Perumusan Masalah Keaslian Penulisan Adapun judul tulisan ini adalah Eksistensi Garis Batas Landas Kontinen Tinjauan Kepustakaan

B. Perumusan Masalah

Adapun yang merupakan permasalah yang timbul dalam penulisan ini adalah sebagai berikut : 1. Bagaimana konsep wilayah perairan Indonesia sebagai nusantara? 2. Bagaimana perkembangan peraturan continental self dalam hukum laut internasional? 3. Bagaimana Konflik Indonesia -Malaysia Di Gosong Niger ?

C. Tujuan dan Manfaat Penulisan 1. Tujuan Penulisan

Tujuan penulis melaksanakan penelitian ini adalah : a. Untuk mengetahui konsep wilayah perairan Indonesia sebagai nusantara. b. Untuk mengetahui perkembangan peraturan continental self dalam hukum laut internasional. c. Untuk mengetahui Konflik Indonesia -Malaysia Di Gosong Niger .

2. Manfaat Penulisan Adapun manfaat Penulisan skripsi yang akan penulis lakukan adalah:

a. Secara Teoritis Guna mengembangkan khasanah ilmu pengetahuan hukum internasional, khususnya mengenai eksistensi garis batas landas kontinen antara Indonesia dan Malaysia di Gosong Niger. b. Secara Praktis Universitas Sumatera Utara Memberikan sumbangan pemikiran yuridis tentang eksistensi garis batas landas kontinen antara Indonesia dan Malaysia di Gosong Niger kepada Almamater Fakuktas hukum Universitas Sumatera Utara sebagai bahan masukan bagi rekan-rekan mahasiswa.

D. Keaslian Penulisan Adapun judul tulisan ini adalah Eksistensi Garis Batas Landas Kontinen

Antara Indonesia dan Malaysia Di Gosong Niger Ditinjau dari Segi Hukum Internasional, judul skripsi ini belum pernah ditulis, sehingga tulisan ini asli dalam hal tidak ada judul yang sama. Dengan demikian ini keaslian skripsi ini dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Penulisan ini disusun berdasarkan literature-literatur yang berkaitan dengan sistem pendaftaran merek yang membahas mengenai merek. Oleh karena itu, penulisan ini adalah asli karya penulis.

E. Tinjauan Kepustakaan

Pendefinisian Batas wilayah Negara dari sumber yang dapat dikutip adalah batas-batas imajiner pada permukaan bumi yang memisahkan wilayah negara dengan negara lain yang umumnya terdiri dari perbatasan darat, laut dan udara. Di dalam hukum internasional berdasarkan Treaty Montevideo 1932, diakui secara politik dan secara hukum bahwa minimal terdapat tiga unsur yang harus dipenuhi untuk berdirinya sebuah negara yang merdeka dan berdaulat yaitu: 1 rakyat atau penduduk; 2 wilayah; Universitas Sumatera Utara 3 pemerintahan; 4 pengakuan dari dunia internasional serta dapat melakukan hubungan dengan negara-negara lainnya ini tidak mutlak. 16 Kalau tidak ada pun tidak menyebabkan sebuah negara itu tidak berdiri Wilayah sebuah negara itu harus jelas batas-batasnya, ada batas yang bersifat alami, ada batas-batas yang buatan manusia. Batas yang bersifat alami, misalnya sungai, pohon, danau, sedangkan yang bersifat buatan manusia, bisa berupa tembok, tugu, termasuk juga perjanjian-perjanjian internasional. Batas-batas tersebut kita fungsikan sebagai pagar-pagar yuridis, pagar-pagar politis berlakunya kedaulatan nasional Indonesia dan yurisdiksi nasional Indonesia. Sebuah negara diakui merdeka dan berdaulat atas wilayah tertentu yang dalam hukum internasional disebut A defined territory atau batas wilayah tertentu yang pasti. Terkait dengan persoalan penentuan luas wilayah negara, didasarkan pada faktor-faktor tertentu yaitu: dari segi historis, politis, atau hukum. Begitu juga perubahan yang terjadi atas wilayah-wilayah, seperti berkurang, bertambah, faktor-faktor yang menentukan adalah faktor politis dan faktor hukum, seperti hilangnya Pulau Sipadan-Ligitan. 17 Masalah perbatasan menunjukka n betapa urgensinya tentang penetapan batas wilayah suatu negara secara defenitif yang diformulasikan dalam bentuk perundang-undangan nasional, terlebih lagi bagi Indonesia, sebagai negara kepulauan yang sebagian besar batas wilayahnya terditi atas perairan yang tunduk 16 Ida Bagus Wyasa Putra, Hukum Lingkungan Internasional Perspektif Bisnis Hukum Internasional, Penerbit Refika Aditama, Bandung, 2003. hal 35 17 http:www.tabloiddiplomasi.orgprevious-isuue105-september-2010932-batas-laut- zee-di-perairan-selat-malaka.ht ml diakseskan tanggal 28 Desember 2010 Universitas Sumatera Utara pada pengaturan ketentuan-ketentuan Hukum Laut Internasional dan sisanya berupa batas wilayah daratan dengan negara-negara tetangganya. Perbatasan bukan hanya semata-mata garis imajiner yang memisahkan satu daerah dengan daerah lainnya, tetapi juga sebuah garis dalam daerah perbatasan terletak batas kedaulatan dengan hak-hak kita sebagai negara yang harus dilakukan dengan undang-undang sebagai landasan hukum tentang batas wilayah NKRI yang diperlukan dalam penyelenggaraan pemerintahan negara. 18 Oleh karena itu pengaturan mengenai batas wilayah ini perlu mendapat perhatian untuk menjaga keutuhan wilayah dan kedaulatan Indonesia. Jelasnya batas wilayah NKRI sangat diperlukan untuk penegakan hukum dan sebagai wujud penegakan kedaulatan. Sebab itu UU ini sangat penting untuk dapat diselesaikan oleh DPR. Undang-undang ini harus memuat apa konsep NKRI, batas kedaulatan nasional, apa yang merupakan yurisdiksi nasional, dan apa pula yang menjadi kewajiban-kewajiban internasional yang harus dipatuhi, harus memuat definisi yang jelas tentang batas, perbatasan, wilayah perbatasan dan tapal tapal batas wilayah, siapa yang dikenakan kewajiban menjadi leading sector dalam implementasi undang-undang batas wilayah NKRI ini. 19 Pengamanan dan penegakan kedaulatan wilayah negara yang paling jitu adalah melalui kombinasi pendekatan ekonomi dan pendekatan hankam pertahanan keamanan. Untuk itu, ada tiga agenda besar yang harus kita kerjakan sesegera mungkin. Pertama adalah penyelesaian batas wilayah laut Indonesia 18 Robert Jackson Gerg Sorensen, Pengantar Studi Hubungan Internasiona,l Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2005.Cetakan I, Februari 2005; judul Asli: Introduction to International Relations, Oxford University Press Inc., New York, 1999 19 Ibid Universitas Sumatera Utara dengan negara-negara tetangga. Kedua adalah penguatan dan pengembangan kemampuan hankam nasional di laut, khususnya di wilayah laut perbatasan. Ketiga adalah memakmurkan seluruh wilayah perbatasan Indonesia dengan berbagai kegiatan pembangunan ekonomi secara efisien, berkelanjutan sustainable, dan berkeadilan atas dasar potensi sumber daya dan budaya lokal serta aspek pemasaran. 20 Penetapan dan penegakan batas wilayah laut Negara Sebagai negara maritim dan kepulauan the archipelagic state terbesar di dunia, dengan 17.500 lebih pulau dan 81.000 km garis pantai terpanjang kedua setelah Kanada serta 75 persen 5,8 juta km2 wilayahnya berupa laut termasuk Zona Ekonomi Eksklusif ZEE, Indonesia memiliki batas-batas wilayah berupa perairan laut dengan 10 negara yang berbatasan langsung dengan Indonesia, yaitu India, Malaysia, Singapura, Thailand, Vietnam, Filipina, Papua Niugini, Australia, Timor Timur, dan Palau. 21 Sementara wilayah darat yang berbatasan langsung dengan negara tetangga hanya dua, yakni Malaysia di Kalimantan dan Papua Niugini di Papua. Penetapan dan penegakan batas wilayah merupakan hal yang sangat krusial karena menyangkut kedaulatan wilayah Indonesia di laut, aspek perekonomian pemanfaatan sumber daya alam dan jasa-jasa lingkungan kelautan, dan aspek hankam serta stabilitas kawasan. 20 Setyo Widagdo., Hanig Nur Widhiyanti., Hukum Diplomatik dan Konsuler, Bayumedia Publishing, Malang, Cetakan Pertama, Mei 2008 21 http:www.suarapembaruan.comNews20050825Editoredit01.htm , diakseskan tanggal 28 Oktober 2010 Universitas Sumatera Utara Pengaturan mengenai penetapan batas wilayah laut suatu negara dan berbagai kegiatan di laut sebenarnya telah termuat dalam suatu perjanjian internasional yang komprehensif yang dikenal dengan UNCLOS 1982 United Nations Convention on the Law of the Sea 1982 atau Hukum Laut PBB 1982. Dalam UNCLOS 1982 dikenal delapan zona pengaturan regime yang berlaku di laut, yaitu 1 perairan pedalaman internal waters, 2 perairan kepulauan archipelagic waters, 3 laut teritorial teritorial waters, 4 zona tambahan contiguous zone, 5 Zona Ekonomi Eksklusif Exclusive Economic Zone, 6 landas kontinen continental shelf, 7 laut lepas high seas, dan 8 kawasan dasar laut internasional international seabed area. Indonesia telah meratifikasi UNCLOS 1982 melalui UU No 171985 dan memberlakukan UU No 61966 tentang Perairan Indonesia menggantikan UU No 4Perp.1960 yang disesuaikan dengan jiwa atau ketentuan-ketentuan UNCLOS 1982. Lebih lanjut, untuk keperluan penetapan batas-batas wilayah perairan Indonesia telah diundangkan PP No 38 tentang Daftar Koordinat Geografis Titik-titik Garis Pangkal Kepulauan Indonesia. 22 Adapun batas-batas wilayah laut Indonesia dengan negara-negara tetangga meliputi: 1 batas laut teritorial, 2 batas zona tambahan, 3 batas perairan ZEE, dan 4 batas landas kontinen. Yang dimaksud laut teritorial adalah wilayah kedaulatan suatu negara pantai yang meliputi ruang udara dan laut serta tanah di bawahnya sejauh 12 mil laut yang diukur dari garis pangkal. 23 22 Zona tambahan mencakup wilayah perairan laut sampai ke batas 12 mil laut di luar laut teritorial http:www.un.orgDeptslosnippon Universitas Sumatera Utara atau 24 mil laut diukur dari garis pangkal. ZEE adalah suatu wilayah perairan laut di luar dan berdampingan dengan laut teritorial yang lebarnya tidak lebih dari 200 mil laut dari garis pangkal; yang mana suatu negara pantai coastal state memiliki hak atas kedaulatan untuk eksplorasi, konservasi, dan pemanfaatan sumber daya alam. 24 Landas kontinen suatu negara meliputi dasar laut dan tanah di bawahnya yang menyambung dari laut teritorial negara pantai melalui kelanjutan alamiah dari wilayah daratannya sampai ujung terluar tepian kontinen. Sayangnya, hingga saat ini penetapan batas wilayah laut Indonesia dengan negara-negara tetangga masih banyak yang belum tuntas. Dari 10 negara yang wilayah lautnya berbatasan dengan Indonesia, baru antara Indonesia dan Australia yang batas-batas wilayah lautnya telah diselesaikan secara lengkap. 25 Sementara dengan negara-negara tetangga lainnya baru dilaksanakan penetapan batas-batas landas kontinen dan sebagian batas-batas laut teritorial serta ZEE. Kondisi semacam inilah yang sering menimbulkan konflik wilayah laut antara Indonesia dan negara-negara tetangga, seperti kasus Sipadan, Ligitan, dan Ambalat. Konflik yang terjadi akan menimbulkan ketidakstabilan dan mengganggu pembangunan perekonomian pada wilayah tersebut. 26 Dengan belum adanya kepastian batas-batas wilayah perairan, maka kegiatan perekonomian kelautan, seperti perikanan tangkap, perikanan budidaya, 24 Adirini, Pujayanti, Perbatasan Wilayah Indonesia dalam Perspektif Editor : Poltak Partogi Nainggolan Tiga Putra Utama, Jakarta, 2005 25 Akhmad solihin, menantikan uu batas wilayah, Suara Karya : Selasa, 3 Mei 2005 26 Ibid Universitas Sumatera Utara industri bioteknologi, pariwisata bahari, transportasi laut, eksplorasi dan eksploitasi sumber daya alam lainnya, serta konservasi akan terhambat. 27 Oleh karena itu, penyelesaian batas-batas wilayah laut dengan kesepuluh negara di atas, kecuali Australia, tidak boleh ditunda-tunda lagi. Kerja keras, cerdas, ikhlas, dan sinergis antarinstansi terkait mesti segara diwujudkan guna menyelesaikan segenap permasalahan batas wilayah laut. 28 Di masa Pemerintahan Kabinet Persatuan Indonesia dan Kabinet Gotong Royong, program ini sesungguhnya telah dikerjakan di bawah koordinasi Dewan Maritim Indonesia DMI. Selain PP No 382002, Peta Wilayah NKRI juga telah disusun melalui kerja sama antara Bakosurtanal, Dishidros-TNI AL, serta Departemen Kelautan dan Perikanan DKP. Peta ini perlu penyempurnaan dan kemudian oleh Pemerintah RI segera didepositkan dikirim ke PBB untuk mendapatkan pengakuan internasional. 29 Program penamaan pulau-pulau yang belum bernama juga telah dirintis oleh Departemen Dalam Negeri dan DKP, yang harus diselesaikan secepatnya, karena paling lambat tahun 2009 kita harus mendepositkan ke PBB untuk mendapatkan pengesahan dunia. Departemen Luar Negeri yang selama ini cukup aktif harus lebih proaktif lagi melakukan perundingan penetapan batas wilayah laut dengan negara-negara tetangga, baik secara bilateral maupun unilateral. 30 27 P Frans E. Likadja, Dasar Hukum Internasional, cetakan kesembilan, Penerbit Putra A. Bardin, Bandung 28 Ibid 29 http:jurnalnasional.com?med=Koran20Hariansec=Legislatifrbrk=id=34277 postdate=2008-02-05detail , diakseskan tanggal 29 Oktober 2010 30 http:beritahankam.blogspot.com2010_08_22_archive.html , tanggal 28 Oktober 2010 Universitas Sumatera Utara Perlu adanya kajian ilmiah dan survei untuk dapat mengklaim wilayah perairan laut sebagai wilayah Indonesia. Akhirnya, Deplu sebagai leading agency harus didukung secara penuh dan produktif oleh instansi terkait, utamanya DKP, Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral, Departemen Perhubungan, TNI AL, Kantor Menneg Ristek dan BPPT, Bakosurtanal, LIPI, dan Perguruan Tinggi Kelautan. 31 Dalam rangka penegakan kedaulatan wilayah perairan tersebut, perlu adanya pertahanan negara dan penangkalan gangguan, menyiapkan kekuatan untuk persiapan perang, menangkal setiap ancaman militer melalui laut, melindungi dan menjaga batas-batas wilayah perairan, serta menjaga keamanan laut nasional dan regional. Selain itu, perlu juga adanya sistem dan mekanisme yang mampu melindungi sumber daya alam dan kekayaan laut nasional serta pemeliharaan ketertiban di wilayah perairan nasional. Sesuai dengan ukuran pulau dan potensi ekonomi sumber daya alam dan jasa-jasa lingkungan yang dikandungnya, pola pembangunannya mesti mencakup gugusan pulau lebih dari dua pulau sebagai sebuah unit pengelolaan a management unit, kegiatan usahanya mesti terpadu dari hulu produksi, industri pengolahan sampai pemasaran hilir, dan sesuai dengan daya dukung lingkungan pulau agar pembangunan berlangsung secara berkelanjutan on a sustainable basis. 32 Untuk dapat merealisasikan potensi ekonomi di wilayah perbatasan yang besar ini, maka pemerintah, kalangan pengusaha swasta, perbankan, dan rakyat 31 www.geografiana.com , diakseskan tanggal 28 Oktober 2010 32 Ibid Universitas Sumatera Utara sudah saatnya merapatkan barisan, bahu-membahu secara sinergis, produktif, dan kreatif dengan melaksanakan perannya masing-masing. Pemerintah seyogianya mengeluarkan kebijakan dan membangun infrastruktur yang atraktif dan kondusif bagi pengusaha untuk berinvestasi di wilayah perbatasan ini. Sudah saatnya pula kita memiliki badan lembaga khusus yang bertanggung jawab atas percepatan pembangunan dan pengelolaan pulau-pulau terluar dan wilayah perbatasan. Apabila kita mampu memakmurkan wilayah perbatasan 92 pulau beserta gugusan kepulauan dan perairan laut sekitarnya yang mengelilingi seluruh Nusantara dengan pola pembangunan seperti di atas, maka kemakmuran beserta segenap dinamika kegiatan ekonomi manusia, lalu lalangnya kapal-kapal ikan nasional serta kapal niaga, dan gemerlapnya lampu di wilayah tersebut juga dapat berfungsi sebagai sabuk pengaman security belt Negara Kesatuan Republik Indonesia NKRI. Mengikatkan diri pada KHL 1982 berdasarkan UU No.17 Tahun 1985, sedangkan Malaysia mengikatkan diri pada tahun 1996. Dalam KHL 1982 terdapat tiga cara penarikan garis pangkal laut teritorial atau garis dari mana laut teritorial mulai diukur, yaitu cara penarikan garis pangkal normal normal base lines, cara penarikan garis pangkal lurus straight base lines, dan cara penarikan garis pangkal kepulauan archipelagic baselines. Suatu negara pantai biasanya dibenarkan sekaligus menggunakan garis pangkal biasa atau garis pangkal normal dan garis pangkal lurus apabila konfigurasi pantainya memungkinkan cara penarikan garis pangkal tersebut. Cara penarikan garis pangkal biasa normal base lines untuk mengukur laut teritorial adalah garis air rendah di sepanjang pantai suatu negara. Untuk pulau-pulau yang Universitas Sumatera Utara mempunyai karang di sekitarnya, maka garis pangkal untuk mengukur laut teritorial adalah garis air rendah pada sisi karang ke arah laut. 33 Sedangkan penarikan garis pangkal lurus straight base lines adalah garis yang digunakan untuk mengukur lebar laut teritorial dengan menghubungkan titik-titik yang tepat. Garis pangkal lurus digunakan di tempat- tempat di mana garis pantai menjorok jauh ke dalam atau jika terdapat sederetan pulau-pulau sepanjang pantai di dekatnya. Demikian juga elevasi surut law tide elevation, yaitu wilayah daratan yang terbentuk secara alamiah yang dikelilingi dan berada di permukaan laut pada waktu air surut dan berada di permukaan laut pada waktu air surut dan berada di permukaan laut pada waktu air pasang. Elevansi surut ini dapat dijadikan titik-titik pangkal yang menghubungkan garis pangkal laut teritorial apabila di atasnya dibangun mercusuar yang permanen atau instalasi yang sejenis. Penarikan garis pangkal lurus laut teritorial tidak boleh memotong laut teritorial, laut lepas, dan zona ekonomi eksklusif negara lain pasal 7. 34 33 Friederich Batari, Selesaikan Sengketa Wilayah Negara, http:www.Media Indonesia. co.id diakseskan tanggal 28 Oktober 2010 Garis pangkal kepulauan archipelagic baselines. Suatu negara kepulauan dapat menarik garis pangkal kepulauan yang menghubungkan titik- titik terluar dari pulau dan karang terluar. Selain dari itu dapat juga menggunakan elevansi surut dengan membuat bangunan permanen di atasnya, seperti mercusuar atau instalasi yang sejenis sebagai titik pangkal kepulauan untuk menghubungkan garis pangkal kepulauan. Penarikan garis pangkal kepulauan tidak boleh dilakukan melebihi 100 mil laut atau 3 dari jumlah seluruh garis pangkal kepulauan dan hingga pada suatu kepanjangan maksimum 125 mil laut. 34 Ibid Universitas Sumatera Utara Penarikan garis pangkal ini dicantumkan pada peta dengan skala yang memadai untuk mengetahui posisinya, dan sebagai gantinya dapat juga dibuat daftar titik koordinat geografis. Peta dan titik-titik koordinat geografis tersebut harus dideposit atau disimpan pada sekretariat PBB pasal 47. 35

F. Metode Penelitian