Dan masih banyak lagi negara-negara lainnya yang tidak disebutkan dalam tulisan ini.
112
Tindakan sepihak dari negara-negara tersebut di atas dalam mengikuti Proklamasi Truman menunjukkan suatu perkembangan baru yang tidak kecil
artinya dalam hukum laut internasional. Meskipun ada tantangan terhadap beberapa klaim yang ekstrim seperti pernyataan dari negara-negara Amerika
Latin Argentina, Chili dan Peru dan Pakistan atas “continental shelf” dan perairan yang ada diatasnya, gagasan bahwa suatu negara mempunyai hak-hak
eksklusif atas kekayaan alam yang terdapat dalam “continental shelf” dataran kontinen yang berbatasan dengan pantainya secara umum dapat diterima. Dapat
dikatakan menjelang Konperensi Hukum lLaut PBB I di Jenewa tahun 1958 lembaga “continental shelf” ini telah menjadi lembaga hukum laut internasional
melalui hukum kebiasaan. Karena itu negara-negara peserta Konperensi tidak banyak menemui kesukaran dalam merumuskan ketentuan-ketentuan hukum
yang mengatur hak-hak dan kekuasaan Negara pantai atas “continental shelf”.
113
B. Continental Self dalam KHL 1998
Dalam Konvensi Hukum Laut 1982, pengaturan mengenai landas kontinen dimuat dalam BAB VI, pasal 76 sampai dengan pasal 85. Sedangkan pengertian
landas kontinen perumusannya dimuat secara lengkap dalam pasal 76 yang menyatakan sebagai berikut :
112
http:www.tnial.mil.idMajalahCakrawalaArtikelCakrawalatabid125articleTypeAr ticleViewarticleId66Default.aspx
diakseskan tanggal 30 Desember 2010
113
Ibid
Universitas Sumatera Utara
“ Landas Kontinen suatu negara pantai meliputi dasar laut dan tanah di bawahnya dari daerah di bawah permukaan laut yang terletak di luar laut teritorialnya
sepan kelanjutan alamiah wilayah daratannya hingga pinggiran luar tepian kontinen, atau hingga suatu jarak 200 mil laut dari garis pangkal darimana lebar
laut teritorial diukur, dalam hal pinggiran tepian kontinen tidak mencapai jarak tersebut”.
Dari ketentuan ayat 1 tersebut terlihat dua cara pengukuran landas kontinen,
yaitu : a. Sampai batas terluar tepian kontinen the continental margin”.
b. Sampai jarak 200 mil dari garis pangkal laut teritorial, apabila tepian kontinen tidak mencapai jarak tersebut.
Selanjutnya dinyatakan, apabila tepian kontinen yang dimaksud dalam ayat 1 tersebut lebih besar dari 200 mil dari garis pangkal darimana laut
teritorial, negara pantai akan menetapkan pinggiran luar tepian kontinen pasal 76 ayat 4.a, dengan cara yang ditetapkan dalam ayat 4 1 ii yaitu :
a suatu garis yang ditarik sesuai dengan ayat 7 dengan menunjuk pada titik-titik tetap terluar dimana ketebalan batu endapan adalah paling sedikit 1 dari
jarak terdekat antara titik tersebut dan kaki lereng kontinen; atau ii. suatu garis yang ditarik sesuai dengan ayat 7 dengan menunjuk pada titik-titik tetap
yang terletak tidak lebih 60 mil laut dari kaki lereng kontinen.
Universitas Sumatera Utara
b. Dalam hal tidak terdapatnya bukti yang bertentangan kaki lereng kontinen harus ditetapkan sebagai titik perubahan maksimum dalam tanjakan pada
kakinya. Penentuan titik tetap batas terluar tepian kontinen tidak boleh melebihi 350
mil laut dari garis pangkal laut teritorial dan tidak boleh melebihi 100 mil laut dari garis batas kedalaman “isobath” 2500 meter.
Meskipun penetapan garis batas terluar tepian kontinen tidak boleh melebihi 350 mil laut lepas dari garis pangkal laut teritorial, ketentuan ini tidak
berlaku lagi bagi elevasi dasar laut yang merupakan bagian-bagian alamiah tepian kontinen, seperti pelataran “plateau”, tanjakan “rise”, puncak “caps”,
ketinggian yang datar “banks” dan puncak gunung yang bulat “spurs”nya pasal 76 ayat 6.
Berdasarkan penjelasan-penjelasan diatas menurut ketentuan Konvensi Hukum Laut 1982 untuk mengukur lebar landas kontinen dapat ditentukan dengan
beberapa alternatif, yaitu : 1. sampai batas terluar tepian kontinen “the continental margin”;
2. sampai jarak 200 mil laut dari garis pangkal laut teritorial apabila tepian kontinen tidak melebihi 200 mil laut;
3. sampai jarak 350 mil laut dari garis pangkal laut teritorial apabila tepian kontinen melebihi 200 mil laut, atau
4. tidak boleh melebihi 100 mil laut dari garis kedalaman “isobath” 2500 meter.
Universitas Sumatera Utara
Dengan demikian berarti lebar landas kontinen dari suatu negara pantai tergantung pada konfigurasi tepian kontinen “continental margin”nya. Oleh
karena itu suatu negara pantai dapat menetapkan lebar landas kontinen yang berbeda-beda disekeliling laut wilayahnya.
Jika dibandingkan dengan ketentuan Konvensi Hukum Laut 1958, perumusan yang terdapat dalam pasal 76 Konvensi Hukum Laut 1982
memberikan ketentuan-ketentuan yang lebih jelas dalam cara-cara mengukur lebar landas kontinen. Hal ini merupakan penyempurnaan dalam memberikan
pengertian landas kontinen. Penyempurnaan yang dimaksudkan yaitu : 1. terdapat kepastian dalam pengukuran batas terluar landas kontinen
berdasarkan alternatif-alternatif sebagaimana tercantum dalam pasal 76. Dengan demikian menghapuskan ketidak jelasan cara pengukuran yang
didasarkan atas kriteria “technical exploitability” yang terdapat dalam Konvensi Hukum Laut 1958.
2. pengertian landas kontinen yang terdapat dalam rumusan pasal 76 selain mencakup pengertian yuridis juga mencakup pengertian geologis.
Perumusan yang terdapat dalam Konvensi Hukum Laut 1982, selain merupakan penyempurnaan perumusan landas kontinen yang dapat dianggap
sebagai perkembangan Hukum Laut masa kini, perumusan tersebut juga dapat menimbulkan kekaburan atau ketidak jelasan dalam menafsirkan pengertian dari
“continental shelf”. Jika ditinjau dari pengertian yuridis, alternatif-alternatif yang digunakan
untuk menentukan batas terluar “continental shelf” hingga pinggiran luar tepian
Universitas Sumatera Utara
kontinen atau melampaui batas itu. Cara pengukuran yang demikian ini sudah jauh meninggalkan pengertian “continental shelf” dalam arti geologis semata-
mata. Sebagaimana telah disebutkan dalam pembahasan terdahulu, secara geofisik dasar
laut yang berbatasan dengan pantainya pada umumnya terdiri dari 3 tiga bagian yang terpisah, yaitu : “continental shelf”, “continental slope” dan “continental
rise”. Sedangkan “continental shelf” itu bukan keseluruhan dari “continental margin”, sehingga menurut penulis penggunaan istilah “continental shelf” untuk
maksud Konvensi Hukum Laut 1982 sudah tidak relevan lagi, karena sudah mencapai batas terluar “continental margin” atau melampaui batas itu.
Dalam bahasa Indonesia pemakaian istilah “landas kontinen” untuk sebutan “continental shelf” dalam arti Yuridis dan dataran continen untuk sebutan
“continental shelf” dalam arti geologis, maka rumusan landas kontinen sampai ke ujung tepian kontinen “continental margin” atau melampaui batas itu dapat
dianggap merupakan perluasan pengertian dari landas kontinen.
114
C. Kontinental Self dalam KHL 1982 Hukum Laut Indonesia