formal dan kelompok kerja meliputi tingkat pendidikan dan kualitas hubungan diantara pemimpinan dan bawahan Daft, 2001.
2.1.3 Komitmen Organisasi
Organisasi sebagai bentuk kerjasama antara dua orang atau lebih, yang bergabung dengan cara yang terstruktur, terencana dengan baik dan berdasarkan
pembagian kerja. Mereka dituntut untuk dapat mengalokasikan sumberdaya yang diperlukan agar mencapai tujuan sesuai dengan yang diharapkan. Menurut Daft
2003 komitmen organisasi adalah loyalitas dan keterlibatan yang tinggi pada organisasi. Seorang karyawan yang mempunyai derajat komitmen yang tinggi
sepertinya akan menggunakan kata ”kita” saat berbicara tentang perusahaan. Porter dalam Kuntjoro 2002 mendefinisikan komitmen organisasi yaitu
kekuatan yang bersifat relatif dari individu dalam mengidentifikasikan keterlibatan dirinya ke dalam bagian organisasi. Kondisi ini dapat ditandai dengan tiga hal yaitu:
1 penerimaan terhadap nilai-nilai dan tujuan organisasi, 2 kesiapan dan kesediaan untuk berusaha dengan sungguh-sungguh atas nama organisasi, 3 keinginan untuk
mempertahankan keanggotaan di dalam organisasi menjadi bagian dari organisasi. Meyer dan Allen dalam Karina 2008 merumuskan suatu definisi mengenai
komitmen dalam berorganisasi yaitu suatu kontruk psikologis yang merupakan karakteristik hubungan anggota organisasi dengan organisasinya dan memiliki
implikasi terhadap keputusan individu untuk melanjutkan keanggotaannya dalam berorganisasi.
Universitas Sumatera Utara
Sedangkan Steers dalam Kuntjoro 2002 mendefinisikan komitmen organisasi adalah rasa identifikasi kepercayaan terhadap nilai-nilai organisasi,
keterlibatan kesediaan untuk berusaha sebaik mungkin demi kepentingan organisasi, dan loyalitas keinginan untuk tetap menjadi anggota organisasi yang bersangkutan
yang dinyatakan oleh seorang pegawai terhadap organisasinya. Steers berpendapat bahwa komitmen organisasi merupakan kondisi dimana pegawai sangat tertarik
terhadap tujuan, nilai-nilai dan sasaran organisasi. Lebih lanjut, komitmen organisasi artinya lebih dari sekedar keanggotaan formal, karena meliputi sikap menyukai
organisasi dan kesediaan untuk mengusahakan tingkat upaya yang tinggi bagi kepentingan organisasi demi pencapaian tujuan.
Inti dari beberapa pendapat ahli di atas menunjukkan bahwa komitmen organisasi mempunyai penekanan yang hampir sama yaitu; proses pada individu
karyawan dalam mengidentifikasikan dirinya dengan nilai-nilai, aturan-aturan, dan tujuan organisasi. Disamping itu komitmen organisasi mengandung pengertian
sebagai suatu hal yang lebih dari sekedar kesetiaan yang pasif terhadap organisasi. Karyawan yang menunjukkan komitmen tinggi memiliki keinginan untuk
memberikan tenaga dan tanggungjawab yang lebih dalam menyokong keberhasilan organisasi.
Komitmen adalah kebutuhan primer bagi seorang yang ingin bergabung ke dalam sebuah organisasi. Konsep komitmen organisasi menurut Steers dalam
Kontjoro, 2002 dapat menjelaskan ciri-ciri yang memiliki identifikasi, keterlibatan
Universitas Sumatera Utara
dan loyalitas yang tinggi atau rendah. Ketiga hal ini menjadi indikator dari komitmen organisasi.
Allen dan Meyer dalam Karina, 2008 faktor-faktor yang mempengaruhi komitmen dalam berorganisasi adalah; karakteristik individu, karakteristik organisasi,
dan pengalaman selama berorganisasi. Karakteristik pribadi terdiri dari dua variabel yaitu; variabel demografis dan variabel disposisional. Bagian yang termasuk dalam
karakteristik organisasi adalah; struktur organisasi, desain kebijakan dalam organisai dan bagaimana kebijakan organisasi tersebut di sosialisasikan. Komitmen merupakan
salah satu unsur dimensi dalam proaktivitas, sehingga karyawan yang mempunyai komitmen yang tinggi maka dia akan rela mementingkan pekerjaannya di atas
kepentingan pribadi. Upaya untuk meningkatkan dan mencapai tingkat keterlibatan kerja dan
komitmen diantara para karyawan bukan merupakan pekerjaan yang mudah bagi perusahaan. Menurut Gendus 2008 untuk mencapai dan meningkatkan keterlibatan
kerja dan komitmen diantara para karyawan diperlukan pendekatan komitmen dalam berorganisasi. Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah dengan pendekatan
manusiawi yaitu menganggap karyawan bukansebagai faktor produksi semata, akan tetapi juga berusaha memelihara aspek individualitas yang akan menanamkan harga
diri dan diharapkan, selanjutnya karyawan akan memiliki rasa tanggung jawab, keamanan dan kenyamanan dalam menjalankan aktivitas kerjanya.
Meyer Allen dalam Katrina, 2008 menyebutkan bahwa ada dua pendekatan dalam merumuskan komitmen dalam berorganisasi yaitu; 1 melibatkan
Universitas Sumatera Utara
usaha untuk mengilustrasikan bahwa komitmen dapat muncul dalam berbagai bentuk, maksudnya arti dari komitmen menjelaskan perbedaan hubungan antara
anggota organisasi dan entitas lainnya salah satunya organisasi itu sendiri. b melibatkan usaha untuk memisahkan diantara berbagai entitas dimana individu
berkembang menjadi memiliki komitmen. Kedua pendekatan ini tidak compatible namun dapat menjelaskan definisi dari komitmen, bagaimana proses
perkembangannya dan bagaimana implikasinya terhadap individu dan organisasi. Sebelum munculnya kedua pendekatan tersebut, ada suatu pendekatan lain
yang lebih dahulu muncul dan lebih lama digunakan yaitu pembedaan berdasarkan attitudinal commitment atau pendekatan berdasarkan sikap dan behavioral
commitment atau pendekatan berdasarkan tingkah laku. Pendekatan ini dikembangkan Mowday, Porter Steers dalam Katrina, 2008.
Komitmen terhadap organisasi merupakan suatu dimensi perilaku yang dapat digunakan untuk mengevaluasi kekuatan para karyawan untuk bertahan pada suatu
perusahaan. Membuat karyawan agar memiliki komitmen yang tinggi adalah sangat penting, terutama pada perusahaan-perusahaan non profit yang skala gaji
karyawannya tidak kompetitif, seperti pada perusahaan manufaktur Munandar dalam Gendhus, 2008.
2.1.4 Kinerja Manajerial