan.
Selanjutnya Linsley et al., 1990 menjelaskan bahwa volume tampungan antara minimum dan normal penggenangan disebut kapasitas guna
usefull storage dan tertahannya air di bawah tingkat penggenangan minimum disebut kapasitas mati dead storage. Menurut Dandeker dan
Sharma 1991 dalam Astari, L. D 2001 menambahkan bahwa kapasitas waduk atau bendungan dibawah tingkat terendah kapasitas penyimpanan
dead storage yang disediakan untuk menampung endapan lumpur. Sedangkan kapasitas tambahan surcharge storage umumnya tidak
terkendali, yakni simpanan ini hanya ada pada waktu banjir dan tidak dapat dipertahankan untuk penggunaan selanjutnya.
Kontinyuitas dari sistem inflow dan outflow pada ruas sungai dapat dinyatakan sebagai berikut Pribadi, 2001 :
I – O = dS dt ......................................................................1
Dimana : I = aliran masuk inflow m
3
detik O
= aliran keluar outflow m
3
detik dSdt
= perubahan storage terhadap waktu Dengan perencanaan bendungan kecil di DAS Cidanau diharapkan
dapat memberikan manfaat yang besar dan pengaruhnya terhadap peningkatan ketersediaan air water supply, serta untuk memperlambat waktu respon Tr,
mengurangi volume debit puncak yang mengakibatkan banjir di hilir Sub- DAS atau DAS. Juga semakin banyak volume air yang meresap ke dalam
tanah sehingga cadangan air tanah yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakat dan industri bertambah.
Hasil penelitian di Sub DAS Bunder, Wonosari, D.I. Yogyakarta menunjukan bahwa dengan pembangunan bendungan dapat memperlambat
13 waktu respon Tr dan mengurangi volume debit puncak. Dengan semakin
banyak bendungan kecil yang dibangun menyebabkan semakin lamanya waktu respon dan semakin sedikit volume debit puncaknya. Kondisi ini
menunjukan bahwa semakin lama waktu pengisian air tanah dan semakin banyak volume air yang masuk ke dalam tanah. Hasil pengukuran debit
puncak yang terukur di outlet Sub DAS Bunder disajikan pada Gambar 3. Dari Gambar 3 terlihat bahwa setelah dibangunnya bendungan kecil terjadi
peningkatan debit dan fluktuasi debit yang rendah.
a b
a b
a b
Sumber : Karama dkk. 2003 oleh BALITKLIMAT
. Gambar 3. Pasangan curah hujan sebelum a dan sesudah b dibangun
bendungan kecil.
14 Begitu juga hasil penelitian di Sub DAS Keji, hasil penelitian
menunjukkan adanya fluktuasi debit yang nyata pada kondisi hujan yang lamanya kurang dari satu jam dengan jumlah curah hujan lebih dari 15 mm.
15
III. METODOLOGI PENELITIAN A. KERANGKA PEMIKIRAN
Terjadinya degradasi sumberdaya air dilihat dari segi kualitas dan kuantitasnya dewasa ini sudah dirasakan oleh manusia. Hal tersebut
diindikasikan dengan banyaknya banjir di beberapa daerah karena ketidakmampuan tanah untuk menyimpan air, yang disebabkan oleh rusaknya
lingkungan. Ketersediaan air menjadi bersifat temporal, sehingga di musim kemarau dimana hujan sangat sedikit terjadi kekeringan dan pada musim
penghujan terjadi banjir akibat aliran limpasan yang besar. Untuk mengatasi hal tersebut diperlukan teknologi, investasi dan sumberdaya manusia yang
handal. Salah satu usaha untuk mengatasinya yaitu dengan melakukan konservasi sumberdaya air dengan pembangunan bendungan kecil. Bendungan
kecil disamping sebagai salah satu metode konservasi sekaligus dapat meningkatkan ketersediaan air supply untuk mengatasi kebutuhan air water
demand yang terus meningkat, serta meningkatkan resapan.
Untuk itu kajian pendekatan konservasi air melalui pembangunan infrastruktur bendungan dan channel reservoir merupakan salah satu solusi
yang bijaksana. Pendekatan konservasi air dengan jalan menyediakan air dipermukaan tanah sebagai sumber air irigasi dengan pembangunan
infrastruktur bendungan dan channel reservoir harus dilaksanakan. Pembangunan bendungan kecil ini diharapkan berdampak positif dalam
jangka panjang maupun jangka pendek. Dengan dibangunnya bendungan kecil ini akan berdampak langsung terhadap kondisi sosial ekonomi masyarakat
setempat yang mayoritas bergerak pada sektor pertanian. Kondisi tersebut akan memberikan revenue yang berdampak pada income masyarakat daerah
itu. Maka perlu adanya perbaikan strategi pengembangan wilayah agar tercipta kondisi yang lebih baik dengan merubah komposisi potensi lahan yang ada.
Oleh karena itu, diperlukan infrastruktur yang memadai yang mampu mensuplai kebutuhan air untuk irigasi baik pada musim penghujan ataupun
pada musim kemarau serta dapat mensuplai kebutuhan air untuk penduduk. Sehingga dalam pembangunan bendungan kecil selain digunakan untuk
16 konservasi maka dapat juga digunakan sebagai sarana penyedia air untuk
memenuhi kebutuhan baik pertanian, penduduk maupun industri.
B. TEMPAT DAN WAKTU PENELITIAN
Kegiatan penelitian ini akan dilaksanakan di DAS Cidanau, Propinsi Banten dan Laboratorium Teknik Tanah dan Air TTA, Departemen Teknik
Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Pengambilan data dimulai dari bulan Februari 2006 sampai dengan
Maret 2006 DAS Cidanau yang meliputi survey lapang dan pengambilan data karakteristik sungai. Pengolahan data dan penyusunan laporan penelitian
dilaksanakan mulai Maret 2006 sampai dengan Desember 2006.
C. ALAT DAN BAHAN