3
II. TINJAUAN PUSTAKA A. DAERAH ALIRAN SUNGAI
Daerah aliran sungai DAS adalah suatu wilayah daratan yang secara topografik dibatasi punggung-punggung gunung yang menampung dan
menyimpan air hujan untuk kemudian menyalurkannya ke laut melalui sungai utama Asdak, 2004. Bentuk dan karakteristik DAS antara lain :
a. Bentuk bulu burung
Bentuk ini memiliki debit banjir sekuensial dan berurutan, memerlukan waktu yang lebih pendek untuk mencapai mainstream. Memiliki topografi
yang lebih curam daripada bentuk lainnya. Memiliki debit banjir yang kecil, sehingga waktu tiba banjir dari anak-anak sungai berbeda-beda,
namun sebaliknya banjirnya berlangsung lama. b.
Bentuk kipas radial DAS bentuk ini memiliki debit banjir yang terakumulasi dari berbagai arah
sungai dan memiliki waktu yang lebih lama daripada bentuk bulu burung untuk mencapai mainstream. Memiliki topografi yang relatif lebih landai
daripada bentuk bulu burung. Dengan bentuk seperti ini, mempunyai banjir yang besar di dekat titik pertemuan anak sungai.
Laut Laut Laut
Gambar 1. Bentuk-bentuk DAS
4 c.
Bentuk kombinasi pararel Memiliki debit banjir yang terakumulasi dari berbagai arah sungai di
bagian hilir, sedangkan di bagian hulu sekuensial dan berurutan. Memiliki corak dimana dua jalur daerah pengaliran yang bersatu di bagian
pengaliran hilir. DAS sebagai suatu sistem hidrologi dalam satuan wilayah dapat
dikenali bentuk dan ukuran-ukuran luasnya secara geografis. Bentuk dan ukuran DAS berbeda antara DAS yang satu dengan DAS lainnya. DAS
merupakan kumpulan dari Sub DAS yang lebih kecil, tergantung pada pola jaringan aliran sungai yang ada. Sedangkan karakteristik DAS yang khas pada
setiap DAS antara lain : a.
Koefisien bentuk, merupakan kilometer persegi luas DAS per panjang aliran sungai.
b. Kerapatan drainase, merupakan panjang aliran sungai per kilometer
persegi luas DAS. c.
Pola drainase, dapat berupa pola dendritik, rectangular, trellis, annular dan radial.
d. Koefisien kemiringan, merupakan perbedaan ketinggian tiap panjang
sungai. e.
Koefisien penampang sungai, pada umumnya mempunyai nilai c = 0.6. f.
Koefisien run off, merupakan perbandingan antara direct run off dengan curah hujan yang terjadi.
g. Pola aliran sungai, dapat diklasifikasikan sebagai pola sistem aliran
influent , aliran effluent dan aliran intermittent. Pola aliran influent
memiliki karakteristik debit relatif tetap dan stabil sepanjang tahun. Muka air tanah pada musim kemarau lebih rendah daripada permukaan air
sungai, sehingga air sungai masuk dan mengisi air tanah. Pola aliran effluent
, memiliki debit yang tidak stabil sepanjang tahun, muka air tanah pada musim kemarau lebih tinggi daripada air sungai, sehingga air tanah
masuk dan mengisi sungai. Pola aliran intermittent memiliki debit aliran yang terputus, berlangsung segera setelah terjadinya hujan, merupakan
sungai drainase dan sebagai sumber air tanah musiman.
5 h.
Orde sungai, merupakan sistem klasifikasi kedudukan aliran sungai yang dikembangkan Horton.
Sistem klasifikasi Horton berawal dari urutan pertama dan selanjutnya meningkat sejalan dengan meningkatnya jumlah percabangan aliran sungai
atau anak-anak sungai. Dengan demikian, semakin besar urutan orde, semakin luas wilayah Sub-DAS dan semakin banyak pula percabangannya.
Suatu DAS dapat dibagi dalam tiga bagian yaitu bagian hulu , tengah dan hilir. Daerah hulu merupakan daerah konservasi, mempunyai kerapatan
drainase yang lebih tinggi, merupakan daerah dengan kemiringan lereng lebih besar dari 15 . Daerah ini bukan merupakan daerah banjir dan merupakan
daerah yang pengaturan pemakaian airnya ditentukan oleh pola drainase. Daerah tengah DAS merupakan daerah transisi antara daerah hulu dan daerah
hilir Asdak, 2004. Daerah hilir DAS merupakan daerah pemanfaatan dengan kemiringan lereng lebih kecil dari 8 , pada beberapa tempat merupakan
daerah banjir. Daerah aliran sungai merupakan sistem aliran sungai yang saling
berhubungan dan dibatasi oleh topografi serta aliran sungai tersebut keluar melalui satu titik outlet. Selanjutnya Manan,1979 dalam Maulani, 2005
menyatakan bahwa daerah aliran sungai merupakan kawasan yang dibatasi oleh pemisah topografis yang menampung, menyimpan dan mengalirkan air
hujan yang jatuh diatasnya ke sungai yang akhirnya bermuara ke danau atau ke laut.
DAS berfungsi sebagai daerah tangkapan air catchment area untuk suatu sistem sungai, dan merupakan suatu sistem ekologi ekosistem dengan
unsur utamanya terdiri atas sumberdaya alam tanah, air, dan vegetasi serta sumberdaya manusia sebagai pemanfaat sumberdaya alam. Batas alamiah
ekologis suatu DAS biasanya tidak sesuai dengan batas administrasi politis yang ada. Ketidak sesuaian batas ini seringkali menjadi kendala dan tantangan
tersendiri bagi tercapainya usaha pengelolaan DAS yang komprehensif. Daerah aliran sungai DAS merupakan daerah dimana semua airnya
mengalir ke dalam suatu sungai yang dimaksud. Daerah ini umumnya dibatasi oleh batas topografi yang ditetapkan berdasarkan aliran permukaan. Batas ini
6 tidak ditetapkan berdasarkan air bawah tanah karena permukaan air tanah
selalu berubah sesuai dengan musim dan tingkat pemakaian Harto, 1993. Menurut Linsley et al.1989 DAS merupakan suatu kawasan yang diairi oleh
suatu sistem sungai yang saling berhubungan sedemikian rupa, sehingga aliran –aliran yang berasal dari kawasan tersebut keluar melalui suatu aliran tunggal.
Menurut Seyhan, 1990 dalam Pribadi, 2001 menyatakan bahwa DAS merupakan lahan total dan permukaan air yang dibatasi oleh suatu batas air
topografi serta memberikan sumbangan terhadap debit suatu sungai pada suatu irisan melintang tertentu.
Selanjutnya menurut Seyhan, 1977 dalam Pribadi, 2001, menyatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi DAS adalah faktor iklim, faktor
tanah yang meliputi topografi, jenis tanah, geologi, dan morfologi serta faktor tata guna lahan.
B. HIDROLOGI DAN EKOSISTEM DAS