1 2
3 4
6 Lamtamot
1,00 26,00
7 Panca
9,00 32,00
8 9
Panca Kubu Lam Kubu
10,00 6,00
06,00 15,01
II. Kemukiman Saree 10
Suka Mulia 15,00
67,75 11
Suka Damai 12,00
50,01 12
Saree Aceh 15,00
38,25 Jumla
h 309,19
Sumber: BPS Prov Aceh, Banda Aceh 2013.
4.2. Topografi
Keadaan topografi Tahura Pocut Meurah Intan pada umumnya berbukit- bukit dan sebagian kecil dari areal tersebut merupakan dataran dengan status
sebagai hutan negara bebas dengan ketinggian 0 – 40 meter dari permukaan laut dan berada di kaki Gunung Seulawah Agam. Kawasan Tahura Pocut Meurah Intan
terletak pada ketinggian tempat 500 – 1.800 m dari permukaan laut. Dengan kelerengan 0 – 8 seluas 8, kelerangan 8 – 15 seluas 14, kelerengan 15–
25 seluas 44, kelerengan 25 – 40 seluas 19 dan kelerangan melebihi 40 seluas 15.
4.3. jenis Tanah
Berdasarkan peta jenis tanah yang dikeluarkan oleh Badan Pertanahan Nasional BPN Provinsi Aceh tahun 2013, diketahui jenis tanah dan geologi di
kawasan Tahura Pocut Meurah Intan Kecamatan Lembah Seulawah Kabupaten Aceh Besar adalah tanah Podsolik Merah Kuning dengan bahan batuan alluvial
dan fisiografi dataran, komplek Podsolik Merah Kuning, dan Latosol dengan bahan induk batuan beku endapan metamorf dan fisiografi pegunungan patahan,
16
tanah andosol dengan bahan batuan beku dan fisiografi vulkan dan tanah latosol dengan bahan induk batuan beku dan fisiografi vulkan.
4.4. Keadaan Iklim
Kondisi curah hujan tahunan pada Tahura Pocut Meurah Intan berkisar dari 1.750 – 2.000 mmtahun, temperatur udara 22
o
C – 30
o
C, kelembaban relatif rata-rata 92,7 per tahun, tekanan udara rata-rata 1212,1 MBtahun dan kecepatan
angin rata-rata 2,3 – 4,5 knot. Berdasarkan data iklim yang diperoleh dari BPS Provinsi Aceh berupa data rata-rata curah hujan, hari hujan, bulan basah dan bulan
kering dalam jangka waktu selama 10 tahun terakhir pada Kawasan Tahura Pocut Meurah Intan di Kabupaten Aceh Besar 2003-2012. Untuk lebih jelasnya dapat
dilihat pada Tabel 2 dan lampiran 3. Tabel 2. Jumlah dan rata-rata curah hujan di Kabupaten Aceh Besar selama 10
tahun periode 2003-2012 Tahun
Curah Hujan mm
Hari Hujan Hari
Bulan Basah Bulan
Bulan Kering Bulan
2003 1537,6
135 8
2 2004
1503,4 135
7 1
2005 1449,1
135 6
3 2006
1501,7 133
7 1
2007 1320,4
116 7
2 2008
1216,0 130
4 4
2009 1760,4
119 9
3 2010
1980.5 138
8 1
2011 1269,3
119 6
4 2012
1157,7 125
3 3
Jumlah 14696,1
1285 65
24 Rata-rata
1496,61 128,5
6,5 2,4
Sumber : BPS, Badan Pusat Statistik Provinsi Aceh 2013.
Keadaan iklim menurut sistem klasifikasi Schmidt dan Ferguson dalam Karim dan Zailani, 1986 ditentukan berdasarkan jumlah curah hujan yaitu bulan
17
basah dan bulan kering. Berdasarkan data curah hujan di Tabel 2 dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut:
Rata-rata curah hujan selama 10 tahun adalah 1469,61 mmtahun
Rata-rata hari hujan selama 10 tahun adalah 128,5 hhtahun
Rata-rata bulan basah selama 10 tahun adalah 6,5 bulantahun
Rata-rata bulan kering selama 10 tahun adalah 2,4 bulantahun.
Maka untuk ratio nilai Q yaitu perbandingan antara rata-rata bulan kering dengan rata-rata bulan basah dikalikan 100 adalah:
Q = rata−ratabulan kering
rata−rata bulanbasah x 100
Q = 2,4
6,5 x 100
Q = 36,923076 Berdasarkan perhitungan diatas, maka diperoleh nilai Q yaitu:
36,923076. Dengan demikian tipe iklim di Kabupaten Aceh Besar menurut Schmidt dan Ferguson dalam Karim dan Zailani, 1986 digolongkan dalam iklim
tipe C agak basah.
18
V. HASIL DAN PEMBAHASAN
Permasalahan konservasi pada akhirnya disadari sebagai sebuah masalah yang tidak dapat dipisahkan dari upaya-upaya memperbaiki kehidupan manusia.
Manusia adalah bagian dari penyebab timbulnya permasalahan konservasi juga merupakan bagian dari solusinya. Pada banyak kasus, permasalahan konservasi
merupakan contoh rendahnya pengetahuan dan kesadaran masyarakat, yang menggantungkan hidupnya kepada sumberdaya alam, terhadap lingkungannya.
Oleh karena itu, pemecahan permasalahan konservasi tidak akan berhasil maksimal tanpa penguatan kapasitas masyarakat yang hidup di sekitar kawasan.
Pendidikan yang bermuatan pengetahuan dan tanggung jawab sebagai modal dasar dianggap sebagai salah satu faktor yang dapat memberi pengaruh positif
terhadap lingkungan Mapayah, 2007.
V.1. Konservasi Lahan