Analisis Ketersediaan Air Penampang Sungai

33 Gambar 9. Sungai Cikalumpang Gambar 10. Sungai Cisawarna Pada Lampiran 13 sampai Lampiran 18 disajikan profil memanjang dari ke 21 sungai yang mewakili 21 sungai di Sub DAS Cidanau. Penampang memanjang digunakan untuk mengetahui lokasi yang bisa digunakan untuk tempat pembuatan bendungan kecil. Dipilih tempat-tempat yang cukup landai, mempunyai daerah genangan yang cukup luas namun mempunyai penampang yang sempit agar efisien dalam pembuatan bendungannya dan tidak berada di dekat outlet sungai. Letak yang mungkin untuk dibangunnya bendungan kecil dapat dilihat pada Lampiran 13 sampai Lampiran 18.

B. Analisis Ketersediaan Air

Kebutuhan air yang terus meningkat di daerah hilir DAS Cidanau seperti daerah Cilegon dan sekitarnya, yang merupakan daerah industri dengan tingkat kebutuhan air memerlukan ketersedian air yang besar dan kontinyu 34 setiap waktu. Di bawah ini terlihat proyeksi kebutuhan air di daerah hilir DAS Cidanau yang diolah dari berbagai sumber. Tabel 6. Proyeksi Kebutuhan air Kebutuhan Air Tahun Proyeksi 1990 1995 2000 2005 2010 Air domestik Air industri 0,10 0,77 0,30 1,76 0,69 2,61 0,97 2,70 1,33 3,61 Total 0,87 2,06 3,30 3,67 4,94 Sumber : Studi JICA dan PT. KTI Grafik Kebutuhan Air y = 0,195x - 387,03 1 2 3 4 5 6 1990 1995 2000 2005 2010 2015 Tahun Proyeksi De b it m 3 d e t Air domestik Air industri Total Linear Total Gambar 11. Grafik proyeksi kebutuhan air domestik dan industri wilayah Cilegon dan sekitarnya sumber studi JICA dan PT. KTI, 2002. Kebutuhan air sampai saat ini di kawasan Cilegon dan sekitarnya adalah masih sekitar 1 m 3 detik. Sehingga diperlukan usaha untuk meningkatkan ketersediaan air untuk memenuhi kebutuhan air yang terus meningkat tersebut. Usaha-usaha tersebut berupa koservasi di hulu-hulu sungai di DAS Cidanau. Ketersediaan air supply di DAS Cidanau cenderung menurun dari tahun ke tahun. Pemeriksaan terhadap debit maksimum dalam ketiga periode menunjukan hasil yang serupa, yaitu relatif tidak berbeda. Sedangkan dari nilai rata-rata, data kurun waktu tahun 1922-1936 zaman Belanda 35 menunjukan rata-rata yang lebih rendah terutama pada musim kemarau. Pada Gambar 11, terlihat bahwa debit minimum yang sangat kecil, yaitu kurang dari 2 m 3 detik telah terjadi pada zaman Belanda di tahun 1923, 1925, 1926, 1935 maupun pada zaman kemerdekaan di tahun 1983, 1987, 1991, 1992, 1997 dan 1999. Sedangkan frekuensi terjadinya kekeringan semakin terasa sering, yaitu 4 kali dalam 15 tahun atau probabilitasnya 27 pada zaman Belanda 1922-1936 dan 6 kali dalam 20 tahun atau probalitasnya 30 , namun perbedaannya tidak begitu nyata. Semua fakta tersebut mengindikasikan bahwa secara hidrologis, DAS Cidanau masih dalam keadaan yang cukup bagus. Kerusakan DAS Cidanau secara hidrologis tidak nampak secara nyata. Namun pernyataan tersebut masih perlu analisis lebih lanjut lagi. Pada Gambar 11 sampai Gambar 13 disajikan grafik debit sungai Cidanau dari tahun 1922-2001 yang diukur di bendung Cidanau. Debit Sungai Cidanau Tahun 1922-1936 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 19 22 19 23 19 24 19 25 19 26 19 27 19 28 19 29 19 30 19 31 19 32 19 33 19 34 19 35 19 36 Tahun M3 d e t Max Min Rata2 Debit Sungai Cidanau tahun 1980-1992 5 10 15 20 25 30 35 40 45 19 80 19 81 19 82 19 83 19 84 19 85 19 86 19 87 19 88 19 89 19 90 19 91 19 92 Tahun M3 d e t Max Min Rata2 36 Debit Sungai Cidanau Tahun 1995-2001 5 10 15 20 25 30 35 40 19 95 19 96 19 97 19 98 19 99 20 00 20 01 Tahun M3 d e t Max Min Rata2 Gambar 12. Grafik debit air tahunan sungai Cidanau Debit Maksimum Sungai Cidanau 10 20 30 40 50 Ja n Fe b Ma r Ap r Me i Ju n Ju l Ag s S ept Ok t No p De s Bulan De b it m 3 d e ti k 1922-1936 1980-1992 1995-2001 Gambar 13. Debit maksimum sungai Cidanau Debit Minimum Sungai Cidanau 2 4 6 8 10 12 14 Ja n Fe b Ma r Ap r Me i Ju n Ju l Ag s S ept Ok t No p De s Bulan D e b it m 3 d e ti k 1922-1936 1980-1992 1995-2001 Gambar 14. Debit minimum sungai Cidanau 37 Debit Rata-Rata Sungai Cidanau 5 10 15 20 25 Ja n Fe b Ma r Ap r Me i Ju n Ju l Ag s Se p t Ok t No p De s Bulan D e b it m 3 d e ti k 1922-1936 1980-1992 1995-2001 Gambar 15. Debit rata-rata sungai Cidanau Untuk memperkirakan besar ketersediaan air di DAS Cidanau maka digunakanlah model neraca air. Setelah didapat simulasi perhitungan dengan memasukan parameter curah hujan, debit, kebutuhan air, perkolasi kemudian dilakukan secara coba ulang trial and error parameter-parameter tersebut. Pada Gambar 16 dan Gambar 17 disajikan grafik debit aktual m 3 detik dari tahun 1996 sampai dengan tahun 2001. Grafik debit aktual maksimum 0.00 10.00 20.00 30.00 40.00 50.00 60.00 70.00 80.00 90.00 Janua ri Febr uar i Ma re t Ap ril Me i Juni Ju li Agus tu s Sept em ber O kt ober No pem ber De se m be r bulan d e b it m 3 d e t 1996 1997 1998 1999 2000 2001 Rata-rata Gambar 16. Grafik debit maksimum aktual sungai Cidanau 38 Grafik debit aktual minimum 0.00 5.00 10.00 15.00 20.00 25.00 30.00 Janua ri Febr uar i M ar et Ap ril Me i Juni Ju li Agus tu s Sept em ber O kt ober No pem ber Des em be r bulan de bi t m 3 de t 1996 1997 1998 1999 2000 2001 Rata-rata Gambar 17. Grafik debit minimum aktual sungai Cidanau Dari Gambar 16 terlihat bahwa pada bulan-bulan basah yaitu saat musim penghujan terjadi debit maksimum tertinggi pada tahun tahun 1999 sebesar 79,09 m 3 det hal ini ditandai dengan kurvanya yang diatas kurva rata- rata pada waktu yang sama. Sedangkan pada Gambar 17 terjadi penurunan pasokan air pada musim penghujan kemarau yaitu pada tahun 1999 sebesar 1,2 m 3 det dengan letaknya yang sangat jauh dibawah kurva rata-rata. Dari dua hal diatas, dapat disimpulkan bahwa telah terjadi penurunan kemampuan DAS tersebut untuk menampung air hujan dan melepaskan air secara perlahan pada musim kemarau. Hal tersebut dapat mengindikasikan telah terjadi degradasi kualitas pada DAS Cidanau sehingga membutuhkan usaha konservasi. Konservasi terutama perlu dilakukan pada daerah-daerah hulu sungai dan mata air yang ada di DAS Cidanau. Pada Tabel 7 disajikan daftar mata air di DAS Cidanau yang debitnya lebih dari 0,1 m 3 detik dengan kualitas air yang tidak berbau, tidak berasa, pH antara 6 – 7. Sehingga mata air tersebut dapat dimanfaatkan sebagai sumber air baku. 39 Tabel 7. Mata air di DAS Cidanau pada musim kemarau Juni 2002 No. Nama Lokasi Mata Air Debit m3det 1 Citudung 0,27 2 Cirahap 0,3 3 CirahapMohmal 0,3 4 Cikotak 0,1 5 Cisalak 0,1 6 Cibojong1 0,2 7 Cibojong2 0,15 8 Citaman 0,18 9 Cikalumpang 0,3 10 Cibulan 0,3 Sumber : MasterPlan Cidanau 2002

C. Perencanaan Bendungan Kecil